Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

LUKA BAKAR

Disusun Oleh:
dr. Nanda Putri Agusni

Konsulen Pembimbing:
dr. Dewa Gede Andi, Sp. B, FINACS, FICS

Dokter Pendamping:
dr. Fatah Abdul Yasir

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
KEBUMEN – JAWA TENGAH
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus ini dengan judul “Luka Bakar”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Internship Dokter Indonesia, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada konsulen
pembimbing, yaitu dr. Dewa Gede Andi, Sp. B, FINACS, FICS, yang telah
meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini, serta dokter pendamping, dr. Fatah Abdul Yasir
yang telah membimbing penulis selama mengikuti program internship.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sebagai koreksi dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga
laporan kasus ini bermanfaat. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Kebumen, Januari 2023

Penulis

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Internsip:

Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Pelaksanaan Internship Dokter Indonesia

Di RS PKU Muhammadiyah Gombong Kebumen

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal:

Januari 2023

Disusun oleh:

dr. Nanda Putri Agusni

Mengetahui,

Konsulen Pembimbing Dokter Pendamping

dr Dewa Gede Andi, Sp. B, FINACS, FICS dr Fatah Abdul Yasir

dr. Fahmi Sisindra, Sp. OT dr. Fatah Abdul Yasir

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...............................................................................................

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Halaman Pengesahan ..................................................................................... ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iii

Daftar Gambar ............................................................................................... iv

Bab I Pendahuluan......................................................................................... 1

Bab II Tinjauan Pustaka ............................................................................... 2

A Definisi Luka Bakar ............................................................................... 2

B Etiologi Luka Bakar ................................................................................. 2

C Epidemologi Luka Bakar ......................................................................... 3

D Klasifikasi Luka Bakar ............................................................................ 5

E Luas Luka Bakar ..................................................................................... 14

F Patofisiologi Luka Bakar.......................................................................... 15

G Penatalaksanaan Luka Bakar .................................................................. 20

Bab III Laporan Kasus .................................................................................. 24

Bab IV Analisa Kasus .................................................................................... 30

Bab V Kesimpulan ......................................................................................... 32

Daftar Pustaka

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rule of nine..............................................................................14
Gambar 2. Diagram Lund and Browder....................................................15
Gambar 3. Skema Zona pada Respons Lokal……………………………..16

iv
BAB I
LATAR BELAKANG

Combusio atau luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan
morbiditas dan mortalitas tinggi, yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak
awal pada fase syok sampe fase lanjut.1
Berdasarkan dari American Burn Association (ABA) tahun 2018 insidensi luka
bakar di Ameika Serikat sekitar 450.000 orang yang mendapatkan pengobatan luka
bakar. Diperkirakan 4000 orang meninggal setiap tahunnya karena luka bakar.
Dilaporkan hampir 71% pasien luka bakar adalah laki-laki, 17% kasus anak
dibawah usia 5 tahun, 67% luka bakar dengan luas kurang dari 10% Total Body
Surface Area (TBSA).2
Berdasarkan data pasien di RS Ciptro Mangunkusoma (RSCM) tahun 2011-
2012 didapatkan 303 pasien luka bakar, laki-laki berbanding dengan perempuan
2,26:1, usia rata-rata 25 tahun (15-54 tahun), luka bakar 20-50% terdapat 45,7%
kasus. Data luka bakar diRSCM pada dewasa didapatkan 53,1% api, 19,1% air
panas, 14% listrik, kimia 3%, sedangkan pada anak air panas 52% kasus, 26% api,
listrik 60%, dan kimia 1%.3
Luka bakar dapat menimbulkan resiko yang tidak ringan, resiko utama pasien
yang mengalami luka bakar adalah kerusakan kulit yang memicu peningkatan
kehilangan cairan, infeksi, hipotermia, pembentukan jaringan parut, penurunan
imunitas, dan perubahan fungsi, serta penampilan dan citra tubuh. Pasien luka bakar
harus dievaluasi secara sistemik. Prioritas utama adalah pencegahan, tatalaksana
guna menghindari komplikasi pada pasien luka bakar berat, pencegahan disabilitas
dan kecacatan serta rehabilitasi.4

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Combusio atau luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,
bahan kimia, listrik, dan radiasi. Kasus luka bakar lebih banyak disebabkan oleh
air panas dan api.1
Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat,
khususnya kejadian luka bakar di rumah tangga yang paling sering ditemukan
yaitu luka bakar I dan II . Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan
morbiditas kecacatan, adapun derajat cacat yang diderita relative tinggi
dibanding cedera oleh penyebab lain, sehingga biaya yang diberikan beum
cukup banyak.5
B. ETIOLOGI
Sumber luka bakar harus ditentukan terlebih dahulu sebelum dilakukan
evaluasi dan penanganan. Menurut Moenadjat (2013) luka bakar dapat
dibedakan menjadi 4 macam, antara lain: 6
1. Paparan Api (Thermal Burn)
a. Api (Flame)

Flame terjadi akibat kontak langsung antara jaringan dengan api, sehingga
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami pada pakaian
memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung
meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera
kontak.
b..Benda Panas (Kontak)
Cedera ini terjadi akibat kontak dengan benda panas. Luka bakar yang
dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak.

2
c. Scald (Air Panas)
Semakin lama waktu kontak maka akan menimbulkan kerusakan yang semakin
besar. Luka disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola
luka bakar.
2. Bahan Kimia (Chemical Burn)
Luka bakar karena bahan kimia seperti berbagai macam zat asam,basa, dan
bahan lainnya. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan jumlah jaringan
yang terpapar menentukan luasnya injury. Luka bakar kimia terjadi karena
kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang dipergunakan dalam bidang
industri dan pertanian.
3. Listrik (Electrical Burn)
Luka bakar listrik disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik
yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh
lamanya kontak, tingginya tegangan (voltage) dan cara gelombang elektrik
itu sampai mengenai tubuh.
4. Radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar sinar matahari atau terpapar
sumber radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan
industri.
Penyebab luka bakar pada anak dan dewasa berbeda. Sebab umum pada
dewasa adalah api sedangkan pada anak air panas. Semakin tua, pola cidera
mereka akan berubah. Orangtua beresiko mengalami luka bakar karena air
panas di rumah atau di panti jompo ( panti wreda).7

C. EPIDEMOLOGI

Luka bakar adalah masalah kesehatan yang sangat global. Menurut


WHO, pada tahun 2016 diperkirakan 265.000 kematian setiap tahun
disebabkan oleh luka bakar, dan hampir setengah kejadian luka bakar terjadi di
Asia Tenggara. Mayoritas kejadian ini terjadi di negara berpenghasilan rendah
sampai menengah. Sedangkan pada negara dengan penghasilan tinggi, angka
3
kematian akibat luka bakar sudah menurun setiap tahunnya. Dan tingkat
kematian anak karena luka bakar 7 kali lebih tinggi di negara berpenghasilan
rendah sampai menengah daripada negara dengan penghasilan tinggi. 3
Kasus luka bakar ini kebanyakan terjadi di rumah dan di tempat kerja.
Survey di Bangladesh dan Ethiopia menunjukkan bahwa 80-90% luka bakar
terjadi di rumah.Menurut data terbaru, wanita mempunyai resiko lebih tinggi
dibandingkan pria, dikarenakan wanita kerap melakukan pekerjaan rumah
yang berhubungan dengan sumber panas.3
Adapun faktor resiko lain adalah anak-anak, karena seringkali sebagai
orangtua lalai dalam mengawasi putra putri mereka dalam bermain atau
melakukan aktifitas yang berdekatan dengan sumber panas. 3
Sekitar 1% dari penduduk Australia dan Selandia Baru (22.00) menderita
luka bakar dan membutuhkan perawatan medis setiap tahunnya. 10%
memerlukan rawat inap dan 10% tergolong luka bakar berat yang mengancam
jiwa disertai 50% pasien mengalami keterbatasan dalam kegiatan kehidupan
sehari-hari.7
Luka bakar pada anak-anak 80% terjadi dirumah. Lokasi paling berbahaya
adalah dapur dan kamar mandi. Selain itu, garasi atau gudang yang berisi bahan
kimia atau cairan yang mudah terbakar.7

4
Menurut sebuah studi yang dilakukan di RSCM pada tahun 2011-2012
melaporkan jumlah pasien luka bakar sebanyak 257 pasien dengan rerata usia
28 tahun (2,5 bulan-76 tahun) dengan rasio laki-laki dan perempuan 2,7 : 1.
Terdapat luka bakar karena api (54,9%). Diikui luka bakar karena air panas
(29,2%), luka bakar listrik(12%) dan luka bakar kimia (3,1%). 3

D. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi Berdasarkan Kedalaman Luka Bakar.7
a. Luka bakar epidermal
Hanya melibatkan lapisan epidermis, penyebab tersering adalah paparan sinar
matahari atau flash injury minor (percikan api). Proses penyembuhan berlangsung
melalui regenerasi epidermis. Dengan adanya mediator inflamasi, didapatkan
hyperemia yang menyebabkan luka menjadi kemerahan dan nyeri, luka bakar
akan mengalami epitelisasi dalam waktu singkat (dalam 7 hari) tanpa
meninggalkan jaringan parut.
b. Luka bakar dermal-superficial
Luka bakar dermal superficial mengenai epidermis dan lapisan dermis bagian
superficial yaitu dermal papilarae. Ciri luka bakar ini ialah lepuh (blister bula).
Proses eksudasi menyebabkan akumulasi cairan dan mendorong epidermis.
Sehingga lapisan epidermis terlepas dari lapisan dermis. Terpaparnya dermis
papilare memberikan warna merah muda, dikarenakan ujung saraf sensorik
terpapar sehingga akan diikuti rangsang nyeri yang hebat.
Proses penyembuhn luka akan berlangsung dalam 14 hari dengan bekas luka
yang menunjukan perbedaan dengan kulit normal. Tidak ada skar yang
dibentuk pada luka bakar dermal-superficial ini.
c. Luka bakar mid-dermal
Luka bakar mid dermal kedalamannya di antara luka bakar superficial dan luka
bakar dalam. Lebih cepat mengalami epitelisasi di banding luka bakar dalam.
Secara klinis,terjadi thrombosis kapiler dan keterlambatan pengisian kapiler
disertai edema dan pembentukan bula. Jaringan berwarna merah muda lebih
gelap disbanding luka superficial
5
d. Luka bakar dalam
Pada luka bakar deep dermal dapat dijumpai bula, reticulum dermis
menunjukan warna merah bercak. Hal ini dibebabkan karena ekstrapasasi
hemoglobin dari sel-sel eritrosit. Pertanda khas pada luka bakar ini ialah tampilan
capillary blush. Ujung-ujung saraf dermis akan akan mengalami kerusakan,
sehingga akan hilang sensasi.
e. Ful thickness burns
Terjadi kerusakan seluruh epidermis dan dermis dapat menyebabkan
kerusakan struktur dalam. Pada penampilan klinis akan dijumpai kulit berwarna
keputihan (dense white, waxy, dancharredappearance). Ujung saraf dermis rusak
seingga akan hilang sensasi nyeri, kulit akan mengalami koagulasi yang disebut
eskar.

Kedalaman Warna Bula Pengisian Sensasi penyembuhan


Kapiler
Epidermal Merah Tidak Cepat Nyeri Ya
Dermal- Merah Kecil Cepat Nyeri Ya
superfisial muda, pucat
Mid- Merah Awal Lambat +/_ Biasanya
dermal muda gelap tidak
Dermal Merah +/- Tidak Tidak Tidak
dalam bernoda ada ada
Pada Putih Tidak Tidak Tidak Tidak
seluruh ada ada
lapisan
Tabel 1. Klasifikasi berdasarkan kedalaman luka bakar

6
2. Klasifikasi derajat luka bakar bedasarkan keparahan, dibagi menjaid 3 jenis yaitu
yang bersifat ringan, sedang, dan berat. Berikut ini klasifikasinya:6
➢ Derajat ringan ( Minor Burns)
a. Luka bakar derajat dua pada dewasa dengan luas permukaan tubuh
kurang dari 15%.
b. Luka bakar derajat dua pada anak dengan luas permukaan tubuh kurang
dari 10%.
c. Luka bakar derajat tiga pada anak atau dewasa dengan luas permukaan
tubuh kurang dari 2%.
➢ Derajat sedang (Moderate Burn)

a. Luka bakar derajat dua pada dewasa yang mengenai 15-25% luas
permukaan tubuh.
b. Luka bakar derajat dua pada anak yang mengenai 10-20% luas
permukaan tubuh.
c. Luka bakar derajat tiga pada anak atau dewasa yang mengenai 10% luas
permukaan tubuh.
➢ Derajat berat (Major Burn)
a. Pada dewasa, luka bakar derajat dua yang mengenai 25% luas
permukaan tubuh.
b. Pada anak, luka bakar derajat dua yang mengenai lebih dari 20% luas
permukaan tubuh.
c. Pada anak atau dewasa, luka bakar derajat tiga yang mengenai lebih
dari 10% luas permukaan tubuh.
d. Trauma inhalasi
e. Luka bakar listrik
f. Luka bakar dengan truma tambahan (trauma kepala, trauma
intraabdomen, fraktur).
g. Luka bakar pada kehamilan
h. Penyakit komorbid yang menyertai luka bakar (diabetes melitus,
penggunaan kortikosteroid)

13
E. LUAS LUKA BAKAR
Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi Rule of
nine, Lund and Browder dan hand palm. Ukuran luka bakar ditentukan dengan
presentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari
perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman seseorang
dalam menentukan luas luka bakar.6,8
Terdapat dua faktor yang menentukn beratnya luka bakar, luas dan kedalam nya.
Mortalitas dihubungkan dengan kedua faktor yaitu usia penderita, luas luka bakar.
Semakin luas luka bakar, semakin tinggi mortalitas.7
1. Metode rule of nine
Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-bagian
anatomic, dimana setiap bagian mewakili 9% kecuali daerah genitalia 1%.
Metode ini adalah metode yang baik dan cepat untuk menilai luka bakar menengah
dan berat pada penderita yang berusia diatas 10 tahun. Tubuh dibagi menjadi
area 9%. Motode ini tidak akurat pada anak karena adanya perbedaan proporsi
tubuh anak dan dewasa.6

Gambar 1. Rule of nine

14
2. Metode Hand Palm
Metode permukaan telapak tangan. Area permukaan tangan
pasien (termasuk jari tangan) adalah sekitar 1% total luas permukaan
tubuh. Metode ini biasanya digunakan pada luka bakar kecil.6
3. Metode Lund and Browde
Metode ini mengkalkulasi total area tubuh yang terkena
berdasarkan lokasi dan usia. Metode ini merupakan metode yang
paling akurat pada anak bila digunakan dengan benar. Metode
lund and browder merupakan modifikasi dari persentasi bagian-
bagian tubuh menurut usia, yang dapat memberikan perhitungan
yang lebih akurat tentang luas luka bakar yaitu kepala 20%, tangan
masing-masing 10%, kaki masing-masing 10%, dan badan kanan
20%, badan kiri 20%.6

Gambar 2. Diagram Lund and Browder


F. PATOFISIOLOGI
RESPON LOKAL
Pasca paparan trauma termal, terjadi kerusakan kulit dan jaringan
dibawahnya yang dipengaruhi lama kontak dan tinggi suhu. Daerah yang
mengalami kontak langsung akan mengalami kerusakan terberat. Panas

15
disebarkan ke jaringan sekitar sehingga dijumpai kerusakan. Kondisi ini
muncul oleh penelitian Jackson (1950) adanya tiga zona, yaitu:7
a. Zona Koagulasi
Pada daerah yang dekat dengan sumber thermal, panas tidak dapat
dikonduksi secara cepat dan baik, sehingga terjadi koagulasi protein sel
selanjutnya terjadi kematian sel yang berlangsung secara cepat.
b..Zona Stasis
Pada zona stasis biasanya terjadi kerusakan mikrosirkulas, sehingga
terjadi gangguan perfusi diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respons
inflamasi lokal. Bila tatalaksana tidak adekuat dapat menjadi zona
koagulasi.
c. Zona Hiperemis
Pelepasan mediator inflamasi menyebabkan dilatasi pembuluh darah.
Daerah ini akan terlihat kemerahan.

Gambar 3. Luka Bakar

RESPON SISTEMIK

Panas yang mengenai tubuh tidak hanya mengakibatkan kerusakan lokal


tetapi memiliki efek sistemik. Adanya paparan panas menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan plasma bocor dan
keluar ke ruang intersisisal. Peningkatan permeabititas kapiler dan kebocoran
plasma maksimal muncul dalam 8 jam pertama dan berlanjut sampai 48 jam.
Setelah 48 jam permeabilitas kapiler menjadi normal atau membentuk
thrombus yang menyebabkan tidak adanya aliran sirkulasi darah.6

16
Pelepasan mediator inflamasi dan rangsang neural akan menyebabkan
pengendalian dalam fungsi tubuh terhadap reaksi langsung mediator di
sirkulasi. Sehingga akan ditemui perubahan pada sebagaian organ.7
- Efek pada sirkulasi : hypovolemia terjadi karena kebocoran plasma caran
protein ke jaringan intersisial. Albumin mengalami kebocoran akibat
peningkatan permeabilitas kapiler didaerah luka bakar. Pada luka bakar
dengan luas >20% seluruh sirkulasi sisitemik dipengaruhi dengan akibat
peningkatan permeabiitas kapiler sistemik. Koreksi hypovolemia
merupakan tindakan life saving pada jam pertama luka bakar berat.
- Hipermetabolik disebabkan sekresi hormone seperti kortisol,
katekolamin dan leukagon disertai supresi hormone anabolic (growth
hormone, insulin dan steroid) dan mekanisme saraf yang menyebabkan
katabolisme megakibatkan penguraian protein saraf.
- Imunosupresi yang diakibatkan depresi imun tubuh, baik seluler maupun
humoral sehingga mudah terjadi infeksi.
- meski tanpa trauma inhalasi

Nyeri akibat luka bakar berasal dari luka sekitar jaringan, respon inflamasi
memicu keluarnya mediator seperti bradykinin dan histamine yang mampu
memberikan sinyal rasa nyeri. Hyperalgesia primer sebagai respon terhadap
nyeri lokal, hyperalgesia sekunder diakubatkan oleh adanya transmisi saraf
dari kulit yang rusak.8

TRAUMA INHALASI
Klasifikasi trauma inhalasi :
1. Kerusakan jalan nafas atas laring (obstruksi)
2. Kerusakan jalan nafas dibawah laring ( kerusakan pulmoner)
3. Intoksikasi sistemik ( hipoksia jaringan)
Manejemen jalan napfas bertujuan untuk mempertahankan jalan nafas. Pada
gagal nafas, jalan nafas harus diamankan utuk memperbaiki oksigenasi dan
ventilasi.

17
- Cedera jalan nafas diatas laring (obstruksi)
Akibat terhirup uap panas. Hal ini dimungkinkan terjadinya saat
seseorang terperangkap diruangan tertutup pada ruang yang terpenuhi
oleh api maupun uap panas.
Perubahan yang terjadi akibat pelepasan mediator pasca paparan yang
menyebabkan edema sehingga terjadi obstruksi, selanjutnya hilanya
fungsi proteksi mukosa.
- Cedera jalan nafas di bawah laring ( kerusakan pulmonar)
Api menyebabkan oksidasi dan reduksi dari komponen yang
mengandung karbon, sulfur, fosfor, dan nitrogen. Saat terjadi kebakaran
akan terhirup zat kimia yang bersifat iritan dan menyebabkan kerusakan
alveolus.
Obstruksi dapat menyebabkan hipoksia jaringan sehingga dapat
menyebabkan kerusakan parenkim paru, dan hilanya surfaktan Kondisi
tersebut dapat menyebabkan atelectasis, edema intestinum dan edema
paru menyebabkan hipoksemia dan menurunnya compliance paru.
- Intoksikasi sistemik
Carbon monoxide(CO) yang masuk ke aliran darah akan mengalami
difusi dengan hemoglobin (Hb), ikatan ini dapat menurunkan efektivitas
kemampuan darah untuk mengikat oksigen.

Diagnosis trauma inhalasi :


- Anamnesis : riwayat terbakar diruangan tertutup atau adanya ledakan
bahan bakar (bensin,gas), ledakan bom harus dicurigai adanya trauma
inhalasi.
- Pemeriksaan fisik : luka bakar di rongga mulut, hdung dan faring, bulu
hidung terbakar, sputum mengandung sisa karbon, nostril datar, kesulitan
nafas, retraksi iga

18
Jenis Inhalasi Periode waktu Gejala dan tanda
Diatas laring 4-24 jam - Bertambahnya stridor
- Suara parau
- Gelisah
- Kesulitan bernafas
- Obstruksi jalan nafas
- Kematian
Dibawah Segera - Gelisah
laring - Anoksia yang mengancam jiwa
- Bertambahnya hipoksia
Timbul bertahap 12 - Edem paru/ARDS
jam-5 hari - Gagal nafa
Intoksikasi Meninggal ditempat
Perburukan awal - Penurunan kesadaran
- Stupor
Perbaikan dengan - Confusion
berjalan waktu - Drowsiness
- Poor mentation
- Gangguan visual
- Nyeri kepala
Table 2. Perubahan Gambaran Klinik Trauma Inhalasi sesuai perubahan
waktu
TATALAKSANA
• Tatalaksana cedera inhalasi diatas laring
Dilakukan observasi ketat, karena obstruksi yang berlangsung progresif
dan cepat sipkan peralatan emergensi untuk prosedur intubasi. Bila ada
observasi lakukan intubasi endotrakea.
Indikasi intubasi :
- Kebutuhan mempertahankan patensi jalan nafas
- Obstruksi yang mengancam
- Penurunan tingkat kesadaran

19
- Kebutuhan untuk penggunan ventilator
• Tatalaksana trauma inhalasi di bawah laring
- Semua penderita luka bakar harus diberikan oksigenasi 15L/menit
menggunakan non-rebreathing mask.
- Intubasi
- Intermittent Positive Presure Ventilation (IPPV)
Diberikan pada pasien dengan tidak respon pada pemberian oksigenasi
prosedur sederhana.

G. PENATALAKSANAAN
Dalam tatalaksana luka, hal yang terpenting yaitu mekanisme trauma dan
penilaian luas serta beratnya trauma. Luka bakar dapat menggangu ketujuh fungsi
utama kulit. 7
- Regulasi suhu
- Pengaturan sensorik respon imun
- Proteksi dan invasi bakteri
- Pengendalian kehilangan (penguapan) cairan
- Fungsi metabolic
- Fungs estetik dan psikologi
Prinsip pertolongan pertama adalah menghentikan proses pembakaran dan
menurunakan suhu luka. Proses penghentian pembakaran pada luka bakar api
dengan berguling di tanah secara aktif maupun pasif dengan menrapkan Stop, Drop,
Cover (Face) & Roll Technique. Pakaian yang terbakar dilepaskan secepat
mungkin. Pada luka karena air panas, pakaian yang berperan sebagai reservoir di
lepaskan sesegera mungkin.
Permukaan luka harus diturunkan suhunya dengan menggunakan air mengalir.
Suhu ideal 15oC atau sekitar 8oC sampai 25oC. Dengan menurunkan suhu dapat
menghentikan proses pengerusakan pada zona stasis. Pemberian air es tidak
dianjurkan karena dapat menyebabkan vasokontriksi.

20
PRIMARY SURVEY
Airway :
- Nilai patensi jalan nafas, dengan bicra dengan pasien. Jika tidak paten
bersihkan jalan nafas dari beda asing dan membuka jalan nafas dengan
manuver chin lift/jaw thrust.
- Jaga gerakan servikal seminimal mungkin dan jangan melakukan fleksi
dan ekstensi pada kepala dan leher. Manajemen servikal ( collor neck).
Breathing :
- Pastikan saat inspeksi ringga dada adekuat dan simetris
- Bila perlukan berikan oksigenasi dengan menggunakan non rebreather
mask, ventilasi dengan bad dan syngkup atau intubasi bila diperlukan.
- Kerucunan karbon monoksida dapat menyebabkan pasien berwarna merah
buah cherry dan pasien tidak bernafas
- Waspada pada luka bakar yang menglingkari dada
Circulation :
- Periksa pulsasi kuat atau lemah
- Periksa tekanan darah
- Periksa capillary reffil time, menunjukan hipovolemik atau kebutuhan
untuk eskarotomi pada tungkai yang besangkutan
- Pemeriksaan darah (darah lengkap, ureum kreatinin, fungsi hati,
koagulasi, carboxyheamatoglobin)
- Bila pasien syok lakukan resusitasi cairan
Disability :
- Tetapkan derajat kesadaran ( Glosgow Coma Scale)
- Lakukan pemeriksaan reflek cahaya pada pupil
Exposure :
- Lepaskan semua pakaian dan perhiasan
- Miringkan pasien untuk visualisasi posterior
- Jaga agar pasien tetap hangat
- Area luka dihitung menggunakan metode Rule of nine

21
SECONDARY SURVEY
Pada secondary survey dilakukan pemeriksan head to toe.
Pemeriksaan dilakukan setelah kondisi mengancam jiwa telah diatasi.
Riwayat penyakit :
A : allergy
M : medicine (obat-obatan yang baru dikonsumsi)
P : past illness ( penyakit sebelu terjadi trauma)
L : last eal ( makanan terakhir )
E : event (peristiwa yang terjadi saat trauma)

RESUSITASI
Edema dalam jumlah besar ditambah dengan adanya evaporative loss pada
luka akan menyebabkan defisit volume plasma. Hal ini dapat menebabkan
hipovolemik yang dimana jika tidak dikoreksi akan menimbulkan kerusakan organ,
khususnya acute kidney injury.7
Resusitasi cairan adalah prosedur pemberian cairan secara agresif untuk
memperbaiki perfusi jaringan. Resusitasi cairan merupakan tindakan dalam
management syok dan di indikasikan pada pasien dengan luka bakar TBSA 10%.
Pemilihan cairan pada resusitasi awal ialah kristaloid, cairan yang diberikan
mengandung elektrolit dengan komposisi sesuai tubuh, khususnya pada bayi dan

22
anak. Cairan yang dapat diberikan Ringer lactat (RL), pada anak <2 tahun dapat
diberikan dextrose 5%.6,8
Luka bakar dihitung dengan rule of nine atau burn body chart. Timbang
berat badan pasien bila memungkinkan atau peroleh informsi dari anamnesis. Data
tersebut diperlukan untuk menghitung formula resusitasi.7
- Dewasa : 3-4 mL kristaloid (larutan Hartman atau Plasmlyte)/ BB/ luas
luka bakar (%)
- Anak-anak : 3-4 mL kristaloid (larutan Hartman atau Plasmlyte)/ BB/
luas luka bakar (%) ditabah maintenance glukosa 5% + 20 mmol kcl
dalam larutan salin 0,45%
Untuk 10 kg pertama 100 ml/kg
10-20 kg 50ml/kg
Kalkukasi volume yang diekstimasi dalam 24 jam dibagi menjadi 2 waktu
separuh diberikan dalam 8 jam dan separuh sisanya dalam 12 jam berikutnya.
Peantauan kecukupun resusitasi dengan pemantauan jumlah produksi urin, pada
dewasa 0,5ml/kg/jam = 30-50 ml/jam, pada anak <30 kg : 1,0ml/kg/jam ( rentang
0,5-2ml/kg/jam).

PERAWATAN LUKA PADA LUKA BAKAR


Wound dressing atau penggunaan balutan menjadi salah satu menajemen
luka bakar yang berfungsi menghindari eksudat, mengurangi nyeri local, dan
mempertahankan kelembaban dan menghangatkan guna mendukung proses
penyembuhan. 6
Untuk luka bakar menggunakan kasa berparafit atau salep antibotik seperti
silver sulfadizin krim atau yang sesuai pola kuman seperti gentamisin krim untuk
pseudomonas. Bila luka bakar melibatkan seluruh dermis dan kulit mengalami
elastisitas maka diperlukan prosedur eskarotomi. 7

23
BAB III
ILUSTRASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
No. RM : 0459484
Nama : Ny.K
Usia : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Sukomulyo 1/3 Rowokele
Pekerjaan : IRT
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Masuk RS : 19 Oktober 2022

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Kaki kanan melepuh
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh kaki kanan melepuh sejak 1 minggu SMRS, keluhan
disertai adanya benjolan berisi air yang pecah dengan sendrinya.
Keluhan tidak disertai dengan nyeri. Seminggu sebelum pasien datang
ke RS pasien berniat akan merendam kaki di air panas, akan tetapi air
terlalu panas sehingga menyebabkan kaki pasien melepuh. Pasien
mengobati luka bakar dirumah hanya dengan merendam dengan air
dingin setiap harinya.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami hal serupa. Riwayat alergi, hipertensi,
dan diabetes mellitus disangkal.
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien tidak mengetahui riwayat penyakit serupa, alergi, hipertensi, dan
diabetes melitus di keluarga.

24
C. PEMERIKSAAN FISIK
Primary survey
a. Airway : Bebas (Paten)
b. Breathing : Dada simetris, Frekuensi nafas 20 kali/menit, Suara
napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
c. Circulation : TD : 135/95 mmHg, Nadi 102x/menit, SpO2 : 99%
d. Disability : GCS 15 (E4V5M6)
e. Enviroment : 36,9%

Secondary survey
1. Status generalis
a. Mata : Konjungtiva anemis -/- sclera ikterik -/-
b. Hidung : Normosepta, secret -/-, hiperemis -/-
c. Telinga : Normotia, secret -/-
d. Leher : deviasi trakea -/- limfonodi tidak teraba
e. Toraks
i. Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kedua lapang paru
Palpasi : Vocal fremitus teraba simetris di kedua lapang paru
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
ii. Jantung
Inspeksi : Iktus krodis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternal
dekstra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicula
sinistra

25
Pinggang jantung : ICS III linea parasternal
sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
f. Abdomen
Inspeksi : Datar. Jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Supel
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
g. Ekstremitas : Akral hangat +/+
2. Status lokalis

- Tampak luka bakar, eritem (+), hipopigmentasi (+), nyeri (-) at regio
dorsum dan plantar pedis dextra
- Jaringan nekrosis at regio digiti 3 manus dextra.

26
- Luas luka bakar : 3%

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Darah Lengkap
Leukosit 17,07 H 3,6-11 rb/ul
Eritrosit 4,41 3,8-5,2 juta/L
Hemoglobin 13,3 11,7-15,5 gr/dL
Hematokrit 39,3 35-47 %
MCV 89,2 80-100 fL
MCH 30,3 26-34 Pg
MCHC 33,9 32-36 g/dL
Trombosit 517 H 150-440 rb/ul
Hitung Jenis
Basofil 0,1 0,0-1,0 %
Eosinofil 0,6 L 2,0-4,0 %
Neutrofil 80,2 H 50,00-70,00 %
Limfosit 12,1 L 25,0-40,0 %
Monosit 7,0 2,0-8,0 %
Kimia
Diabetes
Glukosa darah 109 70-105 mg/dl
sewaktu
Faal Ginjal
Ureum 32 15,38 mg/dl
Creatinin 1,55 H 0,9-1,3 mg/dl
Faal hati
SGOT 9,2 0-50 U/L
SGPT 12,3 0-50 u/l

27
E. RESUME MEDIS
Pasien perempuan berusia 70 tahun datang dengan keluhan kaki kanan
melepuh sejak 1 minggu SMRS, keluhan disertai adanya benjolan berisi air
yang pecah dengan sendirinya keluhan kaki melepuh tidak di Seminggu
sebelum pasien datang ke RS pasien berniat akan merendam kaki di air
panas, akan tetapi air terlalu panas sehingga menyebabkan kaki pasien
melepuh.
Pasien mengobati luka bakar dirumah hanya dengan merendam dengan
air dingin setiap harinya. Pasien belum pernah merasakan keluhan serupa,
tidak ada riwayat alergi, darah tinggi, dan diabetes melitus.
Pada pemeriksaan fisik kepala, leher, jantung, paru, abdomen dalam
batas normal. Pada pemeriksaan ekstremitas bawah kanan terlihat luka
bakar, eritem, dan jaringan nekrosis luas luka bakar 3%.

F. DIAGNOSIS
Deep dermal burn injury loss 3%

G. PENATALAKSANAAN
Terapi saat di IGD :
o Airway : clear
o Breathing : clear
o Circulation : IVFD RL
o Disability : GCS E4V5M6
o Drug :
- Inj ranitidin 50 mg
- Inj ketorolac 30 mg
- Konsul sp.B : pro debridement

Tatalaksana post debridement:


- IVFD RL 1500 cc/2 jam
- Inj ceftriaxone 1 gr/24 jam

28
- Inj ketorolac 30 mg/8 jam
- Rawat luka setiap hari dengan gentamisin salep 1x1

H. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Fungsionam : ad bonam

I. FOLLOW UP
Tanggal Subjektif/Objektif/Assesment/Planning
20 oktober 2022 S: Nyeri pada kaki kanan (+)
O: KU CM, sakit sedang
TD 132/93 mmHg
Nadi 82x/menit
RR 20x/menit
S 36,2° C
A: Deep dermal burn injury loss 3% post
debridement
P: Infus RL
Inj ceftriaxone 1 gr/24 jam
Inj ketorolac 30 mg
Perawatan luka dengan gentamisin salep 1x1

21 oktober 2022 S: Nyeri pada kaki kanan berkurang


O: KU CM, sakit sedang
TD 130/90 mmHg
Nadi 76x/menit
RR 20x/menit
S 36,2° C
A: Deep dermal burn injury loss 3% post
debridement
P: Infus RL
BLPL

29
BAB IV
ANALISA KASUS

Pasien perempuan usia 70 tahun, dari jenis kelamin pasien sesuai dengan
epidemologi dimana wanita mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan pria,
dikarenakan wanita kerap melakukan pekerjaan rumah yang berhubungan dengan
sumber panas. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Marc G el al, bahwa trauma
termal lebih tinggi mengenai anak-anak dan wanita dengan social ekonomi rendah.
Dikarenkan wanita lebih banyak melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan
sumber panas.9
Datang dengan keluhan kaki kanan melepuh setelah merendam kaki dengan
air panas. Dari keluhan pasien menunjukan mekanisme trauma disebabkan oleh
paparan panas yaitu air panas. Luka bakar yang disebabkan air panas dapat
menimbulkan kerusakan yang besar berdasarkan waktu paparan. Luka bakar akibat
air panas adalah salah satu etiologi tersering menyebabkan luka bakar, Menurut
sebuah studi yang dilakukan di RSCM pada tahun 2011-2012, Terdapat luka bakar
karena api (54,9%). Diikui luka bakar karena air panas (29,2%), luka bakar
listrik(12%) dan luka bakar kimia (3,1%).3
Keluhan disertai adanya benjolan berisi air yang pecah dengan sendirinya
tanpa disertai nyeri. Hal tersebut menunjukan pasien mengalami luka bakar deep
dermal, pada luka bakar deep dermal keluhan yang dapat ditemukan ialah dapat
adanya bula yang mudah pecah, luka bakar tampak eritem sampai putih, rangsang
nyeri tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan luka bakar dengan dasar eritem,
hipopigmentasi disertai nyeri at regio dorsum dan plantar pedis dextra, jaringan
nekrosis at regio digiti 3 manus dextra.
Keluhan eritem termasuk kedalam zona hiperemis dimana adanya
kerusakan yang menyebabkan vasodilatasi dan terjadi peningkatan aliran darah
sebagai respons cedera luka bakar. Keluahan disertai dengan bagian yang tampak
putih dimana pada zona stasis biasanya terjadi kerusakan endotel pembuluh darah
disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi diikuti

30
perubahan permeabilitas kapiler dan respons inflamasi lokal, yang berisiko iskemia
jaringan. Pada manus dextra terjadi zona koagulasi dimana terdiri dari jaringan
nekrosis yang terbentuk dari koagulasi protein akibat cedera panas.
Terapi yang dilakukan pada pasien ialah debridement, surgical debridement
adalah gold standar untuk luka bakar. Proses debridement dapat menghentikan
kaskade inflamasi yang menyebabkan kerusakan sekunder, dengan menghilangkan
jaringan nekrosis dapat menghambat terjadinya infeksi pada luka bakar. Pada tidak
dilakukan resusitasi dikarenakan diindikasikan pada pasien dengan luka bakar
TBSA >10% pada anak-anak dan TBSA >20% pada dewasa.

31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, pasien masuk RS dengan keluhan kaki kanan melepuh disertai benjolan
yang berisi air serta mudah pecah sendri, daerah yang terkena luka bakar meliputi
telapak kaki dan ½ punggung kaki seningga didapatkan diagnosis deep dermal burn
injury loss 3%.

SARAN
Saran dan atau edukasi yang diberikan kepada pasien untuk kontrol luka dan
ditunjang dengan nutrisi yang baik agak penyembuhan luka dapat baik, sehingga
tidak mengganggu fungsi tubuh.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Young et al. (2018) Rehabilitation of Burn Injuries


2. American Burn Association (ABA).2018.Advanced Burn Life Support
Course. Chicago: America Burn Association.
3. Kemenkes RI,2019. PedomanNasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana
Luka Bakar.
4. Anggowarsito.L. Luka bakar sudut pandang Dermatologi. Fakultas
Kedokteran Widya Mandala. Surabaya.2020
5. Sjamsuhidajat R, De Jong W, Editors. Buku Ajar Ilmu Bedah
SJjamsuhidajat-De Jong. Sistem organ dan Tindak Bedahnya.4 th ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG:2017
6. Moenadjat Y. Luka Bakar Masalah dan Tatalaksana. Jakarta. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2016
7. ANZBA. Emergency Management of Severe Burns. 17th ed. Jakarta:
Kolegium Ilmu Bedah Indonesia.
8. Sabiston. Textbook of surgery. Canada.Elsever.2022. hal 485-492
9. Marc G el al. Burn Injury. Departemen of Surgery. Ontario.Canada

33

Anda mungkin juga menyukai