Contoh
• Effacament 75%, Pembukaan 5-6 cm, Ketuban (+), PP HII-III, UUK ki
melintang
Partograf
• Panduan pengelolaan dan observasi persalinan normal yang akan
memudahkan penolong persalinan dalam mendeteksi kasus
kegawatdaruratan pada ibu dan janin.
• Partograf memegang peranan penting dalam menentukan diagnosa
persalinan.
• Kasus persalinan lama, ketuban pecah dini, fetal distress pada janin,
yang dapat menimbulkan resiko yang lebih besar dapat dideteksi
dengan cepat sehingga penggambilan keputusan yang tepat dalam
penanganan persalinan maupun dalam rujukan mampu
menyelamatkan ibu dan bayi
Tujuan Penggunaan Partograf
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama.
3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi
bayi, grafik kemajuan persalinan, bahan dan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan laboraturium, membuat keputusan klinik dan
asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatat secara
rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir
Fungsi Partograf
• Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu
penolong persalinan untuk:
1. Mencatat kemajuan persalinan.
2. Mencatat kondisi ibu dan janin.
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini
penyulit persalinan.
5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan
klinik yang sesuai dan tepat waktu
Prinsip Penggunaan Partograf
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan
merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus
digunakan untuk semua persalinan baik yang normal maupun
patologis.
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah,
puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dan lain sebagainya).
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayi (spesialis
obstetri, bidan, dokter umum dan mahasiswa kedokteran)
Pemantauan KALA I
KELAINAN HIS
• Kelainan kontraksi Rahim dalam hal
• amplitudo,
• frekwensi
• serta lamanya yang dapat menimbulkan hambatan dari
• kemajuan persalinan,
• perubahan bunyi jantung anak
• serta dapat menimbulkan komplikasi lain.
• Kardiotokografi :
• Kontraksi hipotonik : kontraksi uterus terkoordinir namun amplitudo <
40 mmHg pada kala 1, lama kontraksi 20-40 detik
• Inertia hipertonik : kontraksi uterus tidak terkoordinir, amplitudo
kontraksi > 75 mmHg pada kala 1 dengan basal tone > 20 mmHg,
durasi (lamanya kontraksi > 90 detik (kontraksi hipertonus).
Tindakan Inertia uteri hipotonis :
• Kalau ketuban masih positif dilakukan amniotomi.
• Kalau tidak maju dilakukan oksitoksin drip.
• Sebelum dilakukan oksitoksin drips sebaiknya
dilakukan penilaian pelvik score terlebih dahulu oleh
karena oksitoksin drips kurang berhasil pada pelvik
score yang rendah.
Cara pemberian oksitoksin drip :
• 5 IU oksitoksin di campur dalam 500 cc Dextrose %
• Dimulai dengan kecepatan 8 tetes/menit, dinaikkan 4
tetes/menit setiap 15 menit sampai his adekuat ( tiap 2-3
menit, durasi 40-60 detik). Tetesan maksimal 40 tetes/menit
• Jumlah maksimal diberikan 2 kolf.
• Antara kolf pertama dan kedua dilanjutkan jika ada kemajuan
yang nyata, bila kemajuan tidak nyata istirahat selama 2 jam
kemudian dilanjutkan mulai tetesan terakhir pada kolf
pertama.
Inertia uteri hipertonis :
• Pengobatan terbaik adalah penggunaan obat-obatan tokolitik
(isoxsuprine, sulfas magnesicus, ritrodrin, nifedipin)
• Terapi Simptomatik :
• Pemberian obat penurun panas, anti nyeri.
•
• Terapi suportif :
• Pemberian IVFD mengatasi dehidrasi serta pemberian nutrisi.
Gawat janin
• Disebabkan oleh berbagai faktor yang menyebabkan
penurunan aliran darah uteroplasenter sehingga
mengakibatkan terjadi asfiksia intrauterine karena kegagalan
transport oksigen pada ruangan intervilosa yang bila
dibiarkan dapat menyebabkan kematian janin atau kerusakan
jaringan permanen.
Faktor Maternal :
• Infark Plasenta.
• Plasenta previa.
• Solusio plasenta.
Pemeriksaan
• Pemantauan denyut jantung janin dengan menggunakan stetoskop
monoaural/daptone secara berkala. Sebaiknya pada kala 1 di dengar
setiap 2 jam setelah kontraksi uterus.
Baseline Rate
• Normal baseline 110 – 160 bpm.
• Jika baseline FHR > 160 x/menit disebut takikardi
• Dibawah 110 bpm disebut bradikardi.
1. Terapi
Terapi suportif :
- Resusitasi intrauterine.
- Meningkatkan arus darah uterus dengan cara
- Hindari tidur terlentang.
- Mengurangi kontraksi uterus.
- Pemberian cairan infus
- Meningkatkan arus darah tali pusat dengan
- Mengubah posisi tidur ibu miring kiri
- Meningkatkan pemberian oksigen.
Terapi definitive
- Persalinan pervaginam
- Seksio sesarea
- Penanganan bayi baru lahir
Terima Kasih