Anda di halaman 1dari 25

MATERI UJIAN PHANTOM

1. KETUBAN PECAH DINI


2. PEB
3. PLACENTA PREVIA
4. SOLUTIO PLACENTA
5. PERDARAHAN POST PARTUM
6. PERSALINAN PRETERM
7. INKONTINENSIA URINE
8. GEMELI
9. CERVIKS INCOMPETEN
10. FISTULA GENETALIA
11. MOLA HIDATIDOSA
12. DISTOSIA
13. VAKUM
14. SUNGSANG
15. FORCEP
1. KPD (KETUBAN PECAH DINI)
Kurang bulan 37 minggu
Anamnesa
 Berapa lama
 Warna
 Bau
 Di sertai panas badan / tidak
Status Generalis : T,N,R,SB
Status Obstetri
PL : dalam batas normal
Inspekulo : Dengan kertas lakmus merah…..biru (PH > 7) bersifat basa

Tidak boleh lakukan pemeriksaan dalam karena akan infeksi


Diagnosa sementara
GxPxAx Gravid 27-28 migg inpartu + KPD
Pemeriksaan Penunjang
Lab: Lekosistosis
Rencana terapi
 Istirahat total
 Observasi HIS, BJA, TTV,
 Pemberiaan tokolitik
 Pemberiaan antibiotic (Golder periode 6 jam ) Inj 2 hari setelah itu baru ganti oral
 Pematangan paru 2 hari
 Kontrol tiap minggu

Edukasi
- Perhatikan tanda-tanda infeksi ( bila demam, keluar cairan berbau dari jalan
lahir)
- Tidak boleh koitus sampai bayi lahir
< 28 minggu di terminasi
Komplikasi:
Amnotikband dapat menyebabkan kamatian janin
Cukup Bulan
Anamnesa sama dengan Kurang bulan
PD: Boleh di lakukan PD
Rencana terapi
 Partus spontan pervaginam
 Obs HIS,BJA, TTV
 Pemberian antibiotic ( setelah 6 jam)
 Bila his kurang ade kuat berikan oxytocin 5 IU (2 mg) dalam D5 % 500 cc 8
TPM -----30 menit naikan segera sampai his adekuat
 Max ( primi 60 TPM. Multi 40 TPM
2. PEB
Tanda khas
 TD ≥ 140/90 mmHg
 Protein uria +
 Dengan atau tanpa udem

Anamnesa
 Usia kehamilan ≥ 20 minggu
 TD ≥ 140/90 mmHg
 Protein uria dengan atau tanpa udem
 Nyeri epigatrium
 Gangguan penglihatan
 Nyeri ulu hati
 Hamil berapa ( primi grafida)
 Riw HT dalam keluarga
Faktor Risiko
 Bayi besar
 Gemeli
 Hidramnion
 DM
 Penyakit ginjal
Faktor Diagnostik
 BB
 TD
 Kalau perlu Protein urin

Pemeriksaan Fisis
1. Test Roll Over
- Pasien datang dengan TD tinggi maka lakukan test roll over
- Suruh pasien tidur miring kiri 5 menit dan tensi di sebelah lengan kanan
- Lalu pasien tidur terlentang 5 menit tensi di lengan kanan lalu bandingkan
- Penilaiannya :
URO + bila perbedaan ≥ 15 mmHg
URO – bila < 15 mmHg
2. BB
IMB (Indek massa badan) = BB/TB2 m
Peningkatannya BB ≥ 28 kg obesitas < 28 kg belum obesitas
Peninkatan BB terjadi dalam 1 bulan 5 kg
3. Kepala ( mata )
4. Abd. (Nyeri epigastrium )
5. Ekstremitas (udem atau tidak)
6. Reflex fisiologis normal atau meningkat
Pemeriksaan Obstetri
PL : Inspekulo (tidak di lakukan)
PD : seperti biasa
PP : Seperti biasanya
Pemeriksaan Penunjang:
Lab
- DL ( Trombosit < 100.000,)
- KL ( ureum, Kreatinin, Asam urat > 7)
- UL ( Protein urin > 3 g/hari)
- Oligouri < 500 cc/hari
Diagnosa
1. Diagnosa preeklamsi ringan
Gejala yang di temukan :
- TD diastoliknya ≥ 90 mmHg
- Protein Uri +
Penanganannya:
 Ukur TD tiap 3 hari
 Diskusi dengan keluarga tentang penyakit ini dan prognosisnya
 Pentingnya gisi yang seimbang ( kurangi garam)
 Mengukur BB ibu
 Berikan pengobatan sportif:
- Vit C
- Vit E ( anti oksidan selama 3 hari)
- N-asetil sistein 3x1 tab
- Aspilet 1x2 mg /hari
- Kalsium ( Kalk 3x1 tab)
2. Diagnosa PEB
Gejala yang di temukan:
 TD diastolic ≥ 110 mmHg
 Protein uri ≥ + 2
 Oliguria (produksi urin < 500 cc/hari…..1cc/kgBB/Jam)
 Hiperleflek (reflek patella meningkat)
 Jangguan penglihatan
 Nyeri epigastrium
 Nyeri ulu hati
Penanganannya:
 Menjelaskan kepada suami atau keluarga bahwa kondisi ibu berbahaya
 Merawat ibu di ruang khusus untuk kurangi bunyi-bunyian dan cahaya
 Berikan obat anti kejang :
- Nifedipin 3 x 20 mg
- Metil dopa 3 x 250 mg, 500 mg selama 6 hari
 Rujuk ke SpOG
Obat anti kejang
- MgS04 dosis awalan 4 gram 40 % ( 1 FL MgS04 = 25 cc = 10 gram)
10 cc MgS04 + 10 cc aquades = 20 cc IV bolus 5 menit
- Pemeliharaan MgS04 sisa 15 cc (6 gram) ambil kemudian drip dalam D5 % 500 cc
dengan 30 tetes permenit
- Boka boki masing-masing 10 cc MgS04 + 10 cc aquades/ 6 jam
Perhatian atau observasi sebelum pemberian MgS04:
 Frekwensi napas ≥ 16 kali/mnt
 Produksi urin ≥ 1 cc/kg BB/jam
 Reflek patela +
 Siapkan anti dotum Ca Glukonas 10 mg IV pelan-pelan

Catatan: MgS04 di berikan sampai 12 jam post partum/12 jam setelah kejang yang
terakhir

3. Diagnosa Eklamsi
Gejala yang di temukan sesuai Kriteria Eden 1922
 Koma yang lama
 Nadi > 120 x/m
 Suhu badan > 39 0C 103 0 F
 Sistol > 200 mmHg
 Kejang > 10 kali
 Protein uria > 10 gram/L
 Udem (-)
Penanganan:
 ABC
 Rawat di ICU
Penatalaksanaan untuk terminasi
 Usia kehamilan ≥ 37 migg
 Hamil > 34 migg terminasi apabila di temukan PEB,Ketuban Pecah Prematur,
IUGR,oligohidramnion.
 Hamil 24-30 migg kita berikan steroid, Anti HT,pantau kondisi ibu dan janin
setiap hari dan di lakukan terminasi pada kehamilan 34 migg.

Indikasi Rujuk
 Apabila sarana terbatas
 Kondisi ibu dan janin memungkinkan maka stabilkan kondisi ibu dan janin stabil
profilaksis obat anti kejang MgS04 boka-boki lalu di rujuk ke dokter SPOG

3. PLACENTA PREVIA
 Plasenta yang letaknya tidak normal sehingga menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum.
 Terbagi :
1. Plasenta previa totalis :
Seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta (lebih sering terjadi)
2. Plasenta previa lateralis :
Hanya sebagian ostium tertutup oleh plasenta
3. Plasenta previa marginalis :
Hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan plasenta
4. Plasenta letak rendah
Plasenta yang implantasinya rendah tapi tidak sampai ke ostium uteri internum

1) ANAMNESIS :
Sebab-sebab perlu diketahui / ditanyakan.
- multipara
- riwayat mioma uteri, SC
- kuretase berulang (aborsi)
- usia lanjut ( > 35 tahun )
- status gizi
Dari gejalanya didapatkan :
 Perdarahan tanpa nyeri ( pada kehamilan > 22 minggu )
 Perdarahan berulang
 Biasanya timbul setelah bl ke-7
(perdarahan terjadi karena terlepas plasenta dari dasarnya)
2) PEMERIKSAAN FISIS
 Umum (tanda vital, konjunctiva)
 Obstetrik
 Pemeriksaan luar (Kepala anak tinggi dan Kelainan letak, BJA (+))
 Inspekulo
Tujuan : mengetahui perdarahan dari ostium uteri eksternum dan internum.
 Perabaan fornises (hanya pd let. kepala)
 Pemeriksaan dalam (hanya di K. Operasi / PDMO)
Perdarahan banyak : langsung Operasi
Perdarahan sedikit : PDMO
3) PEMERIKSAAN PENUNJANG
 HB dan Hct (perdarahan), Lekosit, APTT dan PTT (untuk DIC), Ureum
kreatinin (untuk faal ginjal)
 USG : mengetahui letak placentanya.
4) DIAGNOSIS
Dari anamnesis, pemeriksaan fisis dan penunjang
5) TERAPI
Ekspektatif : ( penanganan sampai janin viable )
a. Tujuan : janin tidak lahir prematur
Syarat :
- Anak hidup < 37 mg
- KU ibu baik
- His kurang
- Perd. << / berhenti
b. Rawat Inap
 Tirah baring
 Terapi tokolitik :
 Mgso4 ( dosis tunggal dilanjutkan dengan 4 g tiap 6 jam (i.v) )
 Nifedipine ( dosis 3 x 20 mg per hari ), KI : hipotensi
 Dexamethason ( dosis 6 mg i.v / 4 x 12 jam = 2 x 2 ampul )
 Pemberian antibiotik profilaksis (gol spektrum luas, gol sepalosporin)
 Rawat sampai BB anak 2500 gram dan usia kehamilan > 37 minggu
Aktif :
 Pervaginam :
 Bayi hidup : pemecahan ketuban (dengan pemberian oksitosin)
 Bayi mati : Versi Braxton Hicks (ikat beban ½ kg di kaki),
Cunam Willett (kulit kepala ditarik dengan beban ½ kg)
 Perabdominal : SC

4. SOLUTIO PLACENTA
 Terlepasnya plasenta sebagian atau seluruhnya (yang letaknya normal) sebelum
janin lahir.
 Nama lain :
o Abruptio placentae
o Ablatio placentae
o Accidental haemorrhage
o Premature separation of the normally implanted placenta
 Terbagi :
1. Perdarahan Tersembunyi :
 Pelepasan biasanya komplit
 Sering disertai toxaemia
 Hanya 20%
2. Perdarahan Keluar :
 Biasanya inkomplit
 Jarang disertai toxaemia
 80% dari solusio plasenta
3. Perdarahan keluar dan tersembunyi
1) ANAMNESIS :
Penyebab :
 Hipertensi esensial
Riwayat penyakit
 Preeklamsi
 Tali pusat pendek ( riwayat obstetric )
 Trauma
 Tekanan rahim pada vena cava inferior (posisi tidur ibu)
 Uterus yang mengecil (hidramnion, gemelli)
 Predisposisi : usia lanjut ( > 35 ), multiparitas, defisiensi asam folat
Gejala :
 Perdarahan disertai nyeri
 Perdarahan sedikit
 Perdarahan segera disusul partus
 Anemia dan syok
2) PEMERIKSAAN FISIS
 Pemeriksaan umum (T, N, R, SB)
 Tanda-tanda anemis dan syok
 Obstetric :
o PL : TFU makin naik
Palpasi anak sukar
Rahim keras dan nyeri
BJA (-)
o PD : Ketuban menonjol / tegang
3) PEMERIKSAAN PENUNJANG
 HB, Hct, Lekosit
 Proteinuria bila disertai toksemia
 USG : untuk mengetahui adanya perdarahan (hiperekoid/tampak gambaran
hitam)
4) DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan penunjang
5) TERAPI
a. Umum :
 Pemberian darah cukup
 Pemberian O2
 Pemberian antibiotika
 Pada syok yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi
b. Khusus :
1. Terhadap hypofibrinogenaemi
 Human fibrinogen 10 gr / darah segar
 Menghentikan fibrinolyse dengan trasylol
2. Merangsang diurese (dengan manitol 30-40 cc/jam)
c. Obstetris :
 Sedapat-dapatnya kelahiran terjadi dalam 6 jam
 Alasan :
 bagian plasenta terlepasnya meluas
 perdarahan bertambah
 hypofibrinogenaemi menjelma atau bertambah
Tujuan ini dicapai dengan :
a. Pemecahan ketuban
b. Pemberian infus pitocin : 5 U dalam 500 cc glucose 5%
c. Seksio Sesarea
Dilakukan : kalau serviks panjang dan tertutup, setelah pemecahan ketuban
dan pemberiaan oxytosin dalam 2 jam belum juga ada his, dan kalau anak
masih hidup
d. Histerektomi
Dilakukan bila atonia uteri yang berat dan tidak dapat diatasi dengan usaha
yang lain.

5. PERDARAHAN POST PARTUM


 Perdarahan postpartum : perdarahan yang terjadi > 500 cc.
 Terbagi :
1. Perdarahan postpartum primer :
Perdarahan < 24 jam saat sesudah bayi lahir.
2. Perdarahan postpartum sekunder :
Perdarahan > 24 jam saat sesudah persalinan
 Penyebab : 4 T (TONUS, TISSUE, TRAUMA, THROMBIN)
1. Primer :
• Atonia uteri
• Retensio plasenta / sisa plasenta
• Robekan jln lahir
• Kel. Pembekuan drh
• Inversio uteri
2. Sekunder
 Sisa plasenta
 Endometritis Subinvolus
i

A.Atonia uteri
1) ANAMNESIS
Faktor risiko :
o Polihidramnion
o Kehamilan kembar
o Makrosomia
o Persalinan lama
o Persalinan terlalu cepat
o Persalinan dengan induksi
o Infeksi intrapartum
o Paritas tinggi
Gejala dan tanda :
o Perdarahan segera setelah anak lahir
o Syok
2) PEMERIKSAAN FISIS
o Status generalis
o Status obstetric
PL : kontraksi uterus (-) / lembek
PD : bekuan darah di serviks, darah warna merah tua
3) PEMERIKSAAN PENUNJANG
o HB, Hct, lekosit
4) TERAPI
Penanganan Umum :
 Selalu siapkan tindakan gawat darurat
 Minta pertolongan pada petugas lain utk membantu bila dimungkinkan
 Bila syok , lakukan segera penanganan
 Cari penyebab perdarahan
 Sambil melakukan tindakan secara cepat
 Atasi syok
 Manajemen aktif kala III :
o Berikan oksitosin 10 iu im dilanjutkan 20 iu / 1000 ml rl/nacl 0.9%
o Pastikan plasenta lahir lengkap, eksplorasi jalan lahir
o Masasse uterus
o Periksa kandung kemih -> kosongkan
 Perdarahan berlanjut, uji pembekuan darah
 Pantau keseimbangan cairan
 Sambil mencari penyebab perdarahan
Lakukan Tindakan Spesifik
o Kompresi Bimanual Eksternal
o Kompresi Bimanual Internal
 Satu tangan masuk dalam vagina sebagai tinju. Dengan rotasi merangsang
dinding depan rahim.
 Sedangkan tangan luar menekan dinding fundus uteri. Hingga dapat
merangsang dinding belakang rahim. Dengan demikian uterus ditekan dan
dirangsang oleh tangan dalam dan tangan luar.
 Tindakan ini dilakukan selama 15 menit ( siapkan darah )
 Bila keadaan ibu baik siapkan histerektomi.
o Kompresi Aorta Abdominalis
o Tampon Kondom Kateter
Penanganan Atonia uteri

Masase fundus uteri


Segera ssdh plasenta lahir
(maksimal 15 detik)

Ya
Uterus kontraksi? Evaluasi rutin

Tidak
Evaluasi / bersihkan bekuan darah /sel.ketuban
KBI maksimal 5 menit Ya

Tidak
Uterus kontraksi? Pertahankan KBI 1 – 2 mnt
Ya
Keluarkan tangan secara hati2
Lakukan pengawasan kala IV

Ajarkan keluarga KBE


Keluarkan tangan secara hati2
Suntik ergometrin 0,2 im / iv
Pasang infus + 20 IU oks , guyur
Lakukan KBI lagi
Ajarkan keluarga KBE
Keluarkan tangan secara hati2
Suntik ergometrin 0,2 im / iv
Pasang infus + 20 IU oks , guyur
Lakukan KBI lagi

Uterus kontraksi? Ya Pengawasan kala IV

Lakukan kompresi aorta abdominalis


Dapat diberikan misoprostol per rectal

Rujuk ke RS utk persiapan laparotomi


(bisa dilakukan pemasangan tampon kondom kateter)
Lanjutkan infus + 20 IU oksitosin minimal 500 cc / jam
Sampai tempat rujukan
B. PERLUKAAN JALAN LAHIR
 Robekan perineum
 Robekan Vulva
 Robekan dinding vagina
 Robekan serviks
 Ruptura Uteri
 Robekan Perineum Tk I , II , III , IV
1). Anamnesis
 Pucat
 Lemah
 Menggigil

2). Pemeriksaan Fisis


 Darah segar setelah bayi lahir
 Kontraksi uterus baik
 Plasenta lengkap
3). Pemeriksaan Penunjang
 Hb, Hct, lekosit
4). Terapi
• Pasang kateter
• Pilih benang jahit terbaik
• Rapatkan / rapikan ujung luka
• Jahitan tunggal jarak 1 cm
– Aproksimasi
– Atasi perdarahan
– Tidak ada dead space
– Lapis demi lapis

C.Retensio Plasenta
Plasenta belum lahir ½ jam sesudah anak lahir.
Pembagian berdasarkan patologi anatomi :
1. Separasi / Akreta Parsial
 Kontraksi uterus Kenyal
 TFU setinggi Pusat
 Bentuk uterus Diskoid
 Perdarahan Sdg-banyak
 Tali pusat Terjulur
 Ostium uteri Sbg terbuka
 Separasi plasenta Lepas sebagian
 Syok Sering terjadi
2. Plasenta Inkarserata
 Kontraksi uterus Keras
 TFU 2 dibawah pusat
 Bentuk uterus agak globuler
 Perdarahan sedang
 Tali pusat Terjulur
 Ostium uteri konstriksi terbuka
 Separasi plasenta sudah lepas
 Syok jarang terjadi
3. Plasenta Akreta
 Kontraksi uterus cukup
 TFU setinggi pusat
 Bentuk uterus agak diskoid
 Perdarahan sedikit bahkan tidak ada
 Tali pusat tidak Terjulur
 Ostium uteri terbuka
 Separasi plasenta melekat seluruhnya
 Syok jarang terjadi
6. PERSALINAN PRETERM
 Kontraksi uterus yang teratur diikuti dengan dilatasi servik yang propresif dan
atau penipisan servik pada usia hamil kurang dari 37 minggu
 Diagnosis berdasarkan :
 Menetapkan waktu
 Riwayat kontraksi dan faktor risiko
 Pemeriksaan abdomen untuk menilai aktifitas uterus
 Pemeriksaan servik secara serial bila beralasan
 Pemeriksaan inspekulo secara steril pada ketuban pecah dini
 Menunda pemeriksaan digital bila terdapat perdarahan
 Vaginal yang belum terdiagnosa sampai plasenta diketahui
 Penyebab :
o Idiofatik
o KPD
o APB
o Korioamnionitis
o Kehamilan ganda
o Hydramnios
o Kelainan servik ( inkompetent)
o Penyakit sistemik ibu
o Kelainan bawaan janin
1). Anamnesis
o Mengetahui HPHT ibu :
 Rumus Naegele
 HPHT diketahui dengan pasti
 Siklus haid normal
 Siklus haid teratur antara 24 – 35 hari
 Tidak ada riwayat menggunakan kontrasepsi
Hormonal sebelumnya dan tidak menyusui
( tiga kali berturut-turut siklus spontan )
 USG
2). Pemeriksaan fisis
o Pemeriksaan abdomen untuk menilai aktifitas uterus
o Pemeriksaan servik secara serial bila beralasan
o Pemeriksaan inspekulo secara steril pada ketuban pecah dini
3). Pemeriksaan penunjang
o USG
4). Terapi
Tujuan :
o Diagnosis dini
o Identifikasi dan terapi penyebab
o Menunda persalinan
o Menurunkan morbiditas dan
o Mortalitas perinatal
Management :
o Short term tocolysis (48 hrs )
o Corticosteroids ( single course )
o Neonatal intensive care unit ( nicu )
1. Tokolisi
Obat-obat tokolisis dipakai pada kasus-kasus persalinan preterm
membakat (preterm labor ) untuk menunda persalinan.
Tujuan tokolisis hanya untuk menunda persalinan sampai dengan
48 jam untuk memberi kesempatan pemberian kortikosteroid,
persiapan personil dan transportasi rujukan.
Obat :
1. Beta agonis , saat ini tidak dianjurkan lagi oleh karena efek
samping terhadap ibu dan janin ( cardiovasc. Ibu & sirkulasi
utero plasental )
2. Cox inhibitor, indomethasin tidak dianjurkan pada usia hamil >
30 minggu oleh karena efek samping terhadap janin ( amn. Fluid
& penutupan d/a )
3. MgSO4, pernah populer di USA akan tetapi ternyata ada efek
samping ibu ( resp. Arrest ) dan janin ( gangguan mineralisasi
tulang )
4. Calsium antagonis ( nifedipine ), saat ini yang paling aman
oleh karena efek samping terhadap ibu dan janin minimal
5. Oxytocin analog ( atosiban ), aman, efektif dan tanpa efek
samping ( belum populer di indonesia)
2. Kortikosteroid
1. Merangsang maturasi paru janin
2. Efektif untuk usia hamil 24 – 34 minggu
3. Single course
- betamethason : 12 mg / im / 2 x sehari
- dexamethason : 6 mg / iv / 4 x 12 jam
4. Dianjurkan untuk pemakaian kombinasi dengan tokolisis
3. Antibiotik
o Pilih jenis antibiotik yang tidak toxic terhadap janin
1. Ampisilin :
2 g / iv dilanjutkan dengan 1 g / iv tiap 4 jam
2. Clindamisin :
600 g / iv tiap 8 jam
3. Untuk infeksi intrauterin (korioamnionitis)
dibutuhkan antibiotik dengan spektrum
lebih luas
Rujukan Preterm :
Pertimbangan :
a. Tersedianya sarana perawatan obst / neo yang memadai
b. Transportasi
c. Tenaga ahli
d. Waktu perjalanan
e. Risiko ibu & janin
f. Risiko terjadinya persalinan diperjalanan dengan mempertimbangkan :
- paritas dan riwayat persalinan
- pembukaan servik
- kontraksi uterus
- respon terhadap tokolisis
Persiapan :
1. Catatan antenatal, lab dan USG
2. Komunikasi dengan pasien, keluarga dokter mengenai indikasi,
optimalisasi dan transportasi
3. Pemberian obat-obat yang sesuai sebelum dirujuk
4. Evaluasi ibu dan janin sebelum dirujuk
7. INKONTINENSIA URINE
Permasalahan :
o Physical
 Aktifitas fisik terbatas
 Ketidaknyamanan karena rasa kencing
 Bau yang tidak enak
 Skin rash
 Insomnia
 Dehidrasi
o Psychological
 Hilang kebebasan ----- rasa terikat di rumah
 Rasa malu
 Depresi
 Rasa ingin bunuh diri
 Mempengaruhi karier
o Social
 Turunya interaksi sosial
 Rencana berpergian yang terbatas
o Sexual
 Menghindari kontak seksual
o Occupational/Financial
 Selalu absen dari pekerjaan
 Kehilangan pekerjaan
 Selalu ganti pekerjaan
 Hubungan yang buruk dengan sesame
 Kehilangan pendapatan
 Hubungan kejadian inkontinensia
Dengan paritas :
Paritas meningkat, persentase terjadinya inkontinensia meningkat.
Dengan umur :
Umur yang bertambah, persentase terjadinya inkontinensia meningkat.
 Penyebab inkontinensia urine berhubungan dengan ginekologi :
 Fistula urogenital
 stres inkontinensia
 Instabilitas kandung kemih

Terbagi :
1. Stress inkontinensia
2. Hiperaktif kandung kemih
9. CERVIX INKOMPETEN
Penting:
Uterus Normal sebelum Hamil
Berat 30-50 gr
Panjang 9 cm
Lebar 6 cm (± sebesar telur ayam kampung)
Adalah kelainan yang oleh pembukaan servix tanpa nyeri pada trimester ke 2 atau
mungkin pada awal trimester ke 3 disertai prolaps dan menggembungnya selaput
ketuban kedalam vagina diikuti oleh pecahnya selaput ketuban dan ekspulsi janin
imatur. Jika tidak diterapi secara efektif rangkaian ini akan berulang pada setiap
kehamilan.
Anamnesa :
 Riwayat abortus berulang pada trimester 2/awal trimester ke 3
 Keluarnya janin tanpa rasa nyeri
Pemeriksaan fisik : PD : ostium servicalis internum lebih membuka dari pada normal
Inspekulo :Masukan busi hegar no 7 jika masuk semua (+) serviks
inkompeten
USG transvaginal : jika ditemukan panjang serviks 2 cm pada saat hamil
maka berisiko untuk partus preterm.

Terapi dengan prosedur pengikatan serviks (cerclage) dengan 2 metode:


1. Prosedur McDonald
2. Cara Shirokar
Catatan untuk pengikatan serviks:
Serviks diikat hingga umur kehamilan 36 minggu kemudian, ikatan dilepas
untuk menunggu proses melahirkan secara normal.
10. FISTULA GENETALIA
Terjadinya hubungan antara traktus genetalia dengan traktus urinarius atau traktus
genetalia dengan gastrointestinal.
PATOFISIOLOGI:
1. Sebab obstetric
Terjadinya penekanan jalan lahir oleh kepala bayi dalam waktu lama, seperti
pada partus lama → iskemik, kemudian nekrosis lambat, atau akibat terjepit
oleh alat persalinan buatan.
→ terbanyak fistula urogenital (fistula vesikovagina).
2. Sebab Ginekologik
 Proses keganasan, radiasi, trauma operasi atau kelaianan congenital.
 Fistula vesikovagina pasca histerektomi

KLASIFIKASI tergantung pada Kebocoran:


1. Fistula yang berhubungan dengan traktus urinarius:
a. F. vesikovagina
b. F. Uretrovagina
c. F. Uretrovesikouterina
d. F. Vesikouterina
e. F. Multiple rektovaginalis
11. MOLA HIDATIDOSA
Adalah kehamilan yang tidak wajar yang sebagian atau villy korialisnya mengalami
degenerasi hidropik berupa gelembung yang menyerupai anggur.
Tumor jinak (benigna)dari khorion.
Anamnesa:
- Umur ?? paling banyak terjadi > 45 tahun
- Gejala yang perlu diperhatikan:
 Ammenorrhoe ??
 Jumlah perdarahan ?? (kadang sedikit/banyak)
 Hiperemesis ??
 Riwayat TD tinggi sebelum mimggu ke 24?? (Preeklampsia dan
Eklampsia)
 Tidak ada tanda-tanda adanya janin
Pemeriksaan Fisis
 Pemeriksaan Luar
 Rahim membesar tidak sesuai dengan umur kehamilan (TFU)
 Tidak ada tanda-tanda janin: Ballottement, BJA negatif
 Pemeriksaan dalam :
 Dengan sonde: pada molla sonde mudah masuk kedalam cavum
uteri sedangkan pada kehamilan biasa pasti ada tahanan oleh
janin.
Pemeriksaan Penunjang
 Rontgen foto: tidak Nampak rangka janin
 Laboratorium: kadar Gonadothropin khorion tinggi dalam darah dan air
kencing.
 USG: ada gambaran badai salju
 Suntikan zat kontras kedalam uterus: memperlihatkan gambaran sarang
tawon
 Arteriografi: yang memperlihatkan pengisian bilateral V.uterina yang
dini

Terapi
 Kuretage
 Histerektomi

Molla hidatidosa dapat menyebabkan kematian jika ada:


- Perdarahan
- Perforasi
- Infeksi, sepsis
- Terjadi Khoriokarsinoma
Catatan :
Criteria Acosta Sison: untuk mendiagnosa Khoriokarsinoma
H= Having expelled a product of conception
Pernah mengalami pengeluaran hasil konsepsi atau keguguran
B= Bleeding
Sering mengalami perdarahan sedikit demi sedikit setelah melahirkan
es= enlargement and softness of the uterus
Pembesaran uterus dan uterus lunak
12. Distosia Bahu
Adalah tertahannya bahu depan diatas symfisis dan ketidak mampuan melahirkan
bahu pada persalinan normal.
 Faktor resiko
 Kehamilan lewat waktu (serotinus)
 Obesitas pada ibu
 DM tidak terkontrol
 Bayi Makrosomia
 Persalinan lama
 Riwayat Distosia bahu sebelumnya
 Riwayat SC
 Diagnosis
 Kepala bayi melekat pada perineum (turtle sign)
 Kala II memanjang
 Gagal lahir walau dengan usaha maksimal dan gerakan yang benar
 Komplikasi
 Untuk bayi : kematian, asfiksia dan komplikasinya, fraktur klavikula dan
humerus, kelumpuhan pleksus brakhialis
 Untuk ibu: perdarahan, rupture uteri
 Langkah-langkah:
Ingat ALARM:
 Kosongkan kandung kemih
 Episiotomi seluas mungkin

 Ask for help (memanggil bantuan)


Terdiri dari 6 0rang: 2 Assisten, 1 informconsen, 1 on loop, 1 mencatat
langkah-langkah, 1 resusitasi bayi
 Lift (mendorong): Manoever Mc Robert:
 Ibu harus dibawa ke pinggiran tempat tidur
 Fleksikan paha kearah abdomen
 Membuat arah jalan lahir lurus sehingga diharapkan bahu dapat lahir
 Anterior Disimpaction of shoulder (menekan bahu depan)
- Menekan supra pubik (Manouver Massanti):
a. Tidak boleh menekan fundus
b. Menekan supra pubik dengan ujung genggaman tangan pada bagian
belakang bahu depan untuk membebaskannya
c. Kombinasi dengan Manouver Mc Robert
- Menekan bahu dari dalam (Manouver Rubin):
a. Adduksi bahu depan dengan menekan bagian belakang bahu (bahu
didorong kearah dada)
 Rotation of posterior shoulder (memutar bahu belakang)
Manouver Wood
a. Melepas bahu dari symfisis dengan cara menekan pada bagian depan
bahu belakang kemudian memutar bahu belakang 180o
b. Kombinasi dengan Manouever Rubin
 Manual remouvel of posterior arm
a. Tangan penolong mencari scapula bayi kemudian fleksikan tangan bayi
pada siku (menekan fosa cubiti untuk memfleksikan tangan bayi dan jari
pemeriksa sebagai spalak)
b. Fleksikan tangan bayi sampai kearah dada seolah-olah seperti mengusap
muka, kemudian tangan ditarik keluar kearah belakang sehingga bahu
yang tertahan di symfisis bisa keluar.

Tambahan :
Bila langkah-langkah diatas tidak berhasil, maka tindakan terakhir yang dilakukan:
a. Fraktur Clavikula
b. Chepalik Replacement (Manouver Zavenelli)
c. Symfisitomi ibu

Danger: HPP
13. Vakum Ekstrasksi
Prinsip: Mengadakan suatu vakum atau tekanan negatif melalui suatu cup pada
kepala bayi.
 Alat Vakum ekstraktor terdiri dari:
 Cup (3,5,7 cm)
 Manometer: mengetahui tekanan negatif
 Selang karet yang menghubungkan cup dengan botol berisi air
 Selang karet yang menghubungkan cup dengan pompa
 Pompa vakum elektrik atau pompa vakum tangan
 Suatu gaitan khusus untuk memudahkan penarikan
 Syarat:
 Pembukaan lengkap / bisa Ө 8-9 cm
 Presentasi kepala
 Ketuban positif
 Aterm
 Bayi masih hidup dan tidak gawat janin
 His positif

 Teknik Vakum:
 Persiapan:
Cup dilicinkan dengan minyak atau gel masukkan kedalam jalan lahir dan
letakkan pada kepala bayi
 Titik pada cup usahakan menunjuk ke UUK, jarak antara UUK dengan cup
± 1 cm, dipergunakan ukuran cup yang terbesar supaya tidak terlepas
 Cup ditekan pada kepala bayi dengan 2 jari, sambil seorang assisten
perlahan-lahan memompa tekanan sampai 0,2 atm (pertahankan selama 2
menit) selanjutnya diturunkan sampai 0,5 atm (pertahankan 2 menit)
kemudian turunkan lagi sampai 0,7 atm (pertahankan 5 menit) agar kaput
terbentuk dengan baik
 Periksa dengan 1 jari apakah ada jaringan servix atau vagina yang terjepit
 Pasang pengait dan tarik dengan tangan kanan
 3 jari tangan kiri dimasukkan kedalam jalan lahir untuk mengarahkan
tarikan. Lakukan tarikan percobaan bila terasa berat → bayi besar / CPD
→ SC
 Jari telunjuk dan jari tengah diletakkan pada pinggiran cup dan ibu jari
pada tengah cup
 Penarikan dilakukan waktu His dan ibu disuruh mengedan atau dapat
dilakukan dorongan pada fundus uteri untuk memudahkan ekstraksi,
lakukan episiotomy bila kepala terlihat ± 1 cm mendekati perineum
 Arah tarikan:
Tarik kebawah, bila oksiput sudah dibawah symfisis arah tarikan
mendatar, bila dahi sudah terlihat tarik kearah atas
 Setelah kepala lahir bersihkan wajah bayi, cup dilepaskan

 Keuntungan
 Cup dapat dipasang pada waktu kepala masih agak tinggi (st 0)
 Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat
 Cup dapat dipasang pada belakang, samping kepala atau dahi
 Tarikan tidak dapat terlalu berat karena cup akan lepas sendiri
 Cup dapat dipasang walaupun pembukaan belum lengkap (8-9 cm)
 Cup tidak boleh terpasang > 30 menit untuk menghindari perdarahan otak
pada bayi (Chepal Haematom)
 Vakum ekstraksi juga dapat digunakan untuk memutar kepala dan
mengadakan fleksi kepala (misl: pada letak dahi)
 Kerugian
 Vakum ekstraksi relatif lebih lama dari pada forcep
 Tidak dapat digunakan untuk indikasi gawat janin / fetal distress
 Lebih mahal

 Ketentuan vakum
 Cup tidak boleh dipasang pada UUB
 Penurunan tekanan harus perlahan-lahan
 Cup tidak boleh terpasang > 30 menit
 Penarikan dilakukan pada waktu ada His dan ibu mengedan, apabila
kepala masih tinggi sebaiknya cup dipasang yang terbesar (diameter 7 cm)
 Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
 Vakum tidak boleh dilakukan pada bayi premature & IUFD

 Bahaya
 Ibu:
Robekan bibir servix atau vagina
 Anak:
Perdarahan otak (Chepal haematom)

Anda mungkin juga menyukai