Anda di halaman 1dari 9

l.

pengertian Perdarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang terjadi akibat tertinggalnya kotiledon
dan selaput kulit ketuban yang mengganggu kontraksi uterus dalam menjepit pembuluh darah
dalam uterus sehingga mengakibatkan perdarahan(Winkjosastro,2008) . Tertinggalnya bagian
plasenta dalam uterus dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau perdarahan post
partum sekunder Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar, atau setelah
melakukan manual plasenta atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap pada saat
melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perarahan di ostium uteri ekstemum pada saat
kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terjahit. Untuk itu harus dilakukan
eksplorasi ke dalam rahim dengan cara manuanigital atau curettage dan pemberian uterotonika.
Anemia yang ditimbulkan setelah perdarahan dapat diberikan transfuse sesuai dengan
keperluannya. (Prawihardjo, 2010). Perdarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang melebihi 500
cc setelah bayi lahir karena tertinggalnya sebagian sisa plasenta termasuk selaput ketuban (Saifudin,
2010). Sangat sulit memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah seringkali bercampur
dengan cairan ketuban atau urine dan mungkin teresap handuk, kain, atau sarung. Tak mungkin
meniali

kehilangan darah secara akurat melalui penghitungan jumlah darah

disamng karena ukuran sarung bennacam-macam dan mungkin sarung

telah ddiganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Meletakan wadah atau pispot di
bokong pasien atau mengumpulkan darah bukan lah cara yang efektif untuk mengukur kehilangan
darah dan bukan cerminan asuhan sayang ibu, karena beraring diatas wadah atau pispot sangat
tidak nyaman dan menyulitkan pasien untuk memegang dan menyusui bayinya Satu cara untuk
meniilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan
berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah tersebut. J ika darah bisa mengisi dua
botol,artinya pasien 250 ml darah dan seterusnya. Memperkirakan kehilngan darah hanyalah salah
satu cara untuk menilai kondisi pasien. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah
adalah melalui penampakan dan gejala tekanan darah. Apabila pendarahan menyebabkan pasien
lemas, pusing, dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistol menurun lebih dari 10 mmHg dari
kondisi sebelumnya, maka telah teljadi perdarahan lebih dari 500 ml. bila pasien mengalami syok
hipovolemik maka pasien telah kehilangan darah 50% dari total jumlah darah (2000-2500 ml).
penting untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah pasien selama
kala IV melalui pemeriksaan tanda vital, jumlah darah yang keluar, dan

kontraksi uterus.

telah ddiganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Meletakan wadah atau pispot di
bokong pasien atau mengumpulkan darah bukan lah cara yang efektif untuk mengukur kehilangan
darah dan bukan cerminan asuhan sayang ibu, karena beraring diatas wadah atau pispot sangat
tidak nyaman dan menyulitkan pasien untuk memegang dan menyusui bayinya Satu cara untuk
meniilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan
berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah tersebut. J ika darah bisa mengisi dua
botol,artinya pasien 250 ml darah dan seterusnya. Memperkirakan kehilngan darah hanyalah salah
satu cara untuk menilai kondisi pasien. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah
adalah melalui penampakan dan gejala tekanan darah. Apabila pendarahan menyebabkan pasien
lemas, pusing, dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistol menurun lebih dari 10 mmHg dari
kondisi sebelumnya, maka telah teljadi perdarahan lebih dari 500 ml. bila pasien mengalami syok
hipovolemik maka pasien telah kehilangan darah 50% dari total jumlah darah (2000-2500 ml).
penting untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah pasien selama
kala IV melalui pemeriksaan tanda vital, jumlah darah yang keluar, dan

kontraksi uterus.

2_ Etiologi Faktor penyebab utama perdarahan baik secara primer maupun

sekunder a. Paritas

Merupakan faktor yang mempengaruhi perdarahan postpartum primer berikut adalah klasifikasi
paritas : ]) Primipara Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak yang cukup besar
untuk hidup diluar. Pada primipara dapat menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menghadapi
komplikasi selama kehamilan,

persalinan, dan nifas.

Menurut Manuaba (2008) pada paritas yang rendah (paritasl), menyebabkan ketidaksiapan ibu
dalam menghadapi persalinan sehingga ibu hamil tidak mampu dalam menangani komplikasi yang
teljadi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

Perdarahan sisa plasenta dapat terjadi pada paritas beresiko (primipara), hal ini dapat disebabkan
oleh kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah pada plasenta sebagai akibat dari komplikasi
asupan nutrisi, anemia atau karena belum berfungsinya organ reproduksi. Pada kehamilan pertama
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta belum sempurna, yang makin
sempurna pada kehamilan berikutnya.

2) Multipara

Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali sedangkan semakin
sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan (paritas lebih dari 3) maka uterus semakin
lemah hingga

besar resiko terjadi perdarahan.


telah ddiganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Meletakan wadah atau pispot di
bokong pasien atau mengumpulkan darah bukan lah cara yang efektif untuk mengukur kehilangan
darah dan bukan cerminan asuhan sayang ibu, karena beraring diatas wadah atau pispot sangat
tidak nyaman dan menyulitkan pasien untuk memegang dan menyusui bayinya Satu cara untuk
meniilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan
berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah tersebut. J ika darah bisa mengisi dua
botol,artinya pasien 250 ml darah dan seterusnya. Memperkirakan kehilngan darah hanyalah salah
satu cara untuk menilai kondisi pasien. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah
adalah melalui penampakan dan gejala tekanan darah. Apabila pendarahan menyebabkan pasien
lemas, pusing, dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistol menurun lebih dari 10 mmHg dari
kondisi sebelumnya, maka telah teljadi perdarahan lebih dari 500 ml. bila pasien mengalami syok
hipovolemik maka pasien telah kehilangan darah 50% dari total jumlah darah (2000-2500 ml).
penting untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah pasien selama
kala IV melalui pemeriksaan tanda vital, jumlah darah yang keluar, dan

kontraksi uterus.

2_ Etiologi Faktor penyebab utama perdarahan baik secara primer maupun

sekunder a. Paritas

Merupakan faktor yang mempengaruhi perdarahan postpartum primer berikut adalah klasifikasi
paritas : ]) Primipara Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak yang cukup besar
untuk hidup diluar. Pada primipara dapat menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menghadapi
komplikasi selama kehamilan,

persalinan, dan nifas.

Menurut Manuaba (2008) pada paritas yang rendah (paritasl), menyebabkan ketidaksiapan ibu
dalam menghadapi persalinan sehingga ibu hamil tidak mampu dalam menangani komplikasi yang
teljadi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

Perdarahan sisa plasenta dapat terjadi pada paritas beresiko (primipara), hal ini dapat disebabkan
oleh kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah pada plasenta sebagai akibat dari komplikasi
asupan nutrisi, anemia atau karena belum berfungsinya organ reproduksi. Pada kehamilan pertama
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta belum sempurna, yang makin
sempurna pada kehamilan berikutnya.

2) Multipara
Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali sedangkan semakin
sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan (paritas lebih dari 3) maka uterus semakin
lemah hingga

besar resiko terjadi perdarahan.

3 fraud” dan Gejala Sisa Plasenta

Tanda dan gejala sisa plasenta adalah sebagai berikut, yaitu : “_ plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak lengkap. b_Terjadi perdarahan rembesan atau mengucur, saat
kontraksi utems keras, darah berwarna merah muda, bila perdarahan hebat timbul syok, pada
pcmemriksaan inspekulo terdapat sisa plasenta. c. Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak
berkurang

4. Faktor Predisposisi Menurut Manuaba (2008), faktor predisposisi perdarahan postparum dengan
sisa plasenta adalah sebagai berikut: a. Hamildengan anemia

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 g|
%.Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin di bawah 11 9% pada
trimester] dan 3 atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5 g1% pada trimester 2. Nilai batas tersebut
dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil teljadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia.
Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga
terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah
18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan
10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis,
pengenceran darah ini untuk membantu men'ngankan kerja jantung yang semakin berat dengan
adanya kehamilan.

Bahaya persalinan pada ibu yang mengalami anemia adalah gangguan His (kekuatan mengejan), kala
pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua berlangsung lama sehingga
dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapag

diikuti retensio plasenta, perdarahan postpartum karena atonia uteri dan

telah ddiganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Meletakan wadah atau pispot di
bokong pasien atau mengumpulkan darah bukan lah cara yang efektif untuk mengukur kehilangan
darah dan bukan cerminan asuhan sayang ibu, karena beraring diatas wadah atau pispot sangat
tidak nyaman dan menyulitkan pasien untuk memegang dan menyusui bayinya Satu cara untuk
meniilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan
berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah tersebut. J ika darah bisa mengisi dua
botol,artinya pasien 250 ml darah dan seterusnya. Memperkirakan kehilngan darah hanyalah salah
satu cara untuk menilai kondisi pasien. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah
adalah melalui penampakan dan gejala tekanan darah. Apabila pendarahan menyebabkan pasien
lemas, pusing, dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistol menurun lebih dari 10 mmHg dari
kondisi sebelumnya, maka telah teljadi perdarahan lebih dari 500 ml. bila pasien mengalami syok
hipovolemik maka pasien telah kehilangan darah 50% dari total jumlah darah (2000-2500 ml).
penting untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah pasien selama
kala IV melalui pemeriksaan tanda vital, jumlah darah yang keluar, dan

kontraksi uterus.

2_ Etiologi Faktor penyebab utama perdarahan baik secara primer maupun

sekunder a. Paritas

Merupakan faktor yang mempengaruhi perdarahan postpartum primer berikut adalah klasifikasi
paritas : ]) Primipara Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak yang cukup besar
untuk hidup diluar. Pada primipara dapat menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menghadapi
komplikasi selama kehamilan,

persalinan, dan nifas.

Menurut Manuaba (2008) pada paritas yang rendah (paritasl), menyebabkan ketidaksiapan ibu
dalam menghadapi persalinan sehingga ibu hamil tidak mampu dalam menangani komplikasi yang
teljadi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

Perdarahan sisa plasenta dapat terjadi pada paritas beresiko (primipara), hal ini dapat disebabkan
oleh kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah pada plasenta sebagai akibat dari komplikasi
asupan nutrisi, anemia atau karena belum berfungsinya organ reproduksi. Pada kehamilan pertama
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta belum sempurna, yang makin
sempurna pada kehamilan berikutnya.

2) Multipara
Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali sedangkan semakin
sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan (paritas lebih dari 3) maka uterus semakin
lemah hingga

besar resiko terjadi perdarahan.

3 fraud” dan Gejala Sisa Plasenta

Tanda dan gejala sisa plasenta adalah sebagai berikut, yaitu : “_ plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak lengkap. b_Terjadi perdarahan rembesan atau mengucur, saat
kontraksi utems keras, darah berwarna merah muda, bila perdarahan hebat timbul syok, pada
pcmemriksaan inspekulo terdapat sisa plasenta. c. Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak
berkurang

4. Faktor Predisposisi Menurut Manuaba (2008), faktor predisposisi perdarahan postparum dengan
sisa plasenta adalah sebagai berikut: a. Hamildengan anemia

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 g|
%.Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin di bawah 11 9% pada
trimester] dan 3 atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5 g1% pada trimester 2. Nilai batas tersebut
dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil teljadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia.
Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga
terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah
18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan
10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis,
pengenceran darah ini untuk membantu men'ngankan kerja jantung yang semakin berat dengan
adanya kehamilan.

Bahaya persalinan pada ibu yang mengalami anemia adalah gangguan His (kekuatan mengejan), kala
pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua berlangsung lama sehingga
dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapag

diikuti retensio plasenta, perdarahan postpartum karena atonia uteri dan

persalinan. Semen… dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi tubuh ibu kembali ”pati kondisi sebelumnya.
Namun apabila ibu melahirkan secara berturutumu dalam jangka waktu yang singkat akan
mengakibatkan kontraksi uterus menjadi kurang hak dan organ reproduksi ibu belum pulih secara
sempurna. Sehingga pada nut penalinan berikutnya.. uterus ibu tidak dapat berkontraksi dengn bni
mah bagian-bagian plasenta yang dikeluarkan tersebut tidak lengkap dan dapat mengakibatkan
perdarahan sisa plasenta. c. Penolongln kah uri sebelum waktunya.

Dikalahan bahwa faktor ini tetap menjadi penyebab perdarahan W yang paling sering. Gesekan
hmdus atau manipulasi uterus dupa: metuskan teljadinya konu'akmi aritmik sehingga plasenta
hanya .ebagian terpisah dan kehilangan retmksi

Hal ini disebabkan oleh pemijatan rahim yang tidak merata. Pijatan sebelum plasenta lepas,
pemberian utemtonika dan lain-lain. :. Tindakan pengeluaran plasenta dengan cara Brandt Andcw !)
Ha! ini disebabkan kann: tarikan pada tali pusat pada saat melahirkan plasenta 2) Karena cara
menekan dan mendorong uterus yang terlalu dalam seda… plasa“: belum terlepas dari utems.
(Wiknjosastro, 2008) Perdarahan dari tempat implantasi pm (W iknjosasu'o, 2008) !) Kotiledon atau
selaput plasenta misa Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak bnghp, maka
hams dilakukan eksplorasi dari cavum uteri

Pada multipara teljadi kemunduran dan cacat pada endometrium yang mengakibatkan terjadinya
fibrosis pada bekas implantasi plasenta pada persalinan sebelumnya, sehingga vaskularisasi menjadi
berkurang

lbu-ibu yang dengan kehamilan lebih dari 1 kali atau yang termasuk multigravida mempunyai risiko
lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan pasca persalinan dibandingkan dengan ibuibu yang
termasuk golongan primigravida (hamil pertama kali). Hal ini dikarenakan pada multigravida, fungsi
reproduksi mengalami penurunan sehingga kemungkinan teljadinya perdarahan pasca persalinan
menjadi lebih besar.

Selain itu juga, pada multipara terjadi penurunan elastisitas uterus sehingga miometn'um tidak
dapat berkontraksi dan beretraksi dengan maksimal yang mengakibatkan terjadinya retensio
plasenta.

3) Grandemultipara

Grandemultipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan 5 anak orang anak atau lebih dan
biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan. Ibu yang pernah melahirkan 5 orang
anak atau lebih baik hidup ataupun mati akan mengalami resiko selama kehamilan ataupun
persalinannya, salah satu komplikasi yang terjadi pada saat persalinan yaitu perdarahan pada saat
melahirkan yang disebabkan oleh

otot uterus tempat implantasi plasenta digantikan oleh jaringan baru yang tidak memiliki susunan
jaringan otot sama seperti sebelumnya sehingga
mengurangi kemampuan uterus untuk berkontraksi

i. Diagnosa

a.Untuk mengkaji adanya sisa plasenta perlu dilakukan palpasi uterus

b. Memeriksa kontraksi uterus, jika terdapat perdarahan dengan indikasi sisa

plasenta uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang

c. Perdarahan segera setelah persalinan primer Untuk mengkaji adanya sisa plasenta perlu dilakukan
penilaian klinik

yaitu dengan memeriksa kelengkapan plasenta (Saifuddin, 2002)

e. Perdarahan pasca persalinan 500 ml selama 24 jam pertama

f. Ditemukan tanda tanda syok.

g. Dilakukan pemeriksaan inspekulo

6lyelmtalaImuman 1, Tindakan Penanganan a. Pasang infus b. Berikan antibiotik adekuat c. Berikan


uterotonika : oksitosin atau metergin d. Tindakan definitif : kuretase dan diperiksakan Sp. OG. 2.
Menurut Nugroho (2010) penatalaksanaan sisa plasenta yaitu a. Penemuan secara dini, hanya
dimungkinkan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus
sisa plasenta dengan pendarahan pasca persalinan hnjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ke
tempat bersalin dengan keluhan pendarahan setelah beberapa hari pulang kerumah dan subinpolusi
uterus. b. Berikan antibiotik karena pendarahan juga merupakan gejala menitis. Antnhiotik yang
dipilih adalah ampisilin dosis awal 1 gr IV dilanjutkan 3 x 1 gr oral di kombinasi dengan
metronidazol ! gr suppositor'n dilanjutkan 3 x 500 mg oral. c. Lakukan eksplorasi digital (bila serviks
terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh
instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan

kuretase

d. Bila kadar llb < 8 g/dl. berikan transfusi darah


Bila kadar Hb > 8 gr/dL, berikan Sulfa: Ferrous 600 mg/hari selama IO hari.

3_ Bila hanyu sisa plasenta (rest placentac), pengeluaran dilakukan secara digital/manual ataupun
dengan menggunakan kuret besar dan tajam nem hati' hati.

4, Mcnumt buku Obgynacea, 2009 penatalaksanaan retensi sisa plasenta, yaitu :

a. Berikan antibiotika kombinasi : ]) Ampisilin | gr IV, dilanjutkan dengan ampisilin 3><| gr peroral 2)
Mctronidaml ] g' suppositoria, dilanjutkan Metmnidazol 3><500 mg per

oral

b. Jika serviks terbuka : lakukan eksplorasi digital untuk mengeluarkan bekuan darah atau jaringan.
Jika serviks hanya dapat dilalui instrumen : lakukan evakuasi sisa plasenta dengan AVM ataukuretase

c. Jika kadaer <8 g1% -+ berikan transfusi darah Jika kadar Hb Z8 gr% -> Sulfas Fermus 600 mg/hari
per oral selama 10 hari.

5Mcnurut Saifuddin, 2002 penatalaksanaan sisa plasenta yaitu :

8Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta. Eksplorasi manual uterus menggunakan
teknik yang serupa dengan teknik yang digunakan untuk mengeluarkan plasenta yang tidak keluar.

b. Keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum atau kuret besar, Catatan : jaringan yang
melekat dengan kuat, mungkin merupakan plasenta akreta. Usaha untuk melepaskan plasenta yang
melekat kuat dapat mengakibatkan perdarahan berat atau perforasi uterus, yang biasanya
membutuhkan tindakan histerektomi.

c. Jika perdarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan darah dengan menggunakan uj i pembekuan
darah sederhanaKegagalan terbentuknya bekuan darah

telah 7 menit atau terbentuknya bekuan darah yang lunan yang mudah, se

Anda mungkin juga menyukai