Anda di halaman 1dari 30

REFERAT

HIPERTENSI PADA ANAK


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Program Studi Profesi Kedokteran
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia

Disusun oleh:

IVANA ESTER SINTA ULI RAJAGUKGUK

1461050160

Pembimbing:

dr. Christine Handayani Tampubolon, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


PERIODE 7 Mei 2018 – 21 Juli 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

Pada umumnya, hipertensi lebih sering ditemukan pada orang dewasa


dibandingkan pada anak-anak. Meskipun kasus hipertensi tidak sesering pada orang
dewasa, serangan hipertensi atau penyakit darah tinggi pada orang dewasa dapat
dimulai dari masa kanak-kanak. Pengertian hipertensi pada orang dewasa sangat
berbeda dengan pengertian hipertensi pada anak. Definisi hipertensi pada anak
berdasar pada nilai distribusi normal tekanan darah pada anak sehat dan tidak dapat
disebut dalam satu angka karena nilai tekanan darah normal bervariasi pada berbagai
usia. 1

Tekanan darah normal pada anak-anak didefinisikan sebagai tekanan darah


sistolik (Systolic Blood Pressure) dan tekanan darah diastolik (Diastolic Blood
Pressure) yang kurang dari presentil ke-90 untuk usia, jenis kelamin dan tinggi badan.
Berdasarkan etiologi, hipertensi dibagi atas primer (esensial) dan sekunder. Penyebab
hipertensi pada anak terutama masa preadolesens umumnya sekunder. Penyebab
paling sering pada hipertensi pada anak saat memasuki usia remaja adalah primer
(esensial).

Hipertensi pada anak harus mendapat perhatian yang serius, karena apabila
tidak ditangani dengan baik, penyakit ini dapat menetap hingga dewasa. Pemeriksaan
tekanan darah perlu dilakukan secara cermat dan dilakukan secara berkala setiap
tahun setelah anak berusia tiga tahun agar dapat mendeteksi penyakit hipertensi pada
anak sedini mungkin dan dapat ditangani secata tepat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINSI

Peningkatan tekanan darah pada anak berdasarkan persentil dari populasi anak
yang sehat. Tekanan darah normal pada anak adalah tekanan sistol dan tekanan
diastol kurang dari persentil 90 menurut usia, jenis kelamin dan tinggi badan.
Hipertensi pada anak adalah tekanan sistolik dan atau tekanan diastolik tetap atau
lebih pada persentil 95 berdasarkan jenis kelamin, usia dan tinggi badan dan diukur
paling sedikit tiga kali pemeriksaan dengan metode auskutasi.

Anak dengan nilai rata-arata tekanan sistol atau diastol pada persentil 90 atau
lebih tetapi kurang dari persentil 95 diklasifikasikan sebagai prehipertensi. Remaja
dengan tekanan darah 120/80 mmHg atau jika kurang dari persentil 90 juga
diklasifikasikan sebagai prehipertensi.1

Menurut Redwine et al, anak yang memiliki tekanan darah tinggi normal
mempunyai resiko yang tinggi menjadi hipertensi di kemudian hari. Pada kelompok
prehipertensi harus diperhatikan apakah terdapat faktor resiko lain seperti obesitas.
Hipertensi emergensi pada anak adalah hipertensi berat disertai komplikasi yang
mengancam jiwa,seperti ensefalopati, edema paru, aneurisma aorta, atau gagal ginjal
akut.2

Tabel 1. Tekanan Darah Anak Perempuan Berdasarkan Usia dan Persentil Tinggi
Badan3
Tabel 2. Tabel tekanan darah anak laki-laki berdasarkan usia dan persentil tinggi
badan3
B. Etiologi
Tabel 3. Penyebab Hipertensi menurut Kelompok Umur1
Usia Penyebab
Neonatus Trombosis arteri renalis stenosis arteri
renalis, malformasi kongenital,
koarktasio aorta, displasia
bronkopulmoner
Bayi – 6 tahun Penyakit parenkim ginjal, stenosis arteri
renalis, koarktasio aorta
6 – 10 tahun Hipertensi esensial, penyakit parenkim
ginjal, stenosis arteri renalis
Adolesens Hipertensi esensial, penyakit parenkim
ginjal

Hipertensi dikategorasikan sebagai primer dan sekunder. Hipertensi primer


tidak dapat diidentifikasikan etiologinya tetapi berhubungan dengan genetik dan pola
hidup. Hipertensi yang berhubungan dengan obesitas dikelompokkan menjadi
hipertensi primer. Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit yang spesifik atau
penyebab lain seperti penyakit ginjal, penyakit paru dan obat-obatan. Hipertensi
sekunder lebih umum terjadi pada anak-anak dibandingkan pada remaja.4

C. Faktor Resiko

Faktor resiko pada hipertensi anak yang tidak bisa di modifikasi yatu riwayat
keluarga hipertensi dan penyakit kardiovaskular, berat badan lahir rendah, jenis
kelamin ras, status sosioekonomi, genetik, lahir prematur dan penggunaan kateter
umbilikal.

Faktor resiko pada hipertensi anak yang dapat dimodifikasi yaitu penggunaan
dekongestan, tetes mata atau tetes hidung, kontrasepsi oral, antidepresan,
bronkodilator, pola makan, intake garam, tingkat aktivitas fisik, paparan asap rokok
dan kualitas tidur yang buruk.5
Menurut Mengheti et al, penelitian di sekolah di Italia didapatkan hubungan
antara hipertensi anak dan kelebihan berat badan. Anak yang memiiki tekanan darah
tinggi juga memiliki berat badan lebih yaitu overweight dan obesitas. Selain itu anak
yang memiliki tekanana darah tinggi juga mengkonsumsi makanan tinggi garam dan
kurang serat, dan kurang aktifitas fisik. Anak yang obestas memiliki resiko 4 kali
lebih besar hipertensi di kemuidian hari dibandingkan anak yang memiliki berat
badan normal.

D. Klasifikasi Tekanan Darah


Tabel 4. Klasifikasi Tekanan Darah6

Klasifikasi Batasan
Tekanan Darah Normal Sistolik dan diastolik kurang dari
persentil ke-90
Prehipertensi Sistolik atau diastolik lebih besar atau
sama dengan presentil ke-90 tetapi lebih
kecil dari persentil ke-95
Hipertensi Sistolik atau diastolik lebih besar atau
sama dengan persentil ke-95
Hipertensi derajat 1 Sistolik dan diastolik antara presentil ke-
95 dan 99 ditambah 5 mmHg
Hipertensi derajat 2 Sistolik atau diastolik di atas persentil ke-
99 ditambah 5 mmHg

Tabel 5. Kriteria Derajat Hipertensi Sesuai Dengan Usia6

Usia (tahun)
Presentase 1-5 6-12
Derajat
kenaikan di atas TD Diastolik TD Diastolik
Hipertensi
batas normal (mmHg) (mmHg)
Ringan 5 - 15% 75-85 90-100
Sedang 15 - 30% 85-95 100-110
Berat 30 – 50% 95-112 110-120
Krisis > 50% > 112 > 120

E. PATOFISIOLOGI

Sampai saat ini masih banyak yang belum diketahui mengenai patofisiologi dari
hipertensi. Pada sebagian kasus hipertensi memang ditemukan penyakit dasar yang
menyebabkan terjadinya hipertensi tersebut di mana yang terbanyak adalah kelainan
atau penyakit ginjal. Namun, pada sebagian kasus tidak dapat diidentifikasi suatu
penyebab dasar dari hipertensi dan diperkirakan hipertensi ini disebabkan oleh
interaksi berbagai faktor dan berbagai mekanisme, pada kasus seperti ini disebut
dengan hipertensi esensial.

Tekanan darah diatur oleh keseimbangan antara curah jantung dengan tahanan
perifer pembuluh darah di mana beberapa faktor dan mekanisme berperanan dalam
proses ini, di antaranya adalah sistem renin angiotensin, sistem saraf otonom,
disfungsi endotelial, zat-zat vasoaktif, resistensi insulin, genetis, dan pengaruh
intrauterine (masa kehamilan). Kelainan dalam faktor dan mekanisme ini akan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Tahanan perifer ditentukan oleh arteri
kecil (arterioles) yang dindingnya mengandung otot polos yang dapat berkontraksi.
Kontraksi yang berkepanjangan dari otot polos yang kemungkinan diperantarai oleh
angiotensin akan mengakibatkan perubahan tebal dari dinding pembuluh darah
sehingga dapat mengakibatkan peningkatan tahanan perifer yang irreversible.

Diperkirakan pada hipertensi dini peningkatan tekanan darah tidak disebabkan


oleh peningkatan tahanan perifer, melainkan oleh peningkatan curah jantung yang
dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas simpatis yang akan meningkatkan
kontraktilitas jantung dan peningkatan volume darah yang mengakibatkan
peningkatan preload jantung. Tidak optimalnya nutrisi selama kehamilan dapat
mengakibatkan perubahan pada sistem metabolisme dan kardiovaskuler atau fungsi
dan struktur ginjal. Terganggunya perkembangan ginjal fetus selama masa kehamilan
yang mengakibatkan pengurangan jumlah nephron dalam ginjal merupakan proses
penting dalam terjadinya hipertensi pada anak yang lahir dengan IUGR.7

Peran faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah7

Beberapa penelitian yang mencari hubungan antara overweight dan obesitas


dengan hipertensi pada anak hampir semua menunjukkan hasil yang bermakna.
Mekanisme peningkatan tekanan darah pada obesitas di antaranya adalah dengan
peningkatan stimulasi dari sistem saraf simpatis, melalui mekanisme renal dan
adrenal di mana pada obesitas terjadi retensi natrium dalam ginjal dan terganggunya
tekanan natriuresis yang akan mengakibatkan peningkatan volume darah. Obesitas
juga akan mengaktifkan sistem renin-angiotensin yang berasal dari ginjal yang akan
meningkatkan tekanan darah. Selain itu obesitas juga dapat mengakibatkan disfungsi
atau kerusakan fungsi vasoaktif dari sel endotelial, di mana terjadi penurunan nitric
oxide yang merupakan vasodilator dan peningkatan endhotelin yang merupakan
vasokontriktor. Peningkatan kadar leptin yang merupakan salah satu adipocyte-
derived substances juga berperan dalam peningkatan tekanan darah melaui
peningkatan stimulasi saraf simpatis, di mana leptin mengaktivasi saraf simpatis
secara sentral melalui efeknya pada hypothalamus dan secara perifer lokal. Selain itu
pada obesitas juga terjadi resistensi insulin dan atau hiperinsulinemia yang dapat
meningkatkan tekanan darah melalui beberapa mekanisme di antaranya adalah efek
antinatriuretik dari insulin, peningkatan sistem saraf simpatis, peningkatan respon
dari zat-zat vasokonstriktor, perubahan transpor kation pada membran pembuluh
darah, kerusakan sistem vasodilator endotelium, dan efek stimulasi pertumbuhan otot
polos pembuluh darah oleh insulin.8

Mekanisme patogenesis obesitas menyebabkan hipertensi.8


F. TEKNIK PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Tekanan darah pada anak sebaiknya diukur dengan menggunakan


sfigmomanometer air raksa, sedangkan sfigmomanometer aneroid memiliki
kelemahan yaitu memerlukan kalibrasi secara berkala. Osilometrik otomatis
merupakan alat pengukur tekanan darah yang sangat baik untuk bayi dan anak kecil,
hal ini dikarenakan saat istirahat teknik auskultasi sulit dilakukan pada bayi dan anak
kecil tetapi memiliki kekurangan yaitu harga alat yang mahal dan memerlukan
pemeliharaan serta kalibrasi berkala

Panjang cuff manset harus melingkupi minimal 80% lingkar lengan atas,
sedangkan lebar cuff harus lebih dari 40% lingkar lengan atas (jarak antara akromion
dan olekranon. Ukuran cuff yang terlalu besar akan menghasilkan nilai tekanan
darah yang lebih rendah, sedangkan ukuran cuff yang terlalu kecil akan
menghasilkan nilai tekanan darah yang lebih tinggi.
Tekanan darah diukur setelah istirahat selama 3 – 5 menit, dan suasana
pemeriksaan dalam keadaan tenang. Bayi diukur dalam posisi telentang dan anak
diukur dalam posisi duduk dengan lengan kanan diletakkan di atas meja sejajar
dengan jantung.. Jika tekanan darah menunjukkan angka di atas persentil ke 90,
tekanan darah harus diulang dua kali pada kunjungan yang sama untuk menguji
kesahihan hasil pengukuran tekanan darah.

Penggunaan Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM) biasanya


digunakan pada hipertensi episodik, gagal ginjal kronikm anak remaja dengan
hipertensi yang meragukan, serta menentukan dugaan adanya kerusakan organ target
karena hipertensi. ABPM menggunakan alat monirot portable yang dapat mencatat
nilai tekanan darah dalam selang waktu tertentu.7

G. DIAGNOSIS

Dalam menegakkan diagnosis hipertensi pada anak diperlukan pengkajian


medis yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaaan penunjang.

1. Anamnesis
Anamnesis pada hipertensi meliputi faktor resiko yang dapat diubah dan tidak
dapat diubah yaitu adanya riwayat keluarga hipertensi dan penyakit
kardiovaskular, pola hidup seperti intake garam, aktivitas fisik, dan
penggunaan obat yang dapat meningkatkan tekanan darah.5

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan adalah berat badan, dan
pemeriksaan tekanan darah paling sedikit tiga kali.

H. EVALUASI

Setelah mendiagnosis hipertensi, maka perlu dilakukan anamnesis dan


pemeriksaan fisik untuk mencari penyakit penyerta serta kerusakan organ target.
Evaluasi adanya hipertensi tergantung pada usia anak, derajat hipertensi, adanya
kerusakan organ target, dan faktor resiko.
a. Evaluasi Awal
Evaluasi awal pada pasien hipertensi dilakukan oleh dokter anak. Hal yang perlu
dilakukan pada evaluasi awal adalah anamnesis terhadap pasien dan keluarga
serta pemeriksaan fisik serta pemeriksaan peunjang yaitu urin rutin dan kimia
dasar.

b. Evaluasi Tambahan

Evaluasi tambahan diperlukan untuk membedakan hipertensi primer dan


hipertensi sekunder. Pada anak hipertensi dengan riwayat infeksi saluran kencing
harus dilakukan pemeriksaan dimercapto succinic acid (DMSA). Teknik ini lebih
sensitif dibandingkan pielografi intravena (PIV), kurang radiatif dan merupakan
baku emas untuk mendiagnosis adanya parut ginjal. Sidik
diethylenetriaminepentacetic acid (DTPA) dapat dilakukan untuk melihat adanya
uropati obstruktif. Mictiocystourethrography (MCU) dianjurkan dilakukan pada
anak di bawah usia dua tahun dengan riwayat infeksi saluran kencing untuk
mendiagnosis derajat refluks vesikoureter, serta merencanakan pengobatan
jangka panjang terhadap penyakit tersebut.

Kadar hormon dan pemeriksaan urin 24 jam dapat diperiksa oleh semua
dokter, tetapi pemeriksaan khusus seperti angiografi ginjal harus dilakukan di
rumah sakit khusus dengan fasilitas lengkap. Jika diagnosis penyebab hipertensi
mengarah ke penyakit renovaskular, maka dianjurkan untuk dilakukan
pemeriksaan angiografi tetapi teknik pemeriksaan ini bersifat invasif.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan dan kurang invasif adalah magnetic
resonance angiography.

Hipertrofi ventrikel kiri juga sering didapatkan pada anak penderita


hipertensi. Ekokardiografi merupakan teknik yang noninvasif, mudah dilakukan,
dan lebih sensitif dibandingkan elektrokardiografi, sehingga teknik ini dapat
dikerjakan sebagai pemeriksaan awal pada semua anak yang mengalami
hipertensi. Teknik ini dapat diulang secara berkala9,10.
Tabel 6. Evaluasi yang dilakukan pada anak penderita Hipertensi

Tingkat Evaluasi yang dinilai


I = Evaluasi awal Darah lengkap, eletrolit serum, asam urat, uji fungsi
ginjal, lemak darah, urinalisis, kultur, USG
II = Tambahan bila perlu Ekokardiografi, sidik nuklir (DMSA, DTPA), USG
dopler pada arteri ginjal, T3, T4, TSH serum,
katekolamin urin, aldosteron plasma, aktivitas renin
plasma, arteriografi ginjal

H. PENATALAKSANAAN

Pengobatan hipertensi pada anak bertujuan untuk mengurangi risiko jangka


pendek maupun panjang terhadap penyakit kardiovaskular dan kerusakan organ
target. Upaya mengurangi tekanan darah saja tidak cukup untuk mencapai tujuan ini.
Selain menurunkan tekanan darah dan meredakan gejala klinis, juga harus
diperhatikan faktor-faktor lain seperti kerusakan organ target, faktor komorbid,
obesitas, hiperlipidemia, kebiasaan merokok, dan intoleransi glukosa. Pengobatan
hipertensi pada anak dibagi ke dalam 2 golongan besar, yaitu non farmakologis dan
farmakologis yang tergantung pada usia anak, tingkat hipertensi dan respons terhadap
pengobatan.11
1. Pengobatan non-farmakologis

Anak dan remaja yang mengalami prehipertensi atau hipertensi tingkat 1


dianjurkan untuk mengubah gaya hidupnya. Pada tahap awal anak remaja yang
menderita hipertensi primer paling baik diobati dengan cara non-farmakologis.
Pengobatan tahap awal hipertensi pada anak mencakup penurunan berat badan,
diet rendah lemak dan garam, olahraga secara teratur, menghentikan rokok dan
kebiasaan minum alkohol. Seorang anak yang tidak kooperatif dan tetap tidak
dapat mengubah gaya hidupnya perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan obat
anti hipertensi. Penurunan berat badan terbukti efektif dalam mengobati
hipertensi pada anak yang mengalami obesitas. Dalam upaya menurunkan berat
badan anak, sangat penting untuk mengatur kualitas dan kuantitas makanan yang
dikonsumsi. Banyaknya makanan yang dikonsumsi secara langsung akan
memengaruhi berat badan dan massa tubuh, sehingga akan memengaruhi tekanan
darah. Makanan ringan di antara waktu makan yang pokok, makanan ringan yang
mengandung banyak lemak atau terlampau manis sebaiknya dihindari. Anak
perlu dibuatkan jadwal pola makan yang teratur dengan kandungan gizi
seimbang dan lebih diutamakan untuk banyak mengkonsumsi buah dan sayuran.
Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa anak yang mendapat ASI eksklusif
memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengalami obesitas dan hipertensi
dibandingkan dengan anak yang mendapat susu formula.

Diet rendah garam yang dianjurkan adalah 1,2 g/hari pada anak usia 4-8
tahun dan 1,5 g/hari pada anak yang lebih besar. Diet rendah garam yang
dikombinasikan dengan buah dan sayuran, serta diet rendah lemak menunjukkan
hasil yang baik untuk menurunkan tekanan darah pada anak. Asupan makanan
mengandung kalium dan kalsium juga merupakan salah satu upaya untuk
menurunkan tekanan darah. Olahraga secara teratur merupakan cara yang sangat
baik dalam upaya menurunkan berat badan dan tekanan darah sistolik maupun
diastolik. Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah dengan cara
meningkatkan aliran darah, mengurangi berat badan dan kadar kolesterol dalam
darah, serta stres.

2. Pengobatan farmakologis:

Menurut the National High Blood Pressure Education Program (NHBEP)


Working Group on High Blood Pressure in Children and Adolescents obat yang
diberikan sebagai antihipertensi harus mengikuti aturan berjenjang (step-up),
dimulai dengan satu macam obat pada dosis terendah, kemudian ditingkatkan
secara bertahap hingga mencapai efek terapeutik, atau munculnya efek samping,
atau bila dosis maksimal telah tercapai. Kemudian obat kedua boleh diberikan,
tetapi dianjurkan menggunakan obat yang memiliki mekanisme kerja yang
berbeda.11

Di bawah ini dicantumkan beberapa keadaan hipertensi pada anak yang


merupakan indikasi dimulainya pemberian obat antihipertensi:

1. Hipertensi simtomatik

2. Kerusakan organ target, seperti retinopati, hipertrofi ventrikel kiri, dan


proteinuria

3. Hipertensi sekunder

4. Diabetes melitus

5. Hipertensi tingkat 1 yang tidak menunjukkan respons dengan perubahan gaya


hidup

6. Hipertensi tingkat 2.

Pemilihan obat yang pertama kali diberikan sangat tergantung dari


pengetahuan dan kebijakan dokter. Golongan diuretik dan β-blocker merupakan
obat yang dianggap aman dan efektif untuk diberikan kepada anak. Golongan
obat lain yang perlu dipertimbangkan untuk diberikan kepada anak hipertensi
bila ada penyakit penyerta adalah penghambat ACE (angiotensin converting
enzyme) pada anak yang menderita diabetes melitus atau terdapat proteinuria,
serta β-adrenergic atau penghambat calcium-channel pada anak-anak yang
mengalami migrain. Selain itu pemilihan obat antihipertensi juga tergantung dari
penyebabnya, misalnya pada glomerulonefritis akut pascastreptokokus
pemberian diuretik merupakan pilihan utama, karena hipertensi pada penyakit ini
disebabkan oleh retensi natrium dan air. Golongan penghambat ACE dan reseptor
angiotensin semakin banyak digunakan karena memiliki keuntungan mengurangi
proteinuria.
Tabel 6 Obat antihipertensi yang digunakan pada anak dan remaja 11

Golongan obat Jenis Obat Dosis dan Interval Efek Samping

Angiotensin Kaptopril Dosis: 0,3 s/d Kontraindikasi


Converting 0,5 mg/kg/kali pada ibu hamil
Enzyme Maksimum 6 Pemeriksaan
inhibitor (ACEi) mg/kg/hari serum kreatinin

Dosis: 0,08 dan kalium

mg/kg/hari Dapat dibuat

sampai 5 suspensi Hati

mg/hari hati pemakaian


Enalapril
pada penyakit
ginjal dengan
Dosis: 0,2 proteinuria dan
mg/kg/hari - 10 diabetes
mg/hari mellitus
Maksimum: 0,6
mg/kg/hari

Benazepril sampai 40
mg/hari

Dosis: 0,07
mg/kg/hari
Lisinopril
sampai 40
Fosinopril
mg/hari
Kuinapril
Anak > 50 kg:
dosis 5 s/d 10
mg/hari

Dosis
maksimum: 40
mg/ hariDosis: 5

s/d 10 mg/hari

Dosis
maksimum: 80
mg/ hari
Angiotensin Irbesartan 6 s/d 12 tahun: Semua ARB
Receptor 75 sampai 150 dikontra
Blocker (ARB) mg/hari (satu indikasikan
kali perhari) pada ibu hamil

≥13 tahun: Pemeriksaan


kadar serum
150 s/d 300
Losartan kreatinin dan
mg/hari
kalium.
Losartan dapat
Dosis: 0,7 dibuat menjadi
mg/kg/ hari suspensi
sampai 50
FDA membatasi
mg/hari (satu
pemakaian
kali sehari)
losartan hanya
Dosis
untuk anak ≥6
maksimum: 1,4
tahun dan
mg/ kg/hari
kreatinin
sampai 100 mg/
klirens ≥ 30
mL/min per
1,73 m2
Calcium Amlodipin Anak usia 6 Dapat
Channel sampai 17 menyebabkan
Blocker tahun: takikardi dan

2,5 - 5 mg satu edema

kali sehari
Felodipin
Dosis: 2,5
Isradipin mg/hari
Extended Dosis
release maksimum: 10
nifedipin mg/hari

Dosis: 0,15
sampai 0,2 mg/
kg/hari (dibagi
3 sampai 4
dosis)

Dosis
maksimum: 0,8
mg/ kg/hari
sampai 20
mg/hari

Dosis 0,25
sampai 0,5 mg/
kg/hari (satu
sampai dua kali
perhari)
Alpha dan Beta Labetalol Dosis: 1 s/d 3 Kontraindikasi
Blocker mg/kg/hari pada penderita

Dosis asma dan

maksimum: 10 gagal jantung

s/d 12 mg/kg/ Tidak

hari sampai digunakan

1200 mg/hari pada pasien


diabetes yang
insulin
dependent
Beta Blocker Atenolol Dosis: 0,5 s/d 1 Noncardioselec
mg/hari (satu tive agents
sampai dua kali Tidak
perhari) digunakan
Dosis pada pasien
maksimum: 2 diabetes
mg/kg/ hari mellitus
sampai 100
mg/hari
Metoprolol

Dosis: 1 s/d 2
mg/kg/ hari(dua

kali perhari)
Dosis
maksimum: 6
mg/kg/ hari
Propanolol
sampai 200
mg/hari
Dosis: 1-2
mg/kg/hari
(dibagi dua
sampai tiga
dosis)

Dosis
maksimum: 4
mg/kg/ hari
sampai 640
mg/hari
Vasodilator Hidralazin Dosis: 0,75 Sering
mg/kg/hari menyebabkan

Dosis maximal: takikardi dan

7,5 mg/kg/ hari retensi cairan

sampai 200 Dapat

mg/hari menyebabkan
lupus like
Anak < 12
syndrome
Minoxidil tahun:
Kontraindikasi
Dosis: 0,2
pada efusi
mg/kg/hari
pericardium,
(dibagi satu
supraventrikula
sampai 3 dosis)
r takikardia,
Dosis dan
maksimum: 50 takidisritmia
mg/ hari Minoxidil
biasanya
digunakan
pada pasien
hipertensi yang
resisten
terhadap
multiple drug

Diuretik Hidroklorotiazid Dosis: 1 mg Harus


Furosemid /kg/hari(sekali dimonitor kadar

Spironolakton sehari) elektrolit

Triamteren Dosis: 0,5 mg secara periodik

s/d 2 mg/kg/ Diuretik hemat

hari kalium dapat


menyebabkan
Dosis
hiperkalemia
maksimum: 6
berat terutama
mg/kg/ hari
bila
dikombinasikan
Dosis: 1 dengan ACEi
mg/kg/hari atau ARB
(dibagi 1-2 Furosemid
dosis) berguna
Dosis: 1 s/d 2 sebagai terapi
mg/kg/hari tambahan pada

Dosis penyakit ginjal

maksimum: 3
s/d 4 mg/hari

sampai 300 mg/


hari

Langkah-langkah pendekatan pengobatan hipertensi

3. Penanganan Hipertensi Emergensi

Hipertensi emergensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tekanan darah


yang harus diturunkan dalam waktu satu jam, karena pada penderita didapatkan
kejang, nyeri kepala, gangguan penglihatan, atau payah jantung. Pemberian nifedipin
secara oral atau sublingual sangat membantu pada tahap awal pengobatan, sambil
mencari cara agar obat suntikan dapat segera diberikan. 13

Pengobatan secara intravena yang harus segera diberikan adalah natrium


nitroprusid atau infus labetolol bila tersedia. Bolus hidralazin secara intravena dapat
diberikan bila obat infus tersebut di atas tidak tersedia. Pada anak yang menderita
hipertensi kronik dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah sebesar 20-30% dalam
waktu 60-90 menit. Anak yang menderita hipertensi urgensi harus diberi nifedipin
yang kerjanya cepat dan harus dirawat untuk memantau keadaan dan melihat efek
samping. Tekanan darah harus diturunkan dalam waktu 24 jam dengan nifedipin.
Hipertensi urgensi biasanya terjadi pada penderita glomerulonefritis akut, hipertensi
akselerasi, dan setelah dilakukan transplantasi ginjal.
Salah satu bentuk hipertensi emergensi adalah krisis hipertensi, yaitu tekanan darah meningkat dengan cepat hingga mencapai sistolik ≥

180 mmHg atau diastolik ≥ 120 mmHg.13

Obat Cara Dosis Awal Respon Lama Efek Samping


pemberian Awal Respon
Natrium Pompa 50 mg/l segera selama Membutuhkan
nitroprus infus dalam infus pengawasan terus
id larutan menerus, risiko
D5% keracunan tiosianat
(5
mikrogra
m/ ml)
0,5-8
mikrogra
m/
kg/menit
atau
0,01-0,16
ml/
kg/menit
Hidralaz IV atau IM 0,1-0,2 10-30 2-6 jam Takikardia, flushing,
in mg/kg menit sakit kepala

Diazoksi Intraven 2-5 3-5 4-24 Nausea,


d a cepat mg/kg menit jam hiperglikemia,
dalam 30
(1-2 menit retensi natrium,
respon obat pilihan
menit)
(-) ulangi

Reserpi IM 0,07 mg/kg Hidung tersumbat,


n maksimal respon awal lambat
2,5 mg

Alfa Pompa 5-10 mg 2-6 jam 6-18 Mengantuk, respon


metil- infus dalam 50 jam awal lambat
dopa ml D5%
(50 mg/
ml
diberikan
sekitar
30-60
menit)
ulangi
tiap 6-8
jam

Klonidin IV atau IM 0,002 IV: 5 Mengantuk, mulut


mg/kg/ IM menit kering, rebound
kali ulangi IM: hypertension
tiap 4-6 beber
jam. Dosis a- pa
bisa menit
ditingkatkan lebih
sampai 3x lama
lipat

J. PENCEGAHAN

Pencegahan primer hipertensi harus dilihat sebagai bagian dari pencegahan


terhadap penyakit lain seperti penyakit kardiovaskular dan stroke yang merupakan
penyebab utama kematian pada orang dewasa. Penting pula diperhatikan faktor-faktor
risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular seperti obesitas, kadar kolesterol
darah yang meningkat, diet tinggi garam, gaya hidup yang salah, serta penggunaan
rokok dan alcohol. Sejak usia sekolah, sebaiknya dilakukan pencegahan terhadap
hipertensi primer dengan cara mengurangi asupan natrium dan melakukan olah raga
teratur. 14

Pencegahan sekunder dilakukan bila anak sudah menderita hipertensi untuk


mencegah terjadinya komplikasi seperti infark miokard, stroke, gagal ginjal atau
kelainan organ target. Pencegahan ini meliputi modifikasi gaya hidup menjadi lebih
benar, seperti menurunkan berat badan, olahraga secara teratur, diet rendah lemak dan
garam, menghentikan kebiasaan merokok atau minum alkohol. 15
BAB III

KESIMPULAN

Hipertensi pada anak adalah tekanan sistolik dan atau tekanan diastolik tetap
atau lebih pada persentil 95 berdasarkan jenis kelamin, usia dan tinggi badan dan
diukur paling sedikit tiga kali pemeriksaan dengan metode auskutasi. Penegakkan
diagnosis hipertensi pada anak dengan anamnesis untuk mengetahui riwayat penyakit,
pola hidup, riwayat keluarga dan faktor resiko serta dengan pemeriksaan fisik dengan
mengukur tekanan darah anak paling sedikit tiga kali pemeriksaan. Hipertensi pada
anak harus di deteksi secara dini dengan mengukur tekanan darah secara rutin apabila
anak memiliki faktor resiko menderita hipertensi seperti obesitas dan kurangnya
aktivitas fisik. Pengobatan hipertensi pada anak bertujuan untuk mengurangi risiko
jangka pendek maupun panjang terhadap penyakit kardiovaskular dan kerusakan
organ target. Pengobatan hipertensi pada anak dengan metode non-farmakologis dan
farmakologis tergantung dengan derajat hipertensi anak.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gauthier B, Edelman CM Jr, Barnet HL. Hypertension. Nephrology and urology


for the pediatrician. Boston: Little Brown. Task force on blood pressure control in
children. 1982. p.21-30.
2. Riley M, Dobson M, Sen A, Green L. Recognizing elevated BP in children and
adolescents: how are we doing? J Fam Pract. 2013;62(6). p. 294–9.
3. American Academy of Pediatrics. Diagnosis, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure in Children and Adolescents. Vol. 114. 2004. p.555-76.
4. McCrindle BW. Assessment and management of hypertension in children and
adolescents. Nat Rev Cardiol. 2010;7(3):p. 155–63.
5. Rose E, Lauren A, Haldeman. Risk Factors in Adolescent Hypertension. Global
Pediatric Health. Vol. 3. 2016. p.555-76.
6. Menghetti E, Strisciuglio P, Spagnolo A, et al. Hypertension and obesity in
Italian school children: The role of diet, lifestyle and family history. Nutrition,
Metabolism & Cardiovascular Diseases. 2015. p. 602-7.
7. Kadir A. Hubungan Patofisiologi Hipertensi dan Hipertensi Renal. Jurnal Ilmiah
Kedokteran. Vol. 5: 1. 2016. p. 15 - 25
8. Kotchen TA. Obesity-related hypertension: epidemiology, pathophysiology, and
clinical management. Am J Hypertens. 2010;23(11). p. 1170-8.
9. Lo JC, Sinaiko A, Chandra M,et al. Prehypertension and hypertension in
community-based pediatric practice. Pediatrics. 2013;131(2). Available at:
www.pediatrics.org/cgi/content/full/ 131/2/e415
10. Juhola J, Magnussen CG, Viikari JS, et al. Tracking of serum lipid levels, blood
pressure, and body mass index from childhood to adulthood: the Cardiovascular
Risk in Young Finns Study. J Pediatr. 2011;159(4). p. 584–90.
11. Unit Kerja Nefrologi. Konsensus Tatalaksana Hipertensi pada Anak. Ikatan
Dokter Anak Indonesia. 2011. p.4-13.
12. Nafrialdi. Anti hipertensi. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi,
Elysabeth, penyunting. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-5. Departemen
Farmakologi dan Terapetik FKUI: Jakarta.2007.p.341-60.
13. Umboh A. Tata laksana hipertensi krisis pada anak. Dalam: Noer MJ, Soemyarso
NA, Subandiyah K, Presetyo RV, Alatas H, Tambunan T, penyunting.
Kompedium nefrologi anak. Edisi ke-1. Unit Kerja Nefrologi IDAI: Jakarta.
2011. h.50-3.
14. Emily DP, Alan RS, Elyse O, et al. Change in Weight Status and Development of
Hypertension. Pediatrics. 2016;137.
15. Bruyne PD,Walle JV Management of hypertension in children and adolescents.
2
Department of Pediatrics, Department of Pediatric
Nephrology. Vol. 70 (2). 2015. p.87-93.

Anda mungkin juga menyukai