Anda di halaman 1dari 24

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

I.

Definisi Presentasi bokong merupakan keadaan dimana janin letak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah cavum uteri.

II.

Etiologi Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, presentasi bokong/letak lintang. Karena berbagai sebab yang belum diketahui begitu jelas, menjelang kehamilan aterm, kavum uteri telah mempersiapkan janin pada posisi longitudinal dengan presentasi belakang kepala. Presentasi bokong umunya terjadi pada trimester kedua kehamilan atau mendekati aterm. Faktor predisposisi untuk presentasi bokong selain usia kehamilan adalah relaksasi uterus yang diseabkan oleh multiparitas, bayi multipel, hidramnion, oligohidramnion, hidrosefalus, presentasi bokong sebelumya, anomali uterus dan berbagai tumor dalam panggul juga pada plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri. Ada berbagai faktor pendukung : 1. Prematuritas 2. Hydramnion 3. Plasenta previa 4. Panggul sempit 5. Kelainan bentuk kepala janin (hidrocepalus dan anencephalus)

6. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus, bikornis, mioma uteri 7. Gemelli (kehamilan ganda) 8. Sebab lain yang tidak diketahui

III. Klasifikasi 1. Presentasi bokong Murni atau Frank Breech (65%) Pinggul janin dalam keadaan fleksi, lutut ekstensi, sehingga kedua kaki terangkat ke atas dan berada di dekat kepala. Pemeriksaan vaginal hanya teraba bokong. 2. Presentasi bokong Sempurna atau Complete Breech (10%) Pinggul dan kedua lutut janin dalam keadaan fleksi. Pemeriksaan vaginal teraba bokong & kedua kaki disampingnya. 3. Presentasi bokong tak lengkap atau Incomplete Breech (25%) Salah satu/kedua ekstremitas bawah janin dalam keadaan ekstensi pada pinggul dan lutut sehingga kaki atau lutut berada di bawah bokong. Dibagi menjadi : Letak kaki : Kedua kaki terletak di bawah (presentasi kaki sempurna/Double Footling) Hanya satu kaki terletak di bawah (presentasi kaki tidak sempurna/Single Footling) Letak lutut : Kedua lutut terletak paling rendah (presentasi lutut sempurna) Hanya satu lutut terletak paling rendah (presentasi lutut tak sempurna)

Pemeriksaan vaginal teraba kaki sebagai presenting part

IV. Diagnosis A. Anamnesis Mengenai persepsi ibu akan gerakan janin (gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah). B. Pemeriksaan Luar 1. Palpasi Digunakan prasat Leopold untuk palpasi abdomen : Leopold I : teraba kepala janin yang bulat dan keras dengan ballotement menempati bagian fundus uteri. Leopold II : teraba punggung berada di satu sisi abdomen sedangkan bagianbagian kecil berada pada sisi yg lain. Leopold III : bokong janin masih dapat digerakkan jika belum ada engagment dan sebaliknya jika bokong sudah engagment maka bokong sukar digerakkan. Leopold IV : seberapa masuk bokong ke dalam panggul. 2. Auskultasi Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi di atas umbilikus. C. Pemeriksaan Dalam Pada pemeriksaan VT (Vaginal Toucher) teraba bagian-bagian khusus yaitu tuberositas ischiadika, sakrum, dan anus. Presentasi bokong harus dibedakan dengan presentasi muka karena anus dapat dikira mulut dan tuberositas ischiadika dapat dikira penonjolan pipi. Untuk membedakannya, pemeriksa akan merasakan adanya tahanan otot m.spinchter ani jika jari masuk ke dalam anus. Rahang akan

teraba lebih keras jika dilakukan perabaan melalui mulut, selain itu saat tangan ditarik keluar dari dalam anus akan ditemukan mekonium. D. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ini dilakukan untuk meneakkan diagnosis maupun memperkirakan ukuran dan konfigurasi panggul ibu. Apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi atau MRI (Magnetic Resonance Imagine).

V.

Penanganan A. Sebelum in partu 1. Versi Spontan (Knee Chest Position) Presentasi bokong yang dijumpai pada 29-32 minggu, 75% mengalami versi spontan pada umur kehamilan 38 minggu. Pada umur kehamilan 37 minggu, versi spontan sebesar 18%. Posisi knee-chest ibu selama 15 menit tiap 2 jam selama 5 hari berturut-turut diharapkan dapat memperbesar kemungkinan

terjadinya versi spontan pada trimester 3 akhir. 2. Versi Luar (External Cephalic Version) Dilakukan pada umur kehamilan > 36 minggu, dengan syarat : janin tunggal , belum masuk PAP, cairan amnion masih cukup banyak, ibu tidak obese. Adapun kontraindikasi dilakukan versi luar adalah janin sudah masuk PAP, panggul sempit, oligohidramnion, plasenta previa, KPD, riwayat operasi uterus sebelumnya (SC, myomectomy), dicurigai malformasi kongenital pada janin, penyakit pada ibu (jantung, hipertensi, DM, tiroid). Teknik versi luar :

1. Lebih dahulu bokong lepaskan dari PAP dan ibu berada dalam posisi trendelenburg 2. Tangan kiri letakkan di kepala dan tangan kanan pada bokong 3. Putar ke arah muka/perut janin 4. Lalu tukar tangan kiri diletakkan di bi\okong dan tangan kanan di kepala 5. Setelah berhasil pasang gurita dan observasi tekanan darah, DJJ, serta keluhan. B. Persalinan 1. Persalinan Pervaginam a. Persalinan Spontan Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht. b. Manual Aid atau ekstraksi parsial Cara ini dikerjakan ketika timbul indikasi bahwa persalinan spontan tidak akan terjadi atau memang cara ini yang dipilih untuk menolong persalinan. Bayi dilahirkan dengan tenaga ibu sampai pusat, kemudian dari pusat sampai kepala dilakukan oleh penolong. Pada keadaan normal cara ini dianggap sebagai cara persalinan pervaginam pada presentasi bokong yang terbaik. c. Ekstraksi total Janin dilahirkan seutuhnya oleh tenaga penolong. Cara ini dilakukan hanya bila terjadi fetal distress. 2. Persalinan per abdominal (sektio cesarea)

Sectio caesarea pada preentasi bokong relatif lebih aman dibanding persalinan pervaginam. Resiko terjadinya trauma lahir lebih rendah dibanding persalinan pervaginam. Sedangkan resiko fetal afiksia relatif tetap.

Sebelum melakukan pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan penilaian keberhasilan persalinan sungsang dengan metode penilaian dari Zazchi dan Andros. SKOR 0 Paritas Umur Kehamilan Taksiran Berat Janin Riwayat persalinan 0 sungsang (>2500 gr) Pembukaan Penurunan 2 cm -3/lebih tinggi 3 cm -2 4 cm / lebih Rendah 1 2 Primigravida 39 mg > 3690 gr 1 Multipara 38 mg 3692-3769 gr 2 37 mg < 3175

Bila skor : 3 4 = persalinan dianjurkan dengan bedah caesar = dilakukan reevaluasi. Pengawasan persalinan yang ketat. Dapat lahir pervaginam tapi masih ada kemungkinan untuk dilakukan tindakan operatif. 5 = persalinan diharapkan dapat pervaginam

VI. Mekanisme Persalinan Pervaginam Mekanisme persalinan hampir sama dengan letak kepala, hanya disini yang memasuki PAP adalah bokong. Persalinan berlangsung agak lama, karena bokong dibandingkan dengan kepala lebih lembek, jadi kurang kuat untuk menekan, sehingga pembukaan agak lama. Bokong masuk PAP dengan garis pangkal paha melintang atau miring. Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga di pintu bawah panggul garis panggul paha menempati diameter anteposterior dan trokhanter depan berada di bawah simpisis. Kemudian terjadi fleksi lateral pada badan janin, sehingga trochanter belakang melewati perineum dan lahirlah seluruh bokong di ikuti kedua kaki. Setelah bokong lahir diikuti putaran paksi luar dengan perut janin berada di posterior yang memungkinkan bahu melewati PAP dengan garis terbesar bahu melintang atau miring. Terjadi putaran paksi dalam pada bahu, sehingga bahu dapat berada di bawah simpisi dan bahu belakang melewati perineum. Pada saat itu kepala masuk ke dalam rongga panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring. Di dalam rongga panggul terjadi putaran paksi dalam kepala, sehingga muka memutar ke arah posterior dan oksiput ke arah simpisis. Dengan suboksiput sebagai hipomoklion, maka dagu, mulut, hidung, dahi dan seluruh kepala ahir berturut-turut melewati perineum.

VII. Prosedur Pertolongan Persalinan Pervaginam A. Pertolongan persalinan spontan (Bracht) 1. Tahap I (fase menunggu) Menunggu lahirnya bokong sampai umbilikus (spontan) 2. Tahap II (fase cepat)

Lahirnya umbilikus sampai mulut. Bila badan janin sudah lahir sampai umbilikus, tali pusat akan tertekan oleh kepala bayi di PAP, maka janin harus segera dilahirkan cepat (batas waktu 8 menit). 3. Tahap III (fase lambat) Lahirnya mulut sampai seluruh kepala. Kepala harus dilahirkan lambat untuk menghindari terjadinya perdarahan intrakranial (ruptura tentorium cerebelli) akibat dekompresi yang mendadak. B. Prosedur manual aid (partial breech extraction) Indikasi : - jika pertolongan secara bracht gagal - Elektif, sejak semula direncanakan pertolongan dengan manual aid Ada beberapa tahapan dalam prosedur manual aid, yaitu : 1. Tahap I lahirnya bokong sampai umbilikus spontan 2. Tahap II lahirnya bahu dan lengan memakai tenaga penolong dengan teknik klasik, mueller atau lovset. a. Teknik cara Klasik Melahirkan bahu dan lengan dengan cara klasik adalah melahirkan bahu dan lengan belakang lebih dahulu, karena lengan belakang berada di ruangan yang lebih luas (sakrum), baru kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah simpisis. Bila lengan depan sukar dilahirkan, maka lengan depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah belakang dan kemudian lengan belakang ini dilahirkan. b. Teknik cara Mueller Melahirkan bahu dan lengan cara mueller adalah melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemusian melahirkan bahu dan lengan belakang.

c. Teknik cara Lovset Prinsip persalinan cara lovset adalah memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak balik sambil dilakukan traksi cunam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir di bawah simpisis. d. Nuchal arm (tangan menjungkit) Terjadi karena traksi yang berlebihan dalam melahirkan bahu sehingga menyebabkan lengan tertinggal di atas kepala dan tersangkut di leher. Penolong meletakkan dua jari sepanjang humerus dan mengusapkan ke muka dan dada bayi sampai lahir lengan tersebut sambil di dorong ke atas. Humerus bayi di splint dengan jari penolong bukan digaet. Bebaskan dengan memutar badan bayi searah dengan jari bayi menunjuk, sehingga bisa terbebas melewati muka bayi. 3. Tahap III lahirnya kepala dengan cara mauriceau-veit-smellie, najouk, wigand martin-winckel, prague terbalik, atau cunam piper. a. Cara mauriceau-veit-smellie Tangan penolong dimasukkan dalam jalan lahir, jari tengah dimasukkan dalam mulut, jari telunjuk dan jari manis mencekam fossa kanina, sedangkan jari lain mencekam leher. Badan bayi diletakkan di atas lengan bawah penolong, seperti menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari tengah penolong dari lengan yang lain mencekam leher bayi dari arah punggung, mempertahankan posisi leher dan mencegah terjadinya defleksi atau hiperekstensi kepala. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke arah bawah dan pembantu penolong melakukan ekspresi kristeller. Bila subocciput tampak dibawah Simpisis, kepala di evelasi kearah atas dengan subocciput sebagai sumbu (hipomokleon), sehingga lahir kepala seluruhnya.

b. Cara Najouk Kedua tangan penolong mencekam leher bayi dari arah depan dan belakang. Kedua tangan penolong menarik bahu curam kebawah, dan asisten membantu mendorong kepala bayi kearah bawah dari tekanan supra simpisis. c. Cara Prague terbalik Cara ini dipakai bila occiput dengan ubun ubun kecil berada dibelakang dekat sakrum dan muka bayi menghadap simpisis. Satu tangan penolong mencekam leher dari arah bawah dan punggung bayi diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong lain memegang kedua pergelangan kaki. Kaki ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu bayi, sehingga perut bayi mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai sumbu (hipomokleon), kepala bayi dapat dilahirkan. d. Cara Wigand Martin-winkle Satu tangan (kiri) penolong dalam jalan lahir dengan telunjuk dalam mulut rahim sedang jari tengah dan ibu jari pada rahang bawah. Tangan lain menekan di atas simpisis atau fundus.

Teknik Ekstraksi kaki (Pinard) 1. Tangan penolong masuk mencari bokong, pangkal paha sampai lutut, mengabduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang diluar menekan fundus ke arah bawah. Setelah kaki bawah fleksi, pergelangan kaki dipegang dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut. 2. Kedua tangan penolong memegang betis, kaki ditarik cunam ke bawah sampai pangkal paha lahir.

10

3. Pangkal paha ditarik curam ke arah bawah sampai trochanter lahir, disusul trochanter belakang dan bokong lahir. 4. Untuk melahirkan bayi seterusnya, tangan penolong memegang femuro-pelvik dan ditarik curam ke bawah sampai umbilikus lahir. Untuk melahirkan bahu, lengan dan kepala dilakukan pertolongan secara manual aid.

Teknik ekstraksi bokong 1. Dilakukan pada presentasi bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada didasar panggul. Jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan pada lipat paha. Lipa paha ditarik curam ke bawah. 2. Setelah trochanter depan dilahirkan, maka jari telunjuk yang lain segera mengait lipat paha belakang, dan ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir. 3. Tangan penolong memegang femuro-pelvik bayi dan melahirkan bayi dengan cara manual aid. VIII. Komplikasi Maternal : Kemungkinan robek perineum lebih besar, juga karena tindakan, selain itu partus lebih lama sehingga mudah terkena infeksi. Fetal : 1. Prolaps tali pusat 2. Asfiksia 3. Kerusakan jaringan otak 4. Fraktur pada tulang bayi : humerus, klavikula, femur, dislokasi bahu, tulang kepala

11

5. Cedera plexus brakialis, hematoma otot-otot IX. Prognosis Bila terjadi persalinan spontan prognosis ibu adalah baik. Laserasi traktus genitalis dan pedarahan dapat disebabkan oleh persalinan yang terlalu cepat dan dipaksakan melalui panggul yang terlalu kecil atau melalui bagian-bagian lunak yang belum cukup terbuka. Resiko untuk janin pada persalinan bokong lebih besar dibandingkan janin yang lahir dengan presentasi kepala. Prognosisnya tidak begitu baik karena dapat terjadi asfiksia akibat terjepit tali pusat dan gangguan peredaran darah plasenta.

12

BAB II KASUS

I.

IDENTITAS Nama Usia Paritas Alamat Tanggal masuk : Ny. Novi Triyani : 24 tahun : G1P0A0 : Menayu Kidul RT 08, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul : 29 oktober 2010 pukul 10.25 WIB

No. Rekam Medis : 421613

II. ANAMNESIS a. Keluhan Utama Kenceng-kenceng belum teratur. b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien kiriman dari UGD dengan keterangan pasien merasa hamil 9 bulan, kencengkenceng belum teratur. Air kawah belum keluar, tak ada lendir darah, gerakan janin ada. c. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit jantung, Diaetes Melitus, Hipertensi, Asma dan alergi obat disangkal. d. Riwayat Haid Haid teratur, siklus 28-30hari, lama menstruasi 6-7 hari e. Riwayat Obstetri I : Hamil ini

13

Riwayat Kehamilan Sekarang Hari Pertama Menstruasi Terakhir : 23 Januari 2010 Hari Perkiraan Lahir Umur Kehamilan f. Riwayat KB Pasien belum pernah menggunakan alat kontrasepsi III. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan Umum Baik, composmentis, tidak anemis Tinggi badan : 155 cm Berat badan b. Vital Sign Tekanan darah : 140/90 mmHg Nadi : 84 kali/menit : 60 kg : 30 Oktober 2010 : 40-1 minggu

Frkuensi nafas : 20 kali/menit Suhu : 36,50C

c. Status Generalis Kepala Leher Dada : konjunctiva tidak anemis, Pupil isokor, lidah tidak kering : tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi dan keenar tiroid : pernafasan kanan dan kiri simetris, tdak ada retraksi, tidak terdengar ronkhi mauoun wheezing Abdomen Ekstrimitas : tidak terlihat sikatrik, perut terliha membesar sesuai umur kehamilan : tidak ada gangguan gerak dan oedema. Tidak terdapat penurunan turgor kulit.

14

d. Status Obstetrik Pemeriksaan Luar a. Inspeksi : perut membuncit, membujur b. Palpasi : TFU : 32 cm ~ TBJ : 3100 gr : Teraba kepala janin di fundus uteri : Teraba janin tunggal, memanjang punggung di batas samping kanan uterus, teraba bagian kecil janin di batas kiri uterus. Leopold III : Teraba bokong masih bisa digerakkan, belum ada engagment. Leopold IV : Konvergen (belum masuk panggul)

Leopold I Leopold II

His (+) 2 3/10/40-45/s DJJ (+) 144x/mnt Pemeriksaan Dalam Vulva/uretra tenang, dinding vagina licin, servik tebal, belum ada pembukaan, teraba bagian lunak seperti bokong, tidak teraba kaki, bokong belum turun, selaput ketuban (+), STLD (-), AK (-). Pemeriksaan Penunjang Golongan darah Hb Angka Lekosit Angka Trombosit PPT APTT Control PPT :A : 10,5 gr% : 10.700/L : 325.000/L : 11,5 detik : 30,1 detik : 14,9 detik

15

Control APTT HbsAg Elektrolit Na K Cl Protein urine

: 35,1 detik : negatif : 138,2 mmol/l : 4,32 mmol/l : 110,2 mmol/l : +2

USG Janin tunggal, letak memanjang, presbo, DJJ (+), gerakan (+), plasenta di posterior, air ketuban cukup.

Diagnosis PER, presbo, primigravida, hamil aterm (40-1 minggu) belum jelas dalam persalinan

Terapi - rencana SC elektif besok pagi - bila masuk persalinan SC Emergency - observasi DJJ dan His

Jam 13.00 His (+) 4-5/10 menit/20-25detik/x DJJ (+) 150 PD : Vulva/uretra tenang, dinding vagina licin, servik tebal, pembukaan 2-3 cm, teraba bagian lunak seperti bokong, tidak teraba kaki, bokong turun di Hodge 1-2, selaput ketuban (+), STLD (+), AK (-).

16

Diagnosis : PER, presbo primigravida dalam persalinan kala 1 fase laten Terapi : SC Emergency

Jam 16.35 Bayi lahir secara sectio caesaria Laporan operasi Prosedur operasi rutin Dalam stadium narkose dilakukan preparasi media operasi Dilakukan incisi secara linea mediana Irisan diperdalam lapis demi lapis sampai dengan peritoneum parietalis Setelah peritoneum parietale dibuka, dilakukan eksplorasi dan identifikasi Plica vesikouterina disisihkan ke kaudal SBR diiris semilunar dibuka secara tajam dan diperlebar secara tumpul Jam 16.45 bayi lahir secara abdominal, jenis kelamin perempuan, BB: 2800 gram, PB: 49 cm, LA: 11 cm, A/S: 5/7 Jam 16.47 plasenta lahir secara abdominal ukuran 20x20x2 cm, berat 500 gram, PTP 50 cm Bloody angel diklem dan dijahit SBR dijahit jelujur terkunci Reperitonialisasi viseral, kontrol perdarahan (-) Reperitonialisasi parietal, kontrol perdarahan (-) Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis Kulit dijahit satu-satu Operasi selesai Jumah perdarahan 400cc

17

Instruksi post operasi Awasi KU dan VS sampai satabil Balance cairan Mobilisasi bertahap Infus RL : D5 : NaCl = 1 : 2 : 1 = 30 tpm Inj. Ceftriaxon 2x1 amp Inj. Alinamin F 1x1 amp Inj. Ketorolak 3x80 mg Inj Vitamin C 2X1 amp Cek Hb post operasi, transfusi ila Hb < 10 gr%

Diagnosis : Post SC a/i presbo pada P1 A0 dengan PER

Lembar follow up Tanggal 30 Oktober 2010, jam 06.00 Ax : tak ada keluhan ASI / lakstasi -/-, flatus (-), BAK/BAB +/Px : KU tampak lemas, CM, tak anemis TD : 130/80 N : 80x/menit R : 20x/menit Hb : 8,3 gr% Dx : Post SC a/i presbo pada P1 A0 dengan PER H 1 Tx : Infus RL : D5 : NaCl = 1 : 2 : 1 = 30 tpm Inj. Ceftriaxon 2x1 amp Inj. Alinamin F 1x1 amp

18

Inj. Ketorolak 3x80 mg Inj Vitamin C 2X1 amp Transfusi PRC 2 kalf

Tanggal 31 Oktober 2010, jam 06.00 Ax : tak ada keluhan ASI / lakstasi -/-, flatus (+), BAK/BAB +/Px : KU baik, CM, tak anemis TD : 130/80 N : 80x/menit R : 22x/menit Dx : Post SC a/i presbo pada P1 A0 dengan PER H 2 Tx : - Inj. Ceftriaxon 2x1 amp Inj. Alinamin F 1x1 amp Inj. Ketorolak 3x80 mg Inj Vitamin C 2X1 amp

Tanggal 1 November 2010, jam 06.00 Ax : tak ada keluhan ASI / lakstasi -/-, flatus (+), BAK/BAB +/Px : KU baik, CM, tak anemis TD : 130/90 N : 82x/menit R : 20x/menit Hb : 10 gr%

19

Protein urine : negatif Dx : Post SC a/i presbo pada P1 A0 dengan PER H 3 Tx : - Amoxycilin 3x500 mg Asam mefenamat 3x500 mg Viliron 1x1 tab GV

Tanggal 2 November 2010, jam 06.00 Ax : tak ada keluhan ASI / lakstasi -/-, flatus (+), BAK/BAB +/Px : KU baik, CM, tak anemis TD : 120/80 N : 80x/menit R : 21x/menit Dx : Post SC a/i presbo pada P1 A0 dengan PER H 4 Tx : - Amoxycilin 3x500 mg Asam mefenamat 3x500 mg Viliron 1x1 tab BLPL

20

PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesa didapakan keterangan bahwa pasien G1P1A0 24 tahun, pasien kiriman dari UGD dengan keterangan pasien merasa hamil 9 bulan, kenceng-kenceng belum teratur. Air kawah belum keluar, tak ada lendir darah, gerakan janin ada. Riwayat penyakit jantung, Diabetes Melitus, Hipertensi, Asma dan alergi obat disangkal. Haid pertama umur 12 tahun. Siklus teratur 28-30 hari. Lama menstruasi 5-6 hari. Hari pertama haid terakhir 23 Januari 2010, hari perkiraan lahirnya 10 Oktober 2010, umur kehamilan 40-1 minggu, riwayat KB disangkal. Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum baik, composmetis, tidak anemis. Tinggi badan 155 cm, berat badan : 60 kg, tekanan darah : 120/90 mmHg, nadi : 84 kali/menit, frkuensi nafas : 20 kali/menit, suhu : 36,50C. Dari palpasi didapatkan Leopold I : Teraba kepala janin di fundus uteri, TFU : 32 cm Leopold II : Teraba janin tunggal, memanjang punggung di batas samping kanan uterus, teraba bagian kecil janin di batas kiri uterus. Leopold III : Teraba bokong masih bisa digerakkan, belum ada engagment. Leopold IV : bokong belum turun Sesuai dengan cara mendiagnosis melalui palpasi abdomen yaitu digunakan prasat Leopold. Leopold I didapatkan di fundus uteri teraba kepala jann yang bulat dan keras dengan ballotement. Leopold II didapatkan punggung berada di satu sisi abdomen sedangkan bagian-bagian kecil berada pada sisi yang lain. Leopold III didapatkan bokong janin masih dapat digerakkan. Leopold IV didapatkan seberapa masuk bokong ke dalam panggul. Denyut jantung janin pada presentasi bokong dapat didengar setinggi atau di atas umbilikus. His: 2 3/10/40-45/s. DJJ (+) 144x/menit. TFU : 32 cm. TBJ : 3100 gram.

21

Dari pemeriksaan dalam didapatkan vulva/uretra tenang, dinding vagina licin, servik tebal, belum ada pembukaan, teraba bagian lunak seperti bokong, tidak teraba kaki, bokong belum turun, selaput ketuban (+), STLD (-), AK (-). Diagnosis pada pasien ini adalah PER, presbo, primigravida hamil aterm (40-1 minggu) belum jelas dalam persalinan. Akan dilakukan rencana terapi SC elektif, observasi DJJ dan His. Tetapi oleh karena mengalami kemajuan tanda-tanda persalinan yaitu frekuensi his yang semakin sering dan teratur 4-5/10 menit/20-25detik/x serta pada pemeriksaan dalam didapatkan vulva/uretra tenang, dinding vagina licin, servik tebal, pembukaan 2-3 cm, teraba bagian lunak seperti bokong, tidak teraba kaki, bokong turun di Hodge 1-2, selaput ketuban (+), STLD (+), AK (-), maka harus segera dilakukan SC emergency.

22

KESIMPULAN

Pada pasien ini dilakukan persalinan dengan sectio caesarea atas indikasi PER, presbo, primigravida hamil aterm. Skor hasil penilaian keberhasilan persalinan sungsang dengan metode penilaian dari Zazchi dan Andros menunjukkan angka 3, yang berarti bahwa pada pasien ini dianjurkan untuk dilakukan persalinan secara sectio caesaria. Selain itu sectio caesarea dilakukan dengan pertimbangan untuk mengurangi resiko pada janin.

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Winknjosastro, H. 1999. Ilmu Kebidanan : Distosia karena Kelainan Letak dan Bentuk Janin, 606-622. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2. Sastrawinata, S. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi : Distosia, 132145. Jakarta : EGC. 3. Cunningham, Mcdonald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Jakarta : EGC. 4. Rustam Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jakarta : EGC. 5. Fischer, Richard. Breech Presentation. http//:www.emedicine. 2005 6. Marjono. Persalinan Sungsang. http//www.geocities.com. 1999 7. Oxom, H. 2003. Human Labour and Birth. Yayasan Esentia Medika.

24

Anda mungkin juga menyukai