Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS MEDIK

ASTROSITOMA
Oleh :
dr. Armansyah Nur Dewantara
Pembimbing :
dr. Gatot S, Sp.S
Pendamping
dr Fonyta Sugianto
dr Wiji Kusbiyah

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.M
Usia

: 47 tahun

Jenis kelamin : Perempuan


Alamat

: Tugu, Trenggalek

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


Suku Bangsa : Jawa
Agama

: Islam

No RM : 34.83.36
Tanggal MRS : 16/12/2016

ANAMNESA
Keluhan Utama:
Nyeri kepala
Keluhan tambahan :
Penurunan penglihatan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD dr Soedomo Trenggalek dengan keluhan nyeri kepala sejak satu hari
sebelum masuk rumah sakit. Pasien merasakan nyeri di seluruh bagian kepala pasien. Pasien
mengaku sakit yang dirasakan merata di seluruh kepalanya dan tidak terbatas di daerah tertentu.
Pasien mengaku sakit yang dirasakan saat pasien beristirahat. Pasien juga mengaku sakit kepala
yang dirasakan tidak memberat saat melakukan kegiatan apapun. Sakit kepala yang dirasakan
sudah sejak beberapa bulan yang lalu dan sering kambuh. Pasien juga berobat ke poli saraf karena
sakit kepala yang sering kambuh tersebut. Pasien juga mengeluhkan penurunan penglihatan.
Penurunan penglihatan yang dirasakan pasien sudah sejak satu bulan terakhir. Sebelumnya pasien
bisa melihat secara baik namun dalam satu bulan terakhir pasien merasa penurunan penglihatan
pada kedua mata.

ANAMNESA
Pasien mengaku penurunan penglihatan yang dialami pasien saat pasien
melihat dekat dan jauh. Pasien mengeluh kabur saat melihat dekat maupun
jauh. Pasien tidak mengeluhkan adanya mual, muntah dan penurunan
kesadaran. Pasien juga tidak mengeluhkan kelemahan di bagian anggota
badan.

ANAMNESA
. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
:
Riwayat stroke sebelumnya disangkal
Riwayat hipertensi (+) tidak terkontrol
Riwayat diabetes mellitus disangkal.
Riwayat penyakit jantung disangkal
. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :
o Riwayat stroke disangkal
o Riwayat hipertensi (+) Ayah
o Riwayat diabetes mellitus disangkal.
o Riwayat penyakit jantung disangkal

ANAMNESA
Riwayat Penyakit Sosial (RPSos) :
o Kebiasaan merokok disangkal
o Kebiasaan minum kopi disangkal
o Kebiasaan minum alkohol disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital
oTekanan Darah : 190/110 mmHg
oNadi : 88x/menit reguler
oSuhu aksila : 36,7 0C
oRR : 21 x/menit reguler
Status Interna
Kepala-Leher : a/i/c/d = -/-/-/Thorax : Cor : S1S2 tunggal
Pulmo: Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/Abdomen: Flat, Bising Usus Normal, Timpani, Soepel
Ekstremitas : Akral hangat pada keempat ekstremitas
Tidak ada oedema pada keempat ekstremitas

PEMERIKSAAN FISIK
Status Neurologi
Kesadaran (GCS) : 4-5-6
Pembicaraan : - Diasartria : - Afasia : Motorik : Sensorik : Anomik : Kepala : - Besar : Normal
- Asimetri : Muka : - Masking : - Fullmoon : - Lain-lain : -

PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN KHUSUS
Rangsangan Selaput Otak

- Kaku Kuduk : - Laseque : -/- Kernig

: -/-

- Brudzinsky I : -/- Brudzinsky II : -/- Brudzinsky III

: -/-

- Brudzkinsky IV : -/-

PEMERIKSAAN FISIK
Nervus cranialis

a. N. I

Kanan

Kiri

- Hypo/Anosmia :

(-)

- Parosmia

(-)

- Halusinasi

b. N. II

- Visus

Kanan
:

1/60

(-)
(-)
(-)

(-)

Kiri
1/60

- Melihat Warna :

Dalam batas normal

- Funduskopi

Tidak dievaluasi

PEMERIKSAAN FISIK
N. III, IV, VI Kanan Kiri
- Kedudukan bola mata :

di tengah

- Pergerakan bola mata : - ke nasal


- ke temporal

: +

- ke atas : +

- ke bawah

: +

- ke temporal bawah
- ke nasal atas

: +

: +

: +

- Exofphtalmus : Tidak didapatkan


- Celah mata (ptosis)

: Tidak didapatkan

di tengah
+

PEMERIKSAAN FISIK
- Pupil
Bentuk

: Bulat simetris

Lebar

: 3mm/3mm

Perbedaan lebar

: isokor

Reaksi cahaya langsung

: +/+

Reaksi cahaya konsensuil

: +/+

Reaksi akomodasi
Reaksi konvergensi

: +/+
: +/+

PEMERIKSAAN FISIK
N. V

Kanan

Kiri

- Cabang motorik
Otot masseter

: Dalam batas normal

Otot temporal

: Dalam batas normal

Otot pterigiodeus

: Dalam batas normal

- Cabang sensorik

Kanan

II

III

Kiri

PEMERIKSAAN FISIK
N. VII Kanan Kiri
- Waktu diam
Kerutan dahi

Simetris

Tinggi alis

Simetris

Sudut mata :

Simetris

- Waktu gerak
Mengerut dahi

Menutup mata

- Pengecapan 2/3 depan lidah

: Dalam batas normal

Hiperakusis : Dalam batas normal

PEMERIKSAAN FISIK
N. VIII
- Vestibular
Vertigo : Nistagmus ke

:-

Tinnitus : Tes kalori

: Tidak dievaluasi

- Cochlear
Weber : Rinne

:-

Schwabach : Tuli konduksi

:-

Tuli persepsi : -

PEMERIKSAAN FISIK
N. IX, X
- Motorik
Suara : Dalam batas normal
Menelan

:+

Kedudukan arcus : Simetris


Kedudukan uvula : Ditengah (N)
Pergerakan arcus faring/uvula

: Simteris

Detak jantung: Reguler


Bising usus

: Dalam batas normal

- Sensorik
Pengecapan 1/3 belakang lidah : Dalam batas normal
Refleks muntah (faring) : +
Refleks palatum molle

:+

PEMERIKSAAN FISIK
N.XI

Kanan Kiri

- Mengangkat bahu :
- Memalingkan kepala

+
:

+
+

N. XII Kanan Kiri


- Kedudukan lidah

Waktu istirahat

Waktu gerak :
- Atrof :

Medial
Medial

- Fasikulasi/tremor

- Kekuatan lidah menekan pipi :

+ +

PEMERIKSAAN FISIK

Motorik
Reflex biseps
Reflex triseps
Reflex lutut (knee patella reflex)
Reflex patologis
Babinski (-)
Chaddock (-)

+
+

+
+

+
Hoffman (-)
Tromner (-)

Kekuatan

PEMERIKSAAN FISIK
Sensorik

Lengan

- Rasa eksteroseptik

Tungkai

Rasa nyeri superfsial

ka/ki
+/+

Rasa suhu (panas/dingin)


Rasa raba ringan

ka/ki
+/+

- Rasa propioseptik

Tubuh

+/+

+/+

+/+

ka/ki

+/+

+/+

+/+

ka/ki

ka/ki

ka/ki

Rasa getar

+/+

+/+

+/+

Rasa tekan

+/+

+/+

+/+

Rasa nyeri tekan


Rasa gerak dan posisi

+/+
:

+/+

+/+

+/+

+/+

+/+

+/+

PEMERIKSAAN FISIK
Susunan Saraf Otonom

Miksi

: Dalam batas normal

Defekasi

: BAB dalam batas normal

Salivasi : Dalam batas normal


Sekret keringat: Dalam batas normal
Gangguan vasomotor : Dalam batas normal
Ortostatik hipotensi
Gangguan tropik
- rambut : - kuku

:-

: Dalam batas normal

: - kulit : -

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratarium
Darah lengkap

Hb : 14,0 g/dl
Lekosit: 11.880 /mm3
Hematokrit

: 43,3 %

Trombosit : 207.000/mm3
Kimia Klinik

GDA

: 125 mg/dl

Serum Creatinin : 0,46 mg/dl


Urea UV

: 19,44 mg/dl

SGOT : 18 U/L
SGPT : 9 U/L

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi
CT scan kepal tanpa kontras
21/12/2016

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kesimpulan :
Secara CT Scan tidak tampak lesi di hemisfer cerebri
Atrof cerebellum disertai pelebaran cisterna di fossa posterior dd Mega cisterna
magna
Tak tampak stenosis maupun lesi vascular pada ACA, MCA, PCA, Basiler dan vetebra
arteri.

DIAGNOSIS
IGD
CVA infark, hipertensi dd tumor cerebri

PENATALAKSANAAN
IGD
Infus RL 1000 cc/24 jam
Inj citicolin 2 x 500 mg
Inj Neurosanbe 1 x 1 amp drip

SOAP

RUANG ANGGREK
Tangg
al
17 /
12/
2016

Subjektif

Objektif

-Pandang
an kabur
(+),
nyeri
07.3 kepala
0
(+)

KU: Lemah, GCS: 456


Vital Sign:
-T : 180/100mmHg
-N : 80 x/menit
-RR : 20x/menit
-t: 36,5C
K/L: dbn
Thorax: Rh -/Abdomen : Nyeri tekan
epigastrium (-), BU+N,
timpani

18/12/ -Pandang
2016
an kabur
(+),
07.3 nyeri
kepala
0
WIB (+)
-Lemes
(+)

KU: Lemah, GCS: 456


Vital Sign:
-T : 160/100mmHg
-N : 80 x/menit
-RR : 20x/menit
-t: 36C
K/L: dbn
Thorax: Rh -/Abdomen : Nyeri tekan
epigastrium (-), BU+N,
timpani

WIB

Assesmen
t
CVA
Infark dd
ICH,
Tumor
cerebri

CVA
Infark dd
ICH,
Tumor
cerebri

Planning

Inf. RL 1000 cc /
hari
Inj. Citicolin 2 x
500 mg
Inj. Santagesik 3
x 1 amp

Inf. RL 1000 cc /
hari
Inj. Citicolin 2 x
500 mg
Inj. Santagesik 3
x 1 amp
Inj. Lasix 2 x 1
amp
P.O : Irbesartan 1
x 300mg

RUANG ANGGREK
Tangg
al
19 /
12/
2016

Subjektif

-Pandang
an kabur
(+),
nyeri
07.3 kepala
0
(+)

WIB

20/12/ -Pandang
2016
an kabur
(+),
07.3 nyeri
kepala
0
WIB (+)

Objektif
KU: Lemah, GCS: 456
Vital Sign:
-T : 160/100mmHg
-N : 80 x/menit
-RR : 20x/menit
-t: 36,5C
K/L: dbn
Thorax: Rh -/Abdomen : Nyeri tekan
epigastrium (-), BU+N,
timpani
KU: cukup, GCS: 456
Vital Sign:
-T : 140/90mmHg
-N : 80 x/menit
-RR : 20x/menit
-t: 36C
K/L: dbn
Thorax: Rh -/Abdomen : Nyeri tekan
epigastrium (-), BU+N,
timpani

Assesmen
t
CVA
Infark dd
ICH,
Tumor
cerebri

CVA
Infark dd
ICH,
Tumor
cerebri

Planning
Inf. RL 1000 cc /
hari
Inj. Citicolin 2 x
500 mg
Inj. Santagesik 3
x 1 amp
Inj. Lasix 2 x 1
amp
P.O : Irbesartan 1
x 300mg

Inf. RL 1000 cc /
hari
Inj. Citicolin 2 x
500 mg
Inj. Santagesik 3
x 1 amp
Inj. Lasix 2 x 1
amp
P.O : Irbesartan 1
x 300mg

RUANG ANGGREK
Tangg
al
21 /
12/
2016

Subjektif

-Pandang
an kabur
(+),
nyeri
07.3 kepala
0
(-)

WIB

Objektif
KU: baik, GCS: 456
Vital Sign:
-T : 160/90mmHg
-N : 80 x/menit
-RR : 20x/menit
-t: 36C
K/L: dbn
Thorax: Rh -/Abdomen : Nyeri tekan
epigastrium (-), BU+N,
timpani

22/12/ -Pandang KU: baik, GCS: 456


2016
an kabur Vital Sign:
-T : 130/80mmHg
(+),
-N : 80 x/menit
07.3 nyeri
-RR : 20x/menit
kepala (-)
0
-t: 36C
WIB
K/L: dbn
Thorax: Rh -/Abdomen : Nyeri tekan
epigastrium (-), BU+N,
timpani

Assesmen
Planning
t
Astrosito
Inf. RL 1000 cc /
hari
ma
Inj. Citicolin 2 x
500 mg
Inj. Santagesik 3
x 1 amp
Inj. Lasix 2 x 1
amp
P.O : Irbesartan 1
x 300mg

Astrosito
ma

Inf. RL 1000 cc /
hari
Inj. Citicolin 2 x
500 mg
Inj. Santagesik 3
x 1 amp
Inj. Lasix 2 x 1
amp (stop)
P.O : Irbesartan 1
x 300mg

RUANG ANGGREK
Tangg
al
23 /
12/
2016

07.3
0
WIB

Subjektif
-Pandang
an kabur
(+)

Objektif
KU: baik, GCS: 456
Vital Sign:
-T : 130/90mmHg
-N : 80 x/menit
-RR : 20x/menit
-t: 36C
K/L: dbn
Thorax: Rh -/Abdomen : Nyeri tekan
epigastrium (-), BU+N,
timpani

Assesmen
Planning
t
Astrosito
Acc rawat jalan
Obat oral :
ma
- Citicolin 2 x
500 mg
- Irbesartan 1x
300mg
- Vit BC 1 x 1

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Merupakan neoplasma otak yang berasal dari salah satu bentuk sel glia, yaitu sel
berbentuk bintang yang disebut astrosit. Astrositoma merupakan glioma yang
paling sering dijumpai pada bagian utama otak, yaitu serebrum.

EPIDEMIOLOGI
Astrositoma terjadi pada semua usia, tersering antara 40-60 tahun. Pria:wanita =
2:1. Lokasi primer sering ditemukan pada regio frontal, temporal, parietal dan
ganglia basalis, paling jarang di lobus oksipital. Klasifkasi mikroskopik dibagi
empat tingkat (Kernohan I-IV), namun ketepatannya terbatas. Penjelasan paling
praktis untuk klinisi adalah membagi tumor kedalam maligna dan derajat
rendah.

KLASIFIKASI
Klasifkasi astrositoma secara umum dan yang paling banyak dipakai,
menurutWorld Health Organizationdibagi dalam beberapa tipe dan grade:
1.

Astrositoma Pilositik (Grade I)

Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan disekitarnya. Tumor ini biasa
terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Mereka dapat disembuhkan secara
tuntas dan memuaskan. Namun demikian, apabila mereka menyerang pada
tempat yang sukar dijangkau, masih dapat mengancam hidup.

KLASIFIKASI
2. Astrositoma Difusa (Grade II)
Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat
berlanjut ke tahap berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda.
3. Astrositoma Anaplastik (Grade III)
Sering disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan
menyebar ke jaringan sekitarnya. Sel-sel tumornya terlihat berbeda dibanding
dengan sel-sel yang normal. Rata-rata pasien yang menderita tumor jenis ini
berumur 41 tahun.

KLASIFIKASI
4. Gliobastoma multiforme (Grade IV)
Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda dari yang
normal. Menyerang pada orang dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun.
Tumor ini merupakan salah satu tumor otak primer dengan prognosis yang sangat
buruk.
Grade I dan II juga dikenal sebagai Astrositoma berdifrensiasi baik (Well
differentiated astrocytomas). Sedangkan Grade III dan IV sering disebut
Astrositoma maligna.

GAMBARAN KLINIS
Gejala-gejala yang umumnya terjadi pada tumor astrositoma merupakan akibat
peningkatan tekanan intra kranium. Gejala-gejala tersebut antara lain sakit
kepala, muntah, dan perubahan status mental. Gejala lainnya, seperti
mengantuk, lethargy, penurunan konsentrasi, perubahan kepribadian, kelainan
konduksi dan kemampuan mental yang melemah terlihat pada awal-awal
timbulnya gejala. Biasanya terdapat pada satu dari empat penderita tumor otak
maligna.

GAMBARAN KLINIS
Pada anak, peningkatan intra kranium yang disebabkan oleh tumor astrositoma
bisa
memperbesar
ukuran
kepala.
Perubahan-perubahan
(seperti
pembengkakkan) dapat diobservasi di bagian belakang retina mata, dimana
terdapat bintik buta, yang disebabkan oleh terjepitnya Nn.Opticus. Biasanya tidak
terdapat perubahan pada temperatur, tekanan darah, nadi atau frekuensi
pernafasan kecuali sesaat sebelum meninggal dunia. Kejang-kejang juga dapat
ditemukan pada astrositoma diferensiasi baik.
Gejala yang terjadi dapat juga berupa tanda dan gejala kerusakan otak fokal;
disfasia, hemiparesis, perubahan personal.

GAMBARAN KLINIS
Walaupun spektrum dari gejala-gejala sama pada semua jenis tumor glia namun
frekuensi dari gejala-gejala yang berbeda bervariasi tergantung dari apakah
lesinya grade rendah atau tinggi. Sebagai contoh, glioma grade rendah dimulai
dengan kejang-kejang terdapat pada sekitar 80% dari pasien dan kebanyakan
dari mereka tidak memiliki kelainan pada pemeriksaan neurologis; sekitar 25%
pasien-pasien dengan glioblastoma mengalami kejang-kejang tetapi yang paling
banyak memiliki gejala-gejala sensoris atau motoris terlateralisasi yang jelas
terlihat.

GAMBARAN KLINIS
Gejala-gejala tumor astrositoma juga memiliki variasi yang tergantung pada
bagian mana dari otak yang terkena. Terkadang tipe kejang dapat membantu
untuk menentukkan lokasi di mana tumor tersebut berada.
Dengan pengecualian kejang, gejala biasanya timbul bertahap, berjalan beberapa
minggu, bulan atau tahun, kecepatan tergantung derajat keganasan. Perburukan
mendadak menunjukkan perdarahan pada daerah nekrotik.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto polos tengkorak
Kurang begitu bermanfaat, pergeseran pineal yang berkalsifkasi atau erosi dorsum sella
menunjukkan adanya massa intrakranial.

2. CT scan
Bervariasi, umumnya lesi maligna dan derajat rendah menunjukkan karakter
berbeda. Pada astrositoma maligna/glioblastoma multiforme dijumpai daerah
berdensitas campuran, penguatan ireguler dengan kontras. Tak ada daerah pembatas
antara tumor dan otak menunjukkan infltrasi. Daerah sentralnya berdensitas rendah
menunjukkan
area
nekrotik
atau
ruang
kistik;
masing-masing
tidak
terdapatenhancement. Efek massa berupa kompresi ventrikuler serta pergeseran garis
tengah yang jelas. Daerah sekitarnya berdensitas rendah menunjukkan edema atau
tumor infltratif. Pada astrositoma derajat rendah tampak daerah densitas rendah,
biasanya tidak diperkuat kontras, menunjukkan lesi infltratif derajat rendah; deteksi
sering sulit pada tahap dini. Terkadang terjadi kalsifkasi. Beberapa tumor derajat
rendah mensekresikan cairan yang bisa mengelilingi lesi: astrositoma sistika jinak.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
3. MRI
MRI Scan dengan penampakan tumor pada potongan axial dan sagital ialah
metode pilihan pada kasus-kasus curiga astrositoma. MRI memberikan garis
batas tumor lebih akurat dibandingkan dengan CT Scan, dan MRI Scan yang
teratur dapat dilakukan sebagai follow up pasca penatalaksanaan. Astrositoma
biasanya terlihat sebagai daerah dengan peningkatan densitas dan
menunjukkanenhancementsetelah dimasukkan bahan kontras. Pergeseran
struktur-struktur garis tengah dan penipisan dinding ventrikel lateralis di sisi
tumor dapat terlihat.

PENATALAKSANAAN
1.Operasi
Reseksi agresif dengan pengangkatan seluruh massa yang mengganggu ialah
tujuan utama dari operasi. Pada kebanyakan pasien, eksisi total secara umum
meningkatkan fungsi neurologis, mengurangi oedema didaerah sekitar dan
memperpanjang ketahanan hidup.
2.Radioterapi
Paling aktif pada tumor maligna yang tumbuh cepat, derajat III dan IV.
Radioterapi memperpanjang usia, namun tidak menyembuhkan

PENATALAKSANAAN
3.Kemoterapi
Dari penelitian yang dilakukan para ahli, 20% pasien yang memakai
kemoterapi nitrosourea terlihat memiliki angka ketahanan hidup yang lebih
panjang. Namun banyak dokter sekarang ini memakai temozolomide.
Temozolomide ialah obat yang bersifatalkylating agent, diberikan per oral.
Secara empiris sangat baik pengaruhnya untuk perawatan pasien yang menderita
glioma ganas yang kambuh kembali dan telah menjadi standard pengobatan
untuk kasus-kasus seperti itu.

PENATALAKSANAAN
4.Medikamentosa
Terapi Steroid untuk pasien dengan peninggian TIK, dosis pembebanan 12 mg.
i.v. diikuti 4 mg q.i.d. mengurangi edema peritumoral dan menyebabkan
perbaikan gejala secara cepat. Setelah beberapa hari, dosis diturunkan bertahap
untuk mencegah toksisitas.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010.Astrocytoma.http://www.wikipedia.com
Chandra, 1994. Neurologi Klinik. Stroke, Surabaya: Bagian Ilmu Penyakit
Syaraf Fakultas Kedokteran Unair/ RSUD Dr Soetomo. Hal:29-34.
Djamil, M. 2009.Tumor Intra Kranial. http://www.neurosurgery.com
Mahar Mardjono, Priguna Sidharta. 2004Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian
Rakyat. Hal: 392-402.
Simatupang, P.T. 1992.Rehabilitasi Pasien dengan Tumor Otak. Cermin Dunia
Kedokteran No.77

Anda mungkin juga menyukai