Anda di halaman 1dari 37

Pemeriksaan dalam

Ketut Rama Wijaya


Pemeriksaan dalam
Salah satu pemeriksaan obstetri ptg mempunyai beberapa keuntungan

1. Menentukan penderita benar2 inpartu


2. Menentukan faktor janin dan panggul
3. Menentukan ramalan persalinan
Indikasi pemeriksaan dalam
• Primipara umur kehamilan 36 mgg  Kepala belum masuk PAP
menunjukkan adanya CPD

• Menentukan kemajuan persalinan.

• KPD  Menentukan bagian terendah dan bagioan janin serta adanya


tali pusat.

• Menentukan tindakan selanjutnya


Hal yg diperhatikan dlm melakukan PD
1. Keadaan perineum
2. Sistokel/rektokel
3. Pengeluaran pervaginam.
4. Keadaan servik
5. Ketuban
6. Presentasi, denominator dan posisi
7. Penurunan kepala
8. Pemeriksaan panggul
Keadaan Perineum
• Primipara utuh dan elastis
• Multi tidak utuh
• Untuk menentukan menggerakkan jari dalam vagina ke bawah dan
kesamping vagina
• Dapat diketahui juga keadaan otot levator ani
• Normal teraba elastis seperti meraba tali pusat
Sistokel dan rektokel
• Sistokel adalah
• Benjolan pada ddg depan vagina yg disebabkan kelemahan dinding belakang
kandung kemih.
• Ukurannya mungkin kecil bahkan bisa besar
• Rektokel
• benjolan pada dinding belakang vagina.
• Disebabkan kelemahan dinding depan rectum.
• Disebabkan oleh karena persalinan berulang terutama kalau ada robekan
perineum atau bersamaan dengan prolaps uteri
Pengeluaran pervaginam
• Cairan warna putih / kehijauan  infeksi
• Lendir campur darah  bloody show
• Cairan ketuban  warna/ bau
• Mekoneal  bercampur feces janin  gawat janin
• Darah  robekan jalan lahir
Keadaan servik
• Pembukaan,
• Penipisan,
• Robekan servik
• Kekakuan servik
• Pada persalinan servik akan menipis dan membuka
Presenting Part, Denominator and Position
• Presentasi adalah bagian terbawah dari janin lebih mudah diketahui
jika ketuban sudah pecah. Presentasi kepala jika bagian terbawah
teraba bagian bulat, keras (tulang parietal, sutura sagittal, UUB dan
UUK.
• Denominator pada posisi belakang kepala denominator adalah UUK
dan pada presentasi bokong adalah sacrum.
• Posisi kepala untuk menetukan letak denominator (UUK) terhadap
panggul ibu. Pada UUK kiri depan teraba sutura sagitalis searah jam 2-
8.
Pemeriksaan Panggul
Perlu diperiksa bentuk dan ukuran panggul

1. Promontorium teraba atau tidak


2. Linea inominata teraba seluruhnya atau sebagian
3. Kecekungan sacrum cukup
4. Dinding samping panggul lurus atau miring (konvergen)
5. Spina iskhiadika runcing atau tumpul
6. Arkus pubis normal > 90
7. Keadaan dasar panggul kaku, tebal atau elastis
8. Tumor jalan lahir
Interprestasi Pemeriksaan dalam :
1. Effacament/penipisan … %
2. Pembukaan … cm
3. Ketuban (+/-)
4. Presenting part/ bagian terendah … Hodge ???
5. Denominator / UUK di mana

Contoh
• Effacament 75%, Pembukaan 5-6 cm, Ketuban (+), PP HII-III, UUK ki
melintang
Partograf
• Panduan pengelolaan dan observasi persalinan normal yang akan
memudahkan penolong persalinan dalam mendeteksi kasus
kegawatdaruratan pada ibu dan janin.
• Partograf memegang peranan penting dalam menentukan diagnosa
persalinan.
• Kasus persalinan lama, ketuban pecah dini, fetal distress pada janin,
yang dapat menimbulkan resiko yang lebih besar dapat dideteksi
dengan cepat sehingga penggambilan keputusan yang tepat dalam
penanganan persalinan maupun dalam rujukan mampu
menyelamatkan ibu dan bayi
Tujuan Penggunaan Partograf
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama.
3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi
bayi, grafik kemajuan persalinan, bahan dan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan laboraturium, membuat keputusan klinik dan
asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatat secara
rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir
Fungsi Partograf
• Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu
penolong persalinan untuk:
1. Mencatat kemajuan persalinan.
2. Mencatat kondisi ibu dan janin.
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini
penyulit persalinan.
5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan
klinik yang sesuai dan tepat waktu
Prinsip Penggunaan Partograf
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan
merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus
digunakan untuk semua persalinan baik yang normal maupun
patologis.
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah,
puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dan lain sebagainya).
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayi (spesialis
obstetri, bidan, dokter umum dan mahasiswa kedokteran)
Pemantauan KALA I
KELAINAN HIS
• Kelainan kontraksi Rahim dalam hal
• amplitudo,
• frekwensi
• serta lamanya yang dapat menimbulkan hambatan dari
• kemajuan persalinan,
• perubahan bunyi jantung anak
• serta dapat menimbulkan komplikasi lain.

• Inertia terbagi 2 jenis yaitu


• a. inertia uteri hipotonis
• b. inertia hipotonis.
Pada inertia hipotonis :

• Terjadi kontraksi uterus semakin berkurang

• Lamanya kontrasi lebih pendek.

• Tidak menyebabkan kemajuan persalinan


Pada inertia hipertonis :

• Terjadinya kontraksi uterus terus menerus


• Dirasakan lebih nyeri.
• Tidak menyebabkan kemajuan persalinan
• Penggunaan obat-obat analgesia
• Perasaan takut dari ibu.
Pemeriksaan Fisik
• Pemanjangan dari fase laten atau fase aktif ataupun kedua duanya
dari kala pembukaan.

• Terdapat tanda-tanda kelelahan ibu serta adanya tanda dehidrasi


• Bisa terjadi tanda – tanda kegawatan janin dan kematian janin
Pemeriksaan Penunjang lain :

• Kardiotokografi :
• Kontraksi hipotonik : kontraksi uterus terkoordinir namun amplitudo <
40 mmHg pada kala 1, lama kontraksi 20-40 detik
• Inertia hipertonik : kontraksi uterus tidak terkoordinir, amplitudo
kontraksi > 75 mmHg pada kala 1 dengan basal tone > 20 mmHg,
durasi (lamanya kontraksi > 90 detik (kontraksi hipertonus).
Tindakan Inertia uteri hipotonis :
• Kalau ketuban masih positif dilakukan amniotomi.
• Kalau tidak maju dilakukan oksitoksin drip.
• Sebelum dilakukan oksitoksin drips sebaiknya
dilakukan penilaian pelvik score terlebih dahulu oleh
karena oksitoksin drips kurang berhasil pada pelvik
score yang rendah.
Cara pemberian oksitoksin drip :
• 5 IU oksitoksin di campur dalam 500 cc Dextrose %
• Dimulai dengan kecepatan 8 tetes/menit, dinaikkan 4
tetes/menit setiap 15 menit sampai his adekuat ( tiap 2-3
menit, durasi 40-60 detik). Tetesan maksimal 40 tetes/menit
• Jumlah maksimal diberikan 2 kolf.
• Antara kolf pertama dan kedua dilanjutkan jika ada kemajuan
yang nyata, bila kemajuan tidak nyata istirahat selama 2 jam
kemudian dilanjutkan mulai tetesan terakhir pada kolf
pertama.
Inertia uteri hipertonis :
• Pengobatan terbaik adalah penggunaan obat-obatan tokolitik
(isoxsuprine, sulfas magnesicus, ritrodrin, nifedipin)

• Terapi Simptomatik :
• Pemberian obat penurun panas, anti nyeri.
• 
• Terapi suportif :
• Pemberian IVFD mengatasi dehidrasi serta pemberian nutrisi.
Gawat janin
• Disebabkan oleh berbagai faktor yang menyebabkan
penurunan aliran darah uteroplasenter sehingga
mengakibatkan terjadi asfiksia intrauterine karena kegagalan
transport oksigen pada ruangan intervilosa yang bila
dibiarkan dapat menyebabkan kematian janin atau kerusakan
jaringan permanen.

• Definisi lain menggambarkan keadaan hipoksia janin yang


mengakibatkan gangguan kesejahteraan janin.
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya gawat janin meliputi :

Faktor Maternal :

• Hipotensi sistemik (syok)


• Supine hipotensi
• Penyakit pembuluh darah/atheroma.
• Vasospasme akibat hipertensi.
• Kontraksi uterus yang berlebihan.
Faktor Janin :
• Anemia.
• Penekanan tali pusat.
• Penurunan cardiac output.
• Kelahiran kurang bulan.
Faktor Plasenta :

• Infark Plasenta.
• Plasenta previa.
• Solusio plasenta.
Pemeriksaan
• Pemantauan denyut jantung janin dengan menggunakan stetoskop
monoaural/daptone secara berkala. Sebaiknya pada kala 1 di dengar
setiap 2 jam setelah kontraksi uterus.

• Pemeriksaan kardiotokografi dapat dilihat adanya gambaran abnormal


yang menggambarkan adanya gawat janin berupa :
• Deselerasi variable.
• Deselerasi lambat.
• Penurunan variabilitas.
• Gabungan dari ketiga gambaran diatas dengan takikardi atau bradikardi.
• Mekoneum staining.
Karditokografi diperlukan melihat adanya gambaran perubahan fetal
heart rate berdasarkan pada :

Baseline Rate
• Normal baseline 110 – 160 bpm.
• Jika baseline FHR > 160 x/menit disebut takikardi
• Dibawah 110 bpm disebut bradikardi.
1. Terapi
 
Terapi suportif :
- Resusitasi intrauterine.
- Meningkatkan arus darah uterus dengan cara
- Hindari tidur terlentang.
- Mengurangi kontraksi uterus.
- Pemberian cairan infus
 
- Meningkatkan arus darah tali pusat dengan
- Mengubah posisi tidur ibu miring kiri
- Meningkatkan pemberian oksigen.
 
Terapi definitive
- Persalinan pervaginam
- Seksio sesarea
- Penanganan bayi baru lahir
 
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai