Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan
kemandulan dan penjarangan kehamilan. Manfaatmanfaat KB antara lain dengan
adanya program KB, dapat membantu menyelamatkan jiwa perempuan. Dengan
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan dapat mencegah ¼ dari total
keseluruhan Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara berkembang.
Khususnya, dengan menggunakan alat kontrasepsi dapat menghindari aborsi yang
tidak aman terhadap kehamilan yang tidak diinginkan. Salah satu alat kontrasepsi
yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan dengan efektivitas tinggi adalah
Intra Uterine Devices (IUD) (WHO & USAID, 2011). IUD merupakan alat
kontrasepsi yang memiliki keefektifitasan sangat tinggi yaitu 0,6 - 0,8 kehamilan
per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama pemakaian, 1 kegagalan dalam 125-
170 kehamilan (Handayani,2010).
Di negara Indonesia pertumbuhan penduduk berkisar (2,15%) sampai
(2,49%) pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk itu dapat dipengaruhi oleh 3
hal yaitu kelahiran, perpindahan dan kematian. Hal yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan penduduk adalah kelahiran ( Arum, 2009). Pertumbuhan
penduduk di Indonesia yang sangat cepat begitu mengkhawatirkan. Apabila tidak
ada usaha-usaha untuk mencegah laju pertumbuhan penduduk maka usaha-usaha
lain dibidang ekonomi dan sosial tidak akan bermanfaat (Handayani, 2010).
Keluarga berencana merupakan tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu menghindari kelahiran
yang tidak di inginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu
dan kelahiran dalam hubungan suami istri dan menetukan jumlah anak dalam
keluarga. Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah kelahiran.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
memprediksi jumlah penduduk Indonesia berpotensi menjadi terbesar sedunia
setelah China dan India jika laju pertumbuhannya tidak bisa ditekan secara
signifikan jumlah dan pertumbuhan penduduk Indonesia berdasarkan data sensus
penduduk tahun 2010 melebihi angka proyeksi nasional yaitu sebesar 237,6 juta
jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49 per tahun. Petumbuhan penduduk
yang pesat merupakan akibat dari fertilisasi yang tinggi akan menjadi sumber
kemiskinan dan menghambat pertumbuhan ekonomi (BKKBN, 2011).
Data Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta (2015), memperlihatkan
bahwa akseptor KB baru terbanyak terdapat di Kabupaten Bantul sebanyak 13.414
akseptor dan Kabupaten . Dari data tersebut, didapatkan jumlah akseptor KB baru
tertinggi terdapat di Kecamatan Bantul sebanyak 2.477 akseptor dan Kecamatan
Kasihan sebanyak 1.455 akseptor, sedangkan akseptor KB baru terendah terdapat
di Kecamatan Kretek sebanyak 324 akseptor. Data tersebut menunjukkan bahwa
terjadi kenaikan pada jumlah akseptor KB sekitar 5-10%. Namun kenaikan yang
signifikan sejak tahun 2011-2015 terjadi pada akseptor KB baru suntik dan pil.
Pendidikan merupakan tolak ukur seseorang untuk mengetahui informasi
dan pengetahuan tentang kesehatan contohnya alat kontrasepsi. Semakin tinggi
pendidikan seseorang akan lebih paham untuk menentukan alat kontrasepsi yang
dibutuhkan seorang wanita dalam waktu panjang yaitu pemilihan alat kontrasepsi
IUD (Utami, 2013). Pendidikan ibu ratarata adalah SMA sehingga ibu mempunyai
pengetahuan yang lebih dalam memilih alat kontrasepsi sehingga ibu lebih
memilih IUD jika ingin menunda kehamilan dalam jangka panjang dikarenakan
pemilih IUD sangatlah praktis dan bisa bertahan lama dan lebih terjamin hasilnya.
Menurut Kumalasari (2013) menyatakan bahwa tingkat pendidikan sangat
mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi khususnya AKDR. Pemakaian KB
AKDR diperlukan pengetahuan yang cukup baik mengenai pemasangan-nya
ataupun perawatannya sehingga akseptor tidak takut akan efek samping
ditimbulkan oleh KB AKDR. Dalam penelitian menunjukkan mayoritas
responden berpendidikan rendah mengenai alat kontrasepsi khususnya AKDR.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi memilih untuk
menggunakan kontrasepsi AKDR.
Menurut penelitian sebelumnya di Desa Baran Kecamatan Bendosari
Kabupaten Sukoharjo pendidikan didefinisikan sebagai jenjang pendidikan formal
terakhir yang pernah ditempuh responden. Tingkat pendidikan dinyatakan dalam 3
kategori yaitu dasar (lulusan SD), menengah (lulusan SMP atau SMA), dan tinggi
(lulusan perguruan tinggi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden (42,1%) SD, (29,8%) berpendidikan SMA, (22,8%) ber-pendidikan
SMP, dan sedikit sekali (5,3%) yang berpendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa secara umum tingkat pendidikan ibu pengguna KB selain AKDR (Jurnal
Kebidanan dan Ilmu Kesehatan, 2016)
Di kecamatan bantul yogyakarta ekonomi ibu di kecamatan Bantul
Yogyakarta, adalah mayoritas responden yang menjadi akseptor KB termasuk
dalam kategori memiliki pendapatan < UMR di Bantul yaitu sebanyak 61
responden (63,5%). Pemerintah sudah menunjukkan keseriusannya untuk
mensukseskan program KB dengan mengadakan Asuransi Kesehatan (Askes),
Kartu Indonesia Sehat (KIS), Jaminan Kesehatan Daerah (JamKesDa), dan Kartu
BPJS. Saat ini pelayanan KB sudah terjangkau oleh semua lapisan masyarakat,
misalnya kartu BPJS yang dapat meringankan beban biaya pemasangan alat
kontrasepsi terutama IUD. Di kecamatan Bantul, harga IUD bagi peserta BPJS
hanya Rp. 26.500,00 , sedangkan bagi ibu yang tidak memiliki kartu BPJS harga
pemasangan IUD mulai dari Rp. 300.000,00 (Sindhy Desitavani,2017).
Seseorang dengan tingkat ekonomi rendah akan lebih berkonsentrasi
terhadap pemenuhan kebutuhan dasar yang menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarganya. Sebaliknya orang dengan tingkat ekonomi tinggi akan
mempunyai kesempatan lebih besar dalam menempuh pendidikan dimana orang
dengan tingkat ekonomi tinggi akan lebih mudah menerima informasi sehingga
makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki sehingga akan memperhatikan
kesehatan diri dan keluarga (Notoatmodjo,2010).
Mayoritas responden yang menjadi akseptor KB termasuk dalam kategori
multipara yaitu sebanyak 66 responden (68,8%). Di Kecamatan Bantul
Yogyakarta sebagian ibu memiliki 2-3 orang anak, sebagian masyarakat masih
menerapkan istilah banyak anak banyak rejeki dan kurang kesadaran masyarakat
dalam menerapkan kebijakan dari pemerintah untuk KB dan mempunyai 2 anak
cukup.
Pemerintah telah memberikan anjuran kepada masyarakat untuk
menggunakan KB dan menganjurkan untuk cukup memiliki 2 anak. Hal ini
dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat
(Sitopu,2012).

1.2 Rumusan Masalah


Meningkatnya akseptor KB tidak di ketahui apa yang menjadi dasar ibu memilih
kontrasepsi. dari fenomena yang terjadi ibu mengalami kesulitan dalam
menentukan pilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalahnya adalah apakah
pendidikan, ekonomi dan paritas ibu yang mempengaruhi akseptor KB dalam
memilih kontrasepsi iud?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahui hubungan pendidikan, ekonomi dan paritas ibu terhadap
pemilihan alat kontrasepsi IUD
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik pendidikan, ekonomi, dan paritas ibu
2. Mengetahui penyebab tidak memilihnya kb iud
3. Respon ibu terhadap kb yang akan di pilih

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yangn
berkepentingan.
1. Bagi Peneliti
Sebagai media penerapan ilmu tentang kebidaan maternitas khususnya alat
kontrasepsi yang telah diperoleh dalam perkuliahan dan dapat mengetahui
hubungan pendidikan, ekonomi, paritas ibu terhadap kontrasepsi iud.
2. Bagi Institusi
Sebagai informasi tambahan hubungan pendidikan, ekonomi, paritas ibu terhadap
kontrasepsi iud.
3. Bagi Masyarakat
Dapat menambah informasi terkait dengan pemilihan alat kontrasepsi agar lebih
menyadari manfaat penggunaan kontrasepsi sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

1.5 Ruang Lingkup


1.5.1 Sasaran
Pengambilan penelitian ini dilakukan pada ibu atau pasangan usia subur

di.......

1.5.2 Tempat

Pengambilan penelitian untuk dilakukan mulai dari proposal di....... hingga

skripsi di ...........

1.5.3 Waktu

Penelitian dilakukan pada....... untuk memenuhi penyelesaian tugas akhir

1.6 Keaslian Penelitian


1.

Anda mungkin juga menyukai