Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA BERENCANA DAN KONTRASEPSI

OLEH :

Emerensiana Susana Benga


NIM. 74202822

Mengetahui
Pembimbing/CT Pembimbing/CI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2023
A. KONSEP KELUARGA BERENCANA (KB) DAN KONTRASEPSI
1. KELUARGA BERENCANA
1) Definisi
Keluarga berencana merupakan salah satu strategi untuk mendukung percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dengan mengatur waktu, jarak, jumlah
kehamilan, sehingga dapat mencegah atau memperkecil kemungkinan ibu hamil
mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin (Kemenkes RI, 2014).
Menurut World Health Organization (2016), Keluarga Berencana (Family
Planning) dapat memungkinkan pasangan usia subur (PUS) untuk mengantisipasi
kelahiran, mengatur jumlah anak yang diinginkan, dan mengatur jarak serta waktu
kelahiran. Hal ini dapat dicapai melalui penggunaan metode kontrasepsi dan tindakan
infertilitas.
Dalam pelaksanaannya, sasaran pelaksanaan program KB yaitu Pasangan Usia
Subur (PUS). Pasangan usia subur adalah pasangan suami-istri yang terikat dalam
perkawinan yang sah, yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun
(Kemenkes RI, 2018).
2) Tujuan KB
a) Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga
b) Dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga yang bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
c) Pengaturan kelahiran
d) Pendewasaan usia perkawinan
e) Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga (Sulistyawati, 2018).
3) Sasaran Program KB
Sasaran langsung dari program KB adalah PUS yang bertujuan untuk menurunkan
tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan
sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu
dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas dan keluarga sejahtera (Kemenkes RI,
2018)
4) Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a) Ibu
b) Suami
c) Seluruh keluarga
d) Keluarga berencana
e) Kesehatan reproduksi remaja
f) Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
g) Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas (Sulistyawati, 2018).
5) Manfaat Keluarga Berencana (KB)
Menurut WHO (2018) manfaat KB adalah sebagai berikut :
a) Mencegah Kesehatan terkait Kehamilan
Kemampuan wanita untuk memilih untuk hamil dan kapan ingin hamil memiliki
dampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraannya. KB memungkinkan jarak
kehamilan dan penundaan kehamilan pada wanita muda yang memiliki risiko
masalah kesehatan dan kematian akibat melahirkan anak usia dini.
b) Mengurangi AKB (Angka Kematian Bayi)
KB dapat mencegah kehamilan dan kelahiran yang berjarak dekat dan tidak tepat
waktu. Hal ini berkontribusi pada beberapa angka kematian bayi tertinggi di dunia.
Bayi dengan ibu yang meninggal akibat melahirkan juga memiliki risiko kematian
yang lebih besar dan kesehatan yang buruk.
c) Membantu Mencegah Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
KB mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan di antara wanita yang hidup
dengan HIV, mengakibatkan lebih sedikit bayi yang terinfeksi dan anak yatim.
Selain itu, kondom pria dan wanita memberikan perlindungan ganda terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan dan terhadap IMS termasuk HIV.
d) Memberdayakan Masyarakat dan Meningkatkan Pendidikan
KB memungkinkan masyarakat untuk membuat pilihan berdasarkan informasi
tentang kesehatan seksual dan reproduksi. KB memberikan peluang bagi perempuan
untuk mengejar pendidikan tambahan dan berpartisipasi dalam kehidupan publik,
termasuk mendapatkan pekerjaan yang dibayar. Selain itu, memiliki keluarga yang
lebih kecil memungkinkan orang tua untuk  berinvestasi lebih banyak pada setiap
anak. Anak-anak dengan lebih sedikit saudara kandung cenderung tetap bersekolah
lebih lama daripada mereka yang memiliki banyak saudara kandung.
e) Mengurangi Kehamilan Remaja
Remaja hamil lebih cenderung memiliki bayi prematur atau bayi berat lahir rendah
(BBLR). Bayi yang dilahirkan oleh remaja memiliki angka kematian neonatal yang
lebih tinggi. Banyak gadis remaja yang hamil harus meninggalkan sekolah. Hal ini
memiliki dampak jangka panjang bagi mereka sebagai individu, keluarga dan
komunitas.
f) Perlambatan Pertumbuhan Penduduk 
KB adalah kunci untuk memperlambat pertumbuhan penduduk yang tidak 
berkelanjutan dengan dampak negatif yang dihasilkan pada ekonomi, lingkungan,
dan upaya pembangunan nasional dan regional.
2. KONTRASEPSI
1) Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang pada wanita dan sel sperma
pada pria yang mengakibatkan kehamilan. Maksut dari kontrasepsi adalah menghindari
atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma tersebut (Farida , 2017).
Teknik yang digunakan dapat berupa alat, obat, cara perhitungan atau pengamatan
dan operasi. Hal tersebut dilakukan untuk menjarangkan (spacing) dan membatasi
(limitation) kehamilan (Kemenkes RI, 2018).
2) Macam-Macam Kontrasepsi
Berdasarkan lama efektivitasnya kontrasepsi dapat dibagi menjadi 2 yaitu
(BKKBN,2014) :
a. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yang termasuk dalam kategori ini
adalah jenis susuk/implan, MOW,IUD dan MOP
b. Non MKJP (Non metode kontrasepsi jangka panjang), yang termasuk dalam
kategori ini adalah kondom, pil dan suntik.

3) Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi

Menurut Notoatmodjo (2014) perilaku terbentuk dalam diri seseorang dari


dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri (internal) dan faktor dari luar
(eksternal). Faktor internal seperti karakteristik, motivasi, persepsi, sugesti.
Sedangkan faktor eksternal atau stimulus adalah lingkungan, sosial budaya,
kepercayaan, ekonomi. Perilaku kesehatan yang dapat diamati maupun tidak
dapat diamati berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan seperti
pemilihan alat kontrasepsi. Perilaku kesehatan dalam pemilihan kontrasepsi
berkaitan dengan beberapa faktor yaitu:

1) Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja (Notoatmodjo, 2014).
2) Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi
(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi
(evaluation) .
3) Pendidikan
Akseptor dengan tingkat pendidikan rendah, keikutsertaanya dalam
program KB hanya ditujukan untuk mengatur kelahiran. Sementara itu
pada akseptor dengan tingkat pendidikan tinggi, menggunakan
kontrasepsi untuk mengatur kelahiran dan meningkatkan
kesejahteraan keluarga dengan cukup dua anak.
4) Pengambilan keputusan
Keputusan penggunaan kontrasepsi mayoritas dilakukan secara
bersama-sama oleh suami dan istri. Manfaat keputusan menjadi
peserta keluarga berencana akan secara bersama-sama dirasakan oleh
seluruh anggota keluarga.
5) Pengalaman pemakaian kontrasepsi
Faktor yang berperan penting dalam pemilihan metode kontrasepsi
yang akan diputuskan selanjutnya, hal ini terkait dengan pengalaman
primer. Sementara pengalaman yang dialami orang lain dalam
pemakaian metode kontrasepsi dapat dijadikan pengalaman sekunder
yang dapat mempengaruhi seseorang akseptor KB dalam menentukan
metode kontrasepsi (Saragih dkk, 2018).
6) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan dalam keadaan
hidup (BKKBN, 2015). Jumlah anak merupakan salah satu faktor yang
paling mendasar mempengaruhi perilaku pasangan usia subur
(keluarga) dalam menggunakan metode kontrasepsi.
7) Sumber informasi
Sumber informasi merupakan segala hal yang dapat digunakan oleh
seseorang untuk mengetahui tentang hal baru dan memberikan
landasan kognitif bagi terbentuknya sikap seseorang. Sumber
informasi diperoleh dari tokoh masyarakat, tenaga kesehatan, media
massa, dan keluarga yang memiliki peranan penting bagi pasangan
usia subur (PUS) dalam pemakaian kontrasepsi (Rachmayani, 2015).
8) Jaminan kesehatan masyarakat
Jamkesmas adalah sebuah program jaminan kesehatan untuk warga
Indonesia dengan memberikan perlindungan sosial dibidang kesehatan
untuk menjamin kebutuhan dasar kesehatannya dapat terpenuhi
(Permenkes, 2014). Pelayanan yang diberikan Jamkesmas bersifat
komprehensif berjenjang. Pelayanan KB gratis termasuk dalam
pelayanan yang diberikan di tingkat Puskesmas kecuali untuk jenis
MOW dan MOP yang harus dirujuk ke rumah sakit.
9) Dukungan suami
Suami dipandang sebagai kepala keluarga, pelindung keluarga, pencari
nafkah dan seseorang yang dapat membuat keputusan dalam keluarga.
Dukungan suami merupakan dorongan yang diberikan oleh suami
berupa dukungan moral dan material dalam hal mewujudkan suatu
rencana yaitu pemilihan kontrasepsi .
B.  ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Pengumpulan data ini
meliputi :
a) Data Subjektif 
Data subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut dapat ditentukan nama dengan informasi
atau komunikasi.
Data subjektif meliputi :
(1) Biodata : Identitas pasien dan penanggung jawab (suami, ayah, keluarga).
(a) Nama pasien dikaji untuk membedakan pasien satu dengan yang lain agar
tidak keliru dalam memberikan penanganan.
(b) Umur pasien dikaji untuk mengetahui adanya resiko, apabila dibawah 20
tahun, alat-alat reproduksi belum matang dan jika lebih dari 35 tahun akseptor
KB mendekati menopause.
(c) Agama pasien dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien
untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(d) Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan yang  berhubungan
dengan KB.
(e) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
(f) Pekerjaan pasien dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena mempengaruhi dalam pemenuhan gizi pasien.
(g) Alamat pasien dikaji untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam
keadaan mendesak sehingga bidan mengetahui tempat tinggal pasien.
(2) Keluhan Utama
Mengetahui keluhan utama/alasan datang ke institusi pelayanan kesehatan dan
kunjungan saat ini apakah kunjungan pertama atau kunjungan ulang
(3) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, perkawinan ke, umur klien saat perkawinan
dan lama perkawinan
(4) Riwayat Menstruasi
Meliputi siklus, lama menstruasi, dismenorea, perdarahan pervaginam dan flour
albus
(5) Riwayat kehamilan
Persalinan dan nifas yang lalu untuk mengetahui jumlah paritas dan abortus.
(6) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui metode yang dipakai, waktu, tenaga dan tempat saat
pemasangan dan berhentinya, keluhan/alasan berhenti Riwayat kesehatan Untuk
mengetahui riwayat penyakit sekarang seperti batuk, pilek ataupun demam.
Riwayat penyakit sistemik yang sedang atau pernah diderita (penyakit jantung,
hipertensi, DM, TBC, ginjal, ASMA, epilepsi, hati, malaria, penyakit kelamin,
HIV/AIDS). Riwayat penyakit sistemik keluarga, riwayat penyakit ginekologi
dan riwayat penyakit sekarang.
b) Data Objektif 
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan.
(1) Status generalis
(2) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara keseluruhan dengan kriteria baik yaitu
apabila ibu mampu melakukan aktivitas secara mandiri tanpa bantuan atau lemah
apabila ibu tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri (Matondang, 2013).
(3) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis yaitu kesadaran normal,
sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Apatis adalah keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. Delirium adalah gelisah, disorientasi,
memberontak, berteriak-teriak. Somnolen kesadaran menurun respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang. Stupor
yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi respon terhadap nyeri. Coma yaitu
tidak bisa dibangunkan tidak ada respon terhadap rangsangan apapun.
(4) Tanda-tanda Vital
(a) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi, tekanan darah
normal adalah 120/80 mmHg.
(b) Denyut jantung
Menilai kecepatan, irama suara jantung jelas dan teratur. Denyut  jantung
normal pada orang dewasa adalah 60-80 x/menit.
(c) Pernafasan
Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit. Respirasi normal 40-
60 x/menit.
(d) Temperatur 
Temperatur normal rektal axilla yaitu 37°C dan kulit 36,5°C.
Pemeriksaan Antropometri Pemeriksaan atropometri meliputi:
 Berat badan : Untuk memantau berat badan naik atau turun.
 Panjang badan : Untuk mengukur tinggi badan.
(5) Pemeriksaan generalis
(a) Kepala dan leher 
Meliputi edema wajah, mata (kelopak mata pucat, warna sklera), mulut (rahang
pucat, kebersihan, keadaan gigi, karies, karang, tonsil), leher (pembesaran
kelenjar tyroid, pembuluh limfe)
(b) Muka
Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak, apakah warna kulitnya,
ekspresi wajahnya, dan pembengkakan daerah wajah dan kelopak mata.
Dilanjutkan inspeksi konjungtiva untuk mengetahui ada tidaknya kemerahan
atau anemia.
(c) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan dengan inspeksi bola mata, kelopak mata,
konjungtiva, sklera, dan pupil.
(d) Telinga
Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga
luar, saluran telinga, gendang telinga/membran timpani, dan pendengaran
(e) Hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi
hidung. Pengkajian hidung mulai dari bagian luar, bagian dalam kemudian
sinus-sinus. Pada pemeriksaan hidung juga dilihat apakah ada polip dan
kebersihannya
(f) Mulut dan faring
Pengkajian mulut dan faring dilakukan dengan posisi pasien duduk. Pengkajian
dimulai dengan mengamati bibir, gudi, lidah, selaput lendir, pipi bagian dalam,
lantai dasar mulut, dan palatum kemudian faring
(g) Leher 
Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau tyroid, tumor dan pembesaran
kelenjar getah bening
(h) Payudara
Meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi areola, keadaan puting susu,
retraksi, adanya benjolan/massa yang mencurigakan,  pengeluaran cairan
dan pembesaran kelenjar limfe
(i) Abdomen
Meliputi adanya bentuk, adanya bekas luka, benjolan/masa tumor, pembesaran
hepar, nyeri tekan
(6) Pemeriksaan vulva vagina
(a) Pemeriksaan vulva
Untuk mengetahui adanya perdarahan dan adanya pengeluaran pervaginam.
(b) Inspekulo
Untuk mengetahui keadaan servik (cairan/darah, luka, peradangan atau tanda-
tanda keganasan, keadaan dinding vagina)
(7) Pemeriksaan penunjang dan laboratorium
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan
misalnya pemeriksaan laboratorium.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons pasien individu,
keluarga dan komunitasterhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.Jenis jenis
diagnosis keperawatan yaitu diagnosis actual, diagnosis resiko, dan diagnosis promosi
kesehatan. Diagnosis actual menggunakan respons pasien terhadap kondisi kesehatan
ataub proses kehidupannya yang menyebabkan  pasien mengalami masalah kesehatan.
Diagnosis resiko menggambarkan respons  pasien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupannya yang dapat menyebabkan pasien beresiko mengalami masalah
kesehatan. Tidak ditemukan tanda/gejala mayor dan minor pada pasien , namun pasien
memiliki factor resiko mengalami masalah kesehatan. Diagnosis promosi kesehatan
menggambarkan adanya kenginan dan motivasi pasien untuk meningkatkan kondisi
kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau optimal. (SDKI, 2016)
Diagnosa keperawatan ditegakan atas dasar data pasien. Kemungkinan diagnosa
keperawatan pada pasien KB suntik 3 bulan adalah sebagai berikut :
a) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)
b) Defisit Pengetahuan berhubungan ketidak tahuan menemukan sumber informasi
(D.0111)
c) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
d) Gangguan Citra Tubuh berhubungan dngan perubahan fungsi tubuh (0083)
3. Rencana Keperawatan

DIAGNOSA SLKI (TUJUAN DAN


NO SIKI (INTERVENSI)
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL:
1. Ansietas Tingkat ansietas L. 09093 Reduksi Ansietas I.
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 09314
kurang terpapar keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitor tanda-tanda
informasi diharapkan kecemasan dapat ansietas (verbal dan
teratasi. Dengan kriteria hasil: nonverbal)
1. Perilaku gelisah cukup 2. Ciptakan suasana
menurun terapeutik untuk
2. Perilaku tegang cukup menumbuhkan
menurun kepercayaan
3. Verbalisasi khawatir akibat 3. Dengarkan dengan
kondisi yang dihadapi penuh perhatian
sedang 4. Gunakan pendekatan
4. Verbalisasi kebingungan yang tenang dan
cukup menurun meyakinkan
5. Tremor menurun 5. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang akan terjadi
6. Latih teknik relaksasi

2. Defisit Tingkat penegetahuan L.12111 Edukasi Kesehatan I.


Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 12383
berhubungan ketidak keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi
tahuan menemukan diharapkan klien menunjukkan pengetahuan pasien
sumber informasi pengetahuannya mengenai 2. Identifikasi keadaan
kontrasepsi, dengan kriteria umum, penggunaan
hasil: alat kontrasepsi
1. Klien menyatakan sebelumnya, riwayat
kepahaman tentang kondisi obsetri dan
kontrasepsi, jenis ginekologi ibu
kontrasepsi, kelebihan & 3. Sediakan materi atau
kekurangan, serta cara media pendidikan
menggunakannya kesehatan
2. Klien mampu 4. Jelaskan tentang
melaksanakan prosedur kontrasepsi, jenis-
yang dijelaskan secara jenis kontrasepsi,
benar  kekurangan &
3. Klien mampu menjelaskan kelebihan masing2
kembali apa yang kontrasepsi dan cara
dijelaskan perawat/tim penggunaannya
kesehatan lainnya. 5. Jelaskan cara
mengatasi masalah
yang mungkin
muncul setelah
pemakaian
kontrasepsi
6. Berikan kesempatan
pasein untuk
bertanya
7. Diskusikan
pemilihan
kontrasepsi

3. Nyeri Akut Tingkat nyeri L. 08066 Manajemen nyeri


berhubungan Setelah dilakukan tindakan I.08238
dengan agen keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi lokasi,
pencedera diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
fisiologis  pada klien dapat teratasi, frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil: dan intensitas nyeri
1. Kemampuan menuntaskan 2. Identifikasi skala
aktivitas meningkat nyeri
2. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respons

3. Meringis menurun nyeri non verbal


4. Identifikasi faktor
4. Kesulitan tidur menurun
yang memperingan
5. Gelisah menurun
dan mempeberat nyeri
5. Monitor efek samping
penggunaan analgetik 
6. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
Kmpres hangat,
kompres dingin, terapi
bermain, TENS,
hypnosis, terapi pijat)
7. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
 pencahayaan,
kebisingan)
8. Fasilitasi istirahat dan
tidur 
9. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
10. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
11. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
12. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu

4. Gangguan Citra Citra tubuh L.09067 Promosi Citra Tubuh


Tubuh Setelah dilakukan tindakan I.09305
berhubungan keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi harapan
dengan perubahan diharapkan: citra tubuh
fungsi tubuh 1. Verbalisasi perasaan berdasarkan tahap
negative tentang perubahan perkembangan
tubuh menurun 2. Identifikasi budaya,
2. Verbalisasi kekhawatiran agama, jenis kelami,
penolakan/reaksi orang lain dan umur terkait citra
menurun tubuh
3. Melihat bagian tubuh 3. Identifikasi perubahan
membaik  citra tubuh yang
4. Respon nonverbal pada mengakibatkan isolasi
perubahan tubuh membaik  social
5. Verblisasi perubahan gaya 4. Monitor frekuensi
hidup menurun pernyataan kritik
tehadap diri sendiri
5. Monitor apakah
pasien bisa melihat
bagian tubuh yang
berubah
6. Diskusikan perubahn
tubuh dan fungsinya
7. Diskusikan perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga diri
8. Diskusikan akibat
perubahan pubertas,
kehamilan dan
penuwaan
9. Diskusikan kondisi
stres yang
mempengaruhi citra
tubuh (mis.luka,
 penyakit, pembedahan)
10. Diskusikan cara
mengembangkan
harapan citra tubuh
secara realistis
11. Diskusikan persepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahan
citra tubuh
12. Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan
perubahan citra
tubuh
13. Anjurka
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra tubuh
14. Anjurkan
menggunakan alat
bantu (mis. Pakaian,
wig, kosmetik)
15. Anjurkan mengikuti
kelompok
pendukung (mis.
Kelompok sebaya).

4. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018).
Implementasi proses keperawatan merupakan rangkaian aktivitas keperawatan dari hari
ke hari yang harus dilakukan dan didokumentasikan dengan cermat. Perawat melakukan
pengawasan terhadap efektivitas intervensi yang dilakukan bersamaan pula dengan
menilai perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan.
Pada tahap ini, perawat harus melakukan tindakan keperawatan yang ada dalam rencana
keperawatan dan langsung mencatatnya dalam format tindakan keperawatan (Dinarti,
Ayarni, R., Nurhaeni, H., Chairani, R., 2013).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini perawat
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil sudah
ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya
sebagian, atau bahkan belum teratasi seluruhnya. Evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan yaitu suatu proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi
klien untuk mengetahui:
1) Kesesuaian tindakan keperawatan
2) Perbaikan tindakan keperawatan
3) Keluhan klien saat ini
4) Perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lain
5) Apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosis supaya kebutuhan klien bisa
terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA

Affandi Biran. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawiharjo.
BkkbN. 2014. Evaluasi Program Kependudukan dan KB. Semarang
Bkkbn. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 3. Jakarta: PT Bina
Pustaka. Cuningham, Leveno, dkk (2013).
BKKBN. 2015. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Cetakan ke-. 5. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan. 
Farida, (2017). Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik dan Pil Terhadap Peningkatan Alat
Kontrasepsi Suntik dan Pil Terhadap Peningkatan Berat Badan pada Ibu
Pasangan Usia Subur. Jurnal Ilmiah Kesehatan. STRADA.
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta:
Kementerian Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes
RI. Diakses pada tanggal 31 Januari 2019 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf
Notoatmodjo, S. 2014, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Revisi, Rineka Cipta,
Jakarta.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI(2019).Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
WHO (World Health Organization). 2016. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi. www.pusdatin.kemenkes.go.id, diakses tanggal 20 April 2019
Sulistyawati, Ari. 2018. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai