Anda di halaman 1dari 54

EPISTAKSIS

ANTERIOR
Pembimbing: dr. Bintang Napitupulu, Sp.THT-KL
Oleh:
• Vincent Hendra Winata/1815029
• Niko Febri Ryando/1815006
• Marcia Pragita/1815044
• Anindya Andoko/1815019
• Alya Piana/1815060
Identitas
• Nama : Tn.H
• Umur : 15 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Kota tempat tinggal : Bandung
• Suku Bangsa : Sunda
• Agama : Kristen
• No RM : 01.397.356
Anamnesis
• Keluhan utama : keluar darah dari lubang hidung kiri
• Anamnesis khusus (Autoanamnesis) :
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari lubang hidung kiri sejak
2 jam yll, darah yang keluar sekitar ±20cc, lama perdarahan sekitar 10 menit.
Darah yang keluar berwarna merah segar. Pasien mengaku mimisan muncul
saat pasien menggosok hidungnya. Darah berhenti mengucur setelah pasien
menyumbat lubang hidungnya menggunakan tisu.Tidak ada darah mengalir ke
dalam tenggorokan dan tertelan. Pasien bernapas lewat mulut. Pasien
menyangkal suka mengorek hidung dan buang ingus keras. Saat ini pasien
tidak sedang batuk atau pun pilek.
• Keluhan disertai demam sudah 4 hari, demam terus menerus sepanjang hari,
disertai nyeri kepala. Pasien sebelumnya mengalami gusi berdarah saat
menggosok gigi. Nafsu makan pasien berkurang tapi tidak ada penurunan
berat badan. Dari kecil pasien belum pernah mimisan. Pasien sering mual,
muntah baru hari ini sudah muntah 2 kali sekitar 1 gelas isi makanan.
• Pasien tidak ada riwayat mudah memar ataupun perdarahan yang sukar
berhenti. Pasien menyangkal adanya riwayat trauma pada hidung, maupun
berjemur lama di bawah terik matahari. Pasien menyangkal ada nyeri pada
daerah dahi atau pipi. Pasien tidak mengeluhkan nyeri kepala, pandangan
kabur, hidung terasa tersumbat atau adanya massa pada hidung sebelumnya.
Pasien tidak mengeluhkan adanya penurunan berat badan. BAB dan BAK
tidak ada keluhan.
• Riwayat Penyakit Dahulu : pertama kali mimisan
sebelumnya belum pernah mimisan, DM (-), HT (-), tidak
ada riwayat trauma hidung/wajah.
• Riwayat Penyakit Keluarga : riwayat mimisan di
keluarga (-), tidak ada yang mengalami keluhan serupa,
tidak ada riwayat gangguan perdarahan.
• Riwayat pengobatan: sebelumnya belum berobat , tidak
ada riwayat penggunaan anti koagulan
• Alergi obat : tidak ada
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Compos mentis
• Kesan sakit : Ringan
• Berat Badan : 73 kg
• Panjang Badan : 167 cm
• Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/ menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 28 x/ menit
Suhu : 39,5 ºC
STATUS GENERALIS
Kepala
• Wajah:
- bentuk dan ukuran simetris
• Mata:
- konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-
Leher : KGB tidak teraba membesar, trakea letak sentral
Toraks:
• Pulmo
• Inspeksi, Palpasi: bentuk dan pergerakan simetris, taktil fremitus ka=ki
• Perkusi: sonor
• Auskultasi: VBS ka=ki, ronkhi -/-, wheezing -/-
• Cor :
• Inspeksi : DBN
• Palpasi : DBN
• Perkusi batas – batas jantung; dalam batas normal
• Auskultasi : BJM s1=s2 murni reguler , murmur -.
STATUS GENERALIS
Abdomen
• Inspeksi : cembung
• Palpasi - soepel
• Perkusi -tympani
• Auskultasi bising usus + normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT< 2’’
STATUS LOKALIS
Telinga Kanan Kiri
1. Preauricula
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada

2. Auricula
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada

3. Postauricula
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Test Pendengaran Kanan Kiri

Tes Bisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Test Penala
• Rinne
• Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
• Schwabach

Audiometri Tidak dilakukan


11

Kanan Kiri
Canalis Acusticus Externus
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Serumen Tidak ada Tidak ada
Benda asing Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Tidak ada Tidak ada
Granulasi/ polip/ tumor Tidak ada Tidak ada
Sekret Tidak ada Tidak ada

Membran Timpani
Warna Putih mutiara Putih mutiara
Permukaan Rata Rata
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Refleks cahaya Ada Ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
12

Hidung Kanan Kiri

Keadaan luar Bentuk dan ukuran normal Bentuk dan ukuran normal
Pasase udara Baik Baik

Rinoskopi Anterior
Mukosa Merah muda Terdapat bekuan darah
Sekret Tidak ada Tidak ada
Septum Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi, terdapat sisa
Konka inferior Merah muda, Eutrofi (+) darah (+)
Konka media Merah muda, Eutrofi (+) Merah muda, kongesti (+)
Tumor/ Polip Tidak ada Merah muda, kongesti(+)
Tidak ada
Rinoskopi posterior
Choanae Terbuka Terbuka
Mukosa nasofaring Merah muda Terdapat bekuan darah
Konka Merah muda Merah muda, kongesti (+)
Sekret Tidka ada Tidak ada
Status Lokalis Mulut dan Tenggorok

• Mulut : Mukosa merah muda, basah


• Gigi : Caries dentis (-)
• Palatum Durum : Tidak ada kelainan
• Palatum Molle : Tidak ada kelainan
• Uvula : Sentral, deviasi -, merah muda
• Lidah : Tidak ada kelainan
Tonsila Palatina Kanan Kiri

Mukosa Merah muda Merah muda


Ukuran T1 T1
Kripta Tidak Melebar Tidak Melebar
Detritus (-) (-)
Membran - -

• Dinding posterior faring : mukosa normal, granula -, oedem –


RESUME
• Pasien datang dengan keluhan epistaksis nares sinistra sejak 2 jam yll, darah
yang keluar sekitar 5 sendok
• Keluhan disertai febris mendadak sudah 4 hari, terus menerus sepanjang hari,
disertai cephalgia. Pasien sebelumnya mengalami gingival hemorrage saat
menggosok gigi
• Pasien sering nausea, vomitus baru hari ini sudah 2 kali sekitar 1 gelas isi
makanan.
• Suhu : 39,5 ºC (febris)
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Compos mentis
• Kesan sakit : Ringan
• Berat Badan : 73 kg
• Panjang Badan : 167 cm
• Tanda – tanda vital
Nadi : 90 x/ menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 28 x/ menit
Suhu : 39,5 ºC
17

Status Lokalis
Hidung Kanan Kiri

Keadaan luar Bentuk dan ukuran normal Bentuk dan ukuran normal
Pasase udara Baik Baik

Rinoskopi Anterior
Mukosa Merah muda Terdapat bekuan darah
Sekret Tidak ada Tidak ada
Septum Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi, terdapat sisa darah (+)
Konka inferior Merah muda, Eutrofi (+) Hiperemis, kongesti (+)
Konka media Merah muda, Eutrofi (+) Hiperemis, kongesti(+)
Tumor/ Polip Tidak ada Tidak ada

Rinoskopi posterior Terbuka


Choanae Terbuka Terdapat bekuan darah
Mukosa nasofaring Merah muda Merah muda, kongesti (+)
Konka Merah muda Tidak ada
Sekret Tidka ada
DIAGNOSIS KASUS
• DIAGNOSIS BANDING
• Epistaksis anterior
• Epistaksis posterior

• DIAGNOSIS KERJA
• Epistaksis anterior
• PENATALAKSANAAN KASUS
• Non medikamentosa:
• Bersihkan sumbatan jalan nafas
• Pasien posisi duduk/ setengah duduk (cegah darah masuk ke saluran nafas
bawah)
• Pasang tampon sementara untuk vasokonstriksi  kapas + adrenalin 0,5%+ lidocain 2%
 10- 15 menit
• Cari sumber perdarahan
• Hentikan perdarahan
Epistaksis Anterior
• Perdarahan ringan --> tekan hidung dari luar (ala nasi) 10- 15 menit,
kompres hidung dengan air dingin
• Pasang tampon anterior:
- kapas/ kasa diberi pelumas vaselin/ salep antibiotik
- dimasukkan 2-4 buah, disusun teratur dan harus menekan sumber
perdarahan
- dikeluarkan setelah 2x24 jam, jika masih berdarah dipasang tampon
baru (cegah infeksi hidung)
Edukasi
• Atasi penyakit penyerta
• Mencegah mimisan  jangan mengorek hidung
• Jangan terlalu keras bila menggeluarkan lendir dari hidung
• Hindari trauma pada wajah
• Hindari asap rokok  iritasi mukosa
Prognosis
• Quo ad vitam: ad bonam
• Quo ad functionam: dubia ad bonam
• Quo ad sanactionam: dubia ad bonam
ANATOMI HIDUNG
Anatomi Hidung
Hidung Luar
Definisi
• Epitaksis
• Keluarnya darah dari hidung yang penyebabnya bisa lokal atau sistemik.
• Perdarahan dapat ringan hingga serius dan bila tidak segera ditolong dapat berakibat fatal.
• Sumber perdarahan biasanya berasal dari bagian depan atau bagian belakang hidung.
Klasifikasi
• Berdasarkan Sumber Perdarahan
• Epitaksis anterior
• Pleksus Kisselbach
• Arteri etmoidalis
• Epitaksis posterior
• Arteri etmoidalis posterior
• Arteri sfenopalatina
Epistaksis Anterior (plexus Kiesselbach)
Epistaksis Posterior (Plexus Woodruf)
• Epitaksis ringan
• Biasanya berasal dari bagian anterior hidung
• Umumnya mudah diatasi dan dapat berhenti sendiri
• Epitaksis berat
• Berasal dari bagian posterior hidung
• Dapat menimbulkan syok dan anemia
• Dapat merupakan tanda adanya pertumbuhan suatu tumor ganas maupun jinak.
Etiologi

Lokal Sistemik Lainnya


• Etiologi Lokal
• Trauma lokal :
• membuang ingus dengan keras
• mengorek hidung
• fraktur hidung
• trauma maksilofasia
• Tumor hidung maupun sinus
• Idiopatik
• Etiologi Sistemik
• Hipertensi dan penyakit kardiovaskuler lainnya
• Hipertensi yang disertai atau tanpa arteriosklerosis (penyebab epitaksis tersering pada usia 60-70
tahun)
• Kelainan perdarahan
• leukemia, hemophilia, trombositopenia.
• Infeksi
• demam berdarah disertai trombositopenia, morbili, demam tifoid.
• Etiologi Sistemik Lain
• Gangguan keseimbangan hormon (jarang)
• Kehamilan, menarche dan menopause
• Kelainan kongenital
• Hereditary hemorrhagic talangiektasis (Osler-Rendu-Weber disease)
• Von Willenbrand disease
• Peninggian tekanan vena
• bronkitis, pertusis, pneumonia, tumor leher dan penyakit jantung
• Pada pasien dengan pengobatan antikoagulansia
• Etiologi Lainnya
• Iritasi gas atau zat kimia yang merangsang, udara panas pada mukosa hidung
• Keadaan lingkungan yang sangat dingin
• Tinggal di daerah yang tinggi atau perubahan tekanan atmosfir yang tiba-tiba
• Pemakaian semprot hidung steroid jangka lama
• Benda asing atau rinolit dengan keluhan epitaksis
Epidemiologi dan Insidensi
• Sulit ditentukan, karena seringkali merupakan episode yang dapat diatasi
sendiri, dan tidak dilaporkan
• 60% pada populasi umum, kurang dari 10% dari angka tersebut yang mencari
pertolongan medis.
• Distribusi usia, puncak pada anak usia 2-10 tahun, dan lansia 50-80 tahun.
DIAGNOSIS

• DIAGNOSIS KERJA
• Epistaksis anterior
USULAN PEMERIKSAAN
• Hematologi Rutin (Hb, Ht, leukosit, trombosit, hitung jenis, Bleeding Time,
Clotting Time)
• Foto rontgen posisi waters
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Epistaksis

• Prinsip dalam menanggulangi epistaksis yaitu :


• Perbaiki keadaan umum
• Menghentikan perdarahan
• Mencegah komplikasi
• Mencegah berulangnya epistaksis
• Non medikamentosa:
• Bersihkan sumbatan jalan nafas
• Pasien posisi duduk/ setengah duduk (cegah darah masuk ke saluran
nafas bawah)
• Pasang tampon sementara untuk vasokonstriksi  kapas + adrenalin
0,5%+ lidocain 2%  10- 15 menit
• Cari sumber perdarahan
• Hentikan perdarahan
Epistaksis Anterior
• Perdarahan ringan --> tekan hidung dari luar (ala nasi) 10- 15 menit,
kompres hidung dengan air dingin
• Pasang tampon anterior:
- kapas/ kasa diberi pelumas vaselin/ salep antibiotik
- dimasukkan 2-4 buah, disusun teratur dan harus menekan sumber
perdarahan
- dikeluarkan setelah 2x24 jam, jika masih berdarah dipasang tampon
baru (cegah infeksi hidung)
Epistaksis Posterior
• Pasang tampon posterior (tampon Bellocq)
- kasa padat dibentuk kubus/ bulat (diameter
3cm)
- ikatkan 2 buah benang di 1 sisi dan 1 buah di
sisi berlawanan
- kateter karet dimasukkan dari lubang hidung
sampai tampak di orofaring, tarik keluar dari mulut
- ujung kateter diikat pada 2 benang tampon
Bellocq
- Tarik kembali kateter melalui hidung, dorong tampon melewati palatum
mole ke nasofaring dengan telunjuk
- Kedua benang yang keluar dari hidung diikat pada gulungan kasa di
depan nares anterior (fiksasi tampon)
- Benang yang keluar dari mulut diikat longgar pada pipi (untuk tarik
tampon keluar saat dilepas)
* Dilepas setelah 2-3 hari  cegah laserasi mukosa
• Tampon anterior • Tampon posterior
Ligasi Arteri
• Ligasi arteri maksilaris interna  di fossa pterigomaksila
• Ligasi arteri karotis eksterna  di leher
• Ligasi arteri ethmoidalis anterior/posterior  bila perdarahan berasal dari
bagian atas rongga hidung
• TESPAL ( Transnasal Endoscopic Sphenopalatine Artery Ligation)
kauterisasi/ ligasi a. sfenopalatina
Pencegahan
• Gunakan alat untuk melembabkan udara di rumah.

• Gunakan gel hidung larut air di hidung, oleskan dengan cotton bud. Jangan masukkan

cotton bud melebihi 0,5 – 0,6cm ke dalam hidung.

• Hindari meniup melalui hidung terlalu keras.

• Bersin melalui mulut.

• Hindari memasukkan benda keras ke dalam hidung, termasuk jari.

• Batasi penggunaan obat – obatan yang dapat meningkatkan perdarahan seperti aspirin

atau ibuprofen.
• Konsultasi ke dokter bila alergi tidak lagi bisa ditangani dengan obat alergi biasa.

• Berhentilah merokok. Merokok menyebabkan hidung menjadi kering dan menyebabkan iritasi.

• Jangan mengorek hidung, terutama bila kuku panjang

• Jangan terlalu keras bila mengeluarkan lendir dari hidung

• Menghindari trauma wajah


Prognosis
• Quo ad vitam: ad bonam
• Quo ad functionam: dubia ad bonam
• Quo ad sanactionam: dubia ad bonam

• Sembilan puluh persen kasus epistaksis anterior dapat berhenti sendiri. Pada pasien
hipertensi dengan/tanpa arteriosklerosis, biasanya perdarahan hebat, sering kambuh dan
prognosisnya buruk.
DAFTAR PUSTAKA
• Dhingra, Shruti. Disease Ear, Nose and Throat: Sixth Edition. 2014.
New Delhi: Elsevier.
• Soerpadi, Efiaty Arsyad. Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher
Edisi Ke Tujuh. 2012. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
• Bailey, B.J., Johnson, J.T. 2006. American Academy of
Otolaryngology – Head and Neck Surgery. Lippincott Williams &
Wilkins, Fourth Edition, Volume one, United States of America.
• https://emedicine.medscape.com/article/863220-overview

Anda mungkin juga menyukai