Disusun Oleh :
1
2
3
TINJAUAN PUSTAKA
(Marmi, 2016).
Primigravida Multigravida
Serviks mendatar Serviks mendatar dan
(effacement) dulu baru membuka bisa bersamaan
dilatasi
Berlangsung 13-14 jam Berlangsung 6-7 jam
2. Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, Kala ini dimulai dari
pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung
2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida (Rukiyah, 2009)
gejala utama dari kala II adalah :
a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi
50 sampai 100 100 detik
b. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi lengkap diikuuti
keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhauser
d. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi: kepala membuka pintu, subocciput bertindak
sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,
hidung, dan muka serta kepala seluruhnya
e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung
9
kebebasan untuk bergerak dan juga penting untuk posisi bayi dalam
kemajuan persalinan (Aprillia, Yesie;2011).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Syafindawati,dkk yang berjudul pengaruh upright position terhadap
lama kala I, di lakukan kepada 38 ibu bersalin yang dibagi menjadi 2
kelompok yaitu 19 orang dengan kelompok berbaring dan 19
orang dengan kelompok berbaring di dapatkan hasil nilai rata-rata
kelompok upright lebih kecil yaitu 161,05 sedangkan pada berbaring
yaitu 263,68. Hal ini dapat di simpulkan bahwa kelompok
upright dapat mempercepat lama persalinan kala I.
2) Perubahan Metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerob maupun
anaerob akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian disebabkan
oleh karena kecemasan serta kegiatan otot kerangka tubuh. Kegiatan
metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan,
denyut nadi, pernapasan, kardiak output dan kehilangan cairan. Hal
ini bermakna bahwa peningkatan curah jantung dan cairan yang
hilang mempengaruhi fungsi ginjal dan perlu mendapatkan perhatian
serta ditindaklanjuti guna mencegah terjadinya dehidrasi. Anjurkan
ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama
persalinan dan klahiran bayi, sebagian ibu masih ingin makan selama
fase laten, tetapi setelah memasuki fase aktif, biasanya mereka hanya
menginginkan cairan saja. Anjurkan anggota keluarga menawarkan
ibu minum sesering mungkin dan makanan ringan selama persalinan
(Puskdiknakes, 2004 dalam buku Marmi,2016). Hal ini dikarenakan
makanan dan cairan yang cukup selama persalinan akan memberikan
lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi, perlu diingat bahwa
dehidrasi bisa memperlambat kontraksi atau membuat kontraksi
menjadi tidak teratur dan kurang efektif (Puskdiknakes, 2004 dalam
buku Marmi,2016).
3) Perubahan Suhu Badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu
mencapai tertinggi selama perslainan dan segera setelah kelahiran.
Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-10C, karena hal
ini mencerminkan terjadinya peningkatan metabolisme. Suhu badan
12
jalan lahir yang berdinding jauh lebih tipis. Segmen bawah uterus
analog dengan ismus uterus yang melebar dan menipis pada
perempuan yang tidak hamil. Segmen bawah secara bertahap
terbentuk ketika kehamilan bertambah tua dan kemudian menipis
sekali pada saat persalinan. Dengan palpasi abdomen kedua segmen
dapat dibedakan ketika terjadi kontraksi, sekali pun selaput ketuban
belum pecah. Segmen atas uterus cukup kencang atau keras,
sedangkan konsistenai segmen bawah uterus jauh kurang kencang.
Segmen atas uterus merupakan bagian uterus yang berkontraksi
secara aktif, segmen bawah adalah bagian yang diregangkan,
normalnya jauh lebih pasif.
Seandainya seluruh dinding otot uterus termasuk segmen bawah
uterus dan serviks berkontraksi secara bersamaan dan dengan
intensitas yang sama, maka gaya dorong persalinan akan jelas
menurun. Disinilah letak pentingnya pembagian uterus menjadi
segmen atas yang aktif berkontraksi dan segmen bawah yang lebih
pasif yang berbeda bukan hanya secara anatomik melainkan juga
secara fisiologik. Segmen atas berkontraksi, mengalami retraksi dan
mendorong janin keluar, sebagai respon terhadap gaya dorong
kontraksi segmen atas, sedangkan segmen bawah uterus dan serviks
akan semakin lunak berdilatasi dan dengan cara demikian membentuk
suatu saluran muskular dan fibromuskular yang menipis sehingga
janin dapat menonjol keluar.
Miometrium pada segmen atas uterus tidak berelaksasi sampai
kembali ke panjang aslinya setelah kontraksi, tetapi menjadi relatif
menetap pada panjang yang lebih pendek. Namun tegangannya tetap
sama seperti sebelum kontraksi. Bagian atas uterus atau segmen aktif
berkontraksi ke bawah meski pada saat isinya berkurang, sehingga
tegangan miometrium tetap konstan. Efek akhirnya adalah
mengencangkan yang kendur, dengan mempertahankan otot uterus
tetap menempel erat pada isi uterus. Sebagai konsekuensi retraksi
setiap kontraksi yang berikutnya mulai di tempat yang ditinggalkan
oleh kontraksi sebelumnya, sehingga bagian atas rongga uterus
menjadi sedikit lebih kecil pada setiap kontraksi berikutnya. Karena
pemendekan serat otot yang terus menerus pada setiap kontraksi,
16
dan membuka. Kerja sama antara uterus bagian atas dan uterus bagian
bawah disebut polaritas (Marmi, 2016).
10) Perubahan pada Vagina dan Dasar Panggul
Jalan lahir disokong dan secara fungsional ditutup oleh sejumlah
lapisan jaringan yang bersama-sama membentuk dasar panggul.
Struktur yang paling penting adalah levator ani dan fasia yang
membungkus permukaan atas dan bawahnya, yang demi praktisnya
dapat dianggap sebagai sebuah diafragma sehingga memperlihatkan
permukaan atas yang cekung dan bagian bawah cembung. Disisi lain
m.levator ani terdiri atas bagian pubokoksogeus dan iliokoksigeus.
Bagian posterior dan lateral dasar panggul, yang tidak diisi oleh
m.levator ani diisi oleh m.piriformis dan m.koksigeus pada sisi lain.
Ketebalan m.levator ani bervariasi 3 sampai 5 mm meskipun
tepi-tepinya yang melingkari rektum dan vagina agak tebal. Selama
kehamilan, m.levator ini biasanya mengalami hipertrofi. Pada
pemeriksaan pervaginam tepi dalam otot ini dapat diraba sebagai tali
tebal yang membentang ke belakang dari pubis dan melingkari vagina
sekitar 2 cm di atas himen. Sewaktu kontraksi m.levator ani menarik
rektum dan vagina ke atas sesuai arah simfisis pubis sehingga bekerja
menutup vagina. Otot-otot perenium yang lebih supervisial terlalu
halus untuk berfungsi lebih dari sekedar sebagai penyokong.
Pada kala I persalinan selaput ketuban dan bagian terbawah
janin memainkan peran penting untuk membuka bagian atas vagina.
Namun setelah ketuban pecah, perubahan-perubahan dasar panggul
seluruhnya dihasilkan oleh tekanan yang diberikan oleh bagian
terbawah janin. Perubahan yang paling nyata terdiri atas peregangan
serabut-serabut m.levatores ani dan penapisan bagian tengah
perineum yang berubah bentuk dari masa jaringan berbentuk baji
setebal 5 cm menjadi (kalau tidak dilakukan episiotomi) struktur
membran tipis yang hampir transparan dengan tebal kurang dari 1
cm. Ketika perineum teregang maksimal, anus menjadi jelas
membuka dan terlihat sebagai lubang berdiameter 2 sampai 3 cm dan
di sini dinding anterior rektum menonjol. Jumlah dan besar pembuluh
darah yang luar biasa yang memelihara vagina dan dasar panggul
18
7) Perubahan Metabolisme
Selama persalinan metabolisme karbohidrat meningkat dengan
kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh aktivitas
otot. Peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu
tubuh, denyut nadi, pernapasan, denut jantung dan cairan yang hilang
(Marmi, 2016).
8) Perubahan suhu
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan tertinggi
selama dan segera setelah melahirkan. Perubahan suhu dianggap
normal bila peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-1 0C yang
mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan (Marmi,
2016),
9) Perubahan Denyut Nadi
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan
selama fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai
frekuensi yang lebih rendah dari pada frekuensi diantara kontraksi
dan peningkatan selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi
lazim diantara kontraksi. Penurunan yang mencolok selama kontraksi
uterus tidak terjadi jika wanita berada pada posisi miring bukan
telentang. Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih
meningkat dibanding selama periode menjelang perslainan. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama
persalinan (Marmi, 2016).
10) Perubahan pernapasan
Peningkatan frekuensi pernapaan normal selama persalinan dan
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi. Hiperventilasi
yang menunjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan
alkalosis (rasa kesemutan pada ektremitas dan perasaan pusing)
(Marmi, 2016).
11) Perubahan pada Ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat
diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan
dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran
plasma ginal. Poliuria mejadi kurang jelas pada posisi terlentang
21
dengan pasti apa yang ditakutinya (Marmi, 2016). Hal ini sesuai
dengan penelitian Wulan, dkk (2020) yang menyatakan bahwa
berdasarkan uji chi-square diperoleh nilai (p = 0,024 ≤ 0,05) yang
artinya ada hubungan pendamping persalinan dengan kecemasan
ibu bersalin di Klinik Kasih Ibu Kecamatan Galang Kabupaten
Deli Serdang. Kehadiran pendamping persalinan dapat
memberikan dorongan bagi ibu untuk mengurangi kecemasan
khususnya pendampingan dari seorang suami. Dalam penelitian
ini ditemukan bahwa kehadiran pendamping persalinan dapat
memberi ketenangan dan menjauhkan istri dari rasa cemas yang
akhirnya dapat mempersulit proses persalinan, kehadiran suami
berpengaruh positif secara psikologis, dan berdampak positif juga
pada kesiapan ibu secara fisik pada saat bersalin.
Sari, dkk (2019) dalam penelitiannya menambahkan bahwa ada
hubungan pendampingan suami dalam persalinan dengan
kemajuan persalinan kala I Fase Aktif. Ibu yang tidak didampingi
suami beresiko 3.569 kali mengalami persalinan yang lambat
dibandingkan ibu bersalin yang didampingi suami.
Yulianah&Yuliani (2020) melakukan penelitian yang sejalan
dengan penelitian sebelumnya tentang Pendampingan Suami
terhadap lama kala II bahwa terdapat hubungan bermakna antara
dukungan suami dengan lamanya persalinan kala II dengan p-
value 0,003 (α <0,05).Hubungan dukungan suami dengan lama
persalinan kala II dapat diasumsikan dengan kelahiran merupakan
proses fisiologis yang dipengaruhi komponen psikologis. Dengan
menghindarkan atau mengurangi stres psikologis ibu dan
meningkatkan rasa sejahtera bagi ibu, dapat mendorong proses
fisiologis persalinan sehingga terjadi kemajuan persalinan.
Perasaan positif dan partisipasi aktif ibu bersalin membuat kondisi
kejiwaan ibu lebih tenang yang sangat mendukung kelancaran
persalinan dan tidak menyebabkan stres pada bayi. Hal ini dapat
difasilitasi dengan adanya dukungan dari suami saat proses
persalinan. Semakin besar dukungan yang diberikan oleh suami
kepada ibu pada persalinan kala II, maka dapat menyebabkan
perasaan ibu menjadi lebih positif, ibu menjadi lebih tenang, dan
27
dan bayi baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai
catatan persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan
kepada ibu selama masa nifas(terutama pada kala IV persalinan)
untuk memungkinkan penlong persalinan mencegah terjadinya
penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi
ini sangat penting terutama untuk menilai atau memantau
sejauhmana pelaksanaan asuhan persalinan yang aman dan bersih
telah dilakukan. Catatan persalinan terdiri dari unsur-unsur berikut :
1. Data atau informasi umum
2. Kala I
3. Kala II
4. Kala III
5. Bayi baru lahir
6. Kala IV
Cara pengisian:
Berebda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap
pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh
proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan
pada lembar belakang partograf secara lebih terperinci diuraikan
menurut unsurnya sebagai berikut :
a. Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan,
alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat
rujukan dan pendamping saat merujuk. Isi data pada masing-
masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara meberi
tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai
b. Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat
melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi,
penatalaksanaannya dan hasil penatalaksanaannya tersebut
c. Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat
janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan
hasilnya.
d. Kala III
43
b. Data Subyektif
1) Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
dating ke fasilitas kesehatan. Pada kasus persalinan, informasi
yang harus didapat dari pasien adalah kapan mulai terasa ada
kenceng-kenceng di perut, bagaimana intensitas dan frekuensinya.
Apakah ada pengeluaran cariran dari vagina yang berbeda dari air
kemih, apakah sudah ada pengeluaran lender yang disertai darah,
serta pergerakan janin untuk memastikan kesejahteraannya
(Sulistyawati & Negraheny, 2010:221). Keluhan utama dapat
berupa ketuban pecah dengan atau tanpa kontraksi
(Marmi,2016:122).
Ibu diminta menjelaskan hal-hal berikut:
a) Frekuensi dan lama kontraksi
b) Lokasi dan karakteristik rasa tidak nyaman akibat kontraksi
c) Menetapkan kontraksi meskipun perubahan posisi saat ibu
berjalan atau berkurang
d) Keberadaan dan karakter rabas atau show dari vagina
e) Status membrane amnion, misalnya semburan atau rembesan
cairan apabila diduga cairan amnion telah keluar, tanyakan
juga warna cairan.
Pada umumnya pasien mengeluh nyeri pada daerah pinggang
menjalar ke perut, adanya his yang makin sering, teratur,
keluarnya lender dan darah, perasaan selalu ingin buan air kemih,
bila buang air kemih hanya sedikit-sedikit (Christina’a Ibrahim,
1993 dalam Marmi, 2016: 122-123)
2) Tanda-tanda persalinan
a) Kontraksi
His dikatakan efektif apabila adanya koordinasi dan
gelombang kontraksi, kontraksi simetris dengan dominasi di
fundus uteri, dan amplitude sekitar 40-60 mmHg selama 60-
90 detik. (Marmi, 2016:55) Kenceng-kenceng teratur
disebabkan oleh perubahan hormonal progresif yang
menyebabkan peningkatan ekstabilitas otot-otot uterus.
Penurunan hormon progesterone sebagai tanda awal
62
4) Riwayat Obstetri
a. Riwayat Kehamilan Sekarang
Riwayat kehamilan sekarang meliputi: riwayat ANC, gerakan
janin, tanda-tanda bahaya atau penyulit, keluhan utama, obat yang
dikonsumsi, termasuk jamu, kekhawatiran ibu. (Rukiyah, et al,
2009; 144-145)
(1) Status Gravida, Para dan Abortus (GPA)
(a) Gravida menunjukkan berapa kali seorang wanita pernah
hamil. Bila saat ini wanita itu hamil maka kehamilannya
masuk hitungan
(b) Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang
berkaitan dengan kehamilannya (jumlah kehamilan).
Dibedakan dengan primigravida (hamil yang pertama
kali) dan multigravida (hamil yang kedua atau lebih)
(Sulistyawati, 2011; 191)
(c) Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan biasanya terjadi pada usia
kehamilan <20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram (Maryunani, 2013; 119)
(2) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
HPHT dapat dijabarkan untuk memperhitungkan tanggal
tafsiran persalinan. Bila siklus haid + 28 hari, rumus yang
dipakai adalah rumus Neagel yaitu hari +7, bulan -3, tahun +1
(Prawirohardjo, 1999 dalam Marmi, 2012; 123). Perkiraan
64
partus pada siklus haid 35 hari adalah hari +14, bulan -3,
tahun +1 (Sastrawinata, 1998 dalam Marmi, 2016:123)
(3) Gerakan Janin.
Perlu dikaji untuk mengetahui keadaan janin, apakah normal,
ada-tidaknya hipoksia, gerakan aktif atau tidak. Jika janin
tidak bergerak, ajukan diagnosa banding bayi tidur atau
hipoksia. Biasanya gerakan janin dalam rahim dapat
dirasakanpada usia kehamila 18-20 minggu (walaupun tiap
individu berbeda-beda. Wanita yang sudah memiliki
pengalaman hamil sebelumnya bisa merasa gerakan janin
sedini usia kehamilan 15 minggu. (Marmi, 2014:186-187).
Gerakan janin minimal 10 kali selama 12 jam.
(Widatiningsih, dkk. 2017:166).
(4) Riwayat imunisasi Tetanus Toxoid
Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada kehamilan
umumnya diberikan 2 kali saja, imunisasi pertama diberikan
pada usia kehamilan 16 minggu untuk yang kedua diberikan
4 minggu kemudian. Akan tetapi untuk memaksimalkan
perlindungan maka dibentuk program jadwal pemberian
imunisasi pada ibu hamil. (Rukiyah, et al, 2009; 7)
(5) Riwayat Antenatal Care (ANC)
Sesuai dengan kebijakan Departemen Kesehatan,
Kunjungan minimal selama hamil adalah 4 kali, yaitu 1 kali
pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada
trimester III. (Sulistyawati, 2011; 4)
Idealnya penjadwalan ulang bagi wanita yang
mengalami perkembangan normal selama hamil adalah:
a) Hingga usia 28 minggu, kunjungan dilakukan setiap 4
minggu.
b) Antara minggu ke-28 hingga 36, setiap 2 minggu.
c) Setiap minggu ke-36 hingga persalinan, dilakukan setiap
minggu.
d) Bila ibu mengalami masalah, tanda bahaya, atau jika merasa
khawatir, dapat sewaktu-waktu melakukan kunjungan.
(Romauli, 2011; 195)
65
5) Riwayat Pernikahan
Riwayat pernikahan perlu untuk dikaji Karena dari data ini
kita akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah
tangga pasangan. Beberapa pertanyaan yang diajukan adalah:
usia ibu saat pertama menikah, status pernikahan (sah/tidak sah),
lama pernikahan, dan pernikahan ke berapa. (Sulistyawati, 2011;
169)
a) Menikah
Menurut Astuti (2012; h.216) data tentang
pernikahan klien perlu ditanyakan apakah klien sekarang
sudah menikah atau belum. Untuk mengetahui apakah
status kehamilan tersebut dari hasil pernikahan yang resmi
atau yang tidak diinginkan
b) Usia saat menikah
Menurut Astuti (2012; 216-217) usia pernikahan
klien perlu dikaji karena apabila klien mengatakan bahwa
ia menikah di usia muda sedangkan klien pada saat
kunjungan awal ke tempat bidan tersebut sudah tak lagi
muda dan kehamilannya adalah yang pertama, ada
kemungkinan kehamilannya saat ini adalah kehamilan
yang sangat diharapkan. Hal ini akan sangat berpengaruh
bagaimana asuhan kehamilannya.
c) Lama pernikahan
Menurut Astuti (2012; 217) saat memberikan
asuhan kehamilan lama pernikahan klien dengan suami
perlu dikaji, sebab apabila mereka tergolong pasangan
muda, maka dapat dipastikan dukungan suami akan sangat
besar terhadap kehamilannya.
6) Riwayat Keluarga Berencana
Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi
hormonal dapat mempengaruhi EDD, dan karena penggunaan
metode lain dapat membantu “menanggali” kehamilan.
(Romauli, 2011; 164)
7) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
66
a) Pola Nutrisi
Data ini penting untuk diketahui agar bias mendapatkan
gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya selama
hamil sampai dengan masa awal persalinan. Selain makanan,
data mengenai intake cairan sangat penting karena akan
menentukan kecenderungan terjadinya dehidrasi. (Sulistyawati
& Nugraheny, 2010; 223). Aspek ini komponen penting dalam
riwayat prenatal. Status nutrisi seorang wanita memiliki efek
samping langsung pada pertumbuhan dan perkembangan janin
dan wanita memiliki motivasi tinggi untuk mempelajari gizi
yang baik. Pengkajian diet dapat mengungkapkan data praktik
khusus, alergi makanan dan perilaku makan, serta factor-faktor
lain yang terkait dengan status nutrisi. Jumlah tambahan kalori
ibu hamil adalah 300 kalori perhari dengan komposisi menu
seimbang (cukup, mengandung karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, dan air) adanya his berpengaruh pada
keinginan atau selera makan yang menurun (Sharon J. Reeder
et all, a1987 dalam Marmi, 2012; 126) Asupan nutrisi penting
sebagai gambaran bagaimana pasien mencukupi gizinya
sampai awal persalinan. Makanan ringan dan asupan cairan
yang cukup selama persalinan akan memberi banyak energi
dan mencegah dehidrasi (Sulistyawati dan Nugraheny, 2011;
223). Dehidrasi dapat memperlambat kontraksi atau membuat
kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif. (JNPK-KR,
2014; 50).
b) Pola istirahat
Menurut Sulistyawati & Nugraheny (2010; 224)
menyatakan istirahat sangat penting untuk mempersiapkan
energi menghadapi proses persalinan yang panjang. Perlu
ditanyakan kapan terakhir tidur dan berapa lama.
c) Pola aktivitas dan olahraga (terakhir)
Menurut Sulistyawati & Nugraheny (2010; 224)
pengkajian dilakukan untuk memberikan gambaran kita
tentang seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan pasien di
rumah. Jika di akhir kehamilannya pasien melakukan aktivitas
67
2) Status Present
Kepala : Mesocephal, rambut warna hitam, bersih, tidk mudah
rontok
Muka : simetris tidak pucat, tidak oedema
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih, bersih, tidak
ditemukan kelainan, tidak ada gangguan penglihatan
Hidung : bersih, tidak ditemukan polip, tidak ditemukan alergi debu.
Mulut : bibir merah muda, bibir lembab, warna lidah kemerahan,
lidah bersih, tidak sariawan, tidak ditemukan caries, tidak
bau mulut
Telinga : bersih, tidak ditemukan secret, tidak ada gangguan
pendengaran
Leher : tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe maupun limfe
Dada : simetris, tidak ditemukan retraksi dinding dada
70
minggu
(Kusmiyati, 2011:93-94)
a. Leopold II:
Untuk menentukkan bagian apa yang ada di sisi kanan dan
sisi kiri ibu. Punggung dideskripsikan sebagai teraba bagian
besar yang rata, memanjang dan terasa ada tahanan.
Sedangkan ekstremitas dideskripsikan sebagai teraba bagian
kecil-kecil yang menonjol (Widatiningsih&Dewi, 2017:183).
b. Leopold III
Untuk menentukkan apakah bagian terbawah janin dan
apakah bagian tersebut sudah masuk panggul ibu atau belum.
Jika teraba 1 bagian besar yang lunak, kurang melenting,
maka itu adalah kepala. Mulai 36 minggu tentukan apakah
sudah masuk PAP yaitu jika teraba kepala maka goyangkan,
bila masih mudah digoyangkan berarti belum masuk panggul
namun jika tidak dapat digoyangkan berarti kepala sudah
masuk panggul. (Widatiningsih&Dewi, 2017:183).
c. Leopold IV
Dilakukan bila leopold III ditemukan bagian terbawah sudah
masuk PAP dan usia gestasi >36 minggu. Tentukan tingkat
penurunan kepala apakah konvergen atau sejajar atau
divergenn. Pada primigravida usia 37 minggu kepala
harusnya sudah masuk panggul, pada multigravida mungkin
kepala baru masuk panggul saat inpartu dikarenakan tonus
otot abdomen yang sudah mengendur tidak cukup bisa
menekan kepala janin untuk memasuki panggul.
(Widatiningsih&Dewi, 2017:183).
d. TFU dalam cm (jika usia gestasi >22 minggu).
Pemeriksaan abdomen meliputi pengkajian subjektif ukuran
uterus pada trimester pertama kehamilan. Pemeriksaan TFU
ini untuk mengkaji kesesuaian tinggi fundus dengan usia
kehamilan sebagai deteksi dini penyulit kehamilan (Marmi,
2014:169).
73
c) Pembukaan/ dilatasi
Proses dilatasi dibagi menjadi 2 yaitu fase laten
(berlangsung selama kurang lebih 8 jam, pembukaan
terjadi sangat lambat sampai diameter 3 cm) dan fase
aktif (berlangsung selama 7 jam pembukaan dari 3 cm
sampai pembukaan 10 cm). Untuk serviks primipara
mendatar dan menipis dahulu kemudian membuka,
sedangkan pada multipara penipisan dan pembukaan
terjadi dalam waktu yang bersamaan.
3) Kulit Ketuban
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika
pembukaan hampir atau sudah lengkap. Tidak jarang
ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan sudah
lengkap (Sulistyawati & Nugraheny, 2010; 66).
Menurut Marmi (2012; 144) kondisi ketuban dinilai :
U (selaput ketuban Utuh), J (selaput ketuban pecah, air
ketuban Jernih), M (air ketuban bercampur Mekonium), D
(Air Ketuban bercampur Darah), K (Tidak ada air ketuban
“Kering”)
4) Presentasi dan Point of Direction (POD)
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2013; 32-33)
presentasi digunakan untuk menunjukan bagian janin yang
terdapat di bagian terbawah jalan lahir sedangkan posisi
menunjukan hubungan bagian janin tertentu dengan bagian
kiri, kanan, depan lintang (lateral) dan belakang dari jalan
lahir.
5) Moulage
Menurut Marmi (2012; 145) menyatakan bahwa cara
menulisnya menggunakan lambang:
b. Penatalaksanaan
Menurut Retno Heru Setyorini (2013; 37-46), pemberian asuhan
kala I terdiri dari:
a) Penggunaan partograph
Partograph merupakan alat untuk mencatat informasi berdasrakan
observasi dan pemeriksaan fisik pada ibu dalam persalinan dan alat
penting khusus untuk membuat keputusan klinis selama kala I.
Partograpd digunakan dalam mengamati dan mencatat kemajuan
persalinan melalui peemriksaan dalam, menentukan persalinan
berjalan normal atau tidak, pemantauan kemajuan persalinan,
kesejahteraanibu dan janin, mencatta asuhan yang diberikan serta
mengidentifikasi secara dini penyulit.
b) Memberikan dukungan persalinan
Ada lima kebutuhan seorang wanita dalam persalinan, yaitu:
- Asuhan tubuh/fisik
- Kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus. Menurut
penelitian yang dilaukan Puspitasari (2020) semakin tinggi
dukungan suami dan keluarga maka semakin rendah intensitas
nyeri yang dirasakan ibu bersalin.
- Keringanan dari rasa sakit
- Penerimaan sikap dan perilakunya
- Informasi dan kepastian tentang hasil yang aman
c) Mengurangi rasa sakit
Nyeri persalinan disebabkan kontraksi Rahim, dilatasi servik dan
distensi perineum. Rasa nyeri yang terjadi saat persalinan dapat
terjadi pada daerah-daerah tertentu saja terutama disekitar perut
79
detergen, sikat kuku dan gunting kuku, lembar plastic untuk alas
tempat tidur ibu saat persalinan, kantong plastic, sumber air bersih
yang mengalir, wadah untuk larutan klorin, wadah untuk air DTT.
Persiapan resusitasi: balon resusitasi dan sungkup no 0 dan 1,
lampu sorot 60 watt.
Obat-obatan dan perlengkapan untuk asuhan rutin dan
penatalaksanaan penyulit: 8 ampul oksitosin 1 ml 10 unit (atau 4
ampul oksitosin 2 ml 10 u/ml), 20 ml lidokain 1% tanpa epinefrin
atau 10 ml lidokain 2% tanpa epinefrin dan air steril atau cairan
garam fisiologik (NS) untuk pengenceran, 3 botol RL 500 ml,
selang infus, 2 kanul IV no 16-18 G, 2 ampul metal ergometrin
maleat, 2 vial larutan magnesium sulfat 40% (25 gr), 6 spuit 2 1/1-3
cc steril sekali pakai dengan jarum IM, 2 spuit 5 cc steril sekali
pakai dengan jarum IM, 1 spuit 10 cc steril sekali pakai dengan
jarum IM ukuran 22 panjang 4 cm atau lebih, 10 kaplet
amoksilin/ampisilin 500 mg atau amoksilin/ampisilin IV 2 gr.
Set jahit: 1 spuit 10 ml steril sekali pakai dengan jarum Im ukuran
22 panjang 4 cm atau lebih, pinset, pegangan jarum, 2-3 jarum jahit
ukuran 9-11, benang kromik 1x pemakaian ukuran 2.0 dan/3.0 1
dan 1 pasang sarung tangan DTT steril, 1 kain bersih.
(2) menyiapkan rujukan
(3) memberikan asuhan saying ibu
e) Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu
- Membatu ibu dalam persalinan jika tampak gelisah, ketakutan
dan kesakitan
- Jika ibu tamak kesakitan dapat memberikan dukungan
dengan membantu perubahan posisi, tidur miring ke kiri,
memijat punggung atau membasuh muka diantara kontraksi,
mengajari Teknik relaksasi dengan menarik nafas Panjang,
menahan nafasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara
meniup udara ke luar sewaktu terasa kontraksi.
- Mejaga privasi ibu dalam persalinan
- Menjelaskan mengenai kemajuan persalinan dan perubahan
yang terjadi serta prosedur tindakan dan hasil pemeriksaan
82
Catatan Perkembangan
1. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II
Tanggal ............. jam................
Tabel 2.9 Teori Kala II.
Subyektif Menurut Setyorini (2013; 48), gejala dan tanda kala II
persalinan adalah :
1. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum
dan/atau vaginanya.
3. Pada kala II ibu mengatakan merasa mules, kenceng
semakin kuat dan teratur serta merasa telah mengeluarkan
cairan dari jalan lahirnya. Hal ini dapat terjadi karena
dibelakang serviks terletak ganglion sevicalis (fleksus
frankenhauser), bila ganglion ini digeser dan ditekan (oleh
kepala janin), maka akan timbul kontrasi uterus dan rasa
ingin meneran. (Sulistyawati, 2013; 234 dan 5)
Obyektif Menurut Setyorini (2013; 48) data objektif kala II yaitu :
1. Ekspresi wajah pasien serta bahasa tubuh (body language)
yang menggambarkan suasana fisik dan psikologis paisen
menghadapi kala II.
83
suntik
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyeka dengan hati-
hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas
atau kasa yang dibasahi air DTT.
8. Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan pada larutan
klorin 0,5% kemudian melepaskan dan merendam dalam
keadaan terbalik selama 10 menit. Mencuci kedua tangan
setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi atau
saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal (120-160 x/menit).
11. Memberitahukan ibu bahwa pembukaan sudah lengkap
dan keadaan janin baik dan membantu ibu menemukan
posisi yang nymana dan sesuai keinginan.
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi
meneran (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi
kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain
yang diinginkan dan memastikan ibu nyaman).
13. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu
merasakan ada dorongan kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posiis yang nyaman, jika belum ada dorongan
meneran dalam 60 menit.
15. Meletakkan handuk bersih untuk mengeringkan bayi di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm.
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah
bokong ibu.
17. Membuka tutup set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
Lahirnya kepala:
85
Subjektif Wanita merasa gembira, bangga pada dirinya, lega, dan sangat lelah
(Varney, 2008; 826). Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2013; 237)
data subjektif pada persalina kala III meliputi:
1. Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir melalui vagina.
2. Pasien mengatakan bahwa ari-arinya belum lahir.
3. Pasien mengatakan bahwa perut bagian bawahnya terasa mulas.
Objektif Menurut Varney (2008; 826) tanda lepasnya plasenta :
1. Tetesan atau pancaran darah yang mendadak.
2. Pemanjangan tali pusat yang terlihat pada introitus vagina
3. Perubahan bentuk uterus dari diskoid ke bentuk globular sewaktu
uterus sekarang berkontraksi dengan sendirinya.
4. Perubahan posisi uterus : uterus meninggi di dalam abdomen
karena bagian terbesar plasenta dalam segmen bawah uterus atau
ruang vagina atas mendesak uterus ke atas.
Sulistyawati dan Nugraheny (2013; 237) mengatakan bahwa data
objektif pada kala III persalinan yaitu :
1. Bayi lahir secara spontan pervaginam pada tanggal …, jam …,
jenis kelamin laki – laki/perempuan, normal/ada kelainan,
menangis spontan kuat, kulit warna kemerahan.
2. Plasenta belum lahir.
3. Tidak teraba janin kedua.
4. Teraba kontraksi uterus.
Assesment Ny.X umur 20-35 tahun G≤4P≤3A0 dalam persalinan kala III
fisiologis.
Pelaksanaan 1. Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain
di uterus (hamil tunggal).
2. Memberitahu ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin
(agar uterus berkontraksi dengan baik).
3. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
87
2010; 239).
bayi.
9. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan per vaginam:
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
Setiap 20-30 menit pada 1 jam kedua pasca persalinan
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan
asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
10. Mengajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase
uterus dan menilai kontraksi
11. Mencuci alat dan membuang bahan-bahan yang
terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. Melakukan
sterilisasi alat.
12. Memastikan ibu merasa nyaman, membantu ibu
memberikan ASI dan menganjurkan ibu tidak memiliki
pantangan terhadap makanan.
13. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
KALA I :....................cc
KALA II :....................cc
KALA III :....................cc
KALA IV :....................cc
Jumlah.................................cc
14. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
kemudian mengeringkan dengan tissue atau handuk yang
kering dan bersih.
15. Melengkapi partograph depan belakang, memeriksa tanda
vital dan asuhan akla IV.
(Setyorini, 2013; 79-81)
Evaluasi Hasil akhir dari asuhan persalinan kala IV normal adalah
pasien dan bayi dalam keadaan baik, yang ditunjukan dengan
stabilitas fisik dan psikologis pasien. Kriteria dari
keberhasilan ini adalah sebagai berikut:
1. Tanda vital pasien normal
2. Perkiraan jumlah perdarahan total selama persalinan tidak
lebih dari 500 cc
91
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Puji. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta;
Rohima press
Eniyati & Melisa. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar
Ginting, Desideria Yosepha. 2020. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap
Involusi Uterus Pada Ibu Postpartum. Jurnal Kebidanan Kestra. 2(2):194-198
Info Media
JNPK-KR. (2014). Asuhan Persalinan Normal. Asosiasi Unit Pelatihan Klinik
Organisasi Profesi. JNPKR. (2014). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan
Normal
Kristianingrum, Dita Yuniar. 2020. Pengaruh Rangsangan Puting Susu Dengan
Pembukaan Serviks Pada Persalinan Kala 1 Fase Aktif (Studi Di Kamar
Bersalin RSUD Jombang). Jurnal Kebidanan. 10(1):51-55
Kusmiyati, et al. (2011). Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta:
Fitramaya
Manalu, Andayani Boang, dkk. 2019. Pengaruh Rangsangan Puting Susu Terhadap
Waktu Kelahiran Plasenta Pada Ibu Bersalin Kala Iii Di Klinik Menta
Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019. Jurnal Penelitian
Kesmas. 2(1):100-104
Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC
Rukiyah AY, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan II Persalinan. Jakarta: CV. Trans
Rukiyah, et al. (2009). Asuhan Kebidanan II Persalinan. Edisi Revisi. Jakarta: TIM
Safitri, Juistira, dkk. 2020. Terapi Relaksasi (Napas Dalam) dalam Mengurangi Nyeri
Persalinan. Jurnal Dunia Kesmas. 9(3):365-370.
Sari, Dewi Erlina Asrita, dkk. 2020. Hubungan Pendampingan Suami Dalam
Persalinan Dengan Kemajuan Persalinan Kala I Fase Aktif Di Rb. Bunda Puja
Tembilahan. Jurnal Selodang Mayang. 6(1): 31-38
Setyorini, Retno Heru. (2013). Belajar Tentang Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sulistyawati, A & Esti Nugraheny. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika.
Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta : Fitramaya.
Varney, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 4. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Walyani ES, Purwoastuti TE. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL.
Widatiningsih, S., & Dewi, C.H.T. (2017). Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta: Trans Medika
94
Widiastutik, Sulenti. 2020. Hubungan Manajemen Aktif Kala III Dengan Kejadian
Perdarahan Post Partum Primer Di PBM Umi Surabaya. Jurnal Ilmiah J-
HESTECH. 3(1):35-42.
Wulan, Sri, dkk. 2020. Hubungan Pendamping Persalinan Dengan Kecemasan Ibu
Bersalin Di Klinik Kasih Ibu Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.
Jurnal Ilmiah Kebidanan&Kespro. 2(2):11-17.