OLEH :
Mengetahui
Pembimbing/CT Pembimbing/CI
( ) ( )
1) Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja (Notoatmodjo, 2014).
2) Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi
(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi
(evaluation) .
3) Pendidikan
Akseptor dengan tingkat pendidikan rendah, keikutsertaanya dalam
program KB hanya ditujukan untuk mengatur kelahiran. Sementara itu
pada akseptor dengan tingkat pendidikan tinggi, menggunakan
kontrasepsi untuk mengatur kelahiran dan meningkatkan
kesejahteraan keluarga dengan cukup dua anak.
4) Pengambilan keputusan
Keputusan penggunaan kontrasepsi mayoritas dilakukan secara
bersama-sama oleh suami dan istri. Manfaat keputusan menjadi
peserta keluarga berencana akan secara bersama-sama dirasakan oleh
seluruh anggota keluarga.
5) Pengalaman pemakaian kontrasepsi
Faktor yang berperan penting dalam pemilihan metode kontrasepsi
yang akan diputuskan selanjutnya, hal ini terkait dengan pengalaman
primer. Sementara pengalaman yang dialami orang lain dalam
pemakaian metode kontrasepsi dapat dijadikan pengalaman sekunder
yang dapat mempengaruhi seseorang akseptor KB dalam menentukan
metode kontrasepsi (Saragih dkk, 2018).
6) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan dalam keadaan
hidup (BKKBN, 2015). Jumlah anak merupakan salah satu faktor yang
paling mendasar mempengaruhi perilaku pasangan usia subur
(keluarga) dalam menggunakan metode kontrasepsi.
7) Sumber informasi
Sumber informasi merupakan segala hal yang dapat digunakan oleh
seseorang untuk mengetahui tentang hal baru dan memberikan
landasan kognitif bagi terbentuknya sikap seseorang. Sumber
informasi diperoleh dari tokoh masyarakat, tenaga kesehatan, media
massa, dan keluarga yang memiliki peranan penting bagi pasangan
usia subur (PUS) dalam pemakaian kontrasepsi (Rachmayani, 2015).
8) Jaminan kesehatan masyarakat
Jamkesmas adalah sebuah program jaminan kesehatan untuk warga
Indonesia dengan memberikan perlindungan sosial dibidang kesehatan
untuk menjamin kebutuhan dasar kesehatannya dapat terpenuhi
(Permenkes, 2014). Pelayanan yang diberikan Jamkesmas bersifat
komprehensif berjenjang. Pelayanan KB gratis termasuk dalam
pelayanan yang diberikan di tingkat Puskesmas kecuali untuk jenis
MOW dan MOP yang harus dirujuk ke rumah sakit.
9) Dukungan suami
Suami dipandang sebagai kepala keluarga, pelindung keluarga, pencari
nafkah dan seseorang yang dapat membuat keputusan dalam keluarga.
Dukungan suami merupakan dorongan yang diberikan oleh suami
berupa dukungan moral dan material dalam hal mewujudkan suatu
rencana yaitu pemilihan kontrasepsi .
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Pengumpulan data ini
meliputi :
a) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut dapat ditentukan nama dengan informasi
atau komunikasi.
Data subjektif meliputi :
(1) Biodata : Identitas pasien dan penanggung jawab (suami, ayah, keluarga).
(a) Nama pasien dikaji untuk membedakan pasien satu dengan yang lain agar
tidak keliru dalam memberikan penanganan.
(b) Umur pasien dikaji untuk mengetahui adanya resiko, apabila dibawah 20
tahun, alat-alat reproduksi belum matang dan jika lebih dari 35 tahun akseptor
KB mendekati menopause.
(c) Agama pasien dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien
untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(d) Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan yang berhubungan
dengan KB.
(e) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
(f) Pekerjaan pasien dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena mempengaruhi dalam pemenuhan gizi pasien.
(g) Alamat pasien dikaji untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam
keadaan mendesak sehingga bidan mengetahui tempat tinggal pasien.
(2) Keluhan Utama
Mengetahui keluhan utama/alasan datang ke institusi pelayanan kesehatan dan
kunjungan saat ini apakah kunjungan pertama atau kunjungan ulang
(3) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, perkawinan ke, umur klien saat perkawinan
dan lama perkawinan
(4) Riwayat Menstruasi
Meliputi siklus, lama menstruasi, dismenorea, perdarahan pervaginam dan flour
albus
(5) Riwayat kehamilan
Persalinan dan nifas yang lalu untuk mengetahui jumlah paritas dan abortus.
(6) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui metode yang dipakai, waktu, tenaga dan tempat saat
pemasangan dan berhentinya, keluhan/alasan berhenti Riwayat kesehatan Untuk
mengetahui riwayat penyakit sekarang seperti batuk, pilek ataupun demam.
Riwayat penyakit sistemik yang sedang atau pernah diderita (penyakit jantung,
hipertensi, DM, TBC, ginjal, ASMA, epilepsi, hati, malaria, penyakit kelamin,
HIV/AIDS). Riwayat penyakit sistemik keluarga, riwayat penyakit ginekologi
dan riwayat penyakit sekarang.
b) Data Objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan.
(1) Status generalis
(2) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara keseluruhan dengan kriteria baik yaitu
apabila ibu mampu melakukan aktivitas secara mandiri tanpa bantuan atau lemah
apabila ibu tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri (Matondang, 2013).
(3) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis yaitu kesadaran normal,
sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Apatis adalah keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. Delirium adalah gelisah, disorientasi,
memberontak, berteriak-teriak. Somnolen kesadaran menurun respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang. Stupor
yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi respon terhadap nyeri. Coma yaitu
tidak bisa dibangunkan tidak ada respon terhadap rangsangan apapun.
(4) Tanda-tanda Vital
(a) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi, tekanan darah
normal adalah 120/80 mmHg.
(b) Denyut jantung
Menilai kecepatan, irama suara jantung jelas dan teratur. Denyut jantung
normal pada orang dewasa adalah 60-80 x/menit.
(c) Pernafasan
Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit. Respirasi normal 40-
60 x/menit.
(d) Temperatur
Temperatur normal rektal axilla yaitu 37°C dan kulit 36,5°C.
Pemeriksaan Antropometri Pemeriksaan atropometri meliputi:
Berat badan : Untuk memantau berat badan naik atau turun.
Panjang badan : Untuk mengukur tinggi badan.
(5) Pemeriksaan generalis
(a) Kepala dan leher
Meliputi edema wajah, mata (kelopak mata pucat, warna sklera), mulut (rahang
pucat, kebersihan, keadaan gigi, karies, karang, tonsil), leher (pembesaran
kelenjar tyroid, pembuluh limfe)
(b) Muka
Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak, apakah warna kulitnya,
ekspresi wajahnya, dan pembengkakan daerah wajah dan kelopak mata.
Dilanjutkan inspeksi konjungtiva untuk mengetahui ada tidaknya kemerahan
atau anemia.
(c) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan dengan inspeksi bola mata, kelopak mata,
konjungtiva, sklera, dan pupil.
(d) Telinga
Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga
luar, saluran telinga, gendang telinga/membran timpani, dan pendengaran
(e) Hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi
hidung. Pengkajian hidung mulai dari bagian luar, bagian dalam kemudian
sinus-sinus. Pada pemeriksaan hidung juga dilihat apakah ada polip dan
kebersihannya
(f) Mulut dan faring
Pengkajian mulut dan faring dilakukan dengan posisi pasien duduk. Pengkajian
dimulai dengan mengamati bibir, gudi, lidah, selaput lendir, pipi bagian dalam,
lantai dasar mulut, dan palatum kemudian faring
(g) Leher
Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau tyroid, tumor dan pembesaran
kelenjar getah bening
(h) Payudara
Meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi areola, keadaan puting susu,
retraksi, adanya benjolan/massa yang mencurigakan, pengeluaran cairan
dan pembesaran kelenjar limfe
(i) Abdomen
Meliputi adanya bentuk, adanya bekas luka, benjolan/masa tumor, pembesaran
hepar, nyeri tekan
(6) Pemeriksaan vulva vagina
(a) Pemeriksaan vulva
Untuk mengetahui adanya perdarahan dan adanya pengeluaran pervaginam.
(b) Inspekulo
Untuk mengetahui keadaan servik (cairan/darah, luka, peradangan atau tanda-
tanda keganasan, keadaan dinding vagina)
(7) Pemeriksaan penunjang dan laboratorium
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan
misalnya pemeriksaan laboratorium.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons pasien individu,
keluarga dan komunitasterhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.Jenis jenis
diagnosis keperawatan yaitu diagnosis actual, diagnosis resiko, dan diagnosis promosi
kesehatan. Diagnosis actual menggunakan respons pasien terhadap kondisi kesehatan
ataub proses kehidupannya yang menyebabkan pasien mengalami masalah kesehatan.
Diagnosis resiko menggambarkan respons pasien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupannya yang dapat menyebabkan pasien beresiko mengalami masalah
kesehatan. Tidak ditemukan tanda/gejala mayor dan minor pada pasien , namun pasien
memiliki factor resiko mengalami masalah kesehatan. Diagnosis promosi kesehatan
menggambarkan adanya kenginan dan motivasi pasien untuk meningkatkan kondisi
kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau optimal. (SDKI, 2016)
Diagnosa keperawatan ditegakan atas dasar data pasien. Kemungkinan diagnosa
keperawatan pada pasien KB suntik 3 bulan adalah sebagai berikut :
a) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)
b) Defisit Pengetahuan berhubungan ketidak tahuan menemukan sumber informasi
(D.0111)
c) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
d) Gangguan Citra Tubuh berhubungan dngan perubahan fungsi tubuh (0083)
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018).
Implementasi proses keperawatan merupakan rangkaian aktivitas keperawatan dari hari
ke hari yang harus dilakukan dan didokumentasikan dengan cermat. Perawat melakukan
pengawasan terhadap efektivitas intervensi yang dilakukan bersamaan pula dengan
menilai perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan.
Pada tahap ini, perawat harus melakukan tindakan keperawatan yang ada dalam rencana
keperawatan dan langsung mencatatnya dalam format tindakan keperawatan (Dinarti,
Ayarni, R., Nurhaeni, H., Chairani, R., 2013).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini perawat
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil sudah
ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya
sebagian, atau bahkan belum teratasi seluruhnya. Evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan yaitu suatu proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi
klien untuk mengetahui:
1) Kesesuaian tindakan keperawatan
2) Perbaikan tindakan keperawatan
3) Keluhan klien saat ini
4) Perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lain
5) Apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosis supaya kebutuhan klien bisa
terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA
Affandi Biran. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawiharjo.
BkkbN. 2014. Evaluasi Program Kependudukan dan KB. Semarang
Bkkbn. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 3. Jakarta: PT Bina
Pustaka. Cuningham, Leveno, dkk (2013).
BKKBN. 2015. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Cetakan ke-. 5. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Farida, (2017). Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik dan Pil Terhadap Peningkatan Alat
Kontrasepsi Suntik dan Pil Terhadap Peningkatan Berat Badan pada Ibu
Pasangan Usia Subur. Jurnal Ilmiah Kesehatan. STRADA.
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta:
Kementerian Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes
RI. Diakses pada tanggal 31 Januari 2019 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf
Notoatmodjo, S. 2014, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Revisi, Rineka Cipta,
Jakarta.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI(2019).Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
WHO (World Health Organization). 2016. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi. www.pusdatin.kemenkes.go.id, diakses tanggal 20 April 2019
Sulistyawati, Ari. 2018. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika.