Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

ILMU KEDOKTERAN JIWA

DISUSUN OLEH:
Arum Sekar Latih
1102012029

PEMBIMBING:
dr. Hening Madonna, Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


RS BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 20 NOVEMBER 23 DESEMBER 2017
BAB I
STATUS PSIKIATRI

A. IDENTITAS PASIEN

No. RM : 91.52.38
Nama : Ny.R.A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 47 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Warga negara : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Jl. Rajawali timur II
Tanggal masuk RS : 23 November 2017
Tanggal Pemeriksaan : 28 November 2017
Ruang perawatan : Dahlia

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis tanggal
28 November 2017
1. Keluhan Utama : Mengamuk
2. Keluhan Tambahan : Sulit tidur dan nyeri uluhati
3. Riwayat Gangguan Sekarang :
Pasien diantar oleh suaminya ke IGD Rs.POLRI dengan keluhan nyeri
uluhati sejak 3 hari disertai dengan sulit tidur sejak 1 minggu SMRS.
Setelah 2 hari di ruang perawatan biasa pasien sempat mengamuk di
pagi hari karena melarang suaminya untuk sholat ke masjid. Pasien
sempat merasa curiga suntikan yang diberikan perawat adalah narkoba.
Dibangsal Dahlia pasien juga sempat mengamuk dan ingin kabur.

1
Pasien mengamuk karena dia tidak diperbolehkan menemui suaminya
yang di depan ruangan. Pasien masih merasa dirinya sakit akibat
disantet orang lain. Pasien merasa tidak sakit. Pasien mengatakan
mudah tersinggung jika pembicaraanya dipotong. Pasien juga merasa
menghawatirkan anaknya sakit dan dirawat bersamanya. Pasien
merasa mertuanya tidak menyukainya, dan hubungan antara pasien
dan mertuanya tidak baik. Pasien mengaku sebelumnya pernah
dirawat di RS.POLRI 1 bulan yang lalu dengan keluhan yang sama.
Berdasarkan alloanamnesa, pasien suka membersihkan rumah dan
cepat marah ketika ada ruangan yang terlihat berantakan. Suami
pasien juga mengatakan pasien sering ikut memikirkan untuk
menyelesaikan masalah orang lain walaupun tidak ada hubungannya
dengan pasien. Pasien mulai banyak bicara dan mudah tersinggung.

4. Riwayat Gangguan Sebelumnya :


a. Riwayat gangguan medis umum
- Riwayat kelainan bawaan disangkal
- Riwayat infeksi disangkal
- Riwayat trauma kepala disangkal
- Riwayat kejang disangkal
b. Riwayat gangguan psikiatri
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jiwa sebelumnya
c. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien menyangkal mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan
terlarang (NAPZA)
5. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien lahir dengan cukup bulan dalam keadaan normal, selama
kelahiran tidak ada trauma lahir dan cacat bawaan.
b. Riwayat kanak-kanak dan remaja
Pasien sejak kecil diasuh oleh orangtuanya. Masa remaja pasien
sama seperti remaja seusianya.

2
c. Riwayat pendidikan
Pasien mengaku hanya menamatkan pendidikan sampai dengan
SMA karena pasien ingin bekerja.
d. Riwayat pekerjaan
Pasien mengatakan tidak bekerja dan hanya dirumah, melakukan
aktivitas sebagai ibu rumah tangga.
e. Riwayat pernikahan
Pasien mengaku menikah pada tahun 2002, saat usia pasien 32
tahun. Pasien memiliki tiga orang anak, anak pertama
pasien usia 15 tahun, anak kedua pasien sekarang berusia 9 tahun
dan anak terakhir berusia 7 tahun. Pasien mengaku tidak ada
permasalahan keluarga.
f. Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama islam. Pasien taat dalam menjalankan ibadah.
g. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien mengaku tidak pernah melakukan pelanggaran hukum
h. Riwayat sosial ekonomi
Pasien mengaku social ekonomi mencukupi kehidupan sehari hari.
i. Situasi kehidupan sekarang
Pasien mengaku dijenguk suami dan abangnya.
j. Riwayat keluarga
Sejak kecil pasien tinggal bersama orang tua pasien. Pasien
merupaka anak ke-3 dari 5 bersaudara.

Genogram:

3
Laki-laki
Perempuan
Pasien

C. STATUS MENTAL
Deskripsi Umum
Penampilan : Sesuai dengan usia, perawatan diri baik
Kesadaran : Compos mentis
Psikomotor
- Sebelum di wawancara : Pasien terlihat tenang sedang duduk di
kursi
- Saat diwawancara : Pasien cukup berkonsentrasi menjawab
pertanyaan, bersemangat dalam menjawab dan agak tersinggung jika
dipotong omongannya dengan pasien lain.
- Setelah diwawancara : Pasien tersenyum kepada pemeriksa dan
terlihat tenang.
Pembicaraan : Spontan, artikulasi baik, banyak bicara, mudah
tersinggung jika pembicaraanya dipotong.
Sikap terhadap pemeriksa : pasien menunjukkan sikap kooperatif dan
tenang

Keadaan afektif, perasaan, ekspresi efektif, serta empati


Mood : mania
Afek : elasi
Empati : Dapat diraba dan dirasakan

Fungsi Kognitif
Pengetahuan umum : Baik
Kecerdasan : Baik
Daya konsentrasi : Baik
Orientasi

4
- Waktu : Baik (pasien dapat menyebutkan pemeriksaan pada
siang hari)
- Tempat : Baik (pasien tahu sekarang sedang berada di RS)
- Orang : Baik (pasien mengenal dirinya dan orang sekitarnya)
Daya ingat
- Jangka panjang : Baik (pasien dapat mengingat tahun saat pasien
menikah)
- Jangka pendek : Baik (pasien ingat menu makan paginya)
- Segera : Baik (pasien dapat menyebutkan 3 benda yang
disebutkan oleh pemeriksa
Pikiran abstrak : Baik (Pasien dapat mengetahui persamaan jeruk
dan apel)
Bakat kreatif : Pasien tidak mempunya bakat khusus
Kemampuan menolong diri sendiri: Baik (pasien dapat makan, mandi, dan
berganti pakaian sendiri)
Gangguan persepsi
Halusinasi : Tidak ada
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
Proses Pikir
Arus pikiran
- Kontinuitas : koheren
- Hendaya bahasa : Tidak ada
Isi pikiran
- Preokupasi : Tidak ada
- Waham : Terdapat waham kejar (pasien merasa curiga
berlebihan)
- Obsesi : Tidak ada
- Kompulsi : Tidak ada
- Fobia : Tidak ada

5
Pengedalian impuls : Baik, selama wawancara pasien dapat berlaku
dengan tenang dan tidak menunjukkan gejala
yang agresif dan tidak marah
Daya nilai
Daya nilai sosial : Baik (Pasien tidak pernah terlibat perkelahian
ataupun masalah selama di bangsal)
Uji daya nilai : Baik (Pasien mengatakan bahwa perkelahian
adalah hal yang tidak baik)
Penilaian realita : Terganggu
Tilikan
Derajat 1 : pasien menyangkal akan penyakitnya.

Taraf dapat dipercaya :


Pemeriksan memperoleh kesan bahwa hanya sebagian jawaban pasien saja
yang dapat dipercaya

D. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Laju pernapasan : 20 kali/menit
- Denyut nadi : 94 kali/menit
- Suhu : 36,5 derajat celcius
- Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
- Pulmonal : Vesikuler +/+, Rhonki-/-, Wheezing-/-
- Abdomen : Bising usus normal, timpani (+) di 4 kuadran.
- Ekstremitas : CRT<2detik , edema (-)
Status Neurologis

Tidak dilakukan pemeriksaan neurologi

6
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

F. IKHTISAR PENEMUAN
- Pasien wanita, usia 47 tahun dibawa ke rumah sakit Bhayangkara Tk. 1
Raden Said Sukanto oleh suaminya karena nyeri uluhati dan disertai
dengan sulit tidur sejak 1 minggu, banyak bicara, mudah tersinggung,
mengamuk, mudah marah, curiga berlebihan.
- Tidak terdapat riwayat penggunaan alkohol dan penggunaan obat/ zat
- Terdapat gangguan isi pikir waham kejar dan curiga
- Mood mania, afek elasi dan empati dapat diraba dan dirasakan oleh
pemeriksa.
- Tilikan pasien derajat 1, Pasien tidak menyadari bahwa pasien sedang
sakit.
- Formula diagnosis
Setelah wawancara pasien ditemukan adanya psikopatologi yang
menyebabkan distress dan disabilitas dalam fungsi dan aktivitasnya sehari-
hari, oleh karena itu dapat disimpulkan pasien mengalami gangguan jiwa
yang sesuai dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ III.

AKSIS I

1. Pasien ini tidak termasuk gangguan mental organic karena pasien


dalam keadaan sadar dan tidak ada riwayat trauma, infeksi kranial
atau ketidakseimbangan elektrolit (F0)
2. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan mental dan prilaku akibat
penggunaan alkohol dan zat karena tidak ada riwayat dalam
penggunaan alkohol dan zat (F1)
3. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan skizofrenia karena tidak
ada halausinasi (F2)
4. Pasien ini termasuk gangguan afektif bipolar karena didapatkan
adanya gejala manik (F3).

7
AKSIS II
Tidak ada
AKSIS III
Riwayat gastritis akut
AKSIS IV
Masalah psikososial dan lingkungan
AKSIS V
Global Assement of Functioning (GAF) scale 60-51

G. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F.31 Gangguan Afektif Bipolar

Aksis II : Tidak ada

Aksis III : Riwayat Gastritis akut

Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan

Aksis V : Global Assement of Functioning (GAF) scale 60-51

H. DAFTAR MASALAH
Organobiologik
Tidak ada riwayat trauma kepala, kejang atau gangguan fisik lainnya.
Psikologis
Mood :Mania
Afek : Elasi
Gangguan persepsi : Tidak ada
Gangguan proses pikir : Tidak ada
Gangguan isi pikir : Waham kejar
Tilikan : Derajat I
Lingkungan dan Sosioekonomi
Pasien memiliki masalah psikososial dan lingkungan

I. DIAGNOSIS

8
Diagnosis kerja : F31.2 Gangguan afektif bipolar, Episode kini manik
dengan gejala psikotik
Diagnosis banding: F23.Gangguan Psikotik akut dan Sementara, F25.
Skizoafektif

J. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

K. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka
Quetiapine 1 x 300mg
Lorazepam 1 x 2mg (k/p)

2. Psikoterapi
Kepada pasien
Psikoterapi suportif dengan memberikan motivasi kepada
pasien agar teratur makan dan minum obat, sehingga dapat kembali
pulih dan berkumpul lagi bersama keluarganya, berempati dan
memberikan perhatian pada pasien, menghormati pasien sebagai
manusia seutuhnya dan peduli pada aktivitas keseharian pasien.
Kepada keluarga
Diperlukan peran serta keluarga dalam penanganan pasien
dengan adanya edukasi yang dapat dilakukan dengan menjelaskan
segala hal tentang penyakit pasien dari penyebab, gejala-gejalanya,
faktor-faktor yang memberatkan dan cara pencegahannya. Dengan
begitu keluarga bisa menerima dan mengerti keadaan pasien serta
mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan.
Perlu juga diberikan penjelasan mengenai pentingnya pasien
kontrol dan minum obat secara teratur sehingga diharapkan

9
keluarga turut serta untuk bekerja sama dalam berjalannya program
terapi.

10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR


Gangguan bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu
gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tida biasa pada
suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut bipolar karena penyakit kejiwaan
ini didominasi adanya fluktuasi dua kutub, yakni kondisi manik dan depresi.

B. DIAGNOSIS GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR


Keterampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
Informasi dari keluarga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
kriteria yang terdapat dalam DSM-IV atau ICD-10. Salah satu instrumen yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi symptom gangguan bipolar adalah The
Structured Clinical Interview for DSM-IV (SCID). The Present State Examination
(PSE) dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi symptom sesuai dengan ICD-
10. 4,6
Pembagian menurut DSM-IV1:
Gangguan mood bipolar I
Gangguan mood bipolar I, episode manik tunggal
a) Hanya mengalami satu kali episode manik dan tidak ada rwayat depresi
mayor sebelumnya.
b) Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif,
gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
c) Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
d) Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan dan aspek
fungsi penting lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode manik sekarang ini
a) Saat ini dalam episode manik

11
b) Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik,
depresi, atau campuran.
c) Episode mood pada kriteria a dan b bukan skizoafektif dan tidak
bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham,
atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
d) Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum.
e) Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan dan aspek
fungsi penting lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini1
a) Saat ini dalam episode campuran
b) Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi
atau campuran
c) Episode mood pada kriteria a dan b tidak dapat dikategorikan
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizifreniform, Gangguan waham, atau Gangguan psikotik yang tidak
diklasifikasikan
d) Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum
e) Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau
aspek fungsi penting lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini
a) Saat ini dalam episode hipomanik
b) Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manic atau
campuran
c) Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup bermakna
atau hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya
d) Episode mood pada kriteria a dan b tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,

12
skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang
tidak dapat diklasifikasikan.
Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini
a) Saat ini dalam episode depresi mayor
b) Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan
campuran
c) Episode mood pada kriteria a dan b tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang
tidak dapat diklasifikasikan.
d) Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
e) Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau
aspek fungsi penting lainnya.
Gangguan mood bipolar I, Episode yang tidak dapat diklasifikasikan saat ini
a) Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik,
hipomanik, campuran atau episode depresi.
b) Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran.
c) Episode mood pada kriteria a dan b tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizofreniform, Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang
tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.
d) Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau
aspek fungsi penting lainnya.
Gangguan Mood Bipolar II
Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit satu
episode hipomanik.
Gangguan Siklotimia

13
a) Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejala-
gejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang
tidak memenuhi criteria untuk Gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak
dan remaja durasinya paling sedikit satu tahun.
b) Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejala-
gejala pada kriteria a lebih dari dua bulan pada suatu waktu.
c) Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama
dua tahun Gangguan tersebut
Catatan: setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih dengan
manic atau episode campuran (diagnosis GB I dan Gangguan siklotimia
dapat dibuat) atau episode depresi mayor (diagnosis GB II dengan
Gangguan siklotimia dapat ditegakkan)
d) Gejala-gejala pada criteria a bukan skizoafektif dan tidak bertumpangtindih
dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan
Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
e) Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum
f) Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan atau aspek
fungsi penting lainnya.

Pembagian menurut PPDGJ III7:


F31 Gangguan Afek bipolar
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua
episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada
waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan
aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan
afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah
bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik
biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsug antara 2 minggu sampai 4-5
bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6
bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut.

14
Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang
penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya stress tidak esensial untuk
penegakan diagnosis).
Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif
Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30)

F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Klinik Hipomanik


Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk hipomania (F30); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik ,
depresif, atau campuran) di masa lampau.

F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik (F30.1); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif, atau campuran) di masa lampau.

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan
gejala psikotik (F30.2); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif atau campuran) di masa lampau

F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi
ringan (F32.0) atau pun sedang (F32.1); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik,
atau campuran di masa lampau

F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala
psikotik

15
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik,
atau campuran di masa lampau

F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala
Psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
berat dengan gejala psikotik (F32.3);dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran dimasa lampau

F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran


Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan
depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala
mania/hipomania dan depresif yang sama-sama mencolok selama masa
terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung
sekurang-kurangnya 2 minggu); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran di masa lampau

F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi


Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa
bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu
episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau dan
ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depres if atau campuran)

F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya


F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT

16
C. DIAGNOSIS BANDING GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
Terdapat beberapa gangguan mental lainnya yang memiliki gejala yang
sama dengan gangguan bipolar seperti skizofrenia, skizoafektif, intoksikasi obat,
gangguan skizofreniform, dan gangguan kepribadian ambang.

D. TATALAKSANA GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR


Farmakoterapi
Penatalaksanaan Kedaruratan Agitasi Akut Pada Gangguan Bipolar
Terapi Lini 1:
- Injeksi IM aripiprazol efektif untuk pengobatan agitasi pada pasien dengan
episode mania atau campuran akut. Dosis adalah 9,75 mg/injeksi. Dosis
maksimum adalah 29,25 mg/hari (tiga kali injeksi perhari dengan interval
dua jam). Berespon dalam 45-60 menit.
- Injeksi IM olanzapin efektif untuk agitasi pada pasien dengan episode mania
atau campuran akut. Dosis 10 mg/injeksi. Dosis maksimum adalah 30
mg/hari. Berespon dalam 15-30 menit. Interval pengulangan injeksi adalah
dua jam. Sebanyak 90% pasien menerima hanya satu kali injeksi dalam 24
jam pertama. Injeksi lorazepam 2 mg/injeksi. Dosis maksimum Lorazepam
4 mg/hari. Dapat diberikan bersamaan dengan injeksi IM Aripiprazol atau
Olanzapin. Jangan dicampur dalam satu jarum suntik karena mengganggu
stabilitas antipsikotika.
Terapi lini 2:
- Injeksi IM Haloperidol yaitu 5 mg/kali injeksi. Dapat diulang setelah 30
menit. Dosis maksimum adalah 15 mg/hari.
- Injeksi IM Diazepam yaitu 10 mg/kali injeksi. Dapat diberikan bersamaan
dengan injeksi haloperidol IM. Jangan dicampur dalam satu jarum suntik.

Penatalaksanaan Terapi Farmakologi Pada Mania Akut

17
Tabel 1. Algoritma Terapi Mania Akut pada Gangguan Bipolar

Penatalaksanaan Episode Depresi Akut pada Gangguan Bipolar 1

Tabel 2. Algoritma terapi Episode Depresi pada Gangguan Bipolar.

Rekomendasi terapi rumatan pada gangguan bipolar 1


Terapi lini 1:

18
- Litium, lamotrigin monoterapi, divalproat, olanzapin, quetiapin, litium atau
divalproat + quetiapin, risperidon injeksi jangka panjang (RIJP),
penambahan RIJP, aripiprazol
Terapi lini 2:
- Karbamazepin, litium +divalproat, litium + karbamazepine, litium +
divalproat + olanzapin, litium + risperidon, litium + lamotrigin, olanzapin +
fluoksetin
Terapi lini 3:
- Penambahan fenitoin, penambahan olanzapin, penambahan ECT,
penambahan topiramat, penambahan asam lemak omega-3, penambahan
okskarbazepin
Obat-obatan yang tidak direkomendasikan: Gabapentin, topiramat atau
antidepresan monoterapi

Penatalaksanaan Depresi akut pada Gangguan Bipolar II


Terapi lini 1:
- Quetiapin
Terapi lini 2:
- Litium, lamotrigin, divalproat, litium atau divalproat + antidepresan, litium
+ divalproat, antipsikotika atipik + antidepresan.
Terapi lini 3:
- Antidepresan mono terapi (terutama untuk pasien yang jarang mengalami
hipomania)
Rekomendasi Terapi Rumatan pada Gangguan Bipolar II
Terapi lini 1:
- Litium, lamotrigin
Terapi lini 2:
- Divalproat, litium atau divalproat atau antipsikotika atipik + antidepresan,
kombinasi dua dari: litium, lamotrigin, divalproat, atau antipsikotika atipik.
Terapi lini 3:
- Karbamazepin, antipsikotika atipik, ECT
Obat-obatan yamg tidak dianjurkan: Gabapentin.

19
Intervensi Psikososial

1. Penyuluhan Psikososial
Informasikan kepada orang dengan gangguan bipolar (tidak dalam episode
manik akut) dan pada anggota keluarga pasien gangguan bipolar.7
2. Membangun hubungan sosial
3. Rehabilitation
4. Follow-up

Psikoterapi
Sedikit data yang menguatkan keunggulan salah satu pendekatan psikoterapi
dibandingkan yang lain dalam terapi gangguan mood masa anak-anak dan remaja.
Tetapi, terapi keluarga adalah diperlukan untuk mengajarkan keluarga tentang
gangguan mood serius yang dapat terjadi pada anak-anak saat terjadinya stress
keluarga yang berat. Pendekatan psikoterapetik bagi anak terdepresi adalah
pendekatan kognitif dan pendekatan yang lebih terarah dan lebih terstruktur
dibandingkan yang biasanya digunakan pada orang dewasa. Karena fungsi
psikososial anak yang terdepresi mungkin tetap terganggu untuk periode yang
lama, walaupun setelah episode depresif telah menghilang, intervensi
keterampilan sosial jangka panjang adalah diperlukan. Pada beberapa program
terapi, modeling dan permainan peran dapat membantu menegakkan keterampilan
memecahkan masalah yang baik. Psikoterapi adalah pilihan utama dalam
pengobatan depresi.
Beberapa jenis psikoterapi yaitu :7,13-15
a. Cognitive behavioral therapy (CBT) membantu penderita gangguan bipolar
untuk mengubah pola pikir dan perilaku negative.
b. Family-focused therapy melibatkan anggota keluarga. Terapi ini juga
memfokuskan pada komunikasi dan pemecahan masalah.
c. Interpersonal and social rhythm therapy membantu penderita gangguan
bipolar meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain dan mengatur
aktivitas harian mereka.
d. Psychoeducation mengajarkan pada penderita gangguan bipolar mengenai
penyakit yang mereka derita beserta dengan penatalaksanaannya. Terapi ini

20
membantu penderita mengenali gejala awal dari episode baik manik
maupun depresi sehingga mereka bisa mendapatkan terapi sedini mungkin
Pendidikan dan Pencegahan
Pencegahan primer dapat dilakukan apabila diketahui bahwa dalam keluarga
terdapat yang mengalami gangguan ini, maka diharapkan pasien dan atau
keluarganya melakukan antisipasi. Pencegahan sekunder yaitu bila telah
mengalami gangguan ini, diharapkan tetap berkonsultasi dengan dokter yang
merawat, mengikuti anjuran unruk mengkonsumsi obat sesuai anjuran.3,13,14,15

E. PROGNOSIS GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR


Prognosis tergantung pada penggunaan obat-obatan dengan dosis yang
tepat, pengetahuan komprehensif mengenai penyakit ini dan efeknya, hubungan
positif dengan dokter dan therapist, kesehatan fisik. Semua faktor ini merujuk ke
prognosis bagus. 4,13-16
Akan tetapi prognosis pasien gangguan bipolar I lebih buruk
dibandingkan dengan pasien dengan gangguan depresif berat. Kira-kira 40%-50%
pasien gangguan bipolar I memiliki episode manik Kedua dalam waktu dua tahun
setelah episode pertama. Kira-kira 7% dari semua pasien gangguan bipolar I tidak
menderita gejala rekurensi, 45% menderita lebih dari satu episode, dan 40%
menderita gangguan kronis. Pasien mungkin memiliki 2 sampai 30 episode manik,
walaupun angka rata-rata adalah Sembilan episode. Kira-kira 40% dari semua
pasien menderita lebih dari 10 episode

21
DAFTAR PUSTAKA

Arozal W, Gan S. Psikotropik dalam Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta :


FKUI, 2007.
Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto, 2010. Buku Ajar Psikiatri. Badan
Penerbit FK UI. Jakarta pp. 230-234.
Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III. Jakarta: Nuh Jaya.
Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta.
Sadock BJ, Sadock VA. 2013. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi
Ketujuh. Jakarta. EGC,

22

Anda mungkin juga menyukai