Anda di halaman 1dari 21

Portofolio-3

ABORTUS IMMINENS

Disusun Oleh :
dr. Fitri Rahmariani

Pendamping :
dr. H. Riswan, Sp.OG
dr. Eva Trijaniarti

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAYUNG LENCIR


SUMATERA SELATAN
PROGRAM DOKTER INTERNSHIP KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2016

PORTOFOLIO

Kasus 3
Topik: Abortus imminens
Tanggal (Kasus) : 25 Maret 2016
Tanggal Presentasi : 31 Mei 2016

Presenter
: dr. Fitri Rahmariani
Pendamping : dr. H. Riswan, Sp.OG.
dr. Eva Trijaniarti
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Bayung Lencir
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : Perempuan, 24 tahun, Abortus Imminens
Tujuan : Tatalaksana Abortus Imminens
Bahan Bahasan :
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
Pustaka
Cara membahas
Diskusi
Presentasi
Email
Pos
dan diskusi
Data Pasien:

Nama

: Ny.NM

Umur

: 24 tahun

No. Reg :

Pekerjaan : IRT
Alamat : Peninggalan
04.06.19
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Nama RS: RSUD Bayung
Telp :
Terdaftar sejak :
Lencir
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / Gambaran Klinis: Abortus Imminens/ Keadaan umum : tampak
sakit sedang.
2. Riwayat Pengobatan : 3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :
Pasien mengeluhkan keluar darah dari kemaluannya sejak 4 jam sebelum
masuk rumah sakit, berupa darah segar. Keluar darah sedikit-sedikit sebanyak 1
kali ganti pembalut. Keluar gumpalan darah (-), keluar gelembung seperti mata
ikan (-). Mules/nyeri perut (-), mual muntah (-). Riwayat trauma (-), riwayat
diurut-urut (-), riwayat minum obat/jamu (-), riwayat demam (-). Riwayat
terlambat haid (+), pasien mengaku hamil sekitar 7 minggu. Pasien mengaku
melakukan hubungan seksual 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
4. Riwayat Keluarga

: Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal.


2

5. Riwayat Pekerjaan : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga


6. Riwayat Pernikahan : Menikah 1 kali, tahun 2015
7. Riwayat Obstetri
: G1P0A0
8. Riwayat Menstruasi : Menarche umur 11 tahun, siklus teratur 28 hari, lama 5-7
hari, HPHT: 9 Februari 2016.
6. Lain-lain :
- Riwayat keguguran sebelumnya disangkal
DAFTAR PUSTAKA
1. Hadijanto, B. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Dalam: Ilmu Kebidanan.
Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008. Hal.
460-473.
2. Cunningham

FG,

dkk.

Kehamilan

pada

Manusia. Dalam: Obstetric

Williams. Volume Satu. Edisi ke-21. Jakarta: ECG, 2006. Hal 2-33.
3. Griebel CP, Vorsen JH, Golemon TB, Day AA. Management

of

Spontaneus Abortion. American Family Physician. 2005; 72(7): 1243-50.


4. Dharma, AAGKS. Laporan Kasus Abortus Iminens Juni 2015 Faktor Resiko,
Patogenesis, dan Penatalaksanaan. Intisari Sains Medis. 2015; 3(1): 44-50.
5. Sucipto, NI. Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan
Penatalaksanaan. Cermin Dunia Kedokteran. 2013; 40(7): 492-496.
6. Moegni, EM., dan Ocviyanti, D., editor. Abortus. Dalam: Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi
Pertama. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Hal. 84-86.
7. Tanto, C., dan Kayika, IPG. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Dalam: Kapita
Selekta Kedokteran. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Media Aesculapius, 2014. Hal.
422-423.
8. Sastrawinata, S., Martaadisoebrata, D., dan Wirakusumah, F.F. Obstetri
Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2005.
Hasil Pembelajaran
1. Etiologi dan faktor risiko abortus
2. Diagnosis abortus imminens
3. Penatalaksanaan abortus imminens
4. Edukasi pada pasien untuk mencegah kejadian serupa
1. Subjektif :
Pasien mengeluhkan keluar darah dari kemaluannya sejak 4 jam sebelum

masuk rumah sakit, berupa darah segar. Keluar darah sedikit-sedikit sebanyak 1
kali ganti pembalut. Keluar gumpalan darah/jaringan disangkal, keluar gelembung
seperti mata ikan disangkal, mules/nyeri perut tidak dijumpai, mual muntah tidak
dijumpai. Riwayat trauma disangkal, riwayat diurut-urut disangkal, riwayat
minum obat/jamu disangkal, riwayat demam disangkal. Riwayat terlambat haid
(+), pasien mengaku hamil sekitar 7 minggu. Pasien mengaku melakukan
hubungan seksual 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Gejala-gejala yang pasien sampaikan tersebut mengarah pada diagnosis
abortus imminens.
2. Objektif :
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat ditegakkan diagnosis
sementara abortus imminens.
Gejala Klinis :
Pasien mengalami perdarahan pervaginam sejak 4 jam sebelum masuk
rumah sakit berupa darah segar. Keluar darah sedikit-sedikit sebanyak 1 kali ganti
pembalut. Riwayat terlambat haid (+), pasien mengaku hamil sekitar 7 minggu.
Pasien mengaku melakukan hubungan seksual 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
Keadaan sakit
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu

: tampak sakit sedang


: compos mentis
: 110/70 mmHg
: 86 kali per menit, reguler, isi dan tegangan cukup
: 20 kali per menit, thoracoabdominal
: 36,8o C (aksila)

Status generalisata
o Kepala

: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)

o Thorak

: Bentuk dada normal, retraksi (-)

Paru
: Vesikuler (+) normal kanan = kiri, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung : HR 86 x/menit, reguler, bunyi jantung I dan II normal,
murmur (-), gallop (-)
o Abdomen (status lokalisata)
o Ekstremitas

: akral hangat, edema (-/-), turgor < 2 detik

Status lokalisata
Pemeriksaan Ginekologi:
o Pemeriksaan Luar : abdomen datar, lemas, massa (-), fundus uteri belum
teraba, nyeri tekan (-)
o Inspekulo: portio lividae, OUE tertutup, fluor (-), fluksus (+)
sedikit/perdarahan tidak aktif, jaringan (-), erosi (-), laserasi (-), polip (-).
o Vaginal Toucher: tumor (-), porsio lunak, OUE tertutup, nyeri goyang
porsio (-), adneksa/parametrium kanan dan kiri lemas, cavum douglas
tidak menonjol.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan urin : plano test (+)
3. Assessment :
Ny. NM, 24 tahun, G1P0A0 hamil 6-7 minggu, datang ke RSUD Bayung
Lencir dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak 4 jam sebelum masuk
rumah sakit berupa darah segar. Keluar darah sedikit-sedikit sebanyak 1 kali ganti
pembalut. Perdarahan tanpa disertai keluarnya gumpalan darah/jaringan atau
gelembung seperti mata ikan. Pasien mengaku melakukan hubungan seksual 1
hari sebelum masuk rumah sakit.
Gejala perdarahan pervaginam pada kehamilan muda/trimester pertama
dapat merupakan manifestasi klinis dari abortus, kehamilan ektopik terganggu,
dan mola hidatidosa. Pada pasien ini, perdarahan pervaginam yang terjadi tanpa
disertai keluarnya gelembung seperti mata ikan sehingga diagnosis sementara
lebih mengarah pada abortus daripada mola hidatidosa.
Perdarahan pervaginam yang terjadi tanpa disertai keluarnya gumpalan
darah yang menunjukkan bahwa tidak ada hasil konsepsi yang keluar.
Berdasarkan gejala ini, kemungkinan yang terjadi adalah abortus imminens atau
abortus

insipien

yang

dapat

dibedakan

melalui

pemeriksaan

selanjutnya/pemeriksaan dalam.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda vital menunjukkan
tekanan darah (110/70 mmHg), denyut nadi 86 kali/menit, laju pernafasan 20
kali/menit, dan suhu 36,8oC. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi hemodinamik

pasien masih stabil. Pada pemeriksaan luar, abdomen datar, lemas, tidak teraba
massa, fundus uteri belum teraba, dan tidak ditemukan nyeri tekan. Pada
pemeriksaan dalam, OUE masih tertutup, terdapat fluksus (sedikit), tidak tampak
jaringan, dan nyeri goyang porsio negatif. Hasil pemeriksaan tersebut membantu
menyingkirkan diagnosis banding lain, seperti kehamilan ektopik. Selain itu,
temuan pemeriksaan tersebut semakin mengarahkan pada diagnosis abortus
imminens.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik ginekologi tersebut,
diagnosis abortus imminens dapat ditegakkan. Abortus iminens adalah perdarahan
pervaginam pada kehamilan sebelum 20 minggu tanpa disertai keluarnya hasil
konsepsi dan dilatasi uterus. Diagnosis abortus imminens ditegakkan apabila pada
wanita hamil terjadi pendarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mules
sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar usia kehamilan, hasil
pemeriksaan dalam meliputi OUE belum membuka dan terdapat fluksus (sedikit),
dan tes kehamilan positif. Selain itu, pada pemeriksaan USG, tampak janin masih
hidup. Penatalaksanaan abortus imminens yang utama adalah tirah baring sampai
perdarahan berhenti. Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan
abortus imminens karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
4. Plan :
Diagnosis : Abortus imminens
Penatalaksanaan :
Non farmakologi :
- Tirah baring total
Farmakologi :
- Progesteron 1x200 mg
- Asam folat 1x1 tablet
Saran : kontrol ulang ke poliklinik Obgyn untuk USG

Prognosis :
Vitam
: dubia ad bonam
Functionam : dubia ad bonam

Edukasi pasien :
Pasien sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan antenatal, makan makanan yang
bergizi, menjaga kebersihan diri terutama daerah kewanitaan dengan tujuan
mencegah infeksi, jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan, dan disarankan
untuk tidak bersenggama untuk mencegah kondisi berulang.

TINJAUAN PUSTAKA

I.

Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1
Abortus iminens adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan sebelum
20 minggu tanpa disertai keluarnya hasil konsepsi dan dilatasi uterus.2,3
II.

Epidemiologi
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak

yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan
tidak jelas umur kehamilannya hanya sedikit memberikan gejala atau tanda
sehingga biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sementara itu, dari kejadian
yang diketahui, 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik.
Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran
berurutan, dan sekitar 1% pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang
berurutan.1
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus perjam. Sebagian besar studi menyatakan
kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih
jauh kejadia abortus sebenarnya bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan
tingginya angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa diketahui pada 2-4
minggu setelah konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan
kegagalan gamet (misalnya, sperma dan disfungsi oosit).1
World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat 210 kematian
wanita tiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan
pada tahun 2013 dan jumlah total kematian wanita adalah 289.000 kematian.
Berdasarkan survei terakhir tahun 2012 yang dilakukan oleh Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SKDI), AKI menunjukkan kenaikan dari 228 di tahun
2007 menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2012.
Abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan dengan keseluruhan kejadian
8

sekitar 15% dari kehamilan yang ditemukan. Namun, angka kejadian abortus
sangat tergantung kapada riwayat obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih
tinggi pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran daripada pada wanita
yang hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup.4
Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada
wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah 50%.
Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan. Insiden
abortus spontan secara umum pernah disebutkan sebesar 10% dari seluruh
kehamilan.4
III. Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab abortus (early

pregnancy

loss)

bervariasi

dan

sering

diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu penyebab.1 Kematian janin sering


disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau zigot atau oleh penyakit sistemik
pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari
ayahnya.4 Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan dan
sebagian besar terjadi akibat abnormalitas kromosom. Setelah trimester pertama,
tingkat kejadian abortus dan insidensi abnormalitas kromosom menjadi turun.2
a. Faktor Fetal
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian janin pada hamil
muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan janin,
antara lain kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna dan pengaruh dari
luar. Kelainan kromosom merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
abortus spotan, seperti trisomi, poliploidi, dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks. Lingkungan yang kurang sempurna terjadi bila lingkungan
endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian
zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Pengaruh dari luar, seperti radiasi,
virus, dan obat-obatan teratogenik.4
Abortus spontan umumnya menunjukkan abnormalitas perkembangan zigot,
embrio, fetus, atau plasenta. Sekitar 50-60% abortus spontan terjadi akibat
abnormalitas kromosom. Sekitar 95% abnormalitas kromosom terjadi akibat
gangguan/masalah gametogenesis maternal dan sekitar 5% terjadi akibat

kesalahan paternal.2 Trisomi autosomal merupakan anomali yang paling sering


ditemukan (52%), kemudian diikuti oleh poliploidi (21%) dan monosomi X
(13%).4
b. Faktor Maternal
Penyakit maternal umumnya berkaitan dengan abortus euploidi dengan
puncak kejadian abortus pada kehamilan 13 minggu. Sejumlah penyakit, kondisi
kejiwaan dan lingkungan, serta kelainan perkembangan pernah terlibat dalam
peristiwa abortus euploidi.2,4
- Infeksi
Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorhoeae,
Streptococcus agalactina, virus herpes simplek, cytomegalovirus, Listeria
monocytogenes dicurigai berperan sebagai penyebab abortus. Toxoplasma
juga disebutkan dapat menyebabkan abortus. Isolasi Mycoplasma hominis
dan Ureaplasma urealyticum dari traktus genetalia sebagian wanita yang
mengalami abortus telah menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa
infeksi mikoplasma pada traktus genetalia dapat menyebabkan abortus.
Dari kedua organisme tersebut, Ureaplasma urealyticum merupakan
penyebab utama.4
- Penyakit-Penyakit Kronis yang Melemahkan
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan
ibu,

misalnya

penyakit

tuberkulosis

atau

karsinomatosis,

jarang

menyebabkan abortus. Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada


kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi keadaan ini dapat menyebabkan
kematian janin dan persalinan prematur. Diabetes maternal pernah
ditemukan oleh sebagian peneliti sebagai faktor predisposisi abortus
spontan, tetapi kejadian ini tidak ditemukan oleh peneliti lainnya. 4
- Pengaruh Endokrin
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipotiroidisme, diabetes
mellitus, dan defisiensi progesteron. Diabetes tidak menyebabkan abortus
jika kadar gula dapat dikendalikan dengan baik. Defisiensi progesteron
akibat kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau plasenta
(defek fase luteal) mempunyai hubungan dengan kenaikan insidensi abortus.
Progesteron berfungsi mempertahankan desidua sehingga defisiensi hormon

10

tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan
dengan demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.2,4
- Nutrisi
Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar
kemungkinannya menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus.
Nausea serta vomitus yang lebih sering ditemukan selama awal kehamilan
dan setiap deplesi nutrient yang ditimbulkan, jarang diikuti dengan abortus
spontan. Sebagaian besar mikronutrien pernah dilaporkan sebagai unsur
yang penting untuk mengurangi abortus spontan.4
- Obat-Obatan dan Toksin Lingkungan
Berbagai macam zat dilaporkan berhubungan dengan kenaikan insidensi
abortus. Namun, ternyata tidak semua laporan ini mudah dikonfirmasikan. 4
Beberapa zat yang dipertimbangkan dapat menyebabkan abortus adalah
rokok/tembakau, alkohol, kafein, dan zat radiasi.2
- Faktor-Faktor Imunologis
Faktor imunologis yang telah terbukti dapat menyebabkan abortus spontan
berulang adalah lupus anticoagulant (LAC) dan anticardiolipin antibody
(ACA) yang mengakibatkan destruksi vaskuler, trombosis, abortus serta
destruksi plasenta.4
- Gamet yang Menua
Baik umur sperma maupun ovum dapat mempengaruhi angka insiden
abortus spontan. Insiden abortus meningkat terhadap kehamilan yang
berhasil bila inseminasi terjadi empat hari sebelum atau tiga hari sesudah
peralihan temperatur basal tubuh, karena itu disimpulkan bahwa gamet yang
bertambah tua di dalam traktus genitalis wanita sebelum fertilisasi dapat
menaikkan kemungkinan terjadinya abortus. Beberapa percobaan binatang
juga selaras dengan hasil observasi tersebut.4
- Laparotomi
Trauma akibat laparotomi kadang-kadang dapat mencetuskan terjadinya
abortus. Pada umumnya, semakin dekat tempat pembedahan tersebut
dengan organ panggul, semakin besar kemungkinan terjadinya abortus.
Meskipun demikian, sering kali kista ovarii dan mioma bertangkai dapat
diangkat pada waktu kehamilan apabila mengganggu gestasi. Peritonitis
dapat menambah besar kemungkinan abortus.4
- Trauma Fisik dan Trauma Emosional
11

Kebanyakan abortus spontan terjadi beberapa saat setelah kematian embrio


atau kematian janin. Jika abortus disebabkan khususnya oleh trauma,
kemungkinan kecelakaan tersebut bukan peristiwa yang baru terjadi tetapi
lebih merupakan kejadian yang terjadi beberapa minggu sebelum abortus.
Abortus yang disebabkan oleh trauma emosional bersifat spekulatif,
tidak ada dasar yang mendukung konsep abortus dipengaruhi oleh rasa
ketakutan marah ataupun cemas.4
- Kelainan Uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita/yang didapat dan
kelainan yang timbul dalam proses perkembangan janin. Defek duktus
mulleri yang dapat terjadi secara spontan atau yang ditimbulkan oleh
pemberian dietilstilbestrol (DES) merupakan salah satu penyebab abortus.
Kelainan uterus akuisita yang berkaitan dengan abortus adalah leiomioma
dan perlekatan intrauteri. Leiomioma uterus yang besar dan majemuk
sekalipun tidak selalu disertai dengan abortus, bahkan lokasi leiomioma
tampaknya lebih penting daripada ukurannya.4
Mioma submokosa, tetapi bukan mioma intramural atau subserosa, lebih
besar kemungkinannya untuk menyebabkan abortus. Namun, leiomioma
dapat dianggap sebagai faktor kausatif hanya bila hasil pemeriksaan klinis
lainnya ternyata negatif dan histerogram menunjukkan adanya defek
pengisian dalam kavum endometrium. Miomektomi sering mengakibatkan
jaringan parut uterus yang dapat mengalami ruptur pada kehamilan
berikutnya, sebelum atau selama persalinan.4
Perlekatan intrauteri (sinekia atau sindrom Ashennan) paling sering terjadi
akibat tindakan kuretase pada abortus yang terinfeksi atau pada missed
abortus atau mungkin pula akibat komplikasi postpartum. Keadaan tersebut
disebabkan oleh destruksi endometrium yang sangat luas. Selanjutnya
keadaan ini mengakibatkan amenore dan abortus habitualis yang diyakini
terjadi akibat endometrium yang kurang memadai untuk mendukung
implatansi hasil pembuahan.
- Inkompentensi Serviks
Kejadian abortus pada uterus dengan serviks yang inkompeten biasanya
terjadi pada trimester kedua. Ekspulsi jaringan konsepsi terjadi setelah

12

membran plasenta mengalami ruptur pada prolaps yang disertai dengan


ballooning membran plasenta ke dalam vagina.4
c. Faktor Paternal
Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam proses
timbulnya abortus spontan. Namun, translokasi kromosom sperma dapat
menimbulkan zigot yang mengandung bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu
banyak sehingga dapat menyebabkan abortus.4
IV.

Patofisiologi
Proses abortus imminens biasanya berlangsung secara spontan maupun

sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses


terjadinya berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan
nekrosis jaringan diatasnya. Pada abortus imminens, nekrosis yang terjadi tidak
cukup dalam untuk menimbulkan pelepasan hasil konsepsi dari dinding uterus.
Namun, jika tidak segera ditangani, nekrosis dapat meluas dan menimbulkan
inkompetensi desidua dalam menjaga hasil konseptus sehingga dapat berlanjut
kepada abortus inkomplit atau komplit. Pada kehamilan antara 8 minggu sampai
14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya
plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mula-mula dikeluarkan
setelah ketuban pecah adalah janin, disusul oleh plasenta yang telah lengkap
terbentuk. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.4
V.

Klasifikasi dan Manifestasi Klinis


Menurut kejadiannya, abortus dapat dibedakan menjadi abortus spontan dan

abortus provokatus. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus


spontan, sedangkan abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum
20 minggu dengan disengaja. Abortus provokatus dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu abortus provokatus medisinalis (abortus terapeutik) dan abortus provokatus
kriminalis. Abortus provokatus medisinalis adalah abortus provokatus yang
dilakukan atas indikasi medik atau bila didasarkan pada pertimbangan dokter
untuk menyelamatkan ibu.1,4

13

Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi beberapa


kelompok, yaitu abortus imminens (threatened

abortion), abortus insipiens

(inevitable abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion, dan


abortus habitualis (recurrent abortion), abortus infeksiosus, dan abortus septik.1
a. Abortus imminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,
ditandai dengan perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup, dan hasil
konsepsi masih baik dalam kandungan.
Diagnosis abortus imminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan
pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh
mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali, kecuali perdarahan pervaginam.
Adanya gejala nyeri perut dan punggung belakang semakin hari semakin
bertambah buruh dengan atau tanpa kelemahan dan uterus membesar sesuai usia
kehamilan. Ostium uteri masih tertutup, besarnya uterus masih sesuai dengan
umur kehamilan, dan tes kehamilan urin masih positif. Untuk menentukan
prognosis abortus imminens dapat dilakukan dengan cara melakukan tes urin
kehamilan dengan menggunakan urin tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10.
Bila tes urin masih positif keduanya, maka prognosisnya adalah baik, sedangkan
apabila pengenceran 1/10 menunjukkan hasil negatif, maka prognosisnya dubia ad
malam. Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang
ada dan mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum.
Diperhatikan ukuran biometri janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan umur
kehamilan berdasarkan HPHT. Denyut jantung janin dan gerakan janin
diperhatikan di samping ada tidaknya hematoma retroplasenta atau pembukaan
kanalis servikalis. Pemeriksaan USG dapat dilakukan baik secara transabdominal
maupun transvaginal. Pada USG transabdominal, pasien harus menahan buang air
kecil terlebih dahulu untuk mendapatkan acoustic window yang baik agar rincian
hasil USG jelas.1,5
b. Abortus Insipiens

14

Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah


mendatar dan ostium uteri telah membuka, tetapi hasil konsepsi masih dalam
kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.1
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,
perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur
kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin
kehamilan masih positif. Pada pemeriksaan USG, akan didapati pembesaran
uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung
janun masih jelas walaupun mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya terlihat
penipisan serviks uterus atau pembukaannya. Selai itu, perlu diperhatikan ada
tidaknya pelepasan plasenta dari dinding uterus.1
c. Abortus Komplit
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kuran dari 500 gram. Semua hasil konsepsi telah
dikeluarkan, osteum uteri telah menutup, uterus telah mengecil sehingga
perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.
Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah
memadai. Pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah
abortus.1
d. Abortus Inkomplit
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian jaringan hasil konsepsi
masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol
pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi dengan jumlah
yang mungkin banyak atau sedikit tergantung pada jaringan yang tersisa yang
menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan
terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa
jaringan konsepsi dikeluarkan. Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian

15

terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi


untuk kemudian disiapkan untuk tindakan kuretase. Pemeriksaan USG hanya
dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis secara klinis. Besar uterus sudah lebih
kecil dari umum kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum
uteri tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan.1
e. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus yang telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan kasil konsepsi seluruhnya
masih tertahan dalam kandungan. Penderita missed abortion biasanya tidak
merasakan keluhan apa pun, kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak
seperti yang diharapkan. Bila kehamilan di atas 14 minggu sampai 20 minggu,
penderita justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda
kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang. Kadang-kadang missed
abortion juga diawali dengan abortus imminens yang kemudian merasa sembuh,
tetapi pertumbuhan janin terhenti. Pada pemeriksaan tes urin kehamilan, hasilnya
biasanya negatif setelah satu minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan.
Pada pemeruksaan USG, uterus tampak mengecil, kantong gestasi mengecil, dan
bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda
kehidupan. Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu, harus
diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan pengentalan darah oleh karena
hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi
dan kuretase.1

16

Gambar 1. Gambaran Jenis-Jenis Abortus6


f. Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
Abortus septik adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran
darah tubuh atau peritoneum (septikemian atau peritonitis). Kejadian ini
merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi
terutama apabila dilakukan kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis.1
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis yang cermat tentang upaya
tindakan abortus yang tidak menggunakan tindakan asepsis dengan ditemukan
tanda dan gejala berupak panas/demam tinggi, tampak sakit dan lelah, takikardi,
perdarahan pervaginamyang berbau, uterus yang membesar dan lembut, serta
nyeri tekan. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan tanda infeksi berupa
leukositosis. Apabila terjadi sepsis dan syok, penderita akan tampak lelah, panas
tinggi, menggigil, dan tekanan darah turun.1
Tabel 1. Tanda dan Gejala Abortus6,7
Jenis
Perdarahan Serviks
Abortus
Imminens
SedikitTertutup
sedang

Hasil
Konsepsi
Masih
dalam

17

Besar
Uterus
Sesuai
usia

Gejala Lain
Kram, nyeri perut,
dan nyeri punggung

Insipien

Sedangbanyak

Inkomplit

Sedangbanyak

Komplit

Missed
Abortion

VI.

Sedikittidak ada

Tidak ada

uterus

gestasi

Terbuka

Masih
dalam
uterus

Terbuka

Keluar
sebagian

Sesuai
usia
gestasi
Lebih
kecil
dari
usia
gestasi

Tertutup

Tertutup

Keluar
seluruhnya

Lebih
kecil
dari
usia
gestasi

Tidak ada
(mati)

Lebih
kecil
dari
usia
gestasi

bawah (sedikitsedang/tidak nyeri)


Kram dan nyeri
perut sedang-hebat
Kram dan nyeri
perut sedang-hebat
Keluar jaringan
Nyeri atau kram
perut tidak
dirasakan atau
hanya sedikit bila
ada
Uterus agak kenyal
Tanda-tanda
kehamilan
menghilang
Janin telah mati,
tetapi tidak ada
ekspulsi jaringan
konsepsi

Diagnosis
Diagnosis abortus secara umum meliputi anamnesis, pemeriksaan obstetri

dan ginekologi, dan pemeriksaan penunjang, antara lain sebagai berikut.6,7


a. Anamnesis: riwayat kehamilan dan abortus sebelumnya, jumlah perdarahan,
jaringan yang keluar, nyeri perut, riwayat trauma dan penggunaan obatobatan;
b. Pemeriksaan obstetri dan ginekologi: manuever leopold, denyut jantung
janin, dan inspeksi ostium serviks;
c. Pemeriksaan penunjang:
- Darah perifer lengkap: kadar Hb untuk menilai anemia, leukosit, dan laju
endap darah untuk abortus septik,
- Pemeriksaan kehamilan: kadar -hCG dapat digunakan untuk memeriksa
kehamilan.
18

- Ultrasonografi: melihat kantung gestasi, embrio, denyut jantung, dan


sebagainya.
Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi
pendarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mules sedikit atau tidak sama
sekali, uterus membesar sebesar usia kehamilan, hasil pemeriksaan dalam meliputi
serviks belum membuka dan terdapat fluksus (sedikit), dan tes kehamilan positif,
yang biasanya terjadi paruh pertama dari kehamilan. Selain itu, pada pemeriksaan
USG, tampak janin masih hidup. Sering terjadi pendarahan ringan atau yang lebih
berat pada awal gestasi yang menetap

sampai berhari-hari atau berminggu-

minggu. Dari semua itu setengah dari kehamilan ini akan mengalami abortus,
walaupun risiko lebih rendah jika denyut jantung janin dapat direkam. Meskipun
tanpa terjadinya abortus fetus ini akan mengalami resiko tinggi untuk terjadinya
persalinan preterm, bayi lahir rendah, kematian perinatal.4,5,8
VII. Penatalaksanaan
7.1. Tatalaksana Umum
Penatalaksaan umum abortus di pelayanan kesehatan primer meliputi halhal berikut.6
- Lakukan penilaian secara tepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu).
- Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik <90
mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak
terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya
dapat memburuk dengan cepat.
- Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikansi
berikan kombinasi antibiotika sapai ibu bebas demam untuk 48 jam:
- Ampicillin 2 gram IV/IM kemudian 1 gram diberikan setiap 6 jam
- Gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
- Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
- Segera rujuk ibu ke rumah sakit.
- Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapa dukungan emosional
dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
- Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.

19

7.2. Tatalaksana Khusus


Tatalaksana khusus untuk abortus immines adalah sebagai berikut.1,5,6,7
a. Tirah baring sampai perdarahan berhenti. Tirah baring merupakan unsur
penting dalam pengobatan abortus imminens karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
Penderita boleh dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan.
b. Tidak perlu pengobatan khusus, tetapi analgesik dapat diberikan untuk
meredakan nyeri, dapat juga diberikan spasmolitik agar uterus tidak
berkontraksi atau diberi tambahan hormon progesteron atau derivatnya
untuk mencegah terjadinya abortus. Obat-obatan ini walaupun secara
statistik kegunaannya tidak bermakna, tetapi efek psikologis kepada
penderita sangat menguntungkan.
Progesteron merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional
atau memiliki efek progesteron. Progesteron merupakan produk utama
korpus luteum dan berperan penting pada persiapan uterus untuk implantasi,
mempertahankan, serta memelihara kehamilan. Sekresi progesteron yang
tidak adekuat pada awal kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab
keguguran sehingga suplementasi progesteron sebagai terapi abortus
imminens diduga dapat mencegah keguguran karena fungsinya yang
diharapkan dapat menyokong defisiensi korpus luteum gravidarum dan
membuat uterus relaksasi.
c. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
Abstinensia seringkali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens. Hal
ini dikarenakan saat berhubungan seksual, oksitosin disekresi oleh puting
susu atau akibat stimulasi klitoris. Selain itu, prostaglandin E dalamsemen
dapat mempercepat pematangan serviks dan meningkatkan kolonisasi
mikroorganisme di vagina.
d. Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan
antenatal termasuk pemantauan Hb dan USG panggul serial setiap 4
minggu. Lakukan penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi.
e. Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG. Nilai
kemungkinan

adanya

penyebab

lain.

Evakuasi

perdarahan berat dengan anemia dan hipovolemia.

20

kehamilan

apabila

VIII. Prognosis, Pencegahan, dan Edukasi


Abortus imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran, kelahiran
prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah, perdarahan antepartum, ketuban
pecah dini, dan kematian perinatal. 5 Pada abortus imminens, janin biasanya masih
dapat diselamatkan bergantung pada jumlah perdarahan yang dialami sang ibu.
Prognosis ibu pada abortus imminens juga baik. Pada abortus insipien, inkomplit,
dan komplit, prognosis ibu umumnya baik.7 Prognosis menjadi kurang baik
apabila perdarahan berlangsung lama, nyeri perut yang disertai pendataran serta
pembukaan serviks. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
prognosis abortus imminens.5
Tabel 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prognosis Abortus Imminens5
Faktor yang
Prognosis Baik
Berpengaruh
Riwayat
Usia ibu saat
hamil <34 tahun

Prognosis Buruk
Usia ibu saat hamil >34 tahun
Riwayat keguguran sebelumnya

USG

Aktivitas jantung
normal

Fetal bradikardi
Usia kehamilan berdasarkan HPHT dengan
panjang crown to rump berbeda
Ukuran kantong gestasi yang kosong >15-17
mm

Biokimia
serum
maternal

Kadarnya normal

Kadar hCG rendah


Kadar hCG bebas 20 ng/mL
Peningkatan hCG <66% dalam 48 jam
Rasio bioaktif/imunoreaksi hCG <0,5
Progesteron <45 nmol/lLpada trimester
pertama

Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan awal kehamilan. Perlindungan


terhadap paparan zat-zat kimia/lingkungan yang berbahaya bagi kehamilan.
Edukasi untuk mencegah terjadinya infeksi yang dapat membahayakan kehamilan.
Kontrol kondisi penyakit penyerta, seperti hipertensi dan diabetes mellitus, juga
diperlukan.7

21

Anda mungkin juga menyukai