Disusun oleh :
Dedi Sutanto
00000002595
Preseptor :
dr. Hushat Pritalianto, Sp.OG (K)
PENDAHULUAN
Pada tiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor penting, yaitu jalan lahir,
janin dan kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas bagian tulang dan
bagian lunak. Bagian tulang terdiri dari tulang-tulang panggul dengan sendi-
sendinya (artikulasio), sedangkan bagian lunak terdiri atas otot- otot, jaringan-
jaringan dan ligamen-ligamen.
Disproporsi kepala panggul merupakan keadaan yang menggambarkan
ketidak seimbangan antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak bisa
keluar melalui vagina. Disproporsi kepala panggul disebabkan oleh panggul
sempit, janin yang besar atau keduanya
Disproporsi kepala panggul merupakan diagnosa medis yang digunakan
ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar agar muat melewati panggul ibu.
Sering kali, diagnosis ini dilaksanakan sesudah wanita bekerja keras selama
beberapa waktu.. Banyak tindakan bisa diambil oleh ibu hamil agar meningkatkan
peluangnya agar bisa melahirkan melalui vaginanya.
Panggul sempit dapat didefinisikan secara anatomi dan secara obstetri.
Secara anatomi berarti panggul yang satu atau lebih ukuran diameternya berada di
bawah angka normal sebanyak 1 cm atau lebih. Pengertian secara obstetri adalah
panggul yang satu atau lebih diameternya kurang sehingga mengganggu
mekanisme persalinan normal.
1
BAB II
TINJAUAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. ZS
Jenis Kelamin : Wanita
Tanggal Lahir : 17 April 1995
Usia : 22 tahun
Alamat : Kampung baru jawilan kabupaten Serang
Nama Suami : Bpk. K
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Rekam Medis : 30.48.10
Tanggal Masuk : 22 Desember 2017
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukkan secara autoanamnesis di ruangan bersalin di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Dradjat Prawiranegara pada Kamis, 22 Desember
2017 pukul 20.00 WIB
2
sudah tidak tertahankan. Ketika diperiksa pasien diberitahu sudah pembukaan 9
cm dan langsung dirujuk ke RSDP.
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi : nyeri tengkuk dan nyeri kepala disangkal
Asma : sesak nafas disertai bunyi mengi disangkal
Diabetes melitus : banyak makan, minum, kencing disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi : nyeri tengkuk dan nyeri kepala disangkal
Asma : sesak nafas disertai bunyi mengi disangkal
Diabetes melitus : banyak makan, minum, kencing disangkal
Riwayat Operasi
Pasien menyangkal adanya riwayat operasi sebelumnya.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku belum pernah diobati
Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : +/- 28 hari, teratur
Durasi : 7 hari
Jumlah Pembalut : 2x/hari,
Dysmenorrhea : (-)
Riwayat Obstetrik
Skor Obstetri : G3P1A1
Anak
No Tahun Usia Jenis Penolong Tempat Kelamin
Penyulit Keadaan
Persalinan kehamilan persalinan persalinan Persalinan
Sekarang
G1 Hamil saat ini
3
o Gerakan Janin Pertama : Pada bulan ke-4
o Pemeriksaan Uji Kehamilan : (+) bulan April
o Morning Sickness : Pada bulan ke-1
o Pemeriksaan Antenatal (ANC) : dilakukan setiap bulan
o Masalah saat ANC : (-)
o Imunisasi : (-)
o Pemeriksaan Ultrasonografi : Belum pernah dilakukan
Riwayat Ginekologis
Riwayat perdarahan di luar siklus menstruasi : Disangkal
Riwayat penyakit menular seksual : Disangkal
Riwayat keputihan :
o Keputihan tidak berbau amis, tidak berwarna coklat atau merah,
kental menjelang menstruasi
o Keputihan putih pekat, kuning, kehijauan, berbau, dan gatal
disangkal
Pemeriksaan pap-smear : Belum pernah dilakukan
Riwayat Pernikahan dan Seksual
Usia saat menikah : 21 tahun
Coitarche : 21 tahun
Jumlah Pernikahan : 1 kali
Lama Pernikahan Terakhir : 11 bulan
Dispareunia : (-)
Post Coital Bleeding : (-)
Riwayat Kontrasepsi
Tidak pernah
Riwayat Sosial : Pasien menyangkal pernah mengkonsumsi rokok,
alkohol dan obatan terlarang.
4
- Kesadaran : Compos Mentis ( E4M6V5 )
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 78 x/menit
- Pernapasan : 21 x/menit
- Suhu : 36,5 oC
- Tinggi badan : 155 cm
- Berat badan :
a. Sebelum hamil : 46 kg
b. Setelah hamil : 49 kg (diukur bulan ke-4)
c. Peningkatan berat badan : 3 kg
d. Indeks Massa Tubuh : 17,36 kg/m2 (underweight)
Kulit Berwarna sawo matang, tidak ditemukan hiperpigmentasi, tidak sianosis, tidak
keseluruhan ikterik, tidak edema, turgor kulit dalam batas normal
Bentuk dan ukuran normal, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat,
Mata isokor (3mm/3mm), refleks pupil langsung (+/+) dan tidak langsung (+/+).
Pergerakan bola mata tidak ada hambatan.
Bentuk dan ukuran normal, septum nasal di tengah, tidak ada sekret, tidak ada
Hidung
perdarahan, mukosa tidak hiperemis
Bentuk dan ukuran normal, simetris, tidak ada deformitas, tidak ada serumen (-/-),
Telinga tidak ada sekret, tidak ada perdarahan, tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening pre- dan post- aurikular, tidak ada nyeri tekan mastoid.
Bentuk dan ukuran normal, tidak terdapat bekas luka, tidak terdapat deformitas,
Leher
tidak teraba pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening leher.
Ketiak Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening axilaris.
Toraks
5
Inspeksi Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi Iktus cordis tidak teraba di ICS V linea midclavicular sinistra
Batas jantung normal:
Jantung - Batas atas ICS III linea parasternalis sinistra
Perkusi
- Batas kiri ICS V linea midklavikularis sinistra
- Batas kanan ICS IV linea sternalis dextra
Auskultasi S1 S2 regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Bentuk dan ukuran normal, pengembangan dada simetris dalam
statis dan dinamis, tidak terdapat deformitas, tidak terdapat
Inspeksi
bekas luka, tidak terdapat kemerahan, tidak tampak retraksi
interkostalis dan supraklavikularis
Tidak ditemukan deformitas, tidak ditemukan nyeri tekan di
Paru Palpasi seluruh lapang dada, tactile vocal fremitus (+/+) simetris di
kedua lapangan paru
Perkusi Sonor pada seluruh lapang paru
Suara vesikuler simetris di kedua lapangan paru, tidak
Auskultasi
ditemukan suara wheezing dan rhonki
Simetris, hiperpigmentasi di kedua areola, tidak terdapat retraksi puting susu, tidak
Mammae
terdapat nipple discharge, tidak ditemukan massa
Tinggi fundus uteri 36 cm, teraba bulat, dan lunak.
Leopold I
Kesan: Bokong. Tafsiran Berat Janin : 3875 gram
Tahanan memanjang pada perut bagian kiri, bagian kecil janin
Pemeriksaan Leopold II pada perut bagian kanan. Kesan: Punggung kiri ekstremitas
obstetri kanan
Leopold III Teraba bulat, keras, melenting. Kesan: Kepala
Leopold IV Divergen
His Frekuensi: 3 kali/10 menit dengan lama 20 detik
Doppler DJJ: 135 kali /menit, regular
Inspeksi Luar Bentuk dan ukuran dalam batas normal, tidak terdapat deformitas, tidak tampak
Vulva luka baru, tidak tampak laserasi. Tampak perdarahan pervaginam inaktif +/- 150 cc
Inspekulo Vulva vagina tidak ada keluhan, arah portio depan
Pemeriksaan Pendataran 100 %, pembukaan portio 7 cm, selaput ketuban (+), presnetsi kepala,
dalam penunjuk: ubun ubun kecil kiri depan, penurunan kepala hodge II
6
Simetris, warna palmar pucat, tidak terdapat deformitas, tidak
ikterik, tidak ditemukan bekas luka, tidak ditemukan clubbing
Superior
finger. Akral hangat, CRT <2 detik, pergerakan tidak ada
Ekstremitas hambatan. Terpasang IV line pada bagian dorsum manus dextra
Simetris, tidak terdapat deformitas, tidak ikterik, tidak
Inferior ditemukan bekas luka, terdapat edema di kedua tungkai, akral
hangat, CRT <2detik. Pergerakan tidak ada hambatan.
V. Resume
Pasien Ny.ZS berusia 22 tahun G1P0A0 hamil 36 minggu datang dengan
keluhan perut mules sejak 11 jam sebelum masuk rumah sakit. Mules yang
dirasakan adalah di bagian pusar perut menjalar ke bawah kemudian ke punggung
dan mengarah ke paha. Keluhan lain adalah keluar air air sejak jam 00.00, nyeri
pada perut dengan skala 5/10. Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum sakit sedang, kesadaran
kompos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 78x/menit, laju
pernafasan 21x/menit, dengan suhu 36oC. Pemeriksaan status generalis ditemukan
konjungtiva tidak anemis. Pemeriksaan Leopold ditemukan TFU 36 cm, janin
tunggal hidup presentasi kepala, punggung kiri, sudah memasuki pintu atas
panggul. Taksiran berat janin berdasarkan tinggi fundus adalah 3875 gram, DJJ
135 x/menit, frekuensi HIS 3x/10 menit selama 20 detik.
7
VI. Diagnosis
Ny. ZS usia 41 tahun G1P0A0 kehamilan 41 minggu inpartu kala 1 fase
aktif dengan ketubah pecah dini 17,5 jam yang lalu inertia uteri, susp janin
besar janin tunggal hidup presentasi kepala.
8
IX. Prognosis
Kehamilan : dubia ad malam
Janin : dubia ad bonam
Persalinan : dilakukan Sectio Caesarea
X. Follow-Up
1. 23 Desember 2017
2. 24 Desember 2017
9
P1A0 post SC a/i DKP, janin besar, malposisi, KPD 17,5 jam hari ke 1
P - Observasi TTV
- Observasi balutan perban luka
- Ceftriaxone 2x1 gram
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat
keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit,
janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.3
11
Gambar 1. Diameter pada Pintu Atas Panggul
3.2.2 Panggul Tengah (Pelvic Cavity)
Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis
panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan
setinggi spina isciadika, sehingga bermakna penting pada distosia setelah kepala
engagement. Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia
interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter
anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital
posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter interspinarum berukuran 4,5
cm.3,4
12
Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan
Khusus
13
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas
panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi
pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul
yang menyempit seluruhnya.3
14
Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk
dalam rongga panggul sebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu atas
panggul menyebabkan kepala janin megapung bebas di atas pintu panggul
sehingga dapat menyebabkan presentasi janin berubah. Pada wanita dengan
panggul sempit terdapat presentasi wajah dan bahu tiga kali lebih sering dan
prolaps tali pusat empat sampai enam kali lebih sering dibandingkan wanita
dengan panggul normal atau luas.3
15
Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar
dalam menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan
robekan perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900
sehingga oksiput tidak dapat keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan
menuju ramus iskiopubik sehingga perineum teregang dan mudah terjadi
robekan.3
16
Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi
janin sehingga jarang dilakukan.4 Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi
pajanan radiasi, tingkat keakuratan lebih baik dibandingkan radiologis, lebih
mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan
dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi, pengukuran panggul
akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang dilakukan karena
biaya yang mahal.3 Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis
panggul, ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul,
serta daya akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat
dilahirkan spontan.6
Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan
pemeriksaan dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada
metode Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah rongga
panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk menentukan apakah
kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller Munro Kerr dilakukan
dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan kepala ke arah rongga
panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan
seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke
vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.4
17
Untuk menentukan besarnya janin secara klinis bukanlah merupakan suatu
hal yang mudah. Kadang-kadang bayi besar baru dapat kita ketahui apabila
selama proses melahirkan tidak terdapat kemajuan sama sekali pada proses
persalinan normal dan biasanya disertai oleh keadaan his yang tidak kuat. Untuk
kasus seperti ini sangat dibutuhkan pemeriksaan yang teliti untuk mengetahui
apakah terjadi sefalopelvik disproporsi. Selain itu, penggunaan alat ultrasonic juga
dapat mengukur secara teliti apabila terdapat bayi dengan tubuh besar dan kepala
besar.4
Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan
dalam proses melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500gram. Kesulitan
dalam persalinan biasanya terjadi karena kepala janin besar atau kepala keras
yang biasanya terjadi pada postmaturitas tidak dapat memasuki pntu atas panggul,
atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Bahu yang lebar selain
dapat ditemukan pada janin yang memiliki berat badan lebih juga dapat dijumpai
pada anensefalus. Janin dapat meninggal selama proses persalinan dapat terjadi
karena terjadinya asfiksia dikarenakan selama proses kelahiran kepala anak sudah
lahir, akan tetapi karena lebarnya bahu mengakibatkan terjadinya macet dalam
melahirkan bagian janin yang lain. Sedangkan penarikan kepala janin yang terlalu
kuat ke bawah dapat mengakibatkan terjadinya cedera pada nervus brakhialis dan
muskulus sternokleidomastoideus.4
3.6 Penanganan
3.6.1 Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala
janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per
vaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini
merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena
faktor tersebut tidak dapar diketahui sebelum persalinan.4
18
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak
bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya.
Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena
kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada
kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan
percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu
dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah
keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy
medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan,
kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan
terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di
dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya
merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis.
Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya
kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka
dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan tangan kanannya,
dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul
untuk melahirkan bahu depan.4
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of
labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test
of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai
pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour
jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan
dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.7
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per
vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan
percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya,
keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan
lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his
baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.7
19
3.6.2 Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.4
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu)
dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk
menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per
vaginam belum dipenuhi.4
3.6.3 Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.
Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.4
20
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien Ny. ZS berusia 22 tahun hamil 33 minggu datang dengan keluhan
perut mules serta keluar air air . Pada status awal diketahui pasien hamil trimester
ke-3. Gejala baru muncul di hari yang sama dengan kedatangan di rumah sakit.
pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi fundus uteri 36 cm dan taksiran berat
janin adalah 3875 gr.
Pasien awalnya diberikan terapi antibiotk karena ketuban pecah dini.
Tetapi setelah di observasi untuk kemajuan persalinan kala 1 fase aktifnya
memanjang dan kemudian dilakukan operasi section caesarea. Dilakukan operasi
dikarenakan taksiran berat janin yang mencapai 3875 gr. Dikhawatirkan apabila
bayi dilahirkan secara pervaginam akan menimbulkan trauma pada jalan lahir
akibat badan bayi yang terlalu besar sehingga dapat menyebabkan distosia bahu.
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pasien didapatkan G1P0A0 dari anamnesis diketahui keluhan mules mules
disertai keluar air air sejak pukul 09.00 tanggal (22/12.17), setelah diperiksa
taksiran berat janin didaptkan 3875 gr sehingga dikhawatirkan sebagai janin
besar.
Sangat penting untuk menemukan faktor risiko terjadinya janin besar pada
pasien sehingga memudahkan klinisi untuk membantu diagnosis secara pasti
dan dapat melakukan penanganan dengan tepat dan cepat
Permasalahan pada pasien ini adalah dimana keterlambatan waktu dari pasien
untuk segera mencari pertolongan segera, sehingga permasalahan berada pada
pre-hospital. Banyak faktor yang memungkinkan untuk membuat penanganan
pre-hospital menjadi buruk seperti kesadaran pasien sendiri untuk mencari
pertolongan, jarak ke RS yang terlampau jauh, kendaraan yang digunakan.
22
BAB VI DAFTAR PUSTAKA
1. Moore, Keith L. 2012. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Penerbit
Hipokrates.
2. Gary, Cunningham, dkk. 2013. Obstetri Williams Edisi 23 Volume 1.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Asri, Dwi, dkk. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Penerbit
Nuha Medika.
4. Dorland,Newman.2012.KamusSakuKedokteranEdisi28.Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Penerbit
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
6. Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat.
Jakarta: BP-SP, 2008.
7. Lowe, N.K. The Dystocia Epidemic in Nulliparous Women. School of
Nursing Oregon Health & Science University. 2005. [Online] Hyperlink:
8. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP, 2007.
9. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung. Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983.
10. Israr YA, Irwan M, Lestari, dkk. Arrest of Decent- Cephalopelvc
Disproportion (CPD). 2008.
11. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar, 1982.
23