Anda di halaman 1dari 52

Pembimbing : dr. Yan Edwin Bunde, Sp. THT-KL, MH.

Kes

Disusun oleh:
M. Ozza Alhuda Eusman 1815133
Adra Taufiqah 1815163
Hanan Aulalia 1815164
Imam Godly Alam 1815157
Elisabeth Duwi Putri S. 1815132

Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL


Universitas Kristen Maranatha – RS Immanuel
Bandung
2019
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A A
Usia : 16 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kota Tempat Tinggal: Bandung
Status Pernikahan : Belum menikah
Suku Bangsa : Sunda
Alamat : Kampung Lalareun
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
No. RM : 00.850.832
ANAMNESIS
• Keluhan utama: penurunan pendengaran
Seorang pasien datang ke poliklinik THT dengan
penurunan pendengaran telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu
disebabkan karena mengorek telinga terlalu keras. Keluhan
disertai dengan berdenging pada telinga kiri, Pasien sudah pergi
ke dokter THT, dikatakan gendang telinganya berlubang sehingga
harus dioperasi.
Keluhan tidak disertai dengan cairan yang keluar pada
telinga kiri, Pasien menyangkal adanya batuk, pilek, demam,
nyeri menelan, dan sesak. Telinga kanan tidak ada keluhan.
ANAMNESIS
RPD : tidak pernah keluar cairan dari telinga
Kebiasaan: tidak merokok, tidak minum alkohol,
sering menggorek telinga dengan cotton
bud
Riwayat alergi: (-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Compos Mentis
• Kesan sakit : Ringan
• TB : 165 cm
• BB : 78 kg
• BMI : 28,8 kg/m2
• Tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 22 x/menit, regular, tipe
abdominotorakal
Suhu aksila : 36,6oC
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
– Wajah:
- bentuk dan ukuran simetris
- nyeri tekan sinus maksilaris -/-, nyeri tekan sinus frontalis -/-
– Mata:
- konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-
– Mulut:
- gigi geligi normal, mukosa mulut basah, uvula letak sentral
- faring : mukosa merah muda, tonsil T1/T1
kripta melebar -/-, detritus -/-
- Palatum molle dan durum: tidak tampak kelainan
- Post Nasal Drip : (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
-Inspeksi : datar
-Auskultasi : bising usus (+)normal
-Perkusi : timpani
- Palpasi : soepel

Ekstremitas
- akral hangat, edema -/-
- sianosis -/-, CRT < 2 detik
Kanan Kiri
1. Pre Auricle
STATUS LOKASI
• Kelainan
Tidak ada
kongenital
Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
• Inflamasi
Tidak ada Tidak ada
• Tumor
TELINGA 2. Auricle
• Kelainan
kongenital
Tidak ada Tidak ada
• Inflammasi
Tidak ada Tidak ada
• Tumor
Tidak ada Tidak ada
• Nyeri tekan
Tidak ada Tidak ada
telinga
Tidak ada Tidak ada
• Nyeri tarik
aurikula
3. Post Auricle
• Infiltrat Tidak ada Tidak ada
• Fistula Tidak ada Tidak ada
• Inflamasi Tidak ada Tidak ada
• Tumor Tidak ada Tidak ada
Kanan Kiri
4. Canalis Acusticus
Externus Tidak ada
Tidak ada
 Kelainan kongenital Tidak ada
Tidak ada
 Cerumen Tidak ada
Tidak ada
 Benda asing Tidak ada
Tidak ada
 Inflamasi Tidak ada
Tidak ada
 Granule/polyp/tumor Ada warna
Ada warna mukopurulen
 Sekret mukopurulen
5. Tympani Membrane
 Warna Putih mutiara Putih keruh
 Permukaan lntak Perforasi: besar, sentral
 Cicatrix Tidak ada Tidak ada
 Pantulan cahaya + Hilang
 Perforasi (-) (+) sentral + 4 mm
TES PENDENGARAN
Kanan Kiri
Tes Bisik + Tidak dapat dilakukan

Tes Garpu tala


+
- Rinne (-)
Tidak terdapat
- Weber Lateralisasi ke kiri
lateralisasi
- Schwabach Memanjang
DBN
Audiogram Tidak dilakukam Tidak dilakukan
Kesimpulan Tuli Konduktif kiri, kanan DBN
STATUS LOKALIS HIDUNG

Kanan Kiri
Bentuk dan ukuran normal Bentuk dan ukuran normal
Keadaan luar
simetris simetris
Pasage udara Normal Normal

Rinoskopi Anterior

Mukosa Merah muda Merah muda


Sekret Tidak ada Tidak ada

Septum Deviasi (-), perforasi (-) Deviasi (-), perforasi (-)

Concha Merah muda, eutrofi Merah muda, eutrofi


Tumor/polip Tidak ada Tidak ada
Rinoskopi Posterior

Choana Normal Normal

Concha media Normal Normal

Mukosa Nasofaring Merah muda Merah muda

Sekret (-) (-)

Polip (-) (-)


RESUME
• Keluhan utama: penurunan pendengaran auris sinistra
Anamnesis khusus:
Seorang pasien datang ke poliklinik THT dengan
penurunan pendengaran auris sinistra sejak 1 minggu yang
lalu disebabkan karena mengorek telinga terlalu keras.
Keluhan disertai dengan tinitus, Pasien sudah pergi ke dokter
THT, dikatakan Membran timpani berlubang sehingga harus
dioperasi.
Keluhan tidak disertai otorea pada telinga kiri, Pasien
menyangkal adanya flu, febris, odinofagi, dypsnoe. Auris
dextra tidak ada keluhan.
• Telinga kanan : Tidak ada kelainan
• Telinga kiri :
• sekret (+), kental kekuningan, tidak berbau
• Membran timpani putih keruh, perforasi sentral -/+ 4 mm, cone of light
(-)
– Pemeriksaan garpu tala
Rinne -/-, Weber lateralisasi ke kiri, Schwabach telinga kiri memajang
* Kesan: tuli konduktif telinga kiri,telinga kanan DBN
DIAGNOSIS KERJA
Perforasi Membran Timpani auris sinistra ec
trauma cotton bud
Usul pemeriksaan
• Pemeriksaan Lab :Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Eritrosit, BT, CT
• Prmeriksaan foto thorax
Penatalaksanaan
Dilakukan tindakan pembedahan timpanoplasti (14 agustus
2019)
• Farmakologi
1. RL 500cc/24jam
2. Bactesin 1,5gr 2x1 IV
3. Kalnex 250mg 3x1 IV
4. Antrain 2x1 IV
5. Tramal 75mg 4x1 IV
6. Skelto 1amp 4x1
Follow up
(15 Agustus 2019)

• S: Nyeri pada telinga kiri skala 3/10


• O: KU baik
TD: 120/80 mmHG
N: 78
R: 20
S: 36,6
• A: Post Timpanoplasti
• P: Th/ teruskan
Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
PERFORASI
MEMBRAN TIMPANI
Anatomi Telinga
Telinga Luar (Auricula)

Fossa Triangularis Antihelix

Perdarahan:
Arteri temporalis superficialis
Arteri auricularis posterior

Persarafan Kulit:
Nervus auricularis magnus
Nervus auriculotemporalis
Telinga Luar (Meatus
Acusticus Externus)
Telinga Luar
(Membrana
Tympani)
Persarafan :
- Permukaan externa :
Nervus Auriculotemporalis dan
sebagian kecil oleh
Ramus Auricularis Nervus
Vagus
- Permukaan interna : Nervus
Glossopharyngeus
Terdiri dari :
- Cavitas Tympani
- Tuba Auditiva
- Ossicula Auditus
Telinga Tengah (Dinding Cavitas Tympani)

Dihubungkan ke :
- Anteromedial (dengan
nasopharing) : tuba
auditiva
- Posterior (dengan
mastoid) : antrum
mastoideum
Telinga Tengah (Tuba AuditivaI)
• Bagian :
– 1/3 posterolateral : tulang (pars ossea)
– 2/3 medial : cartilago (pars cartilaginea)
• Otot yang berperan dalam pembukaan
tuba auditiva pars cartilaginea :
– Musculus levator veli palatine
– Musculus tensor veli oalatibe
• Fungsi :
– Menyamakan tekanan auris media dengan
tekanan atmosfer  memungkinakan gerakan
membran timpani
– Proteksi terhadap sekret nasopharynx
– Drainase sekret yang dibentuk telibga tengah ke
nasopharynx
• Vaskularisasi
– Arteri pharingea ascendens dan arteri canalis
pterydoideus.
• Persafaran :
– Plexus tumpanicus dan ganglion pterigopalatina
(di anterior tuba)
Telinga Tengah
(Ossicula Auditus)
Telinga Dalam (Labyrinthus
Osseus)
Telinga Dalam
(Labyrinthus Membranaceus)

Utriculu
s
Sacculu
s
Telinga Dalam
(Meatus Acusticus Internus)
Definisi
• Perforasi membran timpani adalah suatu lubang atau
robekan pada membran tipis yang memisahkan telinga
luar dan telinga tengah.
Insidensi
• Insidensi lebih tinggi di negara berkembang karena
edukasi mengenai kesehatan yang kurang.
• Mengenai semua jenis kelamin dan segala usia, tapi
terutama sering pada anak-anak dan remaja
Etiologi
• Primer  Trauma
• Sekunder  kelanjutan Otitis media
Klasifikasi
a) Berdasarkan letak
1. a. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa,
kadang-kadang sub total.
2. Perforasi marginal
pada pinggir membran
timpani + erosi dari anulus
fibrosus.
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida
Faktor Risiko
 Kebiasaan mengorek telinga
 Tinggal pada lingkungan yang kondisi setiap harinya
ramai/suara bising
 Sering terkena infeksi saluran pernafasan atas
 Abnormalitas anatomi atau kelainan congenital
 Telinga sering kemasukan air
 Kurang menjaga kebersihan telinga
Dasar Diagnosis
• Keluar cairan dari telinga (Otore)
• Riwayat perforasi akibat trauma
• Penurunan pendengaran pada telinga yang
terkena
• Nyeri pada telinga (jarang)
• Demam, vertigo, nyeri  curiga komplikasi
Pemeriksaan Fisik :
Otoskopi :
• Membran timpani perforasi
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Radiologi :

-Rontgen (jika penyebab karena otitis media)

1. Lateral view  u/ melihat atik (resessus epitimpanum),


antrum, pneumatisasi dari rongga mastoid, hubungan sinus
sigmoid terhadap tegmen timpani, dan massa tulang yg
mengelilingi daerah labirin.
2. Stenver’s view  keadaan tulang petrosus, MAE, CSS lateral
dan superior, cavum timpani, antrum mastoid, processus
mastoid
3. Schuller’s view  keadaan tegmen mastoid, sinus sigmoid,
ukuran mastoid, visualisasi atik (epitimpanum)
Pemeriksaan Penunjang
4. Submentovertical’s view  gambaran telinga
tengah, MAE, bagian tuba eustachius, menilai
translusen tulang pendengaran, kokhlea
5. Town’s view  u/ mengetahui keadaan meatus
akustikus internus, labirin dan telinga tengah
Pemeriksaan Penunjang
-CT Scan temporal  melihat perluasan
-MRI  untuk melihat jaringan lunak
Penatalaksanaan

Tujuan Penatalaksanaan :
- Menghilangkan gejala klinik
- Mencegah komplikasi
- Mencegah rekurensi
Non Farmakologi :
– Edukasi pasien agar telinga tidak kemasukan air dan tidak
mengorek-orek telinga sendiri dengan logam / cotton bud
– Edukasi bahwa penyakit ini dapat berulang selama gendang
telinga masih perforasi
Farmakologi pre operasi
• Antibiotik topikal :
-Tetes telinga yang mengandung antibiotik : Ofloxacin 3mg/mL 3dd GttIV
-Tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid (Ramicort®
3dd GttI I)
Hindari golongan aminoglikosida  ototoksik
Terapi topikal dianjurkan tidak lebih dari 1-2 minggu

• Antibiotik per oral :


Golongan penisilin dan makrolide :
Amoxicillin 50-100mg/KgBB/Hari dalam 3 dosis
Eritromisin 25-50mg/KgBB/Hari dalam 4 dosis
70% bakteri penyebab menghasilkan beta laktamase +As.clauvulanat
Golongan fluoroquinolone :
Ciprofloxacin 2x500mg  KI anak-anak
Antibiotik digunakan selama 3-4 minggu
Terapi Pembedahan
Indikasi :
• Perforasi yang menetap lebih dari 6 minggu
• Otore yang menetap lebih dari 6 minggu walaupun
telah menggunakan antibiotik
• Pembentukan kolesteatoma
• Pada pemeriksaan radiologi ditemukan mastoiditis
kronis
• Tuli Konduksi
Tipe Timpanoplasti
Ada lima tipe dasar dari prosedur timpanoplasti menurut Zollner dan
Wullstein (1952):
1. Tipe I timpanoplasti disebut Miringoplasti. Hanya merekonstruksi
membran timpani yang berlubang.
2. Tipe II timpanoplasti digunakan untuk perforasi membran timpani
dengan erosi maleus. Ini melibatkan pencangkokan pada inkus atau sisa-
sisa maleus tersebut.
3. Tipe III timpanoplasti diindikasikan untuk penghancuran dua
ossicles, dengan stape smasih utuh dan mobile. Ini melibatkan
penempatan cangkokan ke stapes, dan menyediakan perlindungan untuk
perakitan.
4. Tipe IV timpanoplasti digunakan untuk penghancuran tulang
pendengaran, yang mencakup semua atau bagian dari lengkungan
stapes. Ini melibatkan penempatan cangkokan pada atau sekitar kaki
stapes mobile.
5. Tipe V timpanoplasti digunakan ketika kaki dari stapes menetap.
Teknik Timpanoplasti
• Beberapa teknik dari timpanoplasti dilakukan
untuk menutup perforasi dari membran
timpani, diantaranya
• timpanoplasti medial (underlay)
• timpanoplasti lateral (overlay),
• paling populer saat ini adalah teknik
timpanoplasti medial dan lateral (under-over
teknik)
Perawatan post-operatif
• Jika terdapat alergi atau pilek, dapat diberikan antibiotic
dan dekongestan. Dan nyeri post op dapat diberikan
analgetik
• Setelah 10 hari, perban dibuka, telinga dievaluasi untuk
melihat apakah graft berhasil tumbuh
• Hindari aktifitas yang dapat mengubah tekanan timpani
harus dihindari, seperti bersin, menggunakan pipet untuk
minum, atau terjadi pembengkakan pada hidung.
• Pendengaran akan kembali normal setelah 4-6 minggu
setelah operasi.
• Setelah 2-3 bulan pasca operasi dilakukan audiogram untuk
evaluasi kemajuan terapi
Pencegahan
• Pasien harus dinasihati agar menjaga telinganya tetap
kering untuk mencegah terjadinya komplikasi, bahkan
setelah pengobatan medis menunjukkan hasil yang baik
dan telinga yang kering; berenang tidak dikontraindikasikan
apabila pasien segera mengeringkan telinganya setelah naik
dari kolam renang.
• Timpanoplasti, operasi yang menjahit perforasi, akan
mencegah translokasi bakteri dari meatus akustikus
eksternus ke dalam telinga tengah
• Gejala awal seperti aural fullness, otalgia dengan atau
tanpa demam, dan sakit kepala memerlukan evaluasi lebih
lanjut dari otolaringologis, terutama pada pasien dengan
riwayat memiliki OMSK.
Komplikasi
• Infeksi
• Kondroitis
• Trauma nervus korda timpani
• Tuli sensorineural dan vertigo: akibat manipulasi
berlebihan terhadap osikel.
• Peningkatan tuli konduksi: akibat blunting dan
meluasnya graft ke dinding kanal pada lateral
grafting, lateralisasi membran timpani dari
malleus.
• Stenosis kanal auditori eksternal
Prognosis
• Keberhasilan timpanoplasti mencapai 90%
dalam memperbaiki fungsi membran timpani.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan timpanoplasti adalah: (11)
1. Telinga yang kering (keadaan telinga),
2. Letak perforasi membran timpani,
3. Perforasi lebih dari 50%,
4. Masih adanya malleus, dan
5. Tipe graft.

Anda mungkin juga menyukai