Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH POLIMENORHEA

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Dosen Mata Kuliah :

Disusun Oleh :

PRODI PROFESI BIDAN SEMARANG JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mengalami pubertas hingga
menuju level kematangan seksual. Pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik
yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal, terutama yang terjadi pada masa awal remaja
(Santrock, 2003 dalam Fajri, 2011). Hurlock (2004) menyatakan bahwa kriteria yang paling
sering digunakan untuk menentukan masa pubertas adalah munculnya menstruasi pertama
(menarche) pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki (Fajri, 2011). Haid atau menstruasi
adalah pengeluaran darah dan sel sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim
perempuan secara periodik (Heri et al. 2015). Remaja memiliki siklus haid yang sangat
bevariasi. Hampir 90% wanita yang memiliki siklus menstruasi 25-35 hari, dan hanya 10-
15% yang memiliki siklus 28 hari. Meskipun demikian, ada beberapa wanita yang memiliki
siklus yang tidak teratur, hal ini dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis (Supratiknyo
2016).
Menurut Proverawati (2009) diperkirakan sebesar 20% remaja Indonesia mengalami
masalah dalam menstruasi, salah satunya adalah ketidakteraturan siklus menstruasi yang
rentan terhadap depresi, karena dapat menimbulkan ketidakpastian yang mengakibatkan
kecemasan dan keresahan pada diri remaja itu sendiri. Cakir, M et al dalam Mulastin (2009)
dalam penelitiannya menemukan bahwa dismenore merupakan gangguan mentruasi dengan
prevalensi terbesar yaitu 89,5% diikuti ketidakteraturan siklus menstruasi sebanyak 31,2%,
serta perpanjangan siklus menstruasi sebanyak 5,3%. Pada penelitian Bienieaz, et al (2007)
mendapatkan prevalensi amenorea primer sebanyak 5,3%, amenorea sekunder sebanyak
18,4%, oligomenorea 50%, polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran sebanyak 15,8%.
Gangguan menstruasi sendiri adalah masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus
menstruasi, menimbulkan nyeri, menyebabkan perdarahan tidak biasa yang lebih banyak
atau sedikit, terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi tertentu (Humaira,
2019)
B. RUMUSAN MASALAH.

1. Apa definisi dari polimenorea ?


2. Apa penyebab polimenorea?
3. Bagaimana patofisiologi dari polimenorea?
4. Apa tanda gejala dari polimenorea
5. Bagaimana penatalaksanaan menorrhagia?

C. TUJUAN
Tujuan disusunnya makalah disesuaikan dengan rumusan masalah, yaitu :
1. Untuk memahami definisi dari polimenorea.
2. Untuk memahami penyebab dari polimenorea.
3. Untuk memahami patofisiologi dari polimenorea.
4. Untuk memahami tanda dan gejala dari polimenorea.
5. Untuk memahami penatalaksanaan dari polimenorea.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI POLIMENORHEA
Polimenorea adalah siklus haid lebih pendek dari normalnya (kurang dari 21 hari).
Pendarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa. Dapat disebabkan oleh
gangguan ovulasi karena adanya gangguan hormonal, pendeknya masa luteal, kongesti
ovarium akibat peradangan, endometriosis (Prawirohardjo, 2014).
Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan usia korpus luteum memendek
sehingga siklus menstruasi pun menjadi lebih pendek yaitu kurang dari 21 hari, sedangkan
jumlah darah relatif tetap (Manuaba, 2010). Pada kasus polimenorea wanita akan mengalami
menstruasi yang lebih sering yaitu dua kali dalam satu bulan dengan jumlah darah relatif
sama atau lebih banyak dari biasanya. Hal ini membuat wanita yang mengalaminya merasa
cemas dan memerlukan penanganan agar polimenorea dapat teratasi.
Polimenorea merupakan kelainan siklus menstruasi yang menyebabkan wanita berkali-
kali mengalami menstruasi dalam sebulan, bisa dua atau tiga kali atau bahkan lebih.
Normalnya, siklus menstruasi berlangsung selama 21- 35 hari dengan durasi sekitar 2-8 hari.
Wanita yang mengalami polimenorea memiliki siklus menstruasi yang lebih pendek dari 21
hari dengan pola yang teratur dan jumlah perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak
dari biasanya (Sinaga dkk 2017)
B. PENYEBAB POLIMENORHEA
Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum memendek
sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium proliferasi
pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya (Marmi, 2015). Timbulnya
menstruasi yang lebih sering ini tentunya akan menimbulkan kekhawatiran pada wanita
yang mengalaminya. Polimenorea dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan sistem
hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Ketidakseimbangan hormon tersebut
dapat mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau memendeknya
waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus menstruasi normal sehingga
didapatkan menstruasi yang lebih sering (Purwoastuti dan Walyani, 2015). Polimenorea juga
dapat terjadi karena pengaruh psikologis seperti stress dan depresi, selain itu bisa disebabkan
karena pengaruh kontrasepsi yang digunakan. Misalnya seperti kontrasepsi yang
mengandung hormon estrogen maupun progesteron, hal ini juga dapat mempengaruhi
keseimbangan hormon yang mengatur terjadinya siklus menstruasi.
Menurut Saryono dan Sejati penyebab polimenorea adalah gangguan hormonal,
mengakibatkan gangguan ovulasi (pendeknya masa luteal), kongesti ovarium karena
peradangan dan endometriosis (Saryono dan Sejati 2009 dalam Murti 2016). Menurut
Kusmiran (2012) factor risiko dari variabilitas siklus menstruasi sebagai berikut:
1. Berat badan, penurunan berat yang akut dan sedang menyebabkan gangguan fungsi
ovarium
2. Aktivitas fisik, tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi
menstruasi.
3. Stress
4. Diet
5. Paparan lingkungan dan kondisi kerja
6. Gangguan endokrin
7. Gangguan perdarahan
C. PATOFISIOLOSI POLIMENORHEA
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh dengan sendirinya.
Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter jika polimenorea berlangsung terus
menerus.

Kondisi polimenorea disebabkan oleh terjadinya ketidakseimbangan sistem


hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium, yang mengakibatkan terjadinya
gangguan proses ovulasi (pelepasan sel telur). Alhasil, terjadi pemendekan waktu pada
siklus menstruasi normal, sehingga menstruasi pun menjadi lebih sering.
Ketidakseimbangan hormonal ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Awal menstruasi pertama (3 hingga 5 tahun pertama menstruasi) maupun beberapa
tahun menjelang menopause.
2. Gangguan indung telur, seperti endometriosis dan PCOS (polycystic ovary
syndrome).
3. Stres dan depresi.
4. Pasien dengan gangguan makan, seperti anoreksia nervosa, bulimia, dan diet yang
berlebih.
5. Perubahan (peningkatan maupun penurunan) berat badan yang terlalu cepat.
6. Berat badan berlebih atau obesitas.
7. Aktivitas berlebih seperti olahraga berlebihan.
8. Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin, NSAID, dan
kontrasepsi oral.
9. Penyakit menular seksual, seperti chlamydia dan gonorrhea.
 

Ketidakteraturan siklus haid disebabkan karena gangguan hormon dalam tubuh.


Gangguan haid disebabkan juga karena faktor lainnya seperti stres, kelelahan, gangguan gizi
dan penggunaan kontrasepsi, Siklus haid yang tidak teratur kebanyakan terjadi akibat faktor
hormonal. Seorang wanita yang memiliki hormon estrogen dan progesterone secara
berlebihan memungkinkan terjadinya haid dalam waktu yang lebih cepat. Polimenorea dapat
terjadi akibat adanya ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis hipotalamus yang
dapat mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi (pelepasan sel telur). Remaja dengan
polimenorea berarti ada gangguan struktur anatomi organ karena ada endometrium atau
hormon yang tidak baik sehingga sulit hamil. Gangguan ketidakseimbangan hormon dapat
terjadi pada saat stres dan depresi. Bila hal tersebut menjadi beban rohani yang melebihi
kemampuan maksimum rohani, dapat membuat kemampuan tubuh atau fungsi tubuh kurang
terkontrol secara sehat. Gaya hidup termasuk pola makan yang mempengaruhi metabolisme
progesterone dan estrogen (Kusmiran 2012)
Polimenorea yang berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gangguan
hemodinamik tubuh akibat darah yang keluar terus menerus sehingga dapat terjadi anemia.
Disamping itu, polimenorea dapat juga akan menimbulkan keluhan berupa gangguan
kesuburan karena gangguan hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi
(proses pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan ovulasi sering kali mengalami
kesulitan untuk mendapatkan keturunan. Proses pelepasan sel telur ini dipengaruhi oleh
hormon estrogen dan progesteron. Apabila hormon estrogen dan progesteron tersebut
mengalami ketidakseimbangan maka sering terjadi proses pelepasan sel telur. Hal inilah
yang membuat kesuburan menjadi terganggu karena sel telur yang luruh tidak dapat dibuahi
oleh sel sperma sehingga sulit untuk terjadi kehamilan (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

D. TANDA DAN GEJALA


Tanda-tanda gangguan siklus menstruasi adalah kejang pada punggung dan otot terasa
kencang, payudara yang lebih berat, sakit kepala, jerawat bermunculan, waktu tidur yang
tidak normal, gangguan pada mood, bengkakbengkak pada tubuh dan perdarahan lebih sakit
dari biasanya oligomenore (Ahira 2010 dalam Murti 2016).
Menurut Sinaga (2017) polimenorea terjadi dengan adanya gejala seperti:
1. Siklus menstruasi kurang dari 21 hari
2. Menstruasi terjadi 2 atau 3 kali dalam sebulan
3. Jumlah perdarahan relative sama atau lebih banyak dari biasanya
4. Anemia
5. stress
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Morgan (2009), beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
1. Pemeriksaan hormon, hormone yang diperiksa adalah hormone yang menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan folikel serta hormone yang folikel keluarkan (prolactin,
TSH, FSH, LH)
2. USG, untuk mengetahui keadaan endometrium dan kelainan ginekologi
3. Pemeriksaan darah, untuk mengetahui kelainan darah yang disebabkan oleh penyakit
yang menyebabkan terjadinya polimenorea
F. PENANGANAN POLIMENORHEA
Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan hormon estrogen dan stadium sekresi
menggunakan hormon kombinasi estrogen dan progesteron (Marmi, 2015). Tujuan terapi
pada penderita polimenorea adalah mengontrol perdarahan, mencegah perdarahan berulang,
mencegah komplikasi, mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh, dan menjaga
kesuburan. Untuk polimenorea yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, terapi
yang diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia, resiko kesehatan dan pilihan
kontrasepsi. Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya. Pasien yang
menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan, dan
kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi (Purwoastuti dan Walyani, 2015)
Berikut adalah penanganan yang dapat diberikan untuk penderita gangguan siklus
menstruasi menurut beberapa teori yang telah digunakan, yaitu (Murti 2016):
1. Farmakoterapi
Obat anti-inflamasi nonsteroid (asam mefenamat) dapat mengurangi kehilangan darah
pada saat menstruasi (Norwitz & Schorge, 2007).
2. Non-farmakoterapi
a. Kontrasepsi oral secara efektif dapat mengoreksi banyak sekali kasus
ketidakteraturan menstruasi (Rayburn, 2001).
b. Mengubah gaya hidup agar siklus menstruasi bisa teratur (Ahira, 2010).
c. Dalam praktek biostimulasi dengan sinar laser dapat dibantu ketepatan waktu agar
menstruasi wanita teratur setiap bulannya, setelah mempelajari terlebih dahulu pola
siklus menstruasinya (Saryono & Sejati, 2009).
d. Rangsangan titik akupuntur terpilih dapat menolong beberapa jenis gangguan
menstruasi amenore sekunder (Saryono & Sejati, 2009).
e. Perdarahan yang sedikit selama dua periode waktu merupakan bagian dari
perkembangan yang normal, jarang memerlukan intervensi, kecuali dalam bentuk
pemberian pendidikan kesehatan untuk wanita tentang kenormalan perdarahan yang
sedang terjadi (Varney, 2006).
f. Untuk kelainan-kelainan structural seringkali memerlukan intervensi bedah untuk
menghilangkan gejala (Norwitz & Schorge, 2007).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menstruasi merupakan hal yang sangat fisiologis yang dialami oleh setiap perempuan
normal, Namun, ada hal yang harus diperhatikan bahwa tidak semua parempuan
mengalami menstruasi yang normal. Ada beberapa macam gangguan menstruasi yang
mungkin terjadi pada perempuan, salah satunya polimenorea. Tentu saja, ada beberapa
hal yang menyebabkan seseorang perempuan mengalami polimenorea seperti karena
kesuburan endometrium kurang akibat dari pengaruh hormon kombinasi progesteron dan
estrogen yang sangat berpengaruh pada endometrium. Namun dengan demikian,
polimenorea bukanlah suatu kejadian yang sangat membahayakan. Dengan penanganan
dan manajemen terapeutiik yang tepat, polimenorea dapat disembuhkan.
B. SARAN
1. Bagi Wanita Usia Reproduksi Sehat.
Diharapkan bagi wanita usia reproduksi sehat untuk rutin mencatat dan mengingat
siklus menstruasinya, sehingga bila ada gangguan yang dialami seperti amenorrhea
dapat segera mendatangi tenaga kesehatan untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut.
2. Bagi Tenaga Kesehatan.
Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat melaksanakan asuhan kebidanan secara
komprehensif sesuai SOP dan menggunakan evidenced based practice terbaru
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI


PADA NN. N USIA 14 TAHUN P0A0 DENGAN POLIMENORHEA
DI PMB AMANAH
A. Pengkajian
Tanggal : 20 Juni 2021
Jam : 10.50 WIB
Tempat : PMB Amanah.
B. Identitas Pasien:
Penanggung Jawab : Ayah
Nama : Nn. N Nama : Tn. A
Umur : 14 tahun Umur : 44 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Alamat : Karang Gedang 5/6 Alamat : Karang Gedang 5/6
C. Data Subyektif
1. Alasan Datang
Pasien mengatakan ingin memeriksakan keadaannya.
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan menstruasi terlalu sering dan tidak teratur
Uraian Keluhan Utama.
Pasien mengatakan siklus menstruasinya pada bulan ini tidak teratur yakni pada tanggal
6 Mei-10 Mei 2021 dan 12 hari kemudian mengalami menstruasi kembali pada tanggal
22 Mei 2021 sampai hari ini. Sebelumnya Nn. N belum pernah mengalami hal tersebut.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Ibu
Pasien mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit menurun
seperti jantung, hipertensi, anemia, DM, asma dan penyakit menular seperti TBC,
HIV, hepatitis, mioma, kanker serviks, kista.

b. Keluarga
Pasien mengatakan dari pihak keluarga tidak sedang dan tidak pernah menderita
penyakit menurun seperti jantung, hipertensi, anemia, DM, asma dan penyakit
menular seperti TBC, HIV, hepatitis, mioma, kanker serviks.
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid
Menarche : 21 tahun Siklus: + 30 hari, tidak teratur
Warna darah : merah tua Lama: 7 hari
Nyeri haid : Ya
Leukorea : kadang-kadang, tidak berbau, tidak gatal, dan tidak berwarna
3
Banyaknya : Hari ke 1-3 ganti pembalut 3 x sehari, penuh.
4
1
Hari ke 4-5 ganti pembalut 2x sehari, penuh.
2
Hari ke 6-7 ganti pembalut 2 x sehari, bercak cokelat
b. Riwayat Kehamilan, persalinan dan Nifas yang Lalu.
Pasien mengatakan belum pernah hamil, bersalin, nifas sebelumnya.
5. Riwayat KB
Pasien mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun sebelumnya.
6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
1) Makan
a) Frekuensi makan pokok : 3x perhari

b) Komposisi :

 Nasi : 3 x @ 1 piring (sedang)

 Lauk : 3x @ 1 potong (sedang),

jenisnya ikan, ayam, telur, bervariasi

 Sayuran : 2 x @ ½ mangkuk sayur,

jenis sayuran bayam, sawi, pakchoy,


bervariasi.

 Buah : 2x/seminggu; jenis pisang,

melon, pepaya, kurma, bervariasi

 Camilan : 2x sehari; jenis biskuit, keripik

c) Pantangan : tidak ada.


2) Minum

a) Jumlah total ±8 gelas perhari; jenis air putih, teh

b) Susu 0 gelas perhari; jenis -


b. Pola Eliminasi

1) Buang air kecil :

 Frekuensi perhari ±4-5x ; warna kuning jernih

 Keluhan/masalah : tidak ada.

2) Buang air besar :

 Frekuensi perhari : 1x/hari ; warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek

 Keluhan/masalah : tidak ada.

c. Personal hygiene

 Mandi 2x sehari

 Keramas 3x seminggu
 Gosok gigi 2x sehari

 Ganti pakaian 2x sehari: celana dalam 3x sehari

 Kebiasaan memakai alas kaki : Ibu memiliki kebiasaan menggunakan sandal


bila keluar rumah.

 Ibu selalu mengeringkan genitalia setiap sehabis cebok dari arah depan ke
belakang.

d. Hubungan seksual

 Pasien belum pernah melakukan hubungan seksual

e. Istirahat/tidur

 Tidur malam ±6-7 jam

 Tidur siang 1 jam

 Keluhan/masalah : tidak ada.


f. Pola Aktivitas

 Aktivitas fisik (beban pekerjaan) :

Pasien mengatakan aktifitasnya lebih banyak dalam posisi duduk dan tidak
mengerjakan beban kerja berat..

 Olah raga : jenisnya lari pagi

Frekuensi ±1x seminggu


g. Pola Hidup Sehat

Kebiasaan yang merugikan kesehatan :

1) Merokok : pasien tidak pernah merokok.

2) Minuman beralkohol : pasien tidak pernah konsumsi alkohol.

3) Obat-obatan : pasien tidak konsumsi obat selain dari

dokter/bidan.

4) Jamu : pasien tidak konsumsi jamu.


7. Data Psikososial dan Spiritual
a. Riwayat perkawinan :
1) Status perkawinan : belum menikah.
b. Keluarga merespon baik dan mendukung pasien memeriksakan keadaannya.

c. Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) :


Pasien mengatakan bila mengalami masalah, akan bercerita kepada orang
terdekat (ibu pasien).
d. Pasien tinggal serumah dengan orangtua.
e. Pengambil keputusan utama dalam keluarga adalah ayah,
Dalam kondisi emergensi, dapat mengambil keputusan sendiri.

f. Orang terdekat: ibu dari Nn. N


Yang menemani ibu untuk pemeriksaan adalah ibu dari Nn. N
g. Praktek agama yang berhubungan dengan kehamilan :
1) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
 ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh nakes wanita maupun pria;
 tidak boleh menerima transfusi darah;
 tidak boleh diperiksa daerah genitalia,
 lainnya : .....................................................
h. Tingkat pengetahuan ibu :
Hal-hal yang sudah diketahui ibu:
Pasien mengetahui sedikit informasi tentang gangguan haid meliputi pengertian.
Hal-hal yang ingin diketahui ibu:
Keadaan pasien saat ini, tindakan yang harus dilakukan.
D. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum : baik

2) Kesadaran : composmentis

3) Tensi : 121/78 mmHg

4) Nadi : 86x/menit
5) Suhu : 36,5°C

6) RR : 20x/menit

7) BB : 56 kg

8) TB : 160 cm

9) LILA : 25 cm

10) IMT : 21,8 kg/m2

b. Status Present
Kepala : simetris, tidak ada luka, rambut tidak mudah rontok, tidak ada benjolan.
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih.
Hidung : simetris, normal, tidak ada polip, bersih.
Telinga : simetris, tidak ada serumen, fungsi normal.
Mulut : bibir lembab, bersih, tidak ada gusi berdarah, dan tidak ada karies gigi.
Leher : tidak ada bendungan vena di leher, tidak ada pembesaran kelenjar
gondok, ataupun pembesaran kelenjar limfe.
Ketiak : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe.
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, bunyi napas vaskuler.
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, terdapat nyeri tekan.
Lipat paha: tidak ada nyeri tekan.
Vulva : tidak ada oedema.
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas
Atas : bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada oedema, reflek baik, kapiler
refill normal.
Bawah : bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada oedema, tidak ada varises,
reflek baik, kapiler refill normal, reflek patella Kanan +2/ Kiri +2.
Punggung: tidak ada lordosis, kifosis, maupun skoliosis.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pada kunjungan ini dilakukan pemeriksaan Hb:
-Hb: 11.5 g/dl.
E. Analisa
1. Diagnosa Kebidanan.
Nn. N usia 14 tahun P0A0 dengan Polimenorhea.
2. Masalah.
kecemasan pasien dan gangguan menstruasi.
3. Diagnosa Potensial.
Infertilitas.
4. Tindakan Segera.
-.

F. Penatalaksanaan
Tanggal : 21 April 2021 Jam: 11.00 WIB

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada pasien,


yaitu pemeriksaan tanda vital ibu dengan hasil : Tekanan darah 121/78
mmHg, nadi 86 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 360C. Hasil pemeriksaan
fisik semua dalam batas normal.

Hasil: Pasien terlihat bahagia setelah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Menjelaskan pada pasien mengenai gangguan menstruasi polimenorhea.


Hasil: Pasien memahami informasi yang diberikan dan mampu menyebutkan 2 faktor
penyebab.
3. Memberikan obat estradiol 1x1 dan Fe 1x1 dan menganjurkan konsumsi sesuai dosis.
Hasil: Resep obat telah diterima pasien dan pasien bersedia mengikuti anjuran.
4. Menganjurkan pasien kontrol ulang bila sudah mengalami haid atau bila obat habis.
Hasil: Pasien mengatakan bersedia melakukan kontrol ulang sesuai anjuran.
5. Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan di buku register dan RM.
Hasil: Asuhan telah didokumentasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Heri, L. dkk. 2015, ‘Gambaran Pengetahuan Remaja Puteri Terhadap Nyeri Haid (Dismenore)
dan Cara Penanggulangannya’, Jurnal Kesehatan Andalas, vol. 2, no. 2, pp. 820–7.
Humaira, N. (2019). Hubungan Tingkat Stres Terhadap Gangguan Menstruasi Pada Mahasiswi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2018.
Kusmiran, ENY. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung
Soto.
Murti, A.M. 2016, Karangmalang Kabupaten Sragen ( Description of Level Of Knowledge of
Adolescent Disorders Menstrual Cycle Grader XI SMK PGRI District Karangmalang
Sragen) Abstract :, vol. 3, no. 2, pp. 54–62.
Norwitz, E.R and Schorge, J.O. 2007. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Erlangga, Jakarta.
Prawirohardjo. 2014. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo.
Rayburn, W.F and Carey, J.C. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Widya Medika, Jakarta.
Said, U. 2006. Masa Depan Ginekologi Remaja dalam Peningkatan Mutu Sumber Daya
Manusia. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Saryono dan Sejati, W. 2009. Sindrom Premenstruasi. Nuha Medika, Yogyakarta.
Supratiknyo 2016, ‘Pengaruh Stress Dan Gaya Hidup Terhadap Kejadian Polimenorea Pada
Remaja Putri’, Oksitosin Kebidanan, vol. 3, no. 2, pp. 94– 100.

Anda mungkin juga menyukai