Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Indonesia memiliki jumlah penduduk terpadat keempat di dunia

dengan jumlah populasi sekitar 250 juta penduduk. Sekitar setengah dari

populasi penduduk Indonesia berada pada usia dibawah 30 tahun, hal ini

terjadi karena angka kelahiran maupun tingkat kesuburan sama-sama

mengalami penurunan dengan cepat sedangkan penduduk usia kerja

meningkat dengan cepat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa di Indonesia

memiliki jumlah penduduk usia produktif yang sangat tinggi. Kondisi ini

jika dilihat dari potensi kesehatan, dapat mempengaruhi status atau derajat

kesehatan apabila usia produktif tersebut tidak dikendalikan dengan baik

karena semakin meningkatkan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia.

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada tahun 2021-2022

sebesar 1,17% per tahun ( BPS, 2022).

Usaha untuk mengatasi permasalahan penduduk di Indonesia, maka

pemerintah membuat Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, pada pasal 1

ayat 8 disebutkan bahwa Keluarga Berencana (KB) adalah upaya untuk

mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur

kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak

reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Usaha untuk

1
mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif yakni

kontrasepsi atau mencegah bertemunya sperma dengan ovum, sehingga

tidak terjadi pembuahan yang mengakibatkan kehamilan (Kemenkes, 2009)

Prevalensi penggunaan kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence

Rate (CPR) di Indonesia cenderung meningkat , sementara Angka Fertilitas

atau Total Fertility Rate (TFR) cenderung menurun. Hal ini menunjukkan

bahwa meningkatnya cakupan Wanita Usia Subur (WUS) yang melakukan

KB sejalan dengan menurunnya angka fertilitas nasional ( BKKBN, 2019).

Salah satu faktor memberikan dampak pada peningkatan angka

kematian ibu adalah resiko 4 Terlalu (Terlalu muda melahirkan dibawah

usia 21 tahun, Terlalu Tua melahirkan di atas 35 tahun, Terlalu dekat jarak

kelahiran kurang dari 3 tahun dan Terlalu banyak jumlah anak lebih dari 2).

Persentase ibu meninggal yang melahirkan berusia dibawah 20 tahun dan di

atas 35 tahun adalah 33% dari seluruh kematian ibu, apabila program KB

dapat dilakanakan dengan baik kemungkinan 33% kematian ibu dapat

dicegah melalui pemakaian kontrasepsi (Dinkes SULTRA, 2021)

Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih

dititik beratkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada

pada kisaran usia 15-49 tahun. Badan kependudukan dan keluarga

berencana nasional (BKKBN, 2021) Menyebutkan, Jumlah Pasangan usian

subur (PUS) yang ada di Indonesia pada tahun 2021 hingga kini telah

mencapai 39,655,811 pasangan.

2
Menurut BKKBN, KB aktif di antara PUS tahun 2020 sebesar

61,54%, Mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 73,89%.

Sedangkan Pada Tahun 2021 , KB aktif PUS (Pasangan Usia Subur) yang

ada kembali menurun yaitu sebesar 56% dari tahun sebelumnya sebesar

61,54% (BKKBN Sultra, Tahun 2020).

Cakupan peserta KB aktif di Puskesmas Puuwatu tahun 2019

berjumlah 4,446 kunjungan dari jumlah pasangan usia subur(PUS) yaitu

5,359jiwa. Dengan angka tertinggi pada kunjungan KB suntik sebanyak

1,681 kunjungan, dan yang terendah kunjungan KB MOP (Metode Operasi

Pria) Sebanyak 6 Kunjungan. Sedangkan cakupan peserta kb aktif pada

tahun 2020 Menurun dari tahun sebelumnya sebesar 3,561 kunjungan

dengan kunjungan terbanyak yaitu peserta suntik KB sebanyak 1.1289

kunjungan , disusul MOP yang terendah dengan 7 Kunjungan, dari Jumlah

pasangan usia subur (PUS) Sebesar 5,446 Jiwa, Dengan demikian

presentase dari penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah ibu PUS di

Puskesmas Puuwatu menurun dari tahun 2019 hingga 2020.

Angka Persentase kebutuhan KB yang tidak terpenuhi pada tahun

2017 di Indonesia berdasarkan derajat pendidikan yaitu perempuan yang

tidak sekolah (12,1%), tidak tamat Sekolah Dasar (SD) (11,7%), tamat SD

(10,4%), tidak tamat Sekolah Menengah Tinggi Atas (SMTA) (10,5%), dan

tamat SMTA/perguruan tinggi (10,50%). Dari angka diatas dapat dilihat jika

perempuan dengan derajat pendidikan lebih rendah seperti tidak sekolah dan

tidak tamat SD maka angka kebutuhan KB yang tidak terpenuhi lebih tinggi

3
dibandingkan dengan perempuan yang memiliki tingkat pendidikan di

atasnya. Seperti sudah diketahui bahwa pendidikan adalah sebuah proses

belajar untuk memperoleh pengetahuan sehingga pendidikan mempengaruhi

proses belajar dan semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin banyak

informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat

(Budiman dan Riyanto, 2013).

Teori Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku kesehatan

termasuk didalamnya pemilihan alat kontrasepsi yang dipengaruhi oleh tiga

faktor yaitu faktor predisposisi meliputi (umur, pekerjaan, pendidikan,

pengetahuan dan sikap), faktor pemungkin (ketersediaan pelayanan

kesehatan), dan faktor penguat (dukungan keluarga) . Faktor yang

disebutkan diatas merupakan hal yang penting untuk diketahui karena dapat

mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang dalam pemakaian alat

kontrasepsi.

Menurut Zein et al.,(2021), tingkat pengetahuan dan sikap yang baik

terhadap penggunaan KB, sangat berkaitan dengan perilaku ibu PUS dalam

menggunakan alat kontrasepsi. Tingkat pengetahuan yang tinggi diikuti

dengan sikap yang mendukung menjadi dasar bagi ibu PUS untuk berperan

aktif dalam program KB. Selain itu pada penelitian Sari et al., (2019)

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan, pendidikan, dan

peran Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dengan akseptor KB,

pada tindakan ibu PUS dalam pemilihan KB. Namun, Menurut Ekariano et

4
al., (2020) kualitas pelayanan KB masih belum memenuhi harapan klien,

terdapat perbedaan sikap PLKB terhadap akseptor baru dengan akseptor

lama.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu

pasangan usia subur (PUS) terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi di

Puskesmas Puuwatu Kota Kendari”

I.2. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Ibu PUS dalam Penggunaan Kontrasepsi di Wilayah

Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2022 ?

I.3. TUJUAN PENELITIAN

I.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap Ibu

PUS terhadap penggunaan alat kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas

Puuwatu Kota kendari tahun 2022

5
I.3.2 Tujuan Khusus
A. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu PUS terhadap penggunaan alat

kontrasepsi

B. Untuk mengetahui sikap Ibu PUS terhadap penggunaan alat kontrasepsi

C. Untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan dan sikap yang

dimiliki Ibu Pus terhadap pemilihan penggunaan alat kontrasepsi

I.4. MANFAAT PENELITIAN

I.4.1 Bagi Peneliti

1. Sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam

menulis karya tulis ilmiah

2. Sebagai sarana menambah wawasan dan pengetahuan tentang program

keluarga berencana

3. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama

proses perkuliahan

I.4.2 Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat terkait

pengetahuan dan sikap masyarakat yang dapat mempengaruhi penggunaan

alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan, efektif, tidak mengganggu

kesehatan reproduksi, dan tercapainya tujuan dari Keluarga Berencana.

I.4.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ITK Avicenna

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dalam

disiplin ilmu kesehatan reproduksi serta dapat dijadikan sebagai referensi

6
dan sumber informasi bagi civitas akademika dalam melakukan penelitian

yang terkait dengan kesehatan reproduksi.

I.4.4 Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu

referensi pengambilan suatu kebijakan dalam upaya untuk mengatur

kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,

melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi

untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.di Wilayah Kerja Puskesmas

Puuwatu Kota Kendari maupun pemerintahan terkait.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. TINJAUAN KELUARGA BERENCANA

II.1.1 Definisi

Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang

dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk

(Irianto, 2014). Menurut UU RI No 52 tahun 2009, Keluarga Berencana

merupakan bentuk usaha dalam mengatur jarak maupun angka kelahiran

anak dan usia yang ideal ketika melahirkan, mengatur waktu kehamilan

melalui promosi, perlindungan serta bantuan yang sesuai hak reproduksi

untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

II.1.2 Tujuan Keluarga Berencana

A. Tujuan Umum

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan

Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar

terwujudnya masyarakat sejahtera dengan mengendalikan kelahiran

sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk (Irianto, 2014).

B. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.

2. Menurunkan jumlah angka kelahiran bayi.

3. Meningkatkan kesehatan Keluarga Berencana dengan penjarangan

kelahiran (Irianto, 2014).

8
Menurut UU RI. No 52 tahun 2009, Pasal 21, Ayat 1 mengenai

perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, Keluarga

Berencana bertujuan untuk:

1. Mengatur waktu kehamilan yang sesuai dengan keinginan.

2. Menjaga kesehatan dan mengurangi angka kematian ibu dan bayi.

3. Mengembangkan kualitas informasi dan konseling pelayanan Keluarga

Berencana dan kesehatan reproduksi.

4. Mengembangkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktik Keluarga

Berencana.

5. Mempromosikan program air susu ibu (ASI) eksklusif sebagai usaha

untuk menjarangkan jarak kehamilan.

II.1.3 Manfaat Keluarga Berencana

Menurut WHO, manfaat dari Keluarga Berencana adalah :

A. Dapat mencegah risiko kesehatan terkait kehamilan pada Perempuan


Keluarga Berencana dapat mengatur jarak dan menunda kehamilan pada

wanita usia muda yang memiliki risiko terhadap masalah kesehatan serta

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan pada usia tua sehingga

mengurangi kematian akibat persalinan. Sebuah studi menunjukkan bahwa

wanita yang memiliki anak lebih dari 4 berisiko tinggi mengalami kematian

ibu saat persalinan.

B. Mengurangi angka kematian bayi


Penyebab tertinggi dari kematian bayi di dunia adalah kelahiran yang

berjarak dekat dan tidak tepat waktu. Dengan adanya Keluarga Berencana

9
diharapkan dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan sehingga

mengurangi angka kematian bayi.

C. Membantu mencegah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired


Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
Keluarga Berencana yang menggunakan alat kontrasepsi berupa kondom

dapat memberikan perlindungan ganda yaitu terhadap kehamilan yang tidak

diinginkan dan terhadap penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk

HIV.

D. Dapat memberdayakan masyarakat dan meningkatkan pendidikan


Dengan Keluarga Berencana dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk

mengejar pendidikan tambahan dan bekerja, dikarenakan jarak umur anak

yang jauh, sehingga ibu memiliki banyak waktu untuk melakukan hal yang

diinginkan. Selain itu, dengan Keluarga Berencana terbentuklah keluarga

kecil yang dapat menjamin pendidikan pada anakanaknya.

E. Mengurangi kehamilan pada remaja (usia muda)


Ibu dengan usia muda lebih cenderung memiliki bayi prematur atau bayi

dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Bayi yang lahir dari ibu usia

muda memiliki angka kematian neonatal yang tinggi.

F. Memperlambat pertumbuhan populasi


Keluarga Berencana adalah kunci untuk memperlambat pertumbuhan

populasi agar tidak berdampak negatif terhadap perekonomian, lingkungan,

dan upaya pembangunan negara.

10
II.2. TINJAUAN UMUM TENTANG KONTRASEPSI

II.2.1 Pengertian

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau

melawan, sedangkan konsepsi berarti pertemuan antara sel telur yang

matang dan sel sperma yang menyebabkan kehamilan. Maksud dari

kontrasepsi adalah untuk menghindari atau untuk mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur yang matang

dengan sel sperma. Sejak pada jaman dahulu, di Indonesia pasangan usia

subur sudah menggunakan obat dan jamu yang maksudnya adalah untuk

mencegah kehamilan. Keluarga berencana modern ini di Indoesia sudah

dikenal sejak pada tahun 1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan,

kebidanan, dan para tokoh masyarakat yang telah mulai membantu

masyarakat memecahkan masalah-masalah dalam pertumbuhan penduduk

(Sarsanto, 2007).

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan. Usaha itu

dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat

permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi.

(Erjan, 2009). Menurut Harnawatiajh (2009), kontrasepsi adalah suatu cara

untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan

kehamilan, merencanakan jumlah anak dan meningkatkan keluarga untuk

memberikan perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak.

11
II.2.2 Tujuan Kontrasepsi

Secara umum tujuan pemakaian alat kontrasepsi ini adalah diupayaka

untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda dan

dalam rangka merencanakan pembentukan keluarga kecil, bahagia sejahtera,

hal ini terbagi atas tiga masa usia produksi: pertama, untuk masa menunda

kehamilan bagi pasangan usia subur (PUS) dengan istri usia dibawah 20

tahun dianjurkan untuk menunda kehamilan. Kedua, masa menjarangkan

kehamilan periode istri usia 20 sampai 35 tahun merupakan usia paling baik

untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dengan jarak kelahiran 3

sampai 4 tahun. Ketiga, masa untuk mengakhiri setelah memiliki 2 orang

anak atau lebih (Sarsanto, 2007).

II.2.3 Pemilihan Kontrasepsi

Pemilihan kontrasepsi menentukan alat atau obat yang digunakan

untuk mencegah atau menghindari terjadinya kehamilan sebagai akibat

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma yang baik yang

bersifat sementara maupun bersifat permanent (Prawirohardjo, 2005).

Pemilihan kontrasepsi (PK) merupakan salah satu komponen dalam

pelayanan kependudukan dan KB. Selain Pelayanan Kontrasepsi (PK) juga

terdapat komponen pelayanan kependudukan/KB lainnya seperti

komunikasi dan edukasi (KIE), konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan

seks (Sex Education), konsultan pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan,

konsultasi genetik, tes keganasan dan adopsi. Tidak ada satupun metode

kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien karena masing-masing

12
mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun

secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut

(Prawirohardjo, 2005):

A. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan

B. Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat

mencegah kehamilan. Kontrasepsi diantaranya adalah keefektifan teoritis,

keefektifan praktis, dan keefektifan biaya. Keefektifan teoritis (theoritical

effectieness) yaitu kemampuan dari suatu cara kontrasepsi untuk

mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila cara

tersebut digunakan teus menerus sesuai dengan petunjuk yang diberikan

tanpa kelalaian, sedangkan keefektifan praktis (use effectiveness) adalah

keefektifan yang terlihat dalam kenyataan di lapangan setelah pemakaian

jumlah besar, meliputi segala sesuatu yang mempengaruhi pemakaian

seperti kesalahan, penghentian, kelalaian dan lain-lain.

C. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan

budaya di masyarakat. Ada dua macam penerimaan tehadap kontrasepsi

yakni penerimaan awal (initial acceptability) dan peneriman lanjut

(continued acceptability). Penerimaan awal tergantung pada bagaimana

motivasi dan persuasi yang diberikan oleh petugas KB. Penerimaan lanjut

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur, motivasi, budaya, sosial

ekonomi, agama, sifat yang ada pada KB dan faktor daerah (desa/kota).

D. Terjangkau harganya oleh masyarakat.

13
E. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali

kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap (Prawirohardjo, 2005).

II.3. Macam-macam metode kontrasepsi

A. Metode Perintang (barrier)

1. Kondom

Merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat dari berbagai

bahan diantaranya karet (lateks), plastik, atau bahan alami (produksi

hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom

tidak hanya mencegah kehamilan tetapi juga melindungi diri dari

penularan penyakit melalui hubungan seks, termasuk HIV/AIDS

(Saifuddin, 2003)

2. Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks atau

karet yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual

dan menutup seviks. Dengan cara sperma tidak dapat meneruskan

perjalanan menuju rahim meskipun sperma sudah masuk vagina.

3. Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (surfaktan nonionic) yang digunakan

untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Formulasi spermisida

terdiri dari supositoria, krim, jeli, spons, busa dan film.

B. Metode hormonal

1. Kontrasepsi oral atau pil

14
Kontrasepsi pil berisi kombnasi hormon sintetis progesterone dan

esterogen bisa disebut pil kombinasi, atau hanya berisi hormon sintetis,

progesterone saja yang sering disebut dengan minipil. Pil yang diminum

setiap hari ini berguna untuk mempengaruhi kesembangan hormon

sehingga dapat menekan ovulasi, mencegah implantasi, dan

mengentalkan lendir serviks (Handayani, 2010).

2. Kontrasepsi Suntik atau injeksi

Kontrasepsi suntik adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya

kehamilan degan melalui suntikan hormonal. 6 terdapat dua macam yaitu

suntikan kombinasi yang mengandung hormon sintetis esterogen dan

progesterone, kemudian suntikan progestin yang berisi hormon

progesterone. Mekanisme kerjanya menekan ovulasi, mengentalkan

mukus serviks dan mengganggu pertumbuhan endometrium sehingga

menyulitkan implantasi (Handayani, 2010)

3. Implant

Implant adalah alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari

sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas.

Implant akan melepaskan hormon tiap harinya. Implant bekerja

menghambat ovulasi (Handayani, 2010)

4. IUD hormonal IUD (intra Uterine Device)

hrmonal IUD yang mengandung hormon adalah suatu benda kecil yang

terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga

mengan dung hormon dan dimasukan ke dalam rahim melalui vagina.

15
C. Metode Intra Uterine Device (IUD)

IUD atau disebut jugsa alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah

suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif,

reversibel dan berjangka panjang. AKDR berguna untuk mengah terjadinya

penempelan sel telur pada dinding rahim atau menangkal pembuahan sel

telur oleh sperma (Uliyah, 2010).

D. Metode operasi atau sterilisasi

Metode ini bekerja dengan cara melalukan pemutusan atau pengikatan

saluran sel sperma pada laki-laki (vasektomi)

E. Metode alami atau sederhana

1. Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan masa subur

dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan

kontrasepsipada hari ke 8-19 siklus menstruasinya. Dasar berasal dari

ovulasi umumnya terjadi pada hri ke 15 sebelum haid beikutnya, tetapi

dapat pula terjadi 12-16 hari sebelum haid yang akan datang. (Hartanto,

2010)

2. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang

cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari

enam pasca persalinan. Efektifitasnya dapat mencapai 98%. MAL efektif

bila menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup

asupan perlaktasi (Proverawati, 2010).

3. Metode suhu tubuh

16
Saat ovulasi terjadi peningkatan suhu basal tubuh sekitar 0,20 C- 0,50 C

yang disebabkan oleh peningkatan kadar hormon progesteron, peningkatan

suhu tubuh 1-2 hari setelah ovulasi. Selama tiga hari berikutnya diperlukan

pentang berhubungan intim. Metode suhu mengidentifikasi akhir masa

subur bukan awalnya.

4. Senggama terputus atau koitus interuptus

Senggama terputurs adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana

pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum pria mencapai

ejakulasi. Efektifitas bergantung pada ketersediaan pasangan untuk

melakukan senggama terputus setiap pelaksanaannya (saifuddin, 2006).

F. Metode darurat

Metode darurat adalah cara menghindari kehamilan setelah terlanjur

melakukan hubungan seksual tanpa pelindung. Metode ini mengusahakan

agar sel telur yang telah di buahi tidak sampai menempel kedinding rahim

dan berkembang menjadi janin. Metode darurat dapat menggunakan pil

hormon atau metoe AKDR

II.4. TINJAUAN UMUM TENTANG PENGETAHUAN

II.4.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau

hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui panca indra yang

dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pengetahuan

17
seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra

penglihatan (Notoatmodjo, 2014).

II.4.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan orang terhadap sesuatu pasti memiliki tingkatan yang

berbeda-beda. Secara garis besar pengetahuan dibagi dalam 6 tingkat

pengetahuan, yaitu:

A. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Tingkatan pengetahuan pada tahap ini merupakan tingkatan

yang paling rendah. Kemampuan pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 2014).

B. Memahami (comprehension)

Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan bukan sekadar tahu terhadap

objek tersebut, namun juga dapat menjelaskan, menyimpulkan, dan

menginterpretasi materi tersebut secara benar (Notoatmodjo, 2014).

C. Aplikasi (application)

Pengetahuan pada tahap ini diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud maka seseorang tersebut dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain atau

yang sebenarnya (Notoatmodjo, 2014).

18
D. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi

bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah

apabila orang tersebut telah dapat menggambarkan (membuat bagan),

memisahkan dan mengelompokkan, serta membedakan atau

membandingkan pengetahuan atas objek tersebut (Notoatmodjo, 2014

E. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan

berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang ada menjadi suatu pola baru

yang lebih menyeluruh. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada

(Notoatmodjo, 2014).

F. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2014).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden (Notoatmodjo, 2014). Dalam membuat kategori tingkat

19
pengetahuan bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok jika yang diteliti

adalah masyarakat umum, yaitu sebagai berikut:

a) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 50%.

b) Tingkat pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤ 50%.

Kategori tingkat pengetahuan jika yang diteliti adalah petugas kesehatan

maka presentasenya akan berbeda, yaitu:

a) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 75%.

b) Tingkat pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤ 75% (Budiman

dan Riyanto, 2013).

II.4.3 Faktot-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang secara umum, yaitu:

A. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin

tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat.

B. Informasi/media massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Berkembangnya

20
teknologi akan menyediakan bermacammacam media massa yang dapat

memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

C. Sosial, budaya, dan ekonomi

Sosial dan budaya merupakan kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-

orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya

suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial

ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang.

D. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena

adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspons sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.

E. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masa lalu.

F. Usia

Usia dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

21
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai

dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah

pengetahuannya. Namun, tidak dapat mengajarkan hal baru kepada orang

yang sudah tua karena dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan

dengan bertambahnya usia.

II.5. TINJAUAN UMUM TENTANG SIKAP

II.5.1 Definisi Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan

sebagainya). Sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian

orang/responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan, sehat, sakit

dan faktor yang terkait dengan faktor risiko kesehatan. (Notoatmodjo,

2014)

Sikap menurut Campbell (1950) dalam Notoatmodjo (2014)

mendefinisikan sangat sederhana yakni: “An individual’s attitude is

syndrome of respons consistency with regard to object”. Jadi jelas

dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam

merespons stimulus atau objek sehingga sikap itu melibatkan pikiran,

perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.

22
II.5.2 Komponen Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2014) menjelaskan, sikap

terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu:

A. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, yang artinya

bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

B. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya

bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut

terhadap objek.

C. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap merupakan

komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah

ancang – ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka

Ketiga komponen tersebut bersama – sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi sangat berperan

penting dalam menentukan sikap

II.5.3 Tindakan Yang Mendasari Sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tindakan sebagai

berikut:

A. Menerima (receiving), kepekaan dalam menerima rangsangan. Dapat

diartikan bahwa orang (subyek) bersedia dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek). Contohnya, sikap seorang ibu yang menghadiri sebuah

penyuluhan KB.

23
B. Menanggapi (responding), memberikan respon terhadap suatu objek,

seperti memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Contohnya, seorang

ibu yang menghadiri penyuluhan KB tersebut mampu berpartisipasi aktif.

C. Menghargai (valuing), mengajak atau mempengaruhi orang lain untuk

merespon, mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Contohnya,

seorang ibu yang menghadiri penyuluhan KB, mengajak temannya untuk

menghadiri forum tersebut.

D. Bertanggung jawab (responsible), Bertanggung jawab berarti siap untuk

menerima risiko terhadap sikap yang diambil berdasarkan keyakinannya.

Contohnya, seorang ibu yang mengikuti penyuluhan harus siap menerima

risiko seperti kehilangan waktunya, harus meninggalkan rumah, dan

sebagainya

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat

pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat

dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis kemudian ditanyakan

pada responden (Notoatmodjo, 2014).

II.6. Pengetahuan Dan Sikap Ibu Pasangan Usia Subur Terhadap

Kontrasepsi

Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami-istri yang istrinya

berusia 1549 tahun dan masih haid, atau pasangan suami-istri yang istrinya

berusia kurang dari 15 tahun dan sudah haid, atau istri sudah berumur lebih

24
dari 50 tahun, tetapi masih haid. Berdasarkan usia terdapat 3 fase dalam

perencanaan KB, yaitu usia dibawah 20 tahun berada dalam fase menunda

kehamilan, usia 20-35 tahun adalah fase menjarangkan kehamilan, dengan

rentang jarak kehamilan 2-4 tahun, dan usia diatas 35 tahun berada pada fase

tidak hamil lagi (BKKBN, 2011).

Dalam pemilihan alat kontrasepsi terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi ibu PUS dalam memilih, seperti faktor pengetahuan ,

pendidikan, dan peran PLKB (Pratiwi, 2019). Pengetahuan dapat

mempengaruhi Sikap ibu dalam pemilihan kontrasepi. Ibu PUS dengan

pengetahuan yang kurang, akan sulit untuk dapat menggunakan kontrasepsi

yang tepat (Rusiana et al., 2017). Perempuan dengan pendidikan yang tinggi

mampu memahami dan memiliki pengetahuan yang baik mengenai

keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi sehingga sikap untuk menerima

program KB lebih baik (Pratiwi, 2019).

Menurut Junita (2009) dalam Pratiwi (2019) menyatakan bahwa

petugas kesehatan sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi

pada ibu PUS. Petugas kesehatan berperan dalam memberikan informasi,

penyuluhan dan menjelaskan alat kontrasepsi. Namun, kualitas pelayanan KB

masih belum memenuhi harapan klien, terdapat perbedaan sikap PLKB

terhadap akseptor baru dengan akseptor lama. Akseptor baru ditawarkan

berbagai jenis metode kontrasepsi yang tersedia di puskesmas serta diberikan

konseling tentang efek samping, kelebihan dan kekurangan masing-masing

kontrasepsi. Sementara, layanan kontrasepsi untuk akseptor lama disesuaikan

25
dengan metode kontrasepsi yang telah digunakan oleh akseptor (Ekariano et

al., 2020)

II.7. KERANGKA KONSEP

Variabel Dependen

Penggunaan Alat Kontrasepsi :

1. Pil KB
2. Suntik KB
3. Implan
4. AKDR
5. Kondom
6. MOW

Sikap Ibu PUS terhadap Tingkat Pengetahuan


Alat Kontrasepsi Ibu PUS Terhadap Alat
Kontrasepsi

Variabel Independen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

26
II.8. VARIABEL PENELITIAN

II.8.1 Variabel yang diteliti

Adalah variabel mempengaruhi atau dianggap menentukan variabel terikat

(Sugiyono 2015). Adapun varibel bebas dalam penelitian ini yaitu

Pengetahuan, Sikap, dan Pelatihan.

II.8.2 Variabel yang tidak diteliti

Adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat variabel bebas

(Sugiyono 2015). Adapun varibel terikat dalam penelitian ini yaitu Alat

Kontrasepsi

II.9. Definisi Operasional

A. Pengetahuan

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui

dan kemampuan seorang Ibu PUS untuk mengingat, memahami, dan

mengaplikasikan penggunaan alat Kontrasepsi, pengukuran di ambil

berdasarkan jawaban dari pertanyaan kuisioner yangb telah diberi skor.

Skala penilain menggunakan skala Guttman yakni nilai 1 untuk jawaban

benar dan nilai 0 untuk jawaban salah berdasarkan kunci jawaban.

Kriteria objektif:

Cukup : Apabila jawaban responden mencapai ≥ 50% dari 10 pertanyaan

Kurang : Apabila jawaban responden mencapai skor < 50% dari 10

pertanyaan

27
B. Sikap

Sikap dalam penelitian ini adalah responden, tanggapan dan responde

menggunakan alat Kontrasepsi. Pengukuran diambil berdasarkan jawaban

dari pertanyaan kuisioner yang telah diberi skor. Skala penelitian

menggunakan skala Guttman yakni nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0

untuk jawaban salah berdasarkan kunci jawaban.

Kriteria objektif:

Cukup: Apabila jawaban responden mencapai ≥ 50% dari 10 pertanyaan

Kurang: Apabila jawaban responden mencapai skor < 50% dari 10

pertanyaan

28
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. JENIS DAN METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian

deskriptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau

menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan

menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual

(Sugiyono, 2014:14).

Penelitan ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional penelitian

cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi

antara factor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan,

observasional, atau pengumpulan data. Penelitian cross selectional hanya

mengobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap variabel

subjek pada saat penelian (Notoatmojo, 2010) .

III.2. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

A. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan setelah seminar proposal di lakukan

B. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Puuwatu Kecamatan Puuwatu

Kota Kendari tahun 2022

29
III.3. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau obyek yang diteliti

(Notoatmodjo 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu Pasangan

Usia Subur (PUS) di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari. Berdasarkan data

awal yang peneliti dapatkan dari puskesmas Puuwatu , jumlah ibu PUS

berjumlah 7.412 Orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian diambil sebagian dari populasi yang memenuhi

kriteria penelitian sehingga jumlah sampel terpenuhi.

a. Jumlah Sampel

Penetapan besarnya sampel dalam penelitian berdasarkan rumus sebagai


N
berikut: n=
1+(N . d 2 )
Keterangan :

n = besarnya sampel

N = besarnya populasi

dibulatkan =30d = tingkat kepercayaan (0,1)

7412
n= 2 Hasil perhitungan diperoleh :
1+(7412.0,1 )

7412
n=
75,12

n=98,66

30
Dibulatkan Menjadi 99, Jadi Sampel pada penelitian ini sebanyak 99 Ibu

Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Puuwatu Kota

Kendari

b. Teknik Pengambilan Sampel

Pemilihan sampel menggunakan teknik Simple random

sampling adalah teknik untuk menentukan sampel yang jumlahnya

sesuai dgn ukuran sampel yang akan di jadikan sumber data

sebenarnya, dengan pemperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi

agar memperoleh sampel representatif. Menurut margono (2004).

Kriteria Sampel terdiri dari :

a) Kriteria inklusi

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Ibu pasangan usia subur yang berdomisili diwilayah kerja

puskesmas Puuwatu Kota kendari

2) Usia 15-49 tahun

3) Bersedia menjadi responden

b) Kriteria Esklusi

1) Responden yang tidak bersedia dijadikan responden

2) Responden yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik

3) Tidak mengisi Kuisioner dengan lengkap

31
III.4. PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang lazim digunakan dalam pengupulan

data kuantitatif, yaitu kuesioner, wawancara terencana, pengamatan atau

observasi, dan dokumentasi. (Hamdi dan bahrun).

A. Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden mengenai hal-hal yang di ketahui

olehnya. Kuesioner adalah adalah satu set tulisan tentang pertanyaan yang di

formulasi supaya responden mencatat jawabanya, biasanya secara terbuka

alternative jawaban ditentukan (silalahi,2012). Tehnik ini dapat

menggunakan kuesioner, daftar cocok (checklist), dan skala (scala) sebagai

instrument penelitian.

B. Wawancara dapat dilakukan dengan individu tertentu untuk mendapatkan

data atau informasi tentang masalah yang berhubungan dengan satu subyek

tertentu atau orang lain (Silalahi,2012,p.321).Instrument penelitian dari

teknik wawancara dapat mengunakan pedoman wawancara (interview

guide) dan daftar cocok (checklist).

C. Pengamatan atau observasi, dapat menggunakan isntrumen penelitian

berupa lembar pengamatan, panduan pengamtan, panduan observasi

(observation sheet atau observation schedule), dan daftar cocok (checklist).

D. Dokumentasi, dapat menggunakan instrument penelitian berupa daftar

cocok (checklist) dan table.

32
III.5. ANALISIS DATA

Analisis data kuantitatif adalah salah satu komponen penting dalam

proses data analisis. Metode analisis data merupakan bagian dari proses

analisis dimana data yang dikumpulkan lalu diproses untuk menghasilkan

kesimpulan dalam penggambilan keputusan. Metode ini bergantung kepada

kemampuan untuk menghitung data secara akurat. Selain itu, metode ini

juga memerlukan kemampuan untuk menginterprestasikan data yang

kompleks. Metode kuantitatif merupakan metode pengolahan data yang

digunakan melalui metode statistic atau matematik yang terkumpul dari data

sekunder. Kelebihan dari metode ini adalah kesimpulan yang lebih terukur

dan komprenshif. (Salsabila Miftah Reskia).

1. Univariat

Analisis ini yaitu presentase dalam bentuk tabel yang dilakukan secara

deskriptif pada masing-masing variabel dengan analisis pada distribusi

frekuensi.

2. Bivariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010) yaitu tingkat

pengetahuan dan sikap Ibu PUS. Untuk mengetahui hubungan antara sikap

dan pengetahuan dengan pemilihan penggunaan alat kontrasepsi digunakan

metode analisis bivariat chi square.

33
III.6. ETIKA PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan mengajukan

permohonan izin kepada Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat,

Kepada Kepala Puskesmas PUUWATU untuk mendapatkan persetujuan,

kemudian kuesioner diberikan ke subyek yang diteliti dengan menekankan

pada masalah etika yang meliputi:

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang menjadi subyek

penelitian dan memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari

penelitian serta dampak yang akan terjadi bila bersedia menjadi subyek

penelitian. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap akan menghormati hak-hak responden.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar instrument dan hanya

menulisakan inisial responden saja misalnya indah maimunah ditulis IM.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasian informasi yang telah didapat oleh peneliti dari responden akan

dijamin kerahasiaannya. Hanya pada kelompok tertentu saja yang akan

peneliti sajikan utamanya pada hasil riset.

34
DAFTAR PUSTAKA

Arrasyd, H., Asmaryadi, A., & Amri, K. (2019). Hubungan Pengetahuan, Sikap,
dengan Partisipasi Pasangan Usia Subur dalam Program KB di Desa
Huta Padang Sayur Maincat Kecamatan Kotanopan
Kabupaten
Mandailing Natal Serta Implikasinya dalam Bimbingan Dan
Konseling. Ristekdik: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 4(1), 62-67.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2011,
Kumpulan Materi Dasar Promosi: “Menyiapkan Ibu Sehat, Melahirkan
Bayi Sehat”, Direktorat Advokasi dan KIE, Direktorat Kesehatan
Reproduksi, Jakarta.
_________________. 2013, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, edisi
3, Bina Pustaka, Jakarta
_________________. 2018, Survei Kinerja Dan Akuntabilitas Program KKBPK
(SKAP) Keluarga 2018”, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Keluarga
Berencana Dan Keluarga Sejahtera, Jakarta.
_________________. 2019, Pedoman Kebijakan Teknis KB dan Kespro. Jakarta:
Kantor Mentri Negara dan Kependudukan
_________________. 2020, Survei Kinerja Dan Akuntabilitas Program KKBPK
(SKAP) Keluarga 2020”, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Keluarga
Berencana Dan Keluarga Sejahtera, Jakarta.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) SULTRA.
2021, ”, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Keluarga Berencana
Dan Keluarga Sejahtera, Kendari
Badan Pusat Statistik.(2017). Program Keluarga Berencana Dalam Angka.
Budiman & Riyanto, A. 2013, Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta.
Dahlan, M. Sopiyudin, 2014, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan:
Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat: Seri 1, edisi 3, Salemba Medika,
Jakarta.
Dewi, M.U.K. 2013, Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana,
Trans Info Media, Jakarta
Dewiwati, T. S. (2020). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Akseptor KB dengan
Pemakaian Alat Kontrasepsi Mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat
Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat. Jurnal Gentle
Birth, 3(1), 47-56.
Dinkes Kota Kendari. Profil Kesehatan Kendari Tahun 2020. Dinas Kesehatan
Kota Kendari, SULTRA
Dinkes Kota Kendari. Profil Kesehatan Kendari Tahun 2021. Dinas Kesehatan
Kota Kendari, SULTRA
Ekoriano, M., Ardiana, I., Puspitasari, D., & Ningtyas, D.N.F., 2020, Kualitas
Pelayanan Kontrasepsi Modern Antara Fasilitas Kesehatan Pemerintah
dan Fasilitas Kesehatan Swasta Studi Kasus di Empat Provinsi di
Indonesia 2018, Research Brief, BKKBN, diakses 25 April 2022,

35
Herawati, F., Cangara, H., & Unde, A. A. (2016). Hubungan antara Penerimaan
dan Pemahaman Informasi Kb dalam Pengendalian Kelahiran Anak di
Kalangan Anggota Bhayangkari dan Keluarga Nelayan Pesisir di
Kabupaten Donggala. KAREBA: Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(3), 259-266.
Huda, A. N., Widagdo, L., & Widjanarko, B. 2016, Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada
Wanita Usia Subur Di Puskesmas Jombang-Kota Tangerang Selatan,
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(1), 461-469.
Irianto, K. 2014, Pelayanan Keluarga Berencana, Pustaka Rihanna, Yogyakarta.
Kemenkes RI. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2019.
Kusuma, N. 2016, Hubungan Antara Metode dan Lama Pemakaian Dengan
Keluhan Kesehatan Subyektif Pada Akseptor, Jurnal
Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 164–175.
Limoy, M., & Iit, K. (2018). Hubungan antara Karakteristik Ibu dengan Sikap
dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi Kb Suntik 3
Bulan di BPS Arismawati Kabupaten Kubu Raya Tahun
2017. Jurnal Kebidanan Akbid Panca Bhakti Pontianak, 8(1).
Mayasari, D. L. 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat
Pengetahuan Akseptor Tentang Efek Samping Kb Suntik DMPA 150mg
Di Pustu Desa Madusari Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo,
Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Notoatmodjo, S. 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Rineka
Cipta, Jakarta.
____________. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta
____________. 2014, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Edisi Revisi,
Rineka Cipta, Jakarta.
Nursalam. (2017). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 4. Jakarta:
Salemba Medika.
Pratiwi, A. I. 2019, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keikutsertaan
Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi di
Desa Alamendah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung. Jurnal
Kebidanan, 8(1), 1-11.
Prawirohardjo, S. 2005, Ilmu Kandungan, Edisi Kedua, Cetakan Kelima,
Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
______________. 2005, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga,Cetakan
Ketujuh, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Prijatni, I. & Rahayu, S. 2016, Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Purwandari, A., & Tombokan, S. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pengetahuan Akseptor KB Dalam Pemilihan Alat
Kontrasepsi Implant Di Puskesmas Tuminting Kota Manado. In
PROSIDING Seminar Nasional Tahun 2017 ISBN: 2549-0931 (Vol. 1,
No. 2, pp. 415-424).
Putri, R.P. & Oktaria, D. 2016, Efektivitas Intra Uterine Devices (IUD) Sebagai
Alat Kontrasepsi, Majority, vol. 5, no. 2, hal. 138-141

36
Puskesmas Puuwatu Kota Kendari. Profil Kesehatan Puskesmas Puuwatu Tahun
2019. Puskesmas Puuwatu Kota Kendari, SULTRA
Puskesmas Puuwatu Kota Kendari. Profil Kesehatan Puskesmas Puuwatu Tahun
2020. Puskesmas Puuwatu Kota Kendari, SULTRA
Rogers, K. (ed.) 2010, The Reproductive System, Britannica
Educational Publishing, New York.
Rusiana, R., Mudayatiningsih, S., & Susmini, S. 2017, Hubungan Tingkat
Pengetahuan Tentang Kontrasepsi pada Ibu Pasangan Usia Subur
Dengan Sikap Ibu Dalam Pemilihan Kontrasepsi di Donowarih
Karangploso Malang, Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(3).
Saifuddin . 2003 . Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasa n Bin a
Pustak a Sarwon o Prawiroharjo . Jakarta . Indonesia .
Sari, Y. S. N. I., Abidin, U. W., & Ningsih, S. 2019, Faktor-Faktor yang
Berhubungan denganMinat Ibu dalam Pemilihan Alat
Kontrasepsi, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1), 46-58.
Septalia, R., & Puspitasari, N. 2016, Faktor yang memengaruhi pemilihan metode
kontrasepsi, Jurnal biometrika dan kependudukan, 5(2), 91-98.
Sherwood, L. 2014, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi ke-8, EGC,
Jakarta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Santoso dkk . 2011 . MJMS Indonesia Index Of Medical Specialities. Bhuan a
llmu Popular. Jakarta , Indonesia .
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5080, Jakarta.
World Health Organization (WHO) 2018, Family Planning/Contraception,
accessed 20 April 2022, available at:
https://www.who.int/newsroom/fact-sheets/detail/family-planning-
contraception
Yanty, R. D., 2020, Peran Konseling Keluarga Berencana (Kb) Terhadap
Pengetahuan Tentang Metode Kontrasepsi Pada Wanita Usia Subur Di
Kecamatan Muara Enim Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera
Selatan,Skripsi, Universitas Lampung: Lampung
Zen C.H.T,. 2021. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Pasangan Usia
Subur Terhadap alat Kontrasepsi di Kelurahan Pangkalan
Johor.Skripsi, Universitas Sumatra Utara

37

Anda mungkin juga menyukai