Anda di halaman 1dari 32

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT BEDAH
RUMAH SAKIT BAYUKARTA

Nama : Aba Madonna Sallao Tanda Tangan


NIM : 112017187 ......................

Dr. Pembimbing : dr. Ade Sigit, SpB ......................

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MUAEH Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 13 tahun Bangsa : Indonesia, Sunda
Pekerjaan : Pelajar Agama : Islam
Alamat :-
I. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis tanggal 07 Juni 2018 pukul 19.20 WIB

1. Keluhan utama :
Luka bakar pada punggung tangan kanan sejak 4 hari SMRS

2. Keluhan tambahan :
Nyeri pada luka

3. Riwayat Perjalanan Penyakit :


Pasien datang diantar ayah dan ibu kandungnya dengan keluhan luka bakar pada
punggung tangan kanan sejak kurang lebih 4 hari yang lalu. Pasien mengeluh nyeri
pada luka. Ibu pasien mengatakan bahwa luka tersebut timbul akibat tersiram air
panas. Sebelum ke rumah sakit luka tersebut sudah di beri salep Bioplasenton namun
luka tersebut tidak ada perbaikan.

4. Riwayat Keluarga :
Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama

1
5. Riwayat Masa Lampau
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.

6. Riwayat Pengobatan

Salep Bioplasenton (neomycin sulphate 0.5 % dan placenta extract 10 %)

II. STATUS PRAESENS


Status umum
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 37,2oC
Tekanan Darah :-
Nadi : 100x/menit, reguler, kuat angkat
Fkuensi Pernapasan : 20 x/menit, reguler
Keadaan Gizi : Baik
Berat badan :-

Kulit
Warna : sawo matang
Efloresensi : tidak ada
Jaringan parut : tidak ada
Pigmentasi : tidak ada
Pertumbuhan rambut : merata
Pembuluh darah : terlihat
Suhu raba : hangat
Lembab / kering : lembap
Keringat : umum (+)
Turgor : baik
Ikterus : tidak ada
Lapisan lemak : merata

2
Edema : Pada region dorsum antebrachii

Kelenjar Limfe
Submandibula : normal, tidak teraba Leher : normal, tidak teraba
Supraklavikula : normal, tidak teraba Ketiak : normal, tidak teraba

Kepala dan Muka


Ekspresi wajah : Wajar
Simetri muka : Simetris
Rambut : Merata, warna rambut hitam
Pembuluh darah temporal : Teraba pulsasi

Mata
Exophthalmus : tidak ada
Enopthalmus : tidak ada
Kelopak : normal
Lensa : jernih
Konjungtiva : tidak anemis
Visus : tidak diperiksa
Sklera : tidak ikterik
Gerakan mata : normal
Lapangan penglihatan : normal
Tekanan bola mata : normal per palpasi
Deviatio konjungae : tidak ada
Nystagmus : tidak ada

Telinga
Tuli : tidak tuli
Selaput pendengaran : utuh
Lubang : lapang

3
Penyumbatan : tidak ada
Serumen : ada, dalam batas normal
Perdarahan : tidak ada
Cairan : tidak ada

Mulut dan Gigi


Bibir : tidak sianosis, tidak kering
Tonsil : tidak hiperemis, T1-T1
Langit-langit : utuh
Bau pernapasan : tidak ada bau
Gigi geligi : lengkap
Trismus : tidak ada
Faring : tidak hiperemis
Selaput lendir : tidak hiperemis
Lidah : tidak kotor, tidak ada deviasi

Leher
Tekanan vena jugularis : tidak dilakukan
Kelenjar Tiroid : tidak teraba
Kelenjar Limfe : tidak teraba

Dada
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak tampak kolateral
Buah dada : tidak ada kelainan

Paru-paru
Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis

4
Palpasi Kiri Sela iga normal, tidak ada Sela iga normal, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan, benjolan, tidak ada nyeri tekan,
vocal fremitus normal vocal fremitus normal
Kanan Sela iga normal, tidak ada Sela iga normal, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan, benjolan, tidak ada nyeri tekan,
vocal fremitus normal vocal fremitus normal
Perkusi Kiri Normal, sonor Normal, sonor
Kanan Normal, sonor Normal, sonor
Auskultasi Kiri Normal, vesikuler Normal, vesikuler
Kanan Normal, vesikuler Normal, vesikuler

Jantung
Inspeksi Tidak terlihat ictus cordis
Palpasi Ictus cordis teraba di linea midclavicularis kiri sela iga 5
Perkusi Batas atas jantung terletak di linea sternalis kiri sela iga 2
Batas pinggang jantung terletak di linea parasternal kiri sela iga 3
Batas kiri jantung terletak di 2 jari lateral linea midclavicularis
sela iga 4
Batas kanan jantung terletak di linea sternalis kanan sela iga 4
Auskultasi Katup mitral terdengar regular murni, BJ1>BJ2, tidak ada
murmur, tidak ada gallop
Katup tricuspid terdengar regular murni, BJ1>BJ2, tidak ada
murmur, tidak ada gallop
Katup pulmonal terdengar regular murni, BJ2>BJ1, tidak ada
murmur, tidak ada gallop
Katup aorta terdengar regular murni, BJ2>BJ1, tidak ada
murmur, tidak ada gallop

5
Perut
Inspeksi : Tidak tampak bekas operasi, benjolan, perut membuncit, simetris,
tidak terlihat gerakan usus
Palpasi : Dinding perut tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada defans
muskular.
Hati : tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba,ballotement(-),nyeri ketok CVA (-)
Lain-lain : Pada pemeriksaan ascites: tidak ada undulasi, tidak
ada shifting dullness.
Perkusi : Suara normal, timpani
Auskultasi : Bising usus terdengar normal, 10x/menit
Refleks dinding perut : Baik

Lengan Kanan Kiri


Otot
Tonus : Normotonus Normotonus
Massa: Eutrofi Eutrofi
Sendi: Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Gerakan: Aktif Aktif
Kekuatan: 5 5
Oedem Tidak ada Tidak ada
Lain-lain - -

Anggota gerak
Tungkai dan Kaki
Luka : Tidak Ada Tidak ada
Varises: Tidak ada Tidak ada
Otot (tonus dan massa): Normotonus, eutrofi Normotonus, eutrofi
Sendi: Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

6
Gerakan: Aktif Aktif
Kekuatan: 5 5
Edema: Pada dorsum pedis Tidak ada
dextra
Lain-lain: Tidak ada Tidak ada

2. STATUS LOKALIS
 Pada dorsum antebrachii dextra terdapat luka bakar dengan ukuran 10x10 cm,
basah, ada bulla, udem, pinggiran luka tidak rata, kemerahan, nyeri (+).

III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM


 Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

IV. RESUME
Pasien datang diantar ayah dan ibu kandungnya dengan keluhan luka bakar pada dorsum
antebrachii dextra sejak kurang lebih 4 hari yang lalu. Pasien mengeluh nyeri pada luka.
Sebelum ke rumah sakit luka tersebut sudah di beri salep Bioplasenton, namun luka
tersebut tidak ada perbaikan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan:


 Suhu : 37,2oC
Nadi : 100x/menit, reguler, kuat angkat
Frekuensi Pernapasan : 20 x/menit, reguler
 Luka bakar pada dorsum antebrachii dextra dengan ukuran 10x10 cm, tepi luka
tidak rata, basah, terdapat bulla, odema, kemerahan serta luka terasa nyeri.

V. DIAGNOSIS KERJA
Combustio grade II A
Dasar diagnosis :
Anamnesis :

7
Pasien datang diantar ayah dan ibu kandungnya dengan keluhan luka bakar pada lengan
bawah tangan kanan sejak kurang lebih 4 hari yang lalu. Pasien mengeluh nyeri pada
luka. Ibu pasien mengatakan bahwa luka tersebut timbul akibat tersiram air panas.
Sebelum ke rumah sakit luka tersebut sudah di beri salep Bioplasenton, namun luka
tersebut tidak ada perbaikan.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan didapatkan luka bakar pada dorsum antebrachii dextra
dengan ukuran 10x10 cm, tepi luka tidak rata, basah, terdapat bulla, odema, kemerahan,
serta luka terasa nyeri.

VI. DIAGNOSIS BANDING


-
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
-
VIII. PENGOBATAN
- Non Medikamentosa
- Medikamentosa
o Antibiotik: Ceftriaxone 30-50 mg/kgBB/hari
o Anti nyeri: Parasetamol 10-20mg/kgBB/1 kali minum (6-8 jam sekali)
o
- Operatif: Debridement untuk membuang jaringan kulit mati

IX. PROGNOSIS
- ad vitam : bonam
- ad functionam : bonam
- ad sanationam : bonam

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Luka Bakar

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka
bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya yang
dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi. Di Indonesia, luka bakar masih merupakan
problem yang berat. Perawatan dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan,
biaya mahal, tenaga terlatih dan terampil.1

2.2 Anatomi Kulit

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu:

2.2.1 Lapisan Epidermis

Lapisan epidermis terdiri atas :

 Lapisan basal atau stratum germinativum. Lapisan basal merupakan lapisan


epidermis paling bawah dan berbatas dengan dermis. Sel-sel basal ini
mrngalami mitosis dan berfungsi reproduktif. Dalam lapisan basal terdapat
melanosit. Melanosit adalah sel dendritik yang membentuk melanin. Melanin
berfungsi melindungi kulit terhadap sinar matahari.2
 Lapisan malpighi atau stratum spinosum. Lapisan malpighi atau disebut juga
prickle cell layer (lapisan akanta) merupakan lapisan epidermis yang paling
kuat dan tebal. Terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang
besarnya berbeda-beda akibat adanya mitosis serta sel ini makin dekat ke
permukaan makin gepeng bentuknya. Pada lapisan ini banyak mengandung
glikogen.2
 Lapisan granular atau stratum granulosum (Lapisan Keratohialin). Lapisan
granular terdiri dari 2 atau 3 lapis sel gepeng, berisi butir-butir (granul)

9
keratohialin yang basofilik. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak
tangan dan kaki.
 Lapisan lusidum atau stratum lusidum. Lapisan lusidum terletak tepat di bawah
lapisan korneum. Terdiri dari selsel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang
berubah menjadi protein yang disebut eleidin.2
 Lapisan tanduk atau stratum korneum. Lapisan tanduk merupakan lapisan
terluar yang terdiri dari beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti,
dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin. Pada permukaan lapisan ini
sel-sel mati terus menerus mengelupas tanpa terlihat.

2.2.2 Lapisan Dermis

Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis yang jauh
lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat
dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2
bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya yang
menonjol kearah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya
serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas cairan kental asam
hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblast, membentuk
ikatan yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur
dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip
kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah
mengembang serta lebih elastis.2

2.2.3 Lapisan Subkutis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar
berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti
terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk
kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan
sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di
lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal

10
tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasinya. Di abdomen dapat
mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan
lemak ini juga merupakan bantalan.2

Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian
atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda).
Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus
yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini
pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah teedapat
saluran getah bening.2

Gambar 1. Anatomi Kulit3

2.3 Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ paling luas permukaannya yang membungkus seluruh bagian
luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya
matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta
menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi
seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit.
Misalnya menjadi pucat, kekuning–kuningan, kemerah–merahan atau suhu kulit meningkat,

11
memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh gangguan kulit karena penyakit
tertentu.4

Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit.
Misalnya karena stress, ketakutan atau dalam keadaaan marah, akan terjadi perubahan pada
kulit wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang telah lanjut usia
atau masih muda. Wanita atau pria juga dapat membedakan penampilan kulit. Warna kulit
juga dapat menentukan ras atau suku bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit
kuning bangsa mongol, kulit putih dari eropa dan lain-lain.4

Perasaan pada kulit adalah perasaan reseptornya yang berada pada kulit. Pada organ
sensorik kulit terdapat 4 perasaan yaitu rasa raba/tekan, dingin, panas, dan sakit. Kulit
mengandung berbagai jenis ujung sensorik termasuk ujung saraf telanjang atau tidak
bermielin. Pelebaran ujung saraf sensorik terminal dan ujung yang berselubung ditemukan
pada jaringan ikat fibrosa dalam. Saraf sensorik berakhir sekitar folikel rambut, tetapi tidak
ada ujung yang melebaratau berselubung untuk persarafan kulit.4

Penyebaran kulit pada berbagai bagian tubuh berbeda-beda dan dapat dilihat dari
keempat jenis perasaan yang dapat ditimbulkan dari daerah-daerah tersebut. Pada
pemeriksaan histologi, kulit hanya mengandung saraf telanjang yang berfungsi sebagai
mekanoreseptor yang memberikan respon terhadap rangsangan raba. Ujung saraf sekitar
folikel rambut menerima rasa raba dan gerakan rambut menimbulkan perasaan (raba taktil).
Walaupun reseptor sensorik kulit kurang menunjukkan ciri khas, tetapi secara fisiologis
fungsinya spesifik. Satu jenis rangsangan dilayani oleh ujung saraf tertentu dan hanya satu
jenis perasaan kulit yang disadari.4

Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan dengan lingkungan. Adapun


fungsi utama kulit adalah:4

 Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanik (tarikan,
gesekan, dan tekanan), gangguan kimia ( zat-zat kimia yang iritan), dan gagguan
bersifat panas (radiasi, sinar ultraviolet), dan gangguan infeksi luar.

12
 Fungsi absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh
tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.
 Fungsi ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme
dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
 Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis sehingga kulit
mampu mengenali rangsangan yang diberikan. Rangsangan panas diperankan oleh
badan ruffini di dermis dan subkutis, rangsangan dingin diperankan oleh badan krause
yang terletak di dermis, rangsangan rabaan diperankan oleh badan meissner yang
terletak di papila dermis, dan rangsangan tekanan diperankan oleh badan paccini di
epidermis.
 Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
Kulit melakukan fungsi ini dengan cara mengekskresikan keringat dan mengerutkan
(otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Di waktu suhu dingin, peredaran darah di
kulit berkurang guna mempertahankan suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran
darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat
sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas.
 Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari
rigi saraf. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosomes)
menentukan warna kulit ras maupun individu.
 Fungsi kreatinisasi
Fungsi ini memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
 Fungsi pembentukan/sintesis vitamin D.

13
2.4 Epidemiologi

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar
berat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganan pun tinggi. Di Amerika
Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar setiap tahunnya. Dari angka
tersebut, 112.000 penderita luka bakar membutuhkan tindakan emergensi, dan sekitar 210
penderita luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka
bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk serta industry, angka luka bakar
tersebut makin meningkat.1

2.5 Etiologi

Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang dapat dipicu
atau diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor
rumah tangga, cairan dari tabung pemantik api, yang akan menyebabkan luka bakar pada
seluruh atau sebagian tebal kulit. Pada anak, kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh
air panas yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan luka bakar
superfisial, tetapi dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit (derajat tiga).1

Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun
bahan kimia. Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan
nekrosis koagulasi, denaturasi protein, dan rasa nyeri yang hebat. Alkali atau basa kuat yang
banyak terdapat dalam rumah tangga antara lain cairan pemutih pakaian (bleaching),
berbagai cairan pembersih, dll. Luka bakar yang disebabkan oleh basa kuat akan
menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair (liquefactive necrosis).
Kemampuan alkali menembus jarngan lebih dalam lebih kuat daripada asam, kerusakan
jaringan lebih berat karena sel mangalami dehidrasi dan terjadi denaturasi protein dan
kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan sehingga penderita sering terlambat datang untuk
berobat dan kerusakan jaringan sudah meluas.1

14
2.6 Patofisiologi

Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m2 pada anak baru lahir
sampai 1 m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh
kapiler dibawahnya, area sekitarnya, dan area yang jauh sekalipun akan rusak dan
menyebabkan permeabilitasnya meningkat. Terjadilah kebocoran intrakapilar ke interstisial
sehngga terjadi udem dan bula ynag mengandung banyak elektrolit. Rusaknya kulit akibat
luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barrier dan penahan
penguapan.1

Kedua penyebab diatas dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan intravaskular.


Pada luka bakar yang luasnya < 20% mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (> 20%) dapat terjadi syok hipovolemik disertai
gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan, maksimal
terjadi setelah 8 jam.1

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel
darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhirup. Udem laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas,
takipnea, stridor, suara parau, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.1

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbonmonoksida
sangat kuat terikat denga hemoglobin sehingga hemoglobin tidak mampu lagi mengikat
oksigen. Tanda keracunan ringan yaitu lemas, bingung, pusing, mual, dan muntah. Pada
keracunan yang berat terjadi koma. Bila > 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat
meninggal.1

Setelah 12-24 jam, permeabiltas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan dari ruang interstisial ke pembuluh darah yang ditandai dengan
meningkatnya diuresis.1

15
Luka bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati yang merupakan
medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit
diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis.
Padahal, pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab
infeksi pada luka bakar, selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi
kuman saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit.1

Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari
kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian terjadi invasi kuman Gram negatif.
Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin lain yang
berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi Pseudomonas
dapat dilihat dari warna hijau pada kassa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim
penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk
nanah.1

Infeksi ringan dan noninvasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah
terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang
kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik;
akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat 2 menjadi derajat 3. Infeksi kuman
menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan
trombosis.1

2.7 Luas Luka Bakar

Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang
dewasa digunakan “rumus 9”, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang,
dan bokong, ekstrimitas atas kanan, ektrimitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan
kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri, masing-masing 9%. sisanya 1% adalah daerah
genitalia. Rumus ini membantu untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada
orang dewasa.1

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak
lebih besar. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal
rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak.1

16
Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang 20%, ekstrimitas atas
kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstirmitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.

Gambar 2. Nine of Rule in Adult5

Gambar 3. Nine of Rule for Baby and Young Children6

17
2.8 Derajat Luka Bakar

Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi.

 Luka bakar derajat I, hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari;
misalnya tersengat sinar matahari. Luka tampak seperti eritema dengan keluhan rasa
nyeri atau hipersensitivitas setempat.1
 Luka bakar derajat II, mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen epitel
sehat yang tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat
sembuh sendiri dalam 2-3 minggu. Gejala yang timbul adalah nyeri, gelembung atau
bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya
meningkat. Dibedakan atas 2, yaitu:1,7
o Derajat IIA (dangkal):
Kerusakan mengenai epidermis dan lapisan atas dari dermis. tampak lepuh
kulit dan eritema serta nyeri bila disentuh. Penyembuhan terjadi secara
spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatriks.
o Derajat IIB (dalam):
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa epitel
jaringan sehat tinggal sedikit. Mungkin disertai lepuh pecah, luka tampak
putih dan kering. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi.
biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu > 1 bulan.
 Luka bakar derajat III, meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis, atau
organ yang lebih dalam. Tidak ada lagi elemen epitel hidup yang tersisa yang
memungkinkan penyembuhan dari dasar luka; biasanya diikuti dengan terbentuknya
eskar (kerak atau luruhan kulit terkoagulasi dan tebal yang terbentuk akibat luka
bakar) yang merupakan jaringan nekrosis akibat denaturasi protein jaringan kulit.
Oleh karena itu untuk mendapatkan kesembuhan kulit harus dilakukan skin grafting.
Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari
jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri.1,7

18
2.9 Berat Luka Bakar

Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka
bakar. Walaupun demikian, beratnya luka tergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Umur
dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat memengaruhi prognosis.1

Selain dalam dan luasnya luka bakar, prognosis dan penangananya ditentukan oleh
letak luka, usia, dan keadaan kesehatan penderita. Bayi dan orang usia lanjut daya
kompemsasinya lebih rendah, maka bila terbakar digolongkan kedalam golongan berat.1

Kriteria Berat Ringannya Luka Bakar (American Burn Association):8

1. Luka Bakar Ringan  Luka bakar derajat II < 15%


 Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak
 Luka bakar derajat III < 2%
2. Luka Bakar Sedang  Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
 Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak
 Luka bakar derajat III < 10%
3. Luka Bakar Berat  Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang
dewasa
 Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-
anak
 Luka bakar derajat III 10% atau lebih
 Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata,
kaki, dan genitalia/perineum.
 Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai
trauma lain.

19
2.10 Penatalaksanaan

2.10.1 Pertolongan Pertama pada Pasien dengan Luka Bakar

a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen pada api yang menyala.7

b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket,
karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem.

c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit.
Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung
terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat
dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu
dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.7

d. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena
bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka
bakar apapun.7

e. Evaluasi awal

f. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat
trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti
dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey
sekunder.

Saat menilai ‘airway” perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi. Biasanya
ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong. Luka bakar pada
wajah, oedem oropharyngeal, perubahan suara, perubahan status mental. Bila benar
terdapat luka bakar inhalasi lakukan intubasi endotracheal, kemudian beri Oksigen
melalui mask face atau endotracheal tube.Luka bakar biasanya berhubungan dengan
luka lain, biasanya dari luka tumpul akibat kecelakaan sepeda motor. Evaluasi pada

20
luka bakar harus dikoordinasi dengan evaluasi pada luka-luka yang lain. Meskipun
perdarahan dan trauma intrakavitas merupakan prioritas utama dibandingkan luka
bakar, perlu dipikirkan untuk meningkatkan jumlah cairan pengganti.7

Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali untuk
menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma. Untuk membantu mengevaluasi
derajat luka bakar karena trauma akibat air mendidih biasanya hanya mengenai
sebagian lapisan kulit (partial thickness), sementara luka bakar karena api
biasa mengenai seluruh lapisan kulit (full thickness).7

2.10.2 Resusitasi Cairan

Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, Pemberian
cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus
ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Adanya luka
bakar diberikan cairan resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak hanya
pada jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa
penyebab permeabilitas cairan ini adalah karena keluarnya sitokin dan beberapa
mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel, kebocoran kapiler.1

Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan perfusi
jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam
pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama
setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam
ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh.
Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah
terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.1

Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland:7

24 jam pertama.Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka bakar

o contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %

o membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam pertama

21
 ½ jumlah cairan 4000 ml diberikan dalam 8 jam

 ½ jumlah cairan sisanya 4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.

Cara lain adalah cara Evans:1,7

l. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam

2. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam

(no 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk mengganti
plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga
mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar)

3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat


penguapan)
Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah
cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari
kedua.

Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus
Baxter yaitu:1,7
% x BB x 4 cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RL
karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama.
Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 % permukaan
kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama
dan 2000 cc pada hari kedua.

Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula Curreri, adalah


25 kcal/kgBB/hari ditambah dengan 40 kcal/% luka bakar/hari.

22
Petunjuk perubahan :
 Pemantauan urin output tiap jam
 Tanda-tanda vital,
 tekanan vena sentral
 Kecukupan sirkulasi perifer
 Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi
 Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa

Penggantian Darah

Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel darah merah
sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Sebagai tambahan terhadap suatu
kehancuran yang segera pada sel darah merah yang bersirkulasi melalui kapiler yang
terluka, terdapat kehancuran sebagian sel yang mengurangi waktu paruh dari sel darah
merah yang tersisa. Karena plasma predominan hilang pada 48 jam pertama setelah
terjadinya luka bakar, tetapi relative polisitemia terjadi pertama kali. Oleh sebab itu,
pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan, kecuali terdapat
kehilangan darah yang banyak dari tempat luka. Setelah proses eksisi luka bakar
dimulai, pemberian darah biasanya diperlukan.1,7

2.10.3 Perawatan Luka Bakar

Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan
perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan
dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal.
Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini
memiliki beberapa fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari
kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka
harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga,
penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan
meminimalkan timbulnya rasa sakit.1,7

23
Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar:1,7

 Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barrier
pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian
salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu
dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan
pembengkakan.

 Luka bakar derajat II (superfisial), perlu perawatan luka setiap harinya,


pertamatama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan
perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat
ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft
(pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis (opsite,
biobrane, transcyte, integra)

 Luka derajat II (dalam) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan
cangkok kulit (early exicision and grafting ).

2.10.4 Nutrisi

Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari orang
normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik.

Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal adalah
dengan mengukur kebutuhan kalori secara langsung menggunakan indirek kalorimetri
karena alat ini telah memperhitungkan beberapa faktor seperti BB, jenis kelamin, luas
luka bakar, luas permukan tubuh dan adanya infeksi. Untuk menghitung kebutuhan
kalori total harus ditambahkan faktor stress sebesar 20-30%. Tapi alat ini jarang
tersedia di rumah sakit.

Yang sering direkomendasikan adalah perhitungan kebutuhan kalori basal


dengan formula HARRIS BENEDICK yang melibatkan faktor BB, TB dan Umur.
Sedangkan untuk kebutuhan kalori total perlu dilakukan modifikasi formula dengan
menambahkan faktor aktifitas fisik dan faktor stress.

24
Pria : 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) – (6.8 X U) X AF X FS
Wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X AF X FS

Perhitungan kebutuhan kalori pada penderita luka bakar perlu perhatian khusus
karena kurangnya asupan kalori akan berakibat penyembuhan luka yang lama dan
juga meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. Disisi lain, kelebihan asupan
kalori dapat menyebabkan hiperglikemi, perlemakan hati.
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu : oral, enteral dan parenteral.
Untuk menentukan waktu dimualinya pemberian nutrisi dini pada penderita luka
bakar, masih sangat bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan 48
jam pascatrauma.

2.10.5 Tindakan Bedah


Early Excision and Grafting (E&G)
Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif dan kemudian luka ditutup
dengan cangkok kulit (autograft atau allograft ), setelah terjadi penyembuhan, graft
akan terkelupas dengan sendirinya. E&G dilakukan 3-7 hari setelah terjadi luka, pada
umumnya tiap harinya dilakukan eksisi 20% dari luka bakar kemudian dilanjutkan
pada hari berikutnya. Tapi ada juga ahli bedah yang sekaligus melakukan eksisi pada
seluruh luka bakar, tapi cara ini memiliki resiko yang lebih besar yaitu : dapat terjadi
hipotermi, atau terjadi perdarahan masive akibat eksisi.1,7
Metode ini mempunyai beberapa keuntungan dengan penutupan luka dini,
mencegah terjadinya infeksi pada luka bila dibiarkan terlalu lama, mempersingkat
durasi sakit dan lama perawatan di rumah sakit, memperingan biaya perawatan di
rumah sakit, mencegah komplikasi seperti sepsis dan mengurangi angka mortalitas.
Beberapa penelitian membandingkan teknik E&G dengan teknik konvensional,
hasilnya tidak ada perbedaan dalam hal kosmetik atau fungsi organ, bahkan lebih baik
hasilnya bila dilakukan pada luka bakar yang terdapat pada muka, tangan dan kaki.1,7
Pada luka bakar yang luas (>80% TBSA), akan timbul kesulitan mendapatkan
donor kulit. Untuk itu telah dikembangkan metode baru yaitu dengan kultur

25
keratinocyte. Keratinocyte didapat dengan cara biopsi kulit dari kulit pasien sendiri.
Tapi kerugian dari metode ini adalah membuthkan waktu yang cukup lama (2-3
minggu) sampai kulit (autograft) yang baru tumbuh dan sering timbul luka parut.
Metode ini juga sangat mahal.1,7

Escharrotomy
Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas dapat menyebabkan iskemik
distal yang progresif, terutama apabila terjadi edema saat resusitasi cairan, dan saat
adanya pengerutan keropeng. Iskemi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada
jarijari tangan dan kaki. Tanda dini iskemi adalah nyeri, kemudian kehilangan daya
rasa sampai baal pada ujung-ujung distal. Juga luka bakar menyeluruh pada bagian
thorax atau abdomen dapat menyebabkan gangguan respirasi, dan hal ini dapat
dihilangkan dengan escharotomy. Dilakukan insisi memanjang yang membuka
keropeng sampai penjepitan bebas.1,7

Antimikroba
Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit sehingga
memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka. Bila jumlah kuman sudah
mencapai 105 organisme jaringan, kuman tersebut dapat menembus ke dalam jaringan
yang lebih dalam kemudian menginvasi ke pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi
sistemik yang dapat menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini dapat secara
topikal atau sistemik. Pemberian secara topikal dapat dalam bentuk salep atau cairan
untuk merendam. Contoh antibiotik yang sering dipakai : Salep : Silver sulfadiazine,
Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone-iodine, Bacitracin (biasanya untuk luka bakar
grade I), Neomycin, Polymiyxin B, Nysatatin, mupirocin , Mebo.1,7

Kontrol Rasa Sakit


Rasa sakit merupakan masalah yang signifikan untuk pasien yang mengalami luka
bakar untuk melalui masa pengobatan. Pada luka bakar yang mengenai jaringan
epidermis akan menghasilkan rasa sakit dan perasaan tidak nyaman. Dengan tidak
terdapatnya jaringan epidermis (jaringan pelindung kulit), ujung saraf bebas akan lebih

26
mudah tersensitasi oleh rangsangan. Pada luka bakar derajat II yang dirasakan paling
nyeri, sedangkan luka bakar derajat III atau IV yang lebih dalam, sudah tidak dirasakan
nyeri atau hanya sedikit sekali. Saat timbul rasa nyeri terjadi peningkatan katekolamin
yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi, tekanan darah dan respirasi, penurunan
saturasi oksigen, tangan menjadi berkeringat, flush pada wajah dan dilatasi pupil.1,7
Pasien akan mengalami nyeri terutama saat ganti balut, prosedur operasi, atau saat
terapi rehabilitasi. Dalam kontrol rasa sakit digunakan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya dari golongan opioid dan
NSAID. Preparat anestesi seperti ketamin, N2O (nitrous oxide) digunakan pada prosedur
yang dirasakan sangat sakit seperti saat ganti balut. Dapat juga digunakan obat
psikotropik sepeti anxiolitik, tranquilizer dan anti depresan. Penggunaan benzodiazepine
dbersama opioid dapat menyebabkan ketergantungan dan mengurangi efek dari opioid.1,7

Permasalahan Pasca Luka Bakar


Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan
menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali sehingga
diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan diri.1,7
Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar:
 Infeksi dan sepsis
 Oliguria dan anuria
 Oedem paru
 ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome )
 Anemia
 Kontraktur
 Kematian

2.11 Luka Bakar Akibat Sengatan Listrik


2.11.1 Arus Listrik
Arus listrik menimbulkan kelainan karena rangsangan terhadap saraf dan otot.
Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui arus menyebabkan

27
luka bakar pada jaringan tersebut. Energi panas dari loncatan arus listrik tegangan
tinggi yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka bakar yang dalam karena suhu
bunga api listrik dapat mencapai 2.500oC. Arus bolak-balik menimbulkan
rangsangan otot yang hebat berupa kejang-kejang. Bila arus tersebut melalui
jantung, kekuatan 60 miliampere saja sudah cukup untuk menimbulkan fibrilasi
ventrikel. Lebih-lebih kalau arus langsung mengenai jantung, fibrilasi dapat terjadi
oleh arus yang hanya sebesar 1/10 miliampere.1
Kejang tetanik yang kuat pada otot skelet dapat menimbulkan fraktur
kompresi vertebra. Bila kawat berarus listrik terpegang tangan, pegangan akan sulit
dilepaskan akibat kontraksi otot fleksor jari lebih kuat daripada otot ekstensor jari,
sehingga korban terus teraliri arus. Pada otot dada (m. interkostal) keadaan ini
menyebabkan gerakan napas terhenti sehingga penderita dapat mengalami asfiksia.
Pada tegangan rendah, arus searah tidak berbahaya dibanding arus bolak-balik
dengan ampere yang sama. Sebaliknya, pada tegangan tinggi, arus searah lebih
berbahaya. Panas timbul karena tahanan yang dijumpai waktu arus mengalir, dan
dampaknya bergantung pada jenis jaringan dan keadaan kulit.1
Urutan tahanan jaringan dimulai dari yang paling rendah adalah saraf,
pembuluh darah , otot, kulit, tendo, dan tulang. Jaringan yang tahanannya tinggi
akan lebih banyak dialiri arus listrik sehingga akan menerima panas lebih banyak.
Karena epidermisnya lebih tebal, telapak tangan dan kaki mempunyai tahanan
listrik lebih tinggi sehingga luka bakar yang terjadi akibat arus listrik di daerah ini
juga lebih berat.1
Kelancaran arus masuk tubuh juga bergantung pada basah atau keringnya kulit
yang kontak dengan arus. Bila kulit basah atau lembab, arus akan mudah sekali
masuk. Di tempat masuk arus listrik, tampak luka bakar dengan kulit yang lebih
rendah dari sekelilingnya, dan terdapat juga luka bakar yang serupa di tempat
loncatan arus keluar.1
Panas yang timbul pada pembuluh darah akan merusak tunika intima sehingga
terjadi trombosis yang timbul pelan-pelan. Hal ini menerangkan mengapa kematian
jaringan pada luka bakar listrik seakan-akan progresif dan banyak kerusakan
jaringan baru terjadi kemudian. Ekstremitas yang semula tampak vital, mungkin

28
setelah beberapa hari menunjukkan nekrosis otot iskemik. Beberapa jam setelah
kecelakaan listrik dapat terjadi sindrom kompartemen karena udem dan trombosis.1
Pada kecelakaan tersengat arus listrik di daerah kepala, penderita dapat
pingsan lama dan mengalami henti napas. Dapat juga terjadi udem otak. Akibat
samping yang setelah waktu lama adalah katarak. Dekstruksi jaringan paling berat
terjadi dekat luka masuk dan keluar karena disanalah arus listrik paling kuat.1

Tata Laksana
Terlebih dahulu, sebelum penderita ditangani, arus listrik harus diputus karena
penderita mengandung muatan listrik selama masih terhubung dengan sumber arus.
Kemudian kalau perlu, dilakukan resusitasi jantung paru. Cairan parenteral harus
diberikan dan umumnya diperlukan cairan yang lebih banyak dari yang
diperkirakan karena kerusakan sering jauh lebih luas. Kadang luka bakar di kulit
luar tampak ringan, tetapi kerusakan jaringan ternyata lebih dalam.1
Pemasangan kateter dan memperhatikan output urin yaitu jumlah dan warna.
Kalau banyak terjadi kerusakan otot, urin akan berwarna gelap, karena banyak
mengadung myoglobin (adanya hemakromogens di dalamnya), dan segera
dilakukan terapi untuk mioglobinuri tanpa menunggu hasil laboratorium. Pemberian
cairan harus ditingkatkan agar mencapai produksi urin normal. Bila dengan
penambahan cairan warna urin belum jernih, berikan manitol dengan dosis awal 25
gr segera, dan disusul dengan dosis rumatan 12,5 gr/jam. Bila keadaan ini disertai
udem otak, manitol dapat ditingkatkan sampai 6 kali lipat untuk memperbaiki
filtrasi ginjaldan mencegah gagal ginjal. Selain itu dapat diberikan diuretic dan
kortikosteroid.1
Pada luka bakar yang dalam dan berat, perlu pembersihan jaringan mati secara
bertahap karena tidak semua jaringan mati jelas tampak pada hari pertama. Bila
luka pada ekstremitas, mungkin perlu fasiotomi pada hari pertama untuk mencegah
sindrom kompartemen. Selanjutnya, dilakukan skin grafting atau rekonstruksi.1
2.11.2 Tersambar Petir
Petir yang biasanya terjadi saat cuaca berawan, sebenarnya muatan listrik
bertegangan tinggi. Tegangan petir sekitar 20-100 juta volt dengan arus yang dapat

29
mecapai 20.000 ampere dan suhu inti sampai 30.000 kelvin, jauh lebih tinggi
daripada suhu permukaan matahari.1
Kecelakaan tersambar petir dapat terjadi dengan 4 cara:
1. Korban di tempat terbuka tersambar petir yang barasal dari awan dan hendak
menuju bumi; mekanisme ini disebut tersambar- langsung.
2. Korban berada di sekitar batang pohon yang tersambar petir dalam jarak 2
meter; mekanisme ini disebut tersambar- samping, akibat adanya loncatan arus
listrik dari batang pohon tersebut.
3. Korban tersambar petir ketika bersandar pada pohon yang tersambar petir;
mekanisme ini disebut tersambar- kontak.
4. Korban melangkah, berdiri, atau jongkok dekat tanah yang tersambar petir
dengan jarak < 30 meter; mekanisme ini disebut tersambar- langkah.
Biasanya pada kejadian tersambar- langsung atau tersambar- samping, arus
listrik masuk ke kepala melalui lubang kepala, yaitu telinga, mata, atau mulut, dan
mencapai bumi melalui leher, tubuh, dan kaki. Arus listrik dapat mengalir pada
sebagian otak, pusat pernapasan, dan jantung sehingga korban dapat pingsan,
mengalami henti napas, maupun henti jantung.1
Pada tersambar- kontak, aliran listrik masuk tubuh pada tempat kontak yang
akan menentukan gambaran klinis, sedangkan pada tersambar- langkah, arus listrik
masuk melalui kaki yang terdekat dengan tempat petir di tanah dan keluar tubuh
lagi melalui kaki yang lain. Jadi umumnya tidak akan terjadi pingsan, henti napas,
atau henti jantung.1

Resusitasi
Korban dapat selamat bila segera diberikan resusitasi berupa napas buatan
segera setelah kecelakaan. Korban akan sadar kembali dalam waktu tertentu,
sedangkan kelumpuhan pusat napas juga akan berlalu setelah 5-10 menit. Biasanya
asistolik juga akan pulih bila napas buatan memadai. Resusitasi—segera dapat
menyelamatkan sampai 70% korban. Defibrilasi jantung tidak perlu karena henti
jantung pada korban ini merupakan asistol.1

30
2.12 Luka Bakar Akibat Bahan Kimia
Luka bakar kimia disebabkan karena kontak langsung dengan zat kimia asam, basa, atau
hasil pengolahan minyak. Luka bakar basa umunya lebih serius dibanding asam, karena
basa dapat menembus jaringan lebih dalam (bersifat korosif).1

Tatalaksana
Baju yang terkena zat kimia harus segera dilepas. Sikap yang sering mengakibatkan
keadaan lebih buruk adalah menganggap ringan luka karena dari luar tampak sebagai
kerusakan kulit yang hanya kecoklatan, padahal daya rusak masih terus menembus kulit,
kadang sampai 72 jam.1
Segera bersihkan zat kimia dan rawat luka karena berat ringannya luka bakar kimia
tergantung dari lamanya kontak, konsentrasi, dan jumlahnya. Lakukan irigasi (guyur
dengan air mengalir—air kran).1
Sebelum melakukan irigasi, bila ada serbuk kimia disikat/dikuas dahulu untuk
menghilangkannya. Jangan menggunakan zat penawar kimia karena reaksi zat kimia
dengan penawarnya dapat menimbulkan panas dan menghasilkan kerusakan jaringan yang
lebih parah.1

31
Daftar Pustaka
1. Sjamsuhidajat-de Jong. Buku ajar ilmu bedah. Ed 3. Jakarta: EGC;2010.hal 101-13.
2. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo;2012.hal. 13-28.
3. Sobbota. Atlas of human anatomy. Ed 14th (1).Munchen-Jena: Elsevier urban and
fischer;2006.pg.31
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 8. Jakarta: EGC; 2014.
5. Assessing Burns and Planning Resuscitation: The Rule of Nines [Internet]. UW Health. 2017
[cited 8 January 2017]. Available from: http://www.uwhealth.org/emergency-
room/assessing-burns-and-planning-resuscitation-the-rule-of-nines/12698
6. Cold F, Health E, Disease H, Management P, Conditions S, Problems S et al. Rule of Nines
for Babies and Young Children [Internet]. WebMD. 2017 [cited 8 January 2017]. Available
from: http://www.webmd.com/parenting/rule-of-nines-for-babies-and-young-children
7. Sabiston. Text book of surgery. Ed 19th. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2012.
8. MedlinePlus - Health Information from the National Library of Medicine [Internet].
Nlm.nih.gov. 2017 [cited 8 January 2017]. Available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus.

32

Anda mungkin juga menyukai