PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana adalah suatu sistem untuk mengatur dan merencanakan
kapan dan berapa jumlah anak yang diinginkan dalam sebuah pernikahan. Hal ini sangat
dianjurkan dan memang banyak manfaat yang dirasakan, kuantitas sedikit tapi lebih
bermutu itu lebih baik dari pada kuantitas banyak tapi mutunya kurang. Penggunaan KB
dapat memplaning masa depan anak dan juga tentang gizi anak tentunya lebih terjamin
karena sudah ada perencanaannya.
Ada berbagai macam jenis alat KB yang digunakan di Indonesia, salah satunya
adalah KB IUD. Di Indonesia, sistem KB ini belum begitu popular karena kebanyakan
masyarakat meyakini penggunaan KB ini menyakitkan. Dalam program BKKBN, KB
IUD digunakan untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan atau kesuburan,
IUD atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) ini dipasang didalam rahim ibu untuk
mencegah bertemunya sel telur dengan sperma.
Program Keluarga Berencana (KB) erat kaitannya dengan berbagai alat
kontrasepsi, penggunaan alat kontrasepsi modern juga di tujukan untuk mengatur jarak
kelahiran dan jumlah anak yang direncanakan. Ada beberapa alat kontrasepsi yang telah
dipasarkan di masyarakat antara lain : Pil, Suntik, AKDR, Implant, Vasektomi dan
Tubektomi.
Kebijaksanaan pemerintah tentang KB saat ini mengarah pada pemakaian MKJP
(Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) : IUD atau AKDR merupakan salah satu cara KB
efektif terpilih yang sangat diprioritaskan pemakaiannya oleh BKKBN pada ibu dalam
rangka menjarangkan kehamilan dan mengakhiri kesuburan karena IUD mempunyai
efek samping relatif kecil dan pembinaannya juga lebih mudah.
Dari data Laporan Umpan Balik Pelayanan Kontrasepsi tahun 2012 dan 2013
oleh BKKBN, didapatkan bahwa Penggunaan kontrasepsi IUD sampai dengan Februari
2012 sebanyak 83.153 peserta atau 15,47% terhadap PPM (Perkiraan Permintaan
Masyarakat), meningkat pada tahun 2013, sampai dengan Februari 2013 yaitu sebanyak
105.024 atau 18,43% terhadap PPM. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut,
salah satunya adalah kualitas pelayanan.
Pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha atau kegiatan yang
bersifat jasa. Perannya akan lebih besar dan bersifat menentukan manakala dalam
kegiatan-kegiatan jasa di masyarakat itu terdapat kompetisi dalam usaha merebut
pasaran atau langganan. Begitu pula di bidang Pemerintahan, masalah pelayanan
perannya sangat besar karena menyangkut kepentingan umum, bahkan kepentingan
rakyat secara keseluruhan. Pelayanan pula yang menentukan bagaimana kualitas dari
sebuah kegiatan. Oleh karena nya para penyelenggara pelayanan KB IUD harus
melaksanakan pelayanan atas dasar kesuakrelaan, keterbukaan, dan kejujuran. Di
samping itu penyelenggara pelayanan KB IUD harus memiliki kemampuan untuk
menjelaskan alkon IUD secara benar dan lengkap dengan segala kelebihan dan
kekeurangannya, di samping harus mengikuti standar pelayanan yang telah ditentukan
Salah satu aspek kualitas pelayanan adalah tanggung jawab ( Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Diponegoro, 2010).
Hal ini lah yang menjadi latar belakang penulis untuk membuat dokumentasi
kebidanan keluarga berencana khususnya IUD sebagai salah satu bentuk tanggung jawab
penyelenggara pelayanan KB terhadap akseptor KB IUD.
B. Tujuan Umum
1. Membantu petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan pada ibu
dalam penggunaan KB
2. Memberikan dorongan kepada bidan agar lebih berfikir sistematis, kritis, dan analitik
dalam memberikan asuhan pada ibu dalam penggunaan KB
3. Meningkatkan kemampuan bidan dalam melakukan pelayanan khususnya dalam
ranah yaitu mengenai asuhan pada ibu dalam penggunaan KB
C. Tujuan Khusus
1. Sebagai bentuk pembelajaran pendokumentasian bagi mahasiswa kebidanan
2. Sebagai bentuk metode pembelajaran yang di praktikkan langsung ke lahan
3. Sebagai bentuk tanggung jawab terhadap tugas praktik bagi mahasiswa kebidanan
D. Manfaat
Memberikan motivasi kepada petugas kesehatan khususnya bidan untuk
meningkatkan pelayanan yang berkualitas, aman, nyaman, yang memperhatikan aspek
keprofesionalan serta memberikan pengetahuan bagi para mahasiswa khususnya
kebidanan dalam proses pendokumentasian.
BAB II
TINJAUAN TEORI
f. Suku Bangsa
Suku bangsa perlu dikaji karena merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keputusan dalam memilih metode kontrasepsi. Saat ini tren sosial budaya suku bangsa
tentang jumlah keluarga; dampak jumlah keluarga tempat individu tersebut. Pentingnya
memiliki anak laki-laki di mata masyarakat karena akan meneruskan nama keluarga;
apakah masyarakat menghubungkan secara langsung antara jumlah anak yang dimiliki
seorang laki-laki dengan kejantanannya; nilai dalam masyarakat tentang menjadi
seorang “wanita” hanya bila ia dapat “memberi” anak kepada pasangannya. (Varney,
2007:414)
I. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
Alasan ibu megunjungi tenaga kesehatan, seperti yang diungkapkan dengan
kata-kata sendiri (Varney,2007:382).
Ibu datang ke pelayanan klinik atas keinginan untuk mengendalikan
kehamilan secara permanen atau sementara (Varney, 2007:416).
2. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan ( Sulistyawati.2009: hal.167). maksud kunjungan
antara lain untuk mengetahui apakah klien ingin menunda, menjarangkan,
mengakhiri kehamilan. (Hartanto, 2010:30)
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan harus diketahui pada ibu yang akan menjadi akseptor KB.
Perlu untuk dikaji tentang keadaan atau kondisi yang mempengaruhi persyaratan
medis dalam setiap penggunaan metode kontrasepsi yang mana keadaan atau syarat
medis dalam penggunaan setiap kontrasepsi tidak permanen dikelompokkan dalam
kategori:
1: kondisi di mana tidak ada pembatasan apa pun dalam penggunaan metode
kontrasepsi.
2: penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan
resiko yang diperkirakan akan terjadi.
3: risiko yang diperkirakan lebih besar daripada manfaat penggunaan
kontrasepsi.
4: risiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut dapat digunakan.
(Saifudin, 2014:U-27)
Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai petanda (warning)
kontraindikasi KB IUD. Dikaji mengenai kontraindikasi penggunaan KB . Diantaranya :
a. Alergi terhadap logam
Harus diwaspadai terhadap calon akseptor IUD. Penyakit Wilson atau penyakit
gangguan logam yang turun menurun. Reaksi alergi terhadap Cu akan menimbulkan
banyak keluhan. (Hartanto, 2010 : 209).
b. Infeksi pada panggul
Kontraindikasi: Kontrasepsi IUD. Merupakan komplikasi yang serius yang
berhubungan dengan pemakai IUD. Pada keluhan yang berat, dapat menyebabkan
sumbatan partial ataupun total pada satu atau kedua tuba falopii, dengan akibat
bertambah besarnya kemungkinan insiden kehamilan ektopik dan infertilitas. (Hartanto,
2010 : 219)
c. Perdarahan vagina dengan penyebab tidak jelas
(kanker serviks, karsinoma, danmioma uteri, dan jenis kanker lain yaitu ada kaitannya
dengan ketergantungan hormon).
d. Anemia (Hb<9 gram / hematokrit < 27) IUD tanpa progestin mengakibatkan
penambahan gerakan halus pada uterus dalam meluruh, sehingga darah haid akan
lebih banyak.
e. Cervicitis akut
f. Ca Uteri dan Mioma Uteri
g. IUD akan memperberat keadaan, banyak terjadi pada wanita yang sudah kawin dan
punya anak serta wanita berumur 25 tahun mempunyai mioma. (Winkjosastro,
2010:338)
h. Kelainan pembekuan darah
i. DM
j. penyakit jantung
k. Endometriosis, Myoma uteri ,polip endometrium,kelainan konginetal uteri
c. Pola aktivitas
Dikaji bagaimana aktivitas yang dilakukan ibu sehari-hari karena kesibukan bisa
mengakibatkan ibu sehari-hari karena kesibukan bisa mengakibatkan penurunan
frekuensi hubungan seksual. (Saifuddin,2014; h.MK-56)
d. Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui kebiasaan pola kebersihan diri ibu yang berhubungan
langsung dengan kebersihan genital, karena dapat memungkinkan masuknya
kuman-kuman yang biasa hidup di dalam traktus genitalia bagian bawah ke dalam
uterus. (Hartanto, 2010 :220) .
e. Hubungan Seksual
Pada orang yang mempunyai patner seksual banyak, cenderung mengidap penyakit
hubungan seksual, meskipun tidak menunjukkan gejala. Bagi akseptor IUD tidak
ada keluhan nyeri sewaktu koitus, tetapi pihak suami yang sering merasakan karena
adanya pemotongan benang yang terlalu panjang ataupun terlalu pendek (Hartanto,
2010 :208). Dispareuni yang mungkin menderita PID yang merupakan
kontraindikasi pemasangan IUD (Hartanto 2010:221).
9. Data Psikososial Spiritual
Tren saat ini tentang jumlah keluarga, dampak jumlah keluarga tempat individu
tersebut, pentingnya memiliki anak laki-laki dimata masyarakat karena akan
meneruskan nama keluarga, apakah masyarakat menghubungkan secara langsung
antara jumlah anak yang dimiliki seorang laki-laki dan kejantanannya, nilai dalam
masyarakat tentang menjadi seorang “wanita” hanya bila ia dapat “memberi” anak
kepada pasangannya (Varney,2007; h.414-415)
(Widatiningsih, 2017:177-179)
3) Nadi
Peningkatan denyut nadi dapat menunjukan infeksi, syok, ansietas, atau
dehidrasi. (Varney,2007:693)
4) Respirasi
Respirasi : Peningkatan frekuensi pernafasan dapat menunjukan syaok atau
ansietas. (Varney,2007:693).
4. Berat Badan
Berat badan juga menunjukkan status gizi ibu.(Rukiah, 2013:91).
b. Status Present
1. Kepala : Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, bersih atau kotor, dan berketombe
atau tidak. (Sulistyawati,2009:175).
2. Muka :Klien dikaji pada daerah wajah apakah pucat/ sianosis karena merupakan
salah satu tanda penyakit jantung. (Saifuddin, 2014: MK-72)
3. Mata : Dikaji apakah cyanosis/pucat pada konjungtiva. Apabila ditemukan,
calon akseptor mungkin mempunyai penyakit jantung yang serius, Sklera yang
berwarna kuning terdapat kemungkinan indikasi penyakit hati. (saifuddin,2014;
h.MK-41)
4. Dada : Untuk mengetahui apakah pola pernapasan normal, adakah tanda
ketidaknyamanan bernafas. (Kusmiyati, 2011:83)
5. Abdomen : Adanya perut membesar, uterus membesar, teraba ballottement,
merupakan tanda-tanda kemungkinan hamil yang merupakan kontraindikasi.
(Hartanto, 2010: 162).
6. Genetalia
Untuk mengetahui adakah perdarahan per vaginam yang tidak diketahui
penyebabnya dan adakah infeksi pada genitalia yang menjadi kontraindikasi
pemakaian IUD (Saifudin, 2014:MK-83)
c. Pemeriksaan Inspekullo.
Pada pemasangan KB IUD terlebih dahulu diperiksa pada pemeriksaan inspekulo yaitu
adakah ada lesi atau peradangan pada portio, ada tanda-tanda kehamilan atau tidak.
(Hartanto, 2010: 163)
d. Pemeriksaan Dalam atau bimanual.
Untuk mengetahui apakah gerakan serviks bebas, mengetahui besar uterus dan posisi
uterus, mengetahui tanda kehamilan berupa portio kaku atau lunak, mengetahui adanya
nyeri adneksa/ tumor. (Sulistyowati, 2011: 89).
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada setiap ibu dilakukan untk secreening terhadap penyakit atau
keadaan yang dapat menjadi kontraindikasi penggunaan alat kontrasepsi. Pemeriksaan penunjang
hanya dilakukan jika ada indikasi.
1. Urine pp test
Untuk memastikan klien tidak hamil. Perlu dilakukan bila dimungkinkan adanya
tanda kehamilan karena kehamilan atau diduga hamil merupakan kontra indikasi
(Hartanto,2010:79).
2. Hb
Untuk mengetahui ibu menderita anemi/tidak. Bila Hb<12gr% berarti anemi ibu
tidak dianjurkan menggunakan IUD (Hartanto,2010:79)
III. ASSESEMENT
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudian dianalisa dan diinterpretasikan
untuk dapat menentukan diagnosa dan masalah ibu. (Widatiningsih, dkk., 2017:185)
1. Diagnosa Kebidanan:
Ny... umur... tahun P... A... calon akseptor KB IUD
Data dasar :
a. Umur
Pada penggunaan AKDR,kontrasepsi dilakukan pada wanita usia produktif normal
yaitu umur 20 - 35 tahun.
(1) Fase Menunda/Mencegah Kehamilan
PUS dengan usia isteri < 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya.
(2) Fase Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri 20-30/35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk
melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun.
(3)Fase Menghentikan/Mengakhiri Kehamilan/Kesuburan
Periode istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya
mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak.
b. Para :1/ > 1
Diperlukan penjelasan tentang jumlah gravida dan para ibu. . (Varney, 2008: 691)
c. HPHT :tidak sedang hamil
d. Alasan kunjungan:ingin menjadi akseptor KB IUD
2.Masalah
Jika hasil analisa data menunjukkan bahwa ibu mengalami masalah yang memerlukan
penanganan namun tidak dapat dimasukkan dalam kategori diagnosa, maka tuliskan sebagai
masalah. (Widatiningsih, dkk., 2017:186)
a. Keputihan
Dengan gejala dapat timbul setelah pemasangan AKDR dan keluar cairan
berwarna putih dari vagina. Hal ini disebabkan reaksi dari endometrium karena
adanya AKDR di dalam kandung rahim atau bisa juga disebabkan adanya infeksi
yang terbawa saat pemasangan AKDR. (Marmi, 2016:269)
Evaluasi asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD, menurut sarwono prawirohardjo (2014: 453)
yaitu:
a. Terjadi perdarahan,umumnya setelah pemasangan IUD akan terjadi perdarahan sedikit-
sedikit,dan biasanya terjadi keluhan yang biasa terjadi yaitu menoragia,spotting,metroragia.
b. Rasa nyeri atau kejang diperut setelah pemakaian IUD,biasanya rasa nyeri ini berangsur-
angsur hilang dengan sendirinya.
c. Gangguan saat bersenggama,biasanya benang akan sedikit terasa saat berhubungan suami istri
ini disebabkan karena benang IUD yang keluar dari porcio uteri terlalu pendek atau terlalu
panjang.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada akssetor calon KB IUD pada Ny. L
Umur 26 tahun P1 A0, dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan pengkajian data, diperoleh data bahwa umur 26 tahun P 1 A 0 , datang ke
bidan karena ingin menggunakan KB spiral (IUD). Ny. L datang dalam keadaan sehat
dan sadar, tidak sedang dan tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang
kontraindikatif seperti penyakit jantung, DM, TBC pelvik, PMS, ISK, maupun infeksi
lainnya.
2. Dalam assessment, didapatkan bahwa Ny. L sebagai akseptor IUD dengan data dasar
telah tersebut di atas.
3. Pelaksanan pemasangan KB IUD yang dilakukan di Puskesmas Kandangan sudahlah
sama dengan apa yang ada di teori dan Puskesmas Kandangan, Temanggung, juga
memberikan altenatif kemudahan dalam pemsangan tetapi tidak melenceng dari teori
yang ada. Serta tidak terdapat kesenjangan yang mencolok.
B. SARAN
1. Untuk penyelenggara pelayanan KB, diharapkan tetap mempertahankan kualitas dari
pelayanan yang telag diberikan dan akan lebih baik bila meningkatkan prosfesionalisme
dengan mengupdate ilmu ilmu yang lebih baru.
2. Untuk akseptor KB IUD, agar dapat lebih kritis dalam menerima pelayanna dalam
pemasanagn IUD. Dapat dengan bertanya mengenai hal hal yang memang belum
dimengerti, sehingga aka nada interksi 2 arah yang dapat meningkatkan kualitas
pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin, 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Sulistiyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta:PT. Salemba
Medika
Varney, Helen.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Varney, Helen.2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 Volume 2. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Widatiningsih, Sri, dkk. 2017. Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan. Yogyakarta:Trans Medika