ABORTUS IMMINENS
Disusun Oleh :
dr. Fitri Rahmariani
Pendamping :
dr. H. Riswan, Sp.OG
dr. Eva Trijaniarti
PORTOFOLIO
Kasus 3
Topik: Abortus imminens
Tanggal (Kasus) : 25 Maret 2016
Tanggal Presentasi : 31 Mei 2016
Presenter
: dr. Fitri Rahmariani
Pendamping : dr. H. Riswan, Sp.OG.
dr. Eva Trijaniarti
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Bayung Lencir
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : Perempuan, 24 tahun, Abortus Imminens
Tujuan : Tatalaksana Abortus Imminens
Bahan Bahasan :
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
Pustaka
Cara membahas
Diskusi
Presentasi
Email
Pos
dan diskusi
Data Pasien:
Nama
: Ny.NM
Umur
: 24 tahun
No. Reg :
Pekerjaan : IRT
Alamat : Peninggalan
04.06.19
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Nama RS: RSUD Bayung
Telp :
Terdaftar sejak :
Lencir
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / Gambaran Klinis: Abortus Imminens/ Keadaan umum : tampak
sakit sedang.
2. Riwayat Pengobatan : 3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :
Pasien mengeluhkan keluar darah dari kemaluannya sejak 4 jam sebelum
masuk rumah sakit, berupa darah segar. Keluar darah sedikit-sedikit sebanyak 1
kali ganti pembalut. Keluar gumpalan darah (-), keluar gelembung seperti mata
ikan (-). Mules/nyeri perut (-), mual muntah (-). Riwayat trauma (-), riwayat
diurut-urut (-), riwayat minum obat/jamu (-), riwayat demam (-). Riwayat
terlambat haid (+), pasien mengaku hamil sekitar 7 minggu. Pasien mengaku
melakukan hubungan seksual 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
4. Riwayat Keluarga
FG,
dkk.
Kehamilan
pada
Williams. Volume Satu. Edisi ke-21. Jakarta: ECG, 2006. Hal 2-33.
3. Griebel CP, Vorsen JH, Golemon TB, Day AA. Management
of
masuk rumah sakit, berupa darah segar. Keluar darah sedikit-sedikit sebanyak 1
kali ganti pembalut. Keluar gumpalan darah/jaringan disangkal, keluar gelembung
seperti mata ikan disangkal, mules/nyeri perut tidak dijumpai, mual muntah tidak
dijumpai. Riwayat trauma disangkal, riwayat diurut-urut disangkal, riwayat
minum obat/jamu disangkal, riwayat demam disangkal. Riwayat terlambat haid
(+), pasien mengaku hamil sekitar 7 minggu. Pasien mengaku melakukan
hubungan seksual 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Gejala-gejala yang pasien sampaikan tersebut mengarah pada diagnosis
abortus imminens.
2. Objektif :
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat ditegakkan diagnosis
sementara abortus imminens.
Gejala Klinis :
Pasien mengalami perdarahan pervaginam sejak 4 jam sebelum masuk
rumah sakit berupa darah segar. Keluar darah sedikit-sedikit sebanyak 1 kali ganti
pembalut. Riwayat terlambat haid (+), pasien mengaku hamil sekitar 7 minggu.
Pasien mengaku melakukan hubungan seksual 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
Keadaan sakit
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Status generalisata
o Kepala
o Thorak
Paru
: Vesikuler (+) normal kanan = kiri, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung : HR 86 x/menit, reguler, bunyi jantung I dan II normal,
murmur (-), gallop (-)
o Abdomen (status lokalisata)
o Ekstremitas
Status lokalisata
Pemeriksaan Ginekologi:
o Pemeriksaan Luar : abdomen datar, lemas, massa (-), fundus uteri belum
teraba, nyeri tekan (-)
o Inspekulo: portio lividae, OUE tertutup, fluor (-), fluksus (+)
sedikit/perdarahan tidak aktif, jaringan (-), erosi (-), laserasi (-), polip (-).
o Vaginal Toucher: tumor (-), porsio lunak, OUE tertutup, nyeri goyang
porsio (-), adneksa/parametrium kanan dan kiri lemas, cavum douglas
tidak menonjol.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan urin : plano test (+)
3. Assessment :
Ny. NM, 24 tahun, G1P0A0 hamil 6-7 minggu, datang ke RSUD Bayung
Lencir dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak 4 jam sebelum masuk
rumah sakit berupa darah segar. Keluar darah sedikit-sedikit sebanyak 1 kali ganti
pembalut. Perdarahan tanpa disertai keluarnya gumpalan darah/jaringan atau
gelembung seperti mata ikan. Pasien mengaku melakukan hubungan seksual 1
hari sebelum masuk rumah sakit.
Gejala perdarahan pervaginam pada kehamilan muda/trimester pertama
dapat merupakan manifestasi klinis dari abortus, kehamilan ektopik terganggu,
dan mola hidatidosa. Pada pasien ini, perdarahan pervaginam yang terjadi tanpa
disertai keluarnya gelembung seperti mata ikan sehingga diagnosis sementara
lebih mengarah pada abortus daripada mola hidatidosa.
Perdarahan pervaginam yang terjadi tanpa disertai keluarnya gumpalan
darah yang menunjukkan bahwa tidak ada hasil konsepsi yang keluar.
Berdasarkan gejala ini, kemungkinan yang terjadi adalah abortus imminens atau
abortus
insipien
yang
dapat
dibedakan
melalui
pemeriksaan
selanjutnya/pemeriksaan dalam.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda vital menunjukkan
tekanan darah (110/70 mmHg), denyut nadi 86 kali/menit, laju pernafasan 20
kali/menit, dan suhu 36,8oC. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi hemodinamik
pasien masih stabil. Pada pemeriksaan luar, abdomen datar, lemas, tidak teraba
massa, fundus uteri belum teraba, dan tidak ditemukan nyeri tekan. Pada
pemeriksaan dalam, OUE masih tertutup, terdapat fluksus (sedikit), tidak tampak
jaringan, dan nyeri goyang porsio negatif. Hasil pemeriksaan tersebut membantu
menyingkirkan diagnosis banding lain, seperti kehamilan ektopik. Selain itu,
temuan pemeriksaan tersebut semakin mengarahkan pada diagnosis abortus
imminens.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik ginekologi tersebut,
diagnosis abortus imminens dapat ditegakkan. Abortus iminens adalah perdarahan
pervaginam pada kehamilan sebelum 20 minggu tanpa disertai keluarnya hasil
konsepsi dan dilatasi uterus. Diagnosis abortus imminens ditegakkan apabila pada
wanita hamil terjadi pendarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mules
sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar usia kehamilan, hasil
pemeriksaan dalam meliputi OUE belum membuka dan terdapat fluksus (sedikit),
dan tes kehamilan positif. Selain itu, pada pemeriksaan USG, tampak janin masih
hidup. Penatalaksanaan abortus imminens yang utama adalah tirah baring sampai
perdarahan berhenti. Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan
abortus imminens karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
4. Plan :
Diagnosis : Abortus imminens
Penatalaksanaan :
Non farmakologi :
- Tirah baring total
Farmakologi :
- Progesteron 1x200 mg
- Asam folat 1x1 tablet
Saran : kontrol ulang ke poliklinik Obgyn untuk USG
Prognosis :
Vitam
: dubia ad bonam
Functionam : dubia ad bonam
Edukasi pasien :
Pasien sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan antenatal, makan makanan yang
bergizi, menjaga kebersihan diri terutama daerah kewanitaan dengan tujuan
mencegah infeksi, jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan, dan disarankan
untuk tidak bersenggama untuk mencegah kondisi berulang.
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1
Abortus iminens adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan sebelum
20 minggu tanpa disertai keluarnya hasil konsepsi dan dilatasi uterus.2,3
II.
Epidemiologi
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak
yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan
tidak jelas umur kehamilannya hanya sedikit memberikan gejala atau tanda
sehingga biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sementara itu, dari kejadian
yang diketahui, 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik.
Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran
berurutan, dan sekitar 1% pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang
berurutan.1
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus perjam. Sebagian besar studi menyatakan
kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih
jauh kejadia abortus sebenarnya bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan
tingginya angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa diketahui pada 2-4
minggu setelah konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan
kegagalan gamet (misalnya, sperma dan disfungsi oosit).1
World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat 210 kematian
wanita tiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan
pada tahun 2013 dan jumlah total kematian wanita adalah 289.000 kematian.
Berdasarkan survei terakhir tahun 2012 yang dilakukan oleh Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SKDI), AKI menunjukkan kenaikan dari 228 di tahun
2007 menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2012.
Abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan dengan keseluruhan kejadian
8
sekitar 15% dari kehamilan yang ditemukan. Namun, angka kejadian abortus
sangat tergantung kapada riwayat obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih
tinggi pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran daripada pada wanita
yang hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup.4
Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada
wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah 50%.
Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan. Insiden
abortus spontan secara umum pernah disebutkan sebesar 10% dari seluruh
kehamilan.4
III. Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab abortus (early
pregnancy
loss)
bervariasi
dan
sering
misalnya
penyakit
tuberkulosis
atau
karsinomatosis,
jarang
10
tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan
dengan demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.2,4
- Nutrisi
Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar
kemungkinannya menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus.
Nausea serta vomitus yang lebih sering ditemukan selama awal kehamilan
dan setiap deplesi nutrient yang ditimbulkan, jarang diikuti dengan abortus
spontan. Sebagaian besar mikronutrien pernah dilaporkan sebagai unsur
yang penting untuk mengurangi abortus spontan.4
- Obat-Obatan dan Toksin Lingkungan
Berbagai macam zat dilaporkan berhubungan dengan kenaikan insidensi
abortus. Namun, ternyata tidak semua laporan ini mudah dikonfirmasikan. 4
Beberapa zat yang dipertimbangkan dapat menyebabkan abortus adalah
rokok/tembakau, alkohol, kafein, dan zat radiasi.2
- Faktor-Faktor Imunologis
Faktor imunologis yang telah terbukti dapat menyebabkan abortus spontan
berulang adalah lupus anticoagulant (LAC) dan anticardiolipin antibody
(ACA) yang mengakibatkan destruksi vaskuler, trombosis, abortus serta
destruksi plasenta.4
- Gamet yang Menua
Baik umur sperma maupun ovum dapat mempengaruhi angka insiden
abortus spontan. Insiden abortus meningkat terhadap kehamilan yang
berhasil bila inseminasi terjadi empat hari sebelum atau tiga hari sesudah
peralihan temperatur basal tubuh, karena itu disimpulkan bahwa gamet yang
bertambah tua di dalam traktus genitalis wanita sebelum fertilisasi dapat
menaikkan kemungkinan terjadinya abortus. Beberapa percobaan binatang
juga selaras dengan hasil observasi tersebut.4
- Laparotomi
Trauma akibat laparotomi kadang-kadang dapat mencetuskan terjadinya
abortus. Pada umumnya, semakin dekat tempat pembedahan tersebut
dengan organ panggul, semakin besar kemungkinan terjadinya abortus.
Meskipun demikian, sering kali kista ovarii dan mioma bertangkai dapat
diangkat pada waktu kehamilan apabila mengganggu gestasi. Peritonitis
dapat menambah besar kemungkinan abortus.4
- Trauma Fisik dan Trauma Emosional
11
12
Patofisiologi
Proses abortus imminens biasanya berlangsung secara spontan maupun
13
14
15
16
Hasil
Konsepsi
Masih
dalam
17
Besar
Uterus
Sesuai
usia
Gejala Lain
Kram, nyeri perut,
dan nyeri punggung
Insipien
Sedangbanyak
Inkomplit
Sedangbanyak
Komplit
Missed
Abortion
VI.
Sedikittidak ada
Tidak ada
uterus
gestasi
Terbuka
Masih
dalam
uterus
Terbuka
Keluar
sebagian
Sesuai
usia
gestasi
Lebih
kecil
dari
usia
gestasi
Tertutup
Tertutup
Keluar
seluruhnya
Lebih
kecil
dari
usia
gestasi
Tidak ada
(mati)
Lebih
kecil
dari
usia
gestasi
Diagnosis
Diagnosis abortus secara umum meliputi anamnesis, pemeriksaan obstetri
minggu. Dari semua itu setengah dari kehamilan ini akan mengalami abortus,
walaupun risiko lebih rendah jika denyut jantung janin dapat direkam. Meskipun
tanpa terjadinya abortus fetus ini akan mengalami resiko tinggi untuk terjadinya
persalinan preterm, bayi lahir rendah, kematian perinatal.4,5,8
VII. Penatalaksanaan
7.1. Tatalaksana Umum
Penatalaksaan umum abortus di pelayanan kesehatan primer meliputi halhal berikut.6
- Lakukan penilaian secara tepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu).
- Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik <90
mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak
terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya
dapat memburuk dengan cepat.
- Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikansi
berikan kombinasi antibiotika sapai ibu bebas demam untuk 48 jam:
- Ampicillin 2 gram IV/IM kemudian 1 gram diberikan setiap 6 jam
- Gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
- Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
- Segera rujuk ibu ke rumah sakit.
- Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapa dukungan emosional
dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
- Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.
19
adanya
penyebab
lain.
Evakuasi
20
kehamilan
apabila
Prognosis Buruk
Usia ibu saat hamil >34 tahun
Riwayat keguguran sebelumnya
USG
Aktivitas jantung
normal
Fetal bradikardi
Usia kehamilan berdasarkan HPHT dengan
panjang crown to rump berbeda
Ukuran kantong gestasi yang kosong >15-17
mm
Biokimia
serum
maternal
Kadarnya normal
21