Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karies, fraktur gigi, dan prosedur operatif merupakan beberapa kondisi yang menyebabkan
inflamasi pulpa dan nekrosis pulpa. Proses inflamasi yang terjadi pada pulpa merupakan proses
yang kompleks, dan melepaskan beberapa mediator kimia, seperti: prostaglandidn, bradikinin,
neurokin, interleukin 1 beta, alphatrombin, superoxide dismutase, nitric oxide, dan interleukin-
6. Inflamasi pada pulpa diikuti dengan beberapa perubahan pada jaringan seperti: vasodilatasi,
peningkatan permeabilitas vaskuler, dan ekstravasasi leukosit.
Pulpa merupakan jaringan yang sepenuhnya bergantung pada arteriol yanng memasuki foramen
apikal untuk suplai darah. Pulpitis merupakan radang pada jaringan pulpa disertai dengan onset
nyeri mendadak. Pulpitis akut bisa reversibel atau irreversibel, bergantung pada kapasitas dari
jaringan pulpa untuk regenerasi, sehingga penting untuk ditegakkan apakah pulpitis ini
reversibel atau irreversibel, karena berpengaruh terhadap tatalaksana yang tepat. Oleh sebab itu
sangat penting pembahasan mengenai pulpitis kronis. Laporan kasus ini bertujuan untuk
memberikan gambaran singkat tentang pulpitis kronis yang bertujuan untuk mengetahui
etiologi, sampai dengna penanganannya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana penegakan diagnosis pulpitis kronis
1.2.2 Bagaimana penatalaksanaan pulpitis kronis

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui penegakan diagnosis pulpitis kronis
1.3.2 Mengetahui penatalaksanaan pulpitis kronis

1.4 Manfaat
Menambah wawasan keilmuan tentang ringkasan dari kasis dan beberapa tinjauan tentang
pulpitis kronis.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas

Nama : Ny. NA
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir / Umur : 60 tahun
Alamat : Klampis
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Suku : Madura
Status : Menikah
Pekerjaan : IRT
Tanggal periksa : 5 Desember 2019

2.2 Anamnesa

a. Keluhan utama : Gigi sebelah kiri bawah bagian belakang terasa nyeri
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poliklinik gigi dan mulut RSUD Syamrabu dengan keluhan gigi sebelah
kiri belakang terasa nyeri setelah ditambal 2 minggu yang lalu. Rasa nyeri memburuk sejak
semalam. Nyeri awalnya dirasa hilang timbul namun 2 hari ini nyeri dirasa terus menerus. Nyeri
dirasa semakin berat ketika pasien memakan makanan yang panas. Nyeri tidak hilang walaupun
sudah tidak memakan makanan yang panas. Nyeri yang dirasakan berdenyut. Pasien mengaku
nyeri menjalar ke daerah pipi, dan kepala bagian kiri. Rasa nyeri yang dirasakan membuat
pasien kesulitan untuk mengunyah. Pasien tidak mengeluh adanya gusi bengkak, maupun gusi
berdarah.

c. Riwayat penyakit keluarga


 Kelainan darah : Disangkal
 Kelainan endokrin : Disangkal
 Kelainan jantung : Disangkal
 Kelainan saraf : Disangkal
 Alergi : Disangkal
 Lain-lain :-
d. Riwayat perawatan gigi dan mulut
˗ Gigi : restorasi gigi (tambalan non logam) gigi 3.7
˗ Jaringan lunak rongga mulut dan sekitarnya : belum pernah melakukan perawatan jaringan
lunak rongga mulut
e. Riwayat kesehatan
˗ Kelainan darah : Pasien mengaku tidak ada kelainan
˗ Kelainan endokrin : Pasien mengaku tidak ada kelainan
˗ Gangguan nutrisi : Pasien mengaku tidak ada kelainan
˗ Kelainan jantung : Pasien mengaku tidak ada kelainan
˗ Kelainan kulit/ kelamin: Pasien mengaku tidak ada kelainan
˗ Gangguan pencernaan : Pasien mengaku tidak ada kelainan
˗ Gangguan respiratori : Pasien mengaku tidak ada kelainan
˗ Kelainan imunologi : Pasien mengaku tidak ada kelainan
˗ Lain-lain : Pasien mengaku tidak ada kelainan
f. Obat-obatan yang telah /sedang dijalani
Pasien mengobati keluhannya dengan meminum analgetik
g. Keadaan sosial/kebiasaan
Pasien berasal dari keluarga golongan menengah, rokok (-), alkohol (-), suka makan dan minum
manis.

2.3 Pemeriksaan Klinis


2.3.1 Status umum
- Keadaan umum : tidak tampak kesakitan
- Kesadaran : composmentis, G4V5M6
- Vital sign : tidak diukur
- BMI : tidak diukur (pasien tampak normo weight)
2.3.2 Ekstra oral
a. Kepala dan wajah : simetris, edema (-), konjungtiva dbn, scar (+) pada regio
mandibular
b. Pipi D/S : simetris
c. Bibir atas : simetris ; Bibir bawah : simetris
d. Mulut : mulut tidak dapat membuka penuh  ±2 jari sempit; sudut mulut simetris
e. Kelenjar submandibularis : tidak teraba pembesaran
f. Kelenjar submentalis : tidak teraba pembesaran
g. Kelenjar leher : tidak teraba pembesaran
h. Kelenjar sublingualis : tidak teraba pembesaran
i. Kelenjar parotis : tidak teraba pembesaran
j. Pemeriksaan temporomandibular joint : clicking (-), gigling (-)

2.3.3 Intra oral


a. Jaringan lunak
- Mukosa
 Mukosa bukal : benjolan (-), hiperemi (-), leukoplakia (-), ulser (-)
 Mukosa palatum : abses (-), nodul (-), hiperemi (-), ulser (-)
 Mukosa labial : warna merah muda, ulser (-), zona vermilion (+), angular cheilitis (-), blister
(-), nodul (-)
- Lidah
Warna dorsum lidah putih, bentuk normal, deviasi (-), papila atrofi (-), fissura (+), hairy (-),
gerakan normal, plak (-), ulser (-), nodul (-).
- Gingiva
Eritema (-), edema (-), konsistensi kenyal, pus (-), nyeri tekan (-), benjolan (-)
- Palatum durum dan mole
Benjolan (-), torus (-), nodul (-).
- Tonsil
Warna merah muda, eritema (-), edema (-), debris (-).
- Uvula
Warna merah muda, eritema (-), edema (-), debris (-), deviasi (-), ukuran normal (-), bifida (-).
- Faring
Warna merah muda, eritema (-), edema (-).
- Dasar mulut
Frenulum (+), duktus sublingual (+), nodul (-), ulser (-), torus (-).

- Vestibulum maxilla dan mandibula


Warna : merah, nodul (-), ulser (-), frenulum labialis (+).
b. Jaringan keras
- Tulang alveolar: Tidak terdapat kelainan
- Gigi
Inspeksi : Kalkulus (+) pada gigi 1.6, 1.7, 2.3, 2.4,2.5, 3.1, 3.2, , 4.1, 4.2, 4.3, 4.4,
4.7, 4.8; karies (+) pada gigi 1.3,1.6, 2.6, 2.7, 3.7, 3.8, 4.7, 4.8; missing teeth (-)
Palpasi : Luksasi (-), nyeri (+) pada gigi 3.7
Perkusi : Nyeri (+) pada gigi 3.7

Gambar 1. Foto Klinis Ekstraoral.

Gambar 2. Foto Klinis Intraoral.


Gambar 3. Odontogram.
Keterangan :
˗ Gigi 3.7 : gigi tambalan non logam
˗ Supernumary teeth: tidak ada
˗ Diastema : tidak ada
2.4 Diagnosa Banding
Gangren pulpa
Periodontitis
2.5 Diagnosa Penyakit Lain
Nyeri non-odontegenic
2.6 Diagnosa Kerja
Pulpitis kronis gigi 3.7
2.7 Tatalaksana
Open bor gigi 3.7
PO asam mefenamat 3x1
PO amoxicillin 3x1
Rencana ekstrasi gigi 3.7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 ANATOMI

Gambar 1. Struktur gigi normal

Gambar 2. Struktur gigi abnormal

Pulpa adalah organ formatif gigi dan membangung dentin primer selama perkembangan
gigi, dentin sekunder setelah erupsi dan dentin reparative sebagai respon terhadap stimulasi
selama odontoblas tetpau utuh. Pulpa bereaksi terhadap stimuli panas dan dingin yang hanya
dirasakan sebagai rasa skait. Pulpa biasanya tahan terhadap sushu sekitar 16 derajat celcius dan
55 derajat celcius yang dikenakan secara langsung pada daerah superfisial. Rasa sakit
merupakan suatu reaksi protektif yang menjadi tanda bahwa terjadi suatu peradangan atau
kerusakan pada pulpa. Apabila terjadi kerusakan pada pulpa sangat kecil kemungkinan untuk
kembali seperti semula. Semua ini tergantung pada aktivitas seluler, suplai nutrisi, usia,
metabolik dan parameter fisiologis yang lainnya.

3.2 DEFINISI pulpitis


Pupitis adalah keadaan dimana daerah pulpa mengalami inflamasi akut maupun kronis,
sebgian atau seluruhnya dan dapa pula dalam keadaan terinfeksi atau streril. Dua jenis inflamasi
pulpa yaitu kronis dan akut :
1. pulpitis kronis berasal dari pulpa yang terbuka akibat karies atau trauma.
2. pulpitis akut umunya mengalami rasa sakit yang cepat, sebentar.
Pulpitis itu sendiri ada yang bersifat reversible dan ireversibel. Pulpitis reversible adalah
suatu kondisi inflamasi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh stimulus noksius, tetapi
kemampuan pulpa untuk kembali seperti semula memiliki kemungkinan yang masih besar dan
rasa sakit akan hilang bila stimulus dihilangkan. Rasa sakit yang berlangsung sebentar dapat
diakibatkan oleh stimulus thermal, trauma maupun stimulus kimiawi. Pulpitis reversible
simtomatik ditandain dengan rasa sakit yang tajam, hanya sebentar, lebih sering diakibatkan
oleh suhu dingin daripada panas atau oleh udara dingin. Tidak timbul secara spontan dan tidak
berlanjut jika etiologi dihilangkan. Perbedaan dengan pulpitis ireversibel adalah dimana pada
pulpitis ireversibel rasa sakit yang terjadi biasanya lebih parah dan berlangsung dalam jangka
waktu yang lama, tetap erasa sakit meskipun etiologi telah dihilangkan dan sering disertai
dengan rasa sakit yang spontan. Pulpitis ireversibel biasanya disertain dengan keadaan pulpa
yang infeksi.

3.3 ETIOLOGI
Etiologi yang sering didapatkan pada kerusakan yang terjadi pada pulpa adalah fisis
(mekanis ,thermal, listrik, dan radiasi), kimiawi (asam fosfat, monomer akriik, erosi akibat
asam) dan bacterial (toksin yang diproduksi oleh bakteri, invasi bakterial secara langsung
kedalam pulpa, dan kolonisasi microbial didalam pulpa).

3.4 Patofisiologi Pulpitis


Pulpa terbungkus dalam dinding yang keras sehingga tidak memiliki ruang yang cukup
untuk membengkak ketika terjadi peradangan. Yang terjadi hanyalah peningkatan tekanan di
dalam gigi. Peradangan yang ringan, jika berhasil diatasi, tidak akan menimbulkan kerusakan
gigi yang permanen. Peradangan yang berat bisa mematikan pulpa. Meningkatnya tekanan di
dalam gigi bisa mendorong pulpa melalui ujung akar, sehingga bisa melukai tulang rahang dan
jaringan di sekitarnya.2 Pada pulpitis akut, didapati 5 tanda kardinal radang akut (makroskopis),
yaitu:
a. Penumpukan darah pada kapiler akibat hiperemi aktif menyebabkan tanda rubor (merah).
Saat reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensuplai daerah tersebut melebar,
dengan demikian lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-
kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja yang meregang dengan cepat terisi
penuh dengan darah.
b. Akibat edema di jaringan interstitial terjadi pembengkaan/tumor (bengkak). Hal ini
ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan
interstitial.
c. Edema menyebabkan tekanan ke jaringan sekitarnya seperti sistem saraf, sehingga didapati
tanda dolor (nyeri). Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat
merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia bioaktif lainnya dapat
merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan
peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit.
d. Peningkatan metabolisme di daerah jejas karena jumlah O2 meningkat menyebabkan tanda
kalor (panas). Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya sebab
darah yang disalurkan tubuh ke permukaan daerah yang terkena lebih banyak daripada yang
disalurkan ke daerah normal.
e. Berkurangnya fungsi karena adanya rasa sakit akibat saraf yang terangsang sehingga bagian
organ tubuh tidak berfungsi. Hal ini dinamakan tanda fungsiolesa (gangguan fungsi).3
Pada pulpitis kronis, didapati tanda proses radang yang lama dengan pembentukan jaringan
granulasi. Pada radang kronis terjadi perubahan histologis berupa:
a. Berkurangnya jumlah sel polimorfonuklear, tetapi yang dominan adalah limfosit, plasma sel,
dan makrofag.
b. Proliferasi epitel vaskuler dimana terjadi pembentukan kapiler yang baru.
c. Proliferasi fibroblas yaang merangsang produksi kolagen yang akan membentuk jaringan
fibrosis.3

Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau seluruhnya, dan pulpa
dapat terinfeksi atau steril. Keradangan pulpa dapat terjadi karena adanya jejas yang dapat
menimbulkan iritasi pada jaringan pulpa. Jejas tersebut dapat berupa kuman beserta produknya
yaitu toksin, dan dapat juga karena faktor fisik dan kimia (tanpa adanya kuman).

Kebanyakan inflamasi pulpa disebabkan oleh kuman dan merupakan kelanjutan proses
karies, dimana karies ini proses kerusakannya terhadap gigi dapat bersifat local dan agresif.
Apabila lapisan luar gigi atau enamel tertutup oleh sisa makanan, dalam waktu yang lama akan
menjadi kuman sehingga terjadinya kerusakan di daerah enamel yang akan terus berjalan
mengenai dentin hingga pulpa. Ada tiga bentuk pertahanan dalam menaggulangi proses karies,
yaitu :

a. Penurunan permeabilitas dentin.


b. Pembentukan dentin reparatif.
c. Reaksi inflamasi secara respons immunologik.
Apabila pertahanan ini tidak dapat mengatasi, maka terjadilah radang pulpa (pulpitis).
Radang merupakan reaksi perthanan tubuh dari pembuluh darah, saraf dan cairan sel di jaringan
yang mngalami trauma.4

3.5 Diagnosis
 Anamnesa: gejala nyeri termasuk kedalam kriteria reversibel atau irreversibel
 Pemeriksaan fisik:
a. Cavity test: menentukan apakah sudah terjadi nekrosis dari pulpa
b. Electric pulp test: untuk menentukan apakah pulpa masih vital atau nekrosis, tidak bisa
digunakan pada gigi dengan crown atau beberapa gigi dengan filling yang luas
c. Thermal test: untuk menentukan atau memperkirakan vitalitas pulpa. Tes dingin
berfunfsi untuk mengetahui reversibel atau irreversibel pulpitis, sedangkan tes hangat
penting untuk menentukan pulpitis irreversibel.
d. Perkusi gigi: dilakukan untuk menentukan kondisi ligamen periodontal dan struktur
yang mendukung
e. Palapasi gigi: melihat keterlibatan periapikal
 Pemeriksaan penunjang: foto X-ray

3.6 Tatalaksana
 Pulpitis reversibel
a. Vitalitas pulpa dapat dipertahankan dengan menghilangkan karies dan restorasi gigi
b. Monitoring gejala yang dirasakan pasien
c. KIE pasien untuk kontrol kembali jika nyeri yang dirasakan menetap atau memburuk.
 Pulpitis irreversibel
a. Pulpectomy atau complete pulpa removal
b. Root canal treatment
c. Ekstrasi
 Simtomatis
Anti inflamsi (ibuprofen 600 mg/6 jam maksimal 2400mg/hari)
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien datang ke poli gigi RSUD Syamrabu dengan keluhan gigi kiri belakang bawah sakit
secara tiba-tiba, nyeri memberat saat dipegang, mengunyah, maupun memakan makanan panas,
dan tidak berkurang meskipun stimulus dihilangkan. Keluhan ini dirasa pasien sejak 2 minggu
yang lalu setelah tambal gigi kiri bawah belakang. Untuk meredakan nyeri pasien meminum
obat anti nyeri, namun nyeri tidak berkurang.
Pemeriksaan fisik:
EO: tidak ada kelainan
IO: Inspeksi: karies (+), kalkulus (+)
Sondase: profunda, sakit (+)
Perkusi: nyeri (+) gigi 3.7
Palpasi: nyeri (+) gigi 3.7
Berdasarkan anamnesis serta pemeriksaan, yang dirasakan pasien sesuai dengan teori
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita pulpitis, yaitu peradangan pada pulpa.
Dikategorikan sebagai pulpitis kronis karena gejala yang dirasakan pasien tidak
memperlihatkan nyeri yang hebat, pasien terlihat lebih tenang. Pulpitis ini diakibatkan oleh
trauma dan faktor saliva, gigi, serta makanan dengan gejala sakit gigi yang tumpul, berdenyut,
terutama bila terkena makanan yang panas. . Pada inspeksi nampak karies, sondase: karies(+)
kalkulus (+), sakit (+), perkusi: dapat (+) maupun (-), tes thermal: (+), Hal ini disebabkan pada
pulpitis kronik terjadi oedem pada pulpa sehingga menekan saraf yang dapat menimbulkan rasa
sakit spontan atau tanpa rangsangan

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari penjabaran pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :
a. Pasien Ny. Na umur 60 tahun berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan, terdiagnosa menderita
pulpitis kronis.
b. Dalam mendiagnosis kasus pulpitis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik ekstra dan
intra oral, ditambah pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen. Setelah diagnosis ditegakkan,
dipikirkan rencana perawatan pasien yang berprinsip pada mempertahankan vitalitas gigi serta
saraf gigi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Grossman, Louis I, et al. 1988. Edodontic Practice eleventh edition. Philadelphia:
Pennsylvania, U.S.A.
2. Medicastore.Pulpitis.http://medicastore.com/penyakit/141/Pulpitis_radang_pulpa_gigi.html.
3. Sudiono J, Kurniadhi B, Hendrawan Adhy, Djimantoro B. Ilmu Patologi.. Jakarta: EGC, 2003:
81-98.
4. Tronstad, Leif. Clinical Endodontics. Ed. 3. German: Thieme. 2009. P. 11-12.
5. Louis I. Grossman, Seymour Oliet, Carlos E. Del Rio. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Edisi
11. Jakarta : EGC. 1995. P.65-70, 73-74.

Anda mungkin juga menyukai