Anda di halaman 1dari 63

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Keluarga Berencana (KB)

a. Pengertian Keluarga Berencana

Pengertian KB menurut UU RI Nomor 52 Tahun 2009 adalah

upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,

mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan, serta bantuan

sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

berkualitas.

Keluarga Berencana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga

yang berkualitas melalui promosi, perlindungan dan bantuan dalam

mewujdukan hak-hak reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan,

pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk membentuk

keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak dan

usia ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan dan membina

ketahanan serta kesejahteraan anak (BKKBN, 2015).

b. Tujuan Program Keluarga Berencana

Tujuan dari program keluarga berencana adalah untuk

membangun manusia Indonesia sebagai obyek dan subyek

pembangunan melalui peningkatan kesejahteraan ibu, anak, dan

keluarga. Selain itu program KB juga ditujukan untuk menurunkan

angka kelahiran dengan menggunakan salah satu jenis kontrasepsi

secara sukarela yang didasari keinginan dan tanggung jawab seluruh


9

masyarakat. Upaya unuk menurunkan angka kelahiran sekaligus

membentuk keluarga sejahtera merupakan cerminan dari program KB

(Bappeda, 2013).

Tujuan umum pelaksanaan keluarga berencana adalah untuk

meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak,

keluarga serta masyarakat pada umumnya (BKKBN, 2015).

c. Sasaran Program Keluarga Berencana

Sasaran utama pelayanan Keluarga Berencana adalah pasangan

usia subur (PUS) yang berusia 15-49 tahun. Menurut BKKBN (2015)

pasangan usia subur (PUS) yang istrinya berumur 15-499 tahun atau

pasangan suami istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid

atau istri berumur 15 tahun tetapi masih haid (datang bulan).

Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga atau PUS pada

umumnya mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan tersebut diklarifikasikan dalam 3 fase, yaitu fase menunda atau

mencegah kehamilan, fase menjarangkan kehamilan, serta fase

menghentikan atau mengakhiri kehamilan/kesuburan.

d. Akseptor Keluarga Berencana (KB)

Akseptor KB adalah pasangan usia subur (PUS) yang sedang

menggunakan salah satu alat metode atau alat kontrasepsi. Macam-

macam akseptor KB yaitu :


10

1) Akseptor KB baru

Akseptor KB baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru

pertama kali menggunakan alat kontrasepsi setelah mengalami

persalinan atau keguguran.

2) Akseptor KB Aktif

Akseptor KB aktif adalah peserta KB yang terus menggunakan

alat kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.

3) Akseptor KB ganti cara

Akseptor KB ganti cara adalah peserta KB yang berganti

pemakaian dari suatu metode kontrasepsi lainnya tanpa diselingi

kehamilan. Untuk menyiapkan akseptor KB ini menggunakan cara

komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian dari akseptor KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang

masih menggunakan salah satu metode atau alat kontrasepsi (Rizki,

2014).

e. Manfaat ber-KB

Menurut Arum (2009) Manfaat ber-KB terdiri dari empat yaitu :

1) Bagi Ibu

Manfaat KB bagi ibu, antara lain:

a) Mencegah anemia (kurang darah)

b) Mencegah perdarahan yang terlalu banyak setelah persalinan

c) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD)

d) Mendekatkan ibu terhadap pelayanan pemeriksaan kesehatan


11

e) Meningkatkan keharmonisan keluarga

2) Bagi Anak

Manfaat KB bagi ibu, antara lain:

a) Mencegah kurang gizi

b) Tumbuh kembang anak terjamin

c) Kebutuhan Asi eklusif 6 bulan terpenuhi

3) Ekonomi

Manfaat menggunakan KB di segi ekonomi, antara lain:

a) Mengurangi biaya kebutuhan rumah tangga

b) Meningkatkan atau menambah pendapatan ekonomi keluarga

4) Sosial Budaya

Manfaat ber KB secara sosial budaya, yaitu:

a) Meningkatkan kesempatan bermasyarakat

b) Meningkatkan peran ibu dalam pengambilan keputusan

keluarga

2. Unmet Need

a. Pengertian Unmet Need

Unmet need adalah tidak terpenuhinya pemakaian kontrasepsi

pada wanita wanita usia subur yang sudah tidak ingin mempunyai

anak lagi tetapi tidak memakai alat kontrasepsi atau yang disebut

unmet need KB (Depkes.RI, 2012)

Unmet Need KB adalah wanita yang membutuhkan KB tetapi

tidak terpenuhi. Pasangan Usia Subur (PUS) bukan peserta KB yang


12

ingin menunda untuk memiliki anak selama dua tahun lebih dan tidak

ingin memiliki anak lagi merupakan sasaran pelayanan KB yang

belum terlayani (BKKBN, 2016).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan KB

Menurut (Jidar, 2018) faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan

KB yaitu :

1) Umur

Umur merupakan usia individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berpikir dan bekerja (Husnah, 2011). Faktor umur

seseorang berpengaruh signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan

kontrasepsinya. Kelompok perempuan usia muda dan tua berisiko

tinggi untuk mengalami unmet need KB karena kelompok ini

tidak menyadari bahwa mereka memiliki potensi komplikasi

selama kehamilan. Hasil penelitian di Gorontalo menunjukkan

bahwa umur muda berisiko 21,8 kali lebih besar mengalami

kejadian unmet need KB dibandingkan dengan umur yang lebih

dari 49 tahun (Takwim, 2010).

Berdasarkan usia subur atau masa reproduksi wanita,

Siswosudarmo, dkk membagi usia wanita dalam tiga periode,

yaitu (Sumaila, 2011):

a) Usia < 20 Tahun (Usia Reproduksi Muda)


13

Pada periode ini wanita dianjurkan untuk menunda kehamilan

sampai sekurang-kurangnya berusia 20 tahun karena pada

periode ini wanita belum mempunyai kemampuan mental dan

sosial yang cukup untuk mengurus anak.

b) Usia 20-35 Tahun (Usia Reproduksi Sehat)

Periode ini merupakan usia ideal untuk hamil dan melahirkan,

namun pada periode ini diharapkan wanita dapat menjarangkan

kehamilan dengan jarak dua kehamilan antara empat sampai

lima tahun.

c) Usia > 35 Tahun (Usia Reproduksi Tua)

Kehamilan dan persalinan pada periode usia ini tidak hanya

berisiko tinggi terhadap anak tetapi juga ibunya. Morbiditas

dan mortalitas ibu dan anak meningkat dengan tajam pada

periode usia ini sehingga diharapkan menggunakan kontrasepsi

mantap.

d) Pendidikan

Berdasarkan laporan akhir evaluasi pelayanan KB (2011),

unmet need cenderung menurun dengan meningkatnya taraf

pendidikan dan kesejahteraan. Unmet need untuk membatasi

kelahiran banyak dijumpai pada masyarakat dengan taraf

pendidikan rendah (tidak sekolah dan tidak tamat SD), masing-

masing sebesar 7.7% dan 6.2%. Wanita yang menggunakan

kontrasepsi implan lebih muda tapi lebih berpendidikan

daripada wanita dengan unmet need (Asnake, 2013).


14

Tingkat pendidikan merupakan dasar pengembangan daya

nalar seseorang dan jalan untuk memudahkan seseorang untuk

menerima motivasi. Pendidikan dikategorikan rendah bila

hanya sampai pada tingkat SMP dan dikategorikan tinggi

apabila sampai pada tingkat SMA dan seterusnya (Ngatimin

dalam Sumaila, 2011). Semakin tinggi pendidikan seseorang,

maka transformasi pengetahuan, teknologi dan budaya yang

sifat pembaharuan akan mudah dan cepat diterima. Hal ini

senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Suseno (2011)

mengemukakan bahwa pendidikan berpengaruh secara

signifikan terhadap kejadian unmet need.

e) Pekerjaan

Meurut Nurjannah (2016) ibu yang tidak bekerja memiliki

risiko tinggi mengalami unmet need dibadingkan dengan ibu

yang bekerja. Menurut Jidar (2018) pekerjaan adalah kegiatan

atau aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan, guna

memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dimana pekerjaan

tersebut sangat erat dengan kehidupan sehari-hari dalam

memenuhi kebutuhan hidup. Dalam hal status pekerjan ibu,

ternyata ibu yang tidak bekerja memiliki peluang menjadi

unmet need lebih besar dibandingkan dengan ibu yang

bekerja.

Tingkat ekonomi keluarga merupakan tingkatan mengenai

karakteristik latar belakang rumah tangga yang digunakan


15

sebagai pendekatan untuk mengukur standar hidup rumah

tangga dalam jangka panjang. Tingkat ekonomi ini

berdasarkan pada data karakteristik perumahan dan

kepemilikan barang, jenis sumber air minum, fasilitas toilet

dan karakteristik lain terkait dengan status sosial ekonomi

rumah tangga (BPS, 2013).

f) Jumlah Anak Hidup

Jumlah anak hidup menurut Jidar (2018) adalah

banyaknya hitungan anak yang dimiliki. Jumlah anak menuju

pada kecenderungan dalam membentuk besar keluarga yang

diinginkan. Dengan demikian besar keluarga akan meningkat

seiring dengan peningkatan jumlah anak, karena setiap

keluarga berupaya untuk mencapai jumlah anak dengan

menggunakan caranya sendiri.

g) Sumber Informasi

Media cetak maupun media elektronik memiliki pengaruh

yang penting dalam memberikan informasi mengenai alat

kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS). Media

berpengaruh besar dalam membentuk suatu pendapat dan

membangun kepercayaan dalam diri seseorang. (Jidar, 2018).

Keterpaparan informasi mengenai alat kontrasepsi menjadi

salah satu faktor penting dalam mengatasi masalah kebutuhan

kontrasepsi yang tidak terpenuhi. Informasi mengenai alat

kontrasepsi tidak hanya didapatkan dari petugas KB saja,


16

melainkan dari berbagai media. Kemajuan di bidang teknologi

saat ini memudahkan setiap orang untuk mengakses informasi,

baik yang berada di daerah perkotaan maupun pedesaan,

misalnya mengenai jenis alat kontrasepsi yang tepat untuk

digunakan, kelebihan dan kekurangan suatu alat kontrasepsi,

manfaat menggunakan alat kontrasepsi, serta lain sebagainya.

h) Pengaruh Orang Lain

Anggota keluarga, anak saudara, tetangga dan teman sering

memiliki pengaruh bermakna dalam pemakaian metode

kontrasepsi oleh suatu pasangan. (Sari, 2018).

3. Kontrasepsi

a. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berati “mencegah” atau

“melawan” dan konsepsi yang berati pertemuan antara sel telur yang

matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari

kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan

sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah

pasangan yang aktif melakukan hubungan intim/seks dan keduanya

memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan

(Suratun, 2008).

Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah/

menghalangi dan “Konsepsi” yang berarti pembuahan atau pertemuan


17

antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan

sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai

akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma (Saifuddin, 2005).

b. Efektivitas (daya guna) Kontrasepsi

Efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2

tingkat, yakni :

1) Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan

suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan

yang tidak diinginkan, apabila cara tersebut digunakan terus-

menerus dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan.

2) Daya guna pemakaian (use effectivennes), yaitu kemampuan

kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya

dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pemakai tidak hati-hati,

kurang taat pada peraturan, dan sebagainya (Wiknjosastro, 2005).

c. Faktor-faktor yang Berperan dalam Pemilihan Kontrasepsi

Beberapa faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih metode

kontrasepsi antara lain sebagai berikut:

1) Faktor pasangan dan motivasi, meliputi:

a) Umur

b) Gaya Hidup

c) Frekuensi senggama

d) Jumlah keluarga yang diinginkan

e) Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu


18

2) Faktor kesehatan, meliputi:

a) Status kesehatan

b) Riwayat haid

c) Riwayat keluarga

d) Pemeriksaan fisik dan panggul

3) Faktor metode kontrasepsi

a) Efektivitas

b) Efek samping

c) Biaya (Proverawati, 2010).

Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana

dan cara kontrasepsi modern:

a. Kontrasepsi Sederhana

Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan

kontrasepsi dengan alat atau obat. Kontrasepsi sederhana tanpa

alat dapat dilakukan dengan senggama terputus, pantang berkala,

metode suhu badan basal, dan metode kalender. Sedangkan

kontrasepsi sederhana dengan alat/obat dapat dilakukan dengan

kondom, diafragma, kap serviks, dan spermisid.

b. Kontrasepsi Modern

Kontrasepsi modern dibedakan atas 3 yaitu:

1) Kontrasepsi hormonal

Kontrasepsi hormonal terdiri dari: terdiri dari pil, suntik,

implant/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)

2) IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)


19

3) Kontrasepsi mantap yaitu dengan operasi tubektomi (sterilisasi

pada wanita) dan vasektomi (sterilisasi pada pria) (Saifuddin,

2005).

Hal penting dalam pelayanan keluarga berencana yang perlu

diperhatikan adalah prioritas pelayanan KB diberikan terutama

kepada PUS yang isterinya mempunyai keadaan 4T, yaitu:

a. Terlalu Muda

Wanita dibawah umur 17 tahun lebih sering mengalami

kematian karena persalinan dan tubuh belum cukup matang

untuk melahirkan. Bayi-bayi mereka lebih sering meninggal

sebelum mencapai umur 1 tahun.

b. Terlalu Tua

Wanita usia subur yang sudah tua akan mengalami bahaya,

terutama bila mereka mempunyai masalah kesehatan lain atau

sudah terlalu banyak melahirkan.

c. Terlalu Dekat

Tubuh wanita memerlukan waktu untuk memulihkan tenaga dan

kekuatan diantara kehamilan.

d. Terlalu Banyak

Seorang wanita dengan anak lebih dari 4 akan lebih sering

mengalami kematian karena perdarahan setelah persalinan dan

penyebab lain (BKKBN, 2010).

e. Metode Kontrasepsi

Kontrasepsi Hormonal
20

Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang di dalamnya

mengandung

hormon estrogen dan progesteron. Metode kontrasepsi hormonal

dibagi

menjadi dua yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan

estrogen

sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Sedangkan

kontrasepsi

hormonal yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik, dan

implant.

Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal dibedakan berdasarkan

jenis hormon

yang terkandung didalamnya (Furry 2016). Berikut jenis kontrasepsi

hormonal:

Kontrasepsi Oral/Pil

Kontrasepsi pil adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang

berbentuk pil atau tablet didalam strip yang berisi gabungan

hormon estrogen

dan progesterone atau yang hanya terdiri dari hormon progesterone

saja.

Kebijaksanaan penggunaan pil diarahkan terhadap pemakaian pil

dosis

rendah, tetapi meksipun demikian pil dosis tinggi masih disediakan

terutama
21

untuk membina peserta KB lama yang menggunakan dosis tinggi

(Suratun,

2008). Kontrasepsi oral/pil dikenal dengan 4 tipe kontrasepsi oral,

yakni tipe

kombinasi, tipe sekuensial, pil mini, dan pil pasca senggama

(morning after

pill). Tetapi yang banyak digunakan adalah tipe kombinasi dan mini

pil karena

dikenal dengan efektivitasnya yang tinggi (Ganiswarna, 1995).

b. Kontrasepsi Suntik

Menurut Hartanto (2003: 142) dua kontrasepsi suntikan berdaya

kerja

lama yang sekarang banyak dipakai adalah:

1) Suntik Kombinasi (1 bulan)

Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan yang

pemberiannya tiap bulan dengan jalan penyuntikan secara

intramuscular

sebagai usaha pencegahan kehamilan berupa hormon progesterone

dan

estrogen pada wanita usia subur. Penggunaan kontrasepsi suntik

mempengaruhi hipotalamus dan hipofisis yaitu menurunkan kadar

FSH dan

LH sehingga perkembangan dan kematangan folikel de Graaf tidak

terjadi
22

(Mulyani dan Rinawati, 2013). Jenis suntikan 1 bulan antara lain:

a) Suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesterone

Asetat dan

5 mg Estradiol

b) Sipionat yang diberikan injeksi intramuscular (IM) sebulan sekali

(Cyclofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol

Valerat

yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (Mulyani dan Rinawati,

2013).

2) Suntik Progestin (Tribulan)

Suntik tribulan merupakan metode kontrasepsi yang diberikan

secara

intramuscular setiap tiga bulan. Keluarga berencana suntik

merupakan metode

kontrasepsi efektif yaitu metode yang dalam penggunaannya

mempunyai

efektifitas atau tingkat kelangsungan pemakaian relatif lebih tinggi

serta angka

kegagalan relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan alat

kontrasepsi

sederhana (BKKBN, 2002).

Jenis kontrasepsi tribulan yaitu DMPA (Depo Medroxy Progesterone

Asetat) atau Depo Provera yang diberikan tiap tiga bulan dengan

dosis 150 mg
23

yang disuntik secara Intra Muscular (Mulyani dan Rinawati, 2013).

Kontrasepsi Implant

Kontrasepsi Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang

mengandung

Levonogestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon

(polydimethylsiloxane) dan dipasang dibawah kulit. Sangat efektif

(kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan) (Mulyani dan

Rinawati, 2013).

Terdapat 3 jenis Implant, yaitu:

a) Norplant

Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4

cm

dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg Levonogestrel dan

lama

kerjanya 5 tahun.

b) Implanon dan Sinoplant

Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm

dan

diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama

kerjanya 3 tahun.

c) Jadena dan Indoplant

Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonogestrel dengan

lama

kerjanya 3 tahun (Mulyani dan Rinawati, 2013).


24

2. Kontrasepsi Non Hormonal

Kontrasepsi non hormonal adalah kontrasepsi yang tidak

mengandung

hormone baik estrogen maupun progesterone. Jenis-jenis kontrasepsi

non

hormonal meliputi metode sederhana (metode kalender, metode suhu

basal,

metode lendir serviks, metode simptotermal, senggama terputus atau

coitus

interuptus, kondom, diafragma dan spermisida), dan metode modern

(IUD

tanpa hormon, MOW, MOP) (Hartanto, 2004).

a. Metode Kalender

Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode Keluarga

Berencana Alamiah (KBA) yang paling tua. Metode kalender atau

pantang

berkala adalah metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh

pasangan

suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan

seksual pada

masa subur atau ovulasi. Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi

tepat 14

hari sebelum menstruasi berikutnya (Mulyani dan Rinawati, 2013).

Metode Suhu Basal


25

Metode suhu basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh

selama

istirahat atau dalam keadaan istrirahat (tidur). Pengukuran suhu

basal

dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum

melakukan

aktivitas lainnya. Ibu dapat mengenali masa subur ibu dengan

mengukur ushu

badan secara teliti menggunakan termometer khusus yang bisa

mencatat

perubahan suhu sampai 0,1°C untuk mendeteksi, bahkan suatu

perubahan

kecil suhu tubuh (Mulyani dan Rinawati, 2013). Suhu normal tubuh

sekitar 36 – 37°C. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih

dahulu dan naik menjadi 37 – 38°C kemudian tidak akan

kembali pada suhu 35°C. Pada saat itulah terjadi masa subur atau

ovulasi. Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3 – 4

hari, kemudian akan

turun kembali sekitar 2°C dan akhirnya kembali suhu tubuh normal

sebelum

menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun

(Proverawati,

2010).

c. Metode Lendir Serviks


26

Metode lendir serviks merupakan metode Keluarga Berencana

Alamiah

(KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi

dengan

mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang

hari-hari

ovulasi. Bila disekitar alat kelamin terasa basah memasuki masa

subur. Bila

disekitar alat kelamin terasa kering maka memasuki masa tidak

subur

(Proverawati, 2010).

d. Metode Simpto-thermal

Metode simpto-thermal merupakan metode keluarga berencana

alamiah

(KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi

wanita.

Metode simpto-thermal mengkombinasikan metode suhu basal dan

mukosa

serviks (Proverawati, 2010).

e. Metode Coitus interuptus (senggama terputus)

Metode senggama terputus adalah metode keluarga berencana

alamiah

(KBA), dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari

vagina
27

sebelum mencapai ejakulasi (Mulyani dan Rinawati, 2013). Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari

berbagai bahan diantaranya karet (lateks), plastik (vinil) atau bahan

alami

(produksi hewani) yang dipasang pada penis untuk menampung

sperma ketika

seorang pria mencapai ejakulasi saat berhubungan seksual. Kondom

terbuat

dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder dengan muaranya

berpinggir

tebal yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari

ketebalannya,

yaitu 0,02 mm. Jenis-jenis kondom meliputi kondom dengan aroma

dan rasa,

kondom berulir, kondom ekstra tipis, kondom bintik, kondom

wanita, kondom

getar, kondom baggy dan kondom biasa (Mulyani dan Rinawati,

2013).

g. Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari karet

(lateks)

yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual

dan menutup

serviks (Mulyani dan Rinawati, 2013).


28

h. Spermisida

Spermisida merupakan sediaan kimia (biasanya non oksinol-9) yang

dapat

membunuh sperma. Tersedia dalam bentuk busa vagina, krim, gel

dan

suppositoria. Spermisida ditempatkan di vagina sebelum

berhubungan seksual.

Kontrasepsi ini juga menyediakan barier fisik ke sperma (Mulyani

dan

Rinawati, 2013).

i. Intra Uterine Device (IUD)

IUD merupakan alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan,

karena

dianggap sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan memiliki

manfaat

yang relatif banyak dibanding alat kontrasepsi lainnya. Diantaranya

tidak

mengganggu saat coitus (hubungan badan), dapat digunakan sampai

menopause dan setelah IUD dikeluarkan dalam rahim, bisa dengan

mudah

subur kembali (Mulyani dan Rinawati, 2013).

j. Tubektomi

Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita

yang
29

mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan

lagi. Jenis

kontrasepsi ini bersifat permanen, karena dilakukan penyumbatan

pada

17

saluran terlur wanita yang dilakukan dengan cara diikat, dipotong,

ataupun

dibakar (Proverawati, 2010). Vasektomi

Vasektomi adalah metode sterilisasi dengan cara mengikat saluran

sperma

(vas deferens) pria. Beberapa alternatif untuk mengikat saluran

sperma

tersebut, yaitu dengan mengikat saja, memasang klip tantalum,

kauterisasi,

menyuntikkan sclerotizing agent, menutup saluran dengan jarum,

dan

kombinasinya (Proverawati, 2010).

F. Pil KB

1. Pengertian Pil KB

Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk

pil atau

tablet dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan

progesterone
30

atau hanya terdiri dari progesterone saja. Kebijaksanaan

penggunaan pil

diarahkan terhadap pemakaian pil dosis rendah, tetapi meskipun

demikian pil

dosis tinggi masih disediakan terutama untuk membina peserta KB

lama yang

menggunakan dosis tinggi (Suratun, 2008).

Pil KB ini memberikan keuntungan yaitu tetap membuat menstruasi

teratur, mengurangi kram atau sakit saat menstruasi. Kesuburan

juga dapat

kembali pulih dengan cara menghentikan pemakaian pil ini. Pil KB

termasuk

metode yang efektif saat ini. Cara kerja pil KB adalah dengan

mencegah

pelepasan sel telur. Pil ini mempunyai tingkat keberhasilan yang

tinggi (99%)

bila digunakan dengan tepat dan secara teratur (Proverawati, 2010).

Kontrasepsi pil terdiri atas dua jenis pil yaitu pil kombinasi yang

berisi

hormon estrogen dan progesterone atau hanya berisi hormon

progesterone saja

yang sering disebut dengan mini pil atau pil progestin. Pada

pemakaian pil
31

kombinasi maka terjadi penggunaan terus menerus sehingga

mengakibatkan

terjadinya hambatan sekresi pada Gonadotropin Realising Hormone

(GnRH)

dan gonadotropin sehingga tidak terjadi proses ovulasi. Sementara

pada

progestin akan mengakibatkan penambahan kekentalan mukus

serviks dan

penetrasi sperma terhambat, dan terjadi gangguan keseimbangan

hormonal dan hambatan pada progesterone, sehingga menyebabkan

hambatan niadasi

dan gangguan pergerakan tuba (Furry 2016).

2. Jenis-jenis Kontrasepsi Pil

a. Pil Kombinasi

1) Pengertian Pil Kombinasi

Pil Kombinasi adalah pil yang mengandung hormon estrogen dan

progesterone, sangat efektif (bila diminum setiap hari). Pil harus

diminum

setiap hari pada jam yang sama. Pada bulan-bulan pertama, efek

samping

berupa mual dan perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan

segera akan

hilang. Efek samping serius sangat jarang terjadi. Pil kombinasi

dapat dipakai
32

pada semua ibu usia reproduksi baik yang mempunyai anak maupun

belum

mempunyai anak (Mulyani dan Rinawati 2013). Pil KB kombinasi

mengandung hormon aktif dan tidak aktif, termasuk:

a) Conventional Pack

Paket konvesional biasanya berisi 21 pil dengan hormon aktif dan 7

pil

dengan hormon tidak aktif atau 24 pil aktif dan 4 pil tidak aktif.

Haid terjadi setiap bulan selama seminggu ketika minum pil pada

hari ke 4 – 7 dari pil

terakhir yang tidak aktif (Proverawati, 2010).

b) Continuous Dosing or Extended Cycle

Merupakan pil kombinasi yang berisi 84 pil dengan hormon aktif

dan 7 pil

dengan hormon tidak aktif. Haid terjadi setiap empat kali setahun

selama seminggu ketika minum pil pada hari 4 – 7 dari pil terakhir

yang tidak aktif.

Tersedia juga pil KB yang mengandung 28 pil dengan hormon aktif

yang

dapat mencegah haid (Proverawati, 2010).

2) Jenis Pil Kombinasi

a) Monofasik

Monofasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21

tablet
33

mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dalam dosis

yang sama,

dengan 7 tablet tanpa hormon aktif (Proverawati, 2010). Bifasik

Bifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan dua

dosis yang

berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif (Proverawati, 2010).

c) Trifasik

Trifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan tiga

dosis yang

berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif (Proverawati, 2010).

3) Gambar Pil Kombinasi

Pil kombinasi isi 28 Pil kombinasi isi 21

Gambar 2.1 Pil Kombinasi

4) Cara Kerja Pil Kombinasi

a) Menekan ovulasi

b) Mencegah implantasi

c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma

d) Pergeseran tuba tergantung sehingga transportasi telur dengan

sendirinya

akan terganggu pula (Saifuddin, 2010).

5) Manfaat Pil Kombinasi

a) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas


34

tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000

perempuan

dalam tahun pertama penggunaan)

c) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil

d) Tidak mengganggu hubungan seksual

e) d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid

berkurang (mencegah

f) anemia), tidak terjadi nyeri haid

g) e) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan

masih ingin

h) menggunakannya untuk mencegah kehamilan

i) f) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause

j) g) Mudah dihentikan setiap saat

k) h) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil

dihentikan

l) i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat

m) j) Membantu mencegah :

n) (1) Kehamilan ektopik

o) (2) Kanker ovarium

p) (3) Kanker endometrium

q) (4) Kista ovarium

r) (5) Penyakit radang panggul

s) (6) Kelainan jinak pada payudara

t) (7) dismenore atau akne (Arum, Sujiyatini, 2009).


35

u) 6) Keterbatasan Pil Kombinasi

v) a) Mahal dan membosankan karena harus

menggunakannya setiap hari

w) b) Mual, terutama pada 3 bulan pertama

x) c) Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3

bulan pertama

y) d) Pusing

z) e) Nyeri payudara

aa) f) Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan

tertentu kenaikan berat

bb) badan justru memiliki dampak positif

cc) g) Berhenti haid (amenorhea), jarang pada pil kombinasi

dd) h) Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui

(mengurangi ASI)

ee) i) Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan

depresi, dan

ff) perubahan suasana hati, sehingga keinginan untuk

melakuka hubungan

gg) seks berkurang

Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan,

sehingga resiko

stroke, dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam

sedikit
36

meningkat. Pada perempuan usia > 35 tahun dan merokok

perlu hati-hati

k) Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV,

HIV/AIDS

(Saifuddin, 2010).

7) Indikasi Pil Kombinasi

Pada prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan pil

kombinasi,

seperti:

a) Usia reproduksi

b) Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak

c) Gemuk atau kurus

d) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi

e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui

f) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI

eksklusif,

sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak

cocok bagi ibu

tersebut
37

g) Pasca keguguran

h) Anemia karna haid berlebihan

i) Nyeri haid hebat

j) Siklus haid tidak teratur

k) Riwayat kehamilan ektopik

l) Kelainan payudara jinak

m) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh

darah, mata, dan

saraf

n) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis,

atau tumor

ovarium jinak

o) Menderita tuberkulosis (kecuali yang sedang menggunakan

rifampisin)

p) Varises vena (Saifuddin, 2010).

8) Kontraindikasi Pil Kombinasi

a) Hamil atau dicurigai hamil

b) Menyusui eksklusif
38

c) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui

penyebabnya

Penyakit hati akut (hepatitis)

e) Perokok dengan usia > 35 tahun

f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110 mmHg

g) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis > 20

tahun

h) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara

i) Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat epilepsi)

j) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur tiap hari (Saifuddin, 2010).

9) Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi

a) Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut

tidak

hamil

b) Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid

c) Boleh menggunakan pada hari ke 8, tetapi perlu menggunakan metode

kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke 8 sampai hari ke 14 atau

tidak melakukan hubungan seksual sampai Anda telah menghabiskan

paket pil tersebut


39

d) Setelah melahirkan:

(1) Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif

(2) Setelah 3 bulan dan tidak menyusui

(3) Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)

e) Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin menggantikan

dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu

haid ( Saifuddin, 2010).

10)Cara Penggunaan Pil Kombinasi

Pil KB kombinasi diminum sesuai hari dan selanjutnya mengikuti tanda

panah yang menunjuk deretan pil berikutnya.

a) Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama setiap

hari.

b) Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

c) Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid.

d) Pada paket 28 pil, dianjurkan mulai minum pil plasebo sesuai dengan hari

yang ada pada paket.

Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila paket 28 pil

habis, sebaiknya anda mulai minum pil dari paket yang baru. Bila paket 21
40

habis, sebaiknya tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari

paket yang baru.

f) Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambil lah pil

yang lain.

g) Bila terjadi muntah hebat, atau diare lebih dari 24 jam, maka bila

keadaan

memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan Anda, pil dapat

diteruskan.

h) Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara

penggunaan pil mengikuti cara menggunakan pil lupa. i) Bila lupa minum 1

pil (hari 1 – 21), segera minum pil setelah ingat boleh

minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak pelu menggunakan metode

kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih (hari 1 – 21), sebaiknya

minum 2 pil setiap hari sampai sesuai jadwal yang ditetapkan. Juga

sebaiknya digunakan metode kontrasepsi yang lain atau tidak melakukan

hubungan seksual sampai telah menghabiskan paket pil tersebut.

j) Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan (Saifuddin,

2010).

11)Informasi Lain yang Perlu Disampaikan


41

a) Pada permulaan pengguna pil kadang-kadang timbul mual, pening atau

sakit kepala, nyeri payudara, serta perdarahan bercak (spotting) yang bisa

hilang sendiri. Kelainan seperti ini muncul terutama pada 3 bulan pertama

penggunaan pil, dan makin lama penggunaannya kelainan tersebut akan

hilang dengan sendirinya. Cobalah minum pil pada saat hendak tidur atau

pada saat makan malam. Bila tetap saja muncul keluhan, silahkan

berkonsultasi kembali ke dokter.

b) Beberapa jenis obat dapat mengurangi efektivitas pil, seperti rifampisin,

fenitoin (Dilantin), barbiturat, griseofulvin, trisiklik antidepresan,

ampisilin dan penisilin, tetrasiklin. Akseptor pil KB yang memakai obat

obatan diatas untuk jangka panjang sebaiknya menggunakan pil kombinasi

dengan dosis etinilestradion 50µg atau dianjurkan menggunakan metode

kontrasepsi yang lain (Saifuddin, 2010).

12)Efek Samping

a) Perdarahan pervaginam / Spotting

b) Tekanan darah meningkat

c) Perubahan berat badan

d) Kloasma
42

e) Tromboemboli

f) Air Susu berkurang

g) Rambut rontok

h) Varises

i) Perubahan libido

j) Depresi

k) Pusing dan sakit kepala

l) Mual atau muntah (Suratun, 2008).

Efek samping yang paling banyak dialami oleh akseptor kontrasepsi oral

kombinasi adalah peningkatan berat badan, diikuti oleh pusing/sakit kepala,

mual dan muntah, timbul jerawat, bercak saat menstruasi, amenorea,

perubahan suasana hati (Hariadini, dkk).

b. Pil Progestin / Mini Pil

1) Pengertian Pil Progestin

Kontrasepsi pil progestin (mini pil) adalah metode kontrasepsi yang

mengandung hormon steroid (progesteron sintetis saja) yang digunakan per

oral (Hidayati, 2009).

2) Jenis Pil Progestin


43

Tersedia 2 jenis kontrasepsi pil progestin yaitu:

a) Kemasan dengan isi 35 pil : 300 µg Levonogestrel atau 350 µg

Noretindron

b) Kemasan dengan isi 28 pil : 75 µg Desogestrel (Arum, Sujiyatini, 2009).

Gambar Pil Progestin

Mini pil/pil progestin isi 28 Mini pil/pil progestin isi 35

Gambar 2.2 Mini pil/pil progestin

4) Cara Kerja Pil Progestin

a) Menghambat ovulasi

b) Mencegah implantasi

c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma

d) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma menjadi

terganggu

5) Keuntungan Kontrasepsi Pil Progestin

a) Sangat efektif bila digunakan secara benar

b) Sangat efektif untuk masa laktasi

c) Tidak mengganggu hubungan seksual

d) Dosis gestagen rendah

e) Tidak mempengaruhi ASI


44

f) Kesuburan cepat kembali

g) Nyaman dan mudah digunakan

h) Sedikit efek samping

i) Dapat dihentikan setiap saat

j) Tidak mengandung estrogen jadi tidak menimbulkan efek samping

estrogen (Saifuddin, 2010).

6) Keterbatasan Kontrasepsi Pil Progestin a) Hampir 30 – 60% mengalami

gangguan haid (perdarahan sela, spotting,

amenorea)

b) Harus terlalu tersedia

25

3) Gambar Pil Progestin

Mini pil/pil progestin isi 28 Mini pil/pil progestin isi 35

Gambar 2.2 Mini pil/pil progestin

4) Cara Kerja Pil Progestin

a) Menghambat ovulasi

b) Mencegah implantasi

c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma


45

d) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma menjadi

terganggu

5) Keuntungan Kontrasepsi Pil Progestin

a) Sangat efektif bila digunakan secara benar

b) Sangat efektif untuk masa laktasi

c) Tidak mengganggu hubungan seksual

d) Dosis gestagen rendah

e) Tidak mempengaruhi ASI

f) Kesuburan cepat kembali

g) Nyaman dan mudah digunakan

h) Sedikit efek samping

i) Dapat dihentikan setiap saat

j) Tidak mengandung estrogen jadi tidak menimbulkan efek samping

estrogen (Saifuddin, 2010).

6) Keterbatasan Kontrasepsi Pil Progestin a) Hampir 30 – 60% mengalami

gangguan haid (perdarahan sela, spotting,

amenorea)

b) Harus terlalu tersedia

25
46

3) Gambar Pil Progestin

Mini pil/pil progestin isi 28 Mini pil/pil progestin isi 35

Gambar 2.2 Mini pil/pil progestin

4) Cara Kerja Pil Progestin

a) Menghambat ovulasi

b) Mencegah implantasi

c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma

d) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma menjadi

terganggu

5) Keuntungan Kontrasepsi Pil Progestin

a) Sangat efektif bila digunakan secara benar

b) Sangat efektif untuk masa laktasi

c) Tidak mengganggu hubungan seksual

d) Dosis gestagen rendah

e) Tidak mempengaruhi ASI

f) Kesuburan cepat kembali

g) Nyaman dan mudah digunakan

h) Sedikit efek samping


47

i) Dapat dihentikan setiap saat

j) Tidak mengandung estrogen jadi tidak menimbulkan efek samping

estrogen (Saifuddin, 2010).

6) Keterbatasan Kontrasepsi Pil Progestin a) Hampir 30 – 60% mengalami

gangguan haid (perdarahan sela, spotting,

amenorea)

c) Harus terlalu tersedia

d) Efektivitas berkurang apabila menyusui juga berkurang

e) d) Peningkatan/ penurunan berat badan

f) e) Harus digunakan setiap hari pada waktu yang sama

g) f) Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar

h) g) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau

jerawat

i) h) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100

kehamilan), tetapi

j) resiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan

perempuan yang tidak

k) menggunakan mini pil

l) i) Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan

bersamaan dengan obat

m) tuberkulosis atau obat epilepsi

n) j) Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau

HIV/AIDS
48

o) k) Hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan didiaerah

muka), tetapi sangat

p) jarang terjadi (Saifuddin, 2010 dan Mulyani, 2013).

q) 7) Indikasi Pil Progestin

r) a) Usia reproduksi

s) b) Telah memiliki anak atau yang belum memiliki anak

t) c) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat

efektif selama

u) periode menyusui

v) d) Pascapersalinan tidak menyusui

w) e) Pasca keguguran

x) f) Perokok segala usia

y) g) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama >180/110

mmHg) atau dengan

z) masalah pembekuan darah

aa) h) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang

tidak menggunakan

bb) estrogen (Saifuddin, 2010).

cc) 8) Kontraindikasi Pil Progestin

dd) a) Hamil atau diduga hamil

ee) b) Perdarahan pervaginam yang bekum jelas

penyebabnya

ff) c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid


49

gg) d) Menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin), atau obat

untuk epilepsi

hh) (fenitoin dan barbiturat)

ii) e) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara

Sering lupa menggunakan pil

g) Miom uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom

uterus

h) Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme

pembuluh darah

(Saifuddin, 2010).

9) Waktu Mulai Menggunakan Pil Progestin

a) Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid. Tidak

diperlukan

pencegahan dengan kontrasepsi lain.

b) Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi

kehamilan. Bila

menggunakannya setelah hari ke-5 siklus haid, jangan

melakukan

hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan

kontrasepsi lain untuk

2 hari saja.

c) Bila akseptor tidak haid (amenorea), mini pil dapat

digunakan setiap saat,


50

asal saja dipastikan tidak hamil. Jangan melakukan

hubungan seksual

selama 2 hari atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 2

hari saja.

d) Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan

pascapersalinan tidak haid,

minipil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh,

tidak memerlukam

metode kontrasepsi tambahan.

e) Bila lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan akseptor

telah mendapat haid, minipil dapat dimulai pada hari 1 –

5 siklus haid.

f) Mini pil dapat diberikan segera pasca keguguran

g) Bila akseptor sebelumnya menggunakan kontasepsi

hormonal lain dan

ingin menggantinya dengan minipil, minipil dapat segera

diberikan, bila

saja kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar

atau ibu tesebut

sedang tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai

datangnya haid

berikutnya.

h) Bila kontrasepsi yang sebelumnya adalah kontrasepsi

suntikan, mini pil


51

diberikan pada jadwal suntikan yang berikutnya. Tidak

diperlukan

penggunaan metode kontrasepsi yang lain.

i) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non

hormonal dan Ibu

tersebut ingin menggantinya dengan minipil, minipil

diberikan pada hari 1 – 5 siklus haid dan tidak

memerlukan metode kontrasepi lain.

Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah

AKDR (termasuk AKDR yang mengandung hormon),

minipil dapat diberikan pada hari 1 –

5 siklus haid. Dilakukan dengan pengangkatan AKDR

(Saifuddin, 2010).

10)Cara Penggunaan Kontrsepsi Pil Progestin

a) Minum pil setiap hari pada saat yang sama.

b) Minum pil yang pertama pada hari pertama haid.

c) Bila akseptor muntah dalam waktu 2 jam setelah

menggunakan pil,

minumlah pil yang lain, atau gunakan metode kontrasepsi

lain bila

akseptor berniat melakukan hubungan seksual pada 48

jam berikutnya.

d) Bila akseptor menggunakan pil terlambat lebih dari 3

jam, minumlah pil


52

tersebut begitu akseptor ingat. Gunakan metode

pelindung selama 48 jam.

e) Bila akseptor lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil

yang terlupa tersebut

segera saat akseptor ingat dan gunakan metode pelindung

sampai akhir

bulan.

f) Walaupun akseptor belum haid, mulailah paket baru

sehari setelah paket

terakhir habis.

g) Bila haid akseptor teratur setiap bulan dan kemudian

kehilangan 1 siklus

(tidak haid), atau bila merasa hamil, temui petugas klinik

akseptor untuk

memeriksa uji kehamilan (Saifuddin, 2010).

11)Informasi Lain yang Perlu Disampaikan

a) Terjadinya perubahan pola haid merupakan hal yang

sering ditemukan

selama menggunakan minipil, terutama pada 2 atau 3

bulan pertama.

Perubahan pola haid tersebut umumnya hanya bersifat

sementara dan tidak

sampai mengganggu kesehatan


53

b) Kadang-kadang timbul efek samping berupa

peningkatan berat badan,

sakit kepala ringan, dan nyeri payudara. Semua efek

samping ini tidak

berbahaya dan biasanya hilang dengan sendirinya.

c) Obat-obat tertentu seperti obat untuk tuberkulosis

(rifampisin) dan

beberapa obat epilepsi dapat mengurangi efektivitas

minipil. Minipil tidak

mencegah terjadinya infeksi menular seksual, termasuk

AIDS. Bila

pasangannya memiliki risiko, kondom perlu digunakan

(Saifuddin, 2010).

Efek Samping

a) Gangguan haid seperti: perdarahan bercak, spotting,

amenorea dan haid

tidak teratur

b) Peningkatan atau penurunan berat badan

c) Nyeri tekan payudara

d) Mual

e) Pusing

f) Perubahan suasana hati

g) Dermatitis atau jerawat

h) Kembung
54

i) Depresi (Mulyani, 2013).

c. Kepatuhan Minum Pil KB

Menurut Kaplan dkk, 1997 kepatuhan adalah derajat

dimana pasien

mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya,

sedangkan menurut

Sacket kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan

yang diberikan oleh profesional kesehatan. Beberapa hal

yang dapat

mempengaruhi kepatuhan menurut Suddart dan Brunner

(2002) antara lain

seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio

ekonomi dan pendidikan.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan

menurut Niven (2002)

adalah pemahaman tentang intruksi yang diberikan

kepada seseorang, kualitas

interaksi antara profesional kesehatan dan klien, isolasi

sosial dan keluarga

serta keyakinan, sikap dan kepribadian dari seseorang

(Yenie, 2016).

3) Konseling

a. Pengertian Konseling
55

Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaktif

positif antara klien dengan petugas untuk membantu klien mengenali

kebutuhannya,memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang

paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi (KemenKes RI,

2012). Konseling adalah upaya membantu orang lain untuk dapat

mengenali dirinya, memahami masalahnya, menetapkan alternatif

pemecahan masalahnya dan mengambil keputusan untuk mengatasi

masalahnya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan dirinya yang

disadari dan bukan karena terpaksa atau terbujuk (Depkes, 2007).

Konseling merupakan suatu bentuk komunikasi interpersonal

yang khusus, yaitu suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan

kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan

suatu masalah melalui pemahaman terhadap klien meliputi fakta-

fakta,harapan,kebutuhan dan perasaanperasaan klien. Konseling juga

akan mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien dengan cara

meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah ada. Konseling

yang baik juga akan membantu klien dalam menggunakan

kontrasepsinya lebih lama dan akan meningkatkan keberhasilan

program dalam pelayanan KB (BKKBN, 2011).

Konseling sebagai hubungan membantu dimana salah satu pihak

(konselor) bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental

pihak lain (klien), agar dapat menghadapi persoalan konflik yang

dihadapi dengan lebih baik (Lubis, 2013). Konseling merupakan


56

upaya untuk klien membuang respon-respon yang lama yang merusak

diri dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat.

Konseling ditandai dengan pendekatan:

1) Fokusnya pada perilaku yang tampak dan spesifik

2) Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment (perlakuan)

3) Formulasi prosedur treatment khusus sesuai dengan masalah

khusus

4) Penilaian objektif mengenai hasil konseling (Willis, 2009).

Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan

semua aspek pelayanan keluarga berencana bukan hanya informasi

yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat

pemberian pelayanan tehnik konseling yang baik, dan informasi yang

lengkap dan cukup akan memberikan keleluasaan pada klien dalam

memutuskan untuk memilih metode kontrasepsi (informed choise)

yang akan digunakan (BKKBN, 2018).

Konseling Keluarga Berencana merupakan aspek yang sangat

penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan

Reproduksi (KR). Dengan melakukan konseling berarti petugas

membantu klien dalam memilih dan memutuskan Jenis kontrasepsi

yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Konseling yang baik

akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsi yang lebih

lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga akan

mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien karena dapat


57

meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah ada (BKKBN,

2016).

b. Tujuan Konseling

Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal:

1) Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi

2) Memilih metode KB yang diyakini

3) Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif

4) Memulai dan melanjutkan KB

5) Mempelajari tujuan, ketidak jelasan informasi tentang metode KB

yang tersedia (Artikel Widyaswara, 2014).

Proses konseling yang baik mempunyai empat unsur kegiatan :

1) Pembinaan hubungan yang baik

2) Penggalian dan dan pemberian informasi

3) Pengambilan keputusan,pemecahan masalah dan perencanaan

4) Menindaklanjuti pertemuan (KemenKes RI, 2012)

c. Manfaat Konseling

Manfaat dalam memberikan konseling terdiri dari :

1) Membina hubungan baik dan membangun rasa saling percaya

2) Memberi informasi yang lengkap,jelas dan benar

3) Membantu klien dalam memilih dan memutuskan metode

kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhannya

4) Memberika rasa puas kepada klien terhadap pilihannya

(KemenKes RI, 2012).


58

d. Tempat Pelayanan Konseling

Menurut Saifuddin (2005) ada Dua jenis tempat pelayanan konseling,

yaitu:

1) Konseling KB di lapangan (non klinik)

Petugas pelaksana KB lapangan yaitu PPLKB, PLKB, PKB,

PPKBD, Sub PKBD dan kader yang sudah mendapatkan pelatihan

konseling yang standar. Tugas utama dipusatkan pada pemberian

informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun secara

perseorangan. Adapun informasi yang diberikan mencakup:

a) Pengertian manfaat perencanaan keluarga

b) Proses terjadinya kehamilan/reproduksi sehat

c) Informasi berbagai kontrasepsi yang benar dan lengkap (cara

kerja, manfaat, kemungkinan efek samping, komplikasi,

kegagalan, kontra indikasi, tempat kontrasepsi bisa

diperoleh, rujukan serta biaya).

2) Konseling KB di klinik

Konselin KB di klinik dilaksanakan oleh petugas medis dan para

medis terlatih di klinik diupayakan agar diberikan secara

perseorangan di ruangan khusus. Pelayanan konseling di klinik

dilakukan untuk melengkapi dan sebagai pemantapan hasil

konseling di lapangan, mencakup hal-hal berikut:

a) Memberikan informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan

kebutuhan klien
59

b) Memastikan bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai

dengan kondisi kesehatannya

c) Membantu klien memilih kontrasepsi lain seandainya yang

dipilih ternyata tidak sesuai dengan kondisi kesehatannya

d) Merujuk klien seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak

tersedia di klinik atau jika klien membutuhkan bantuan medis

dari ahli seandainya dalam pemeriksaan ditemui masalah

kesehatan lain

e) Memberikan konseling pada kunjungan ulang untuk

memastikan bahwa klien tidak mengalami keluhan dalam

penggunaan kontrasepsi pilihannya.

e. Langkah-langkah dalam Konseling KB

Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang

baru hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal

dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan satu tuju tersebut tidak

perlu dilakukan secara berulangulang karena konselor harus

menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Kata kunci SATU TUJU

adalah sebagai berikut:

SA: SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan.

Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di

tempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Tanyakan

kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan

apa yang dapat diperoleh.


60

T : Tanyakan pada klien informasi entang dirinya. Bantu klien

untuk berbicara mengenai pengalaman Keluarga Berencana.

Tanyakan Kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Coba

tempatkan diri kita di dalam hati klien.

U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beri tahu apa

pilihan kontrasepsi. Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang di

ingini.

TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir

mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan

kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan

keinginannya dan mengajukan pertanyaan.

J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi

pilihannya.

U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah

perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan

pemeriksaan lanjutan atau permintaan konterasepsi jika

dibutuhkan (Wulandari, 2009).

f. Aspek-aspek konseling KB

Aspek-aspek konseling KB dalam memberikan pesan kepada calon

akseptor KB, antara lain:

1) Materi Konseling

Materi konseling KB berisikan pesan penjelasan spesifik tentang

alat-alat kontrasepsi yang diinginkan calon atau akseptor KB.


61

Materi konseling biasanya bersifat mudah dipahami, ringkas,

padat atau memiliki muatan pesan

2) Media Konseling

Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai

penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Djamarah,

2002). Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat

seseorang sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar

(Purnamawati dan Eldarni, 2001). Media konseling dapat berupa

gambar-gambar yang disampaikan oleh konselor untuk

mempermudah pemahaman calon/akseptor KB (BKKBN, 2017).

Menurut Purnamawati dan Eldarni (2001), ada beberapa prinsip

media yang perlu diperhatikan dalam memberikan pesan antara

lain:

a) Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan

media pembelajaran. Apakah pemilihan media itu untuk

pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, ataukah

sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih Dapat pula

tujuan tersebut akan menyangkut perbedaan warna, gerak atau

suara. Misalnya proses kimia (farmasi), atau pembelajaran

pembedahan (kesehatan).

b) Karakteristik media pembelajaran. Setiap media mempunyai

karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara


62

pembuatan maupun cara penggunaannya. Memahami

karakteristik media merupakan kemampuan dasar yang harus

dimiliki konselor dalam kaitannya pemilihan media

pembelajaran. Disamping itu memberikan kemungkinan pada

konselor untuk menggunakan berbagai media secara

bervariasi.

c) Alternatif pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat

dibandingkan atau dikompetisikan. Dengan demikian konselor

bisa menentukan pilihan media mana yang akan dipilih, jika

terdapat beberapa media yang dapat dibandingkan.

3) Pola Komunikasi

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi

antara satu individu dengan individu yang lain, untuk itu dari

masing-masing individu diharapkan memiliki kamampuan serta

keterampilan yang dibutuhkan dalam proses komunikasi

(Rakhmat, 2000).

Terdapat dua pola komunikasi dalam proses konseling yaitu

komunikasi bentuk ritual dan bentuk responsif atau interaktif. Pola

komunikasi bentuk ritual ditunjukan dengan perilaku rutin yang

ditunjukan oleh konselor atau klien. Sedangkan pola komunikasi

responsif ditunjukan dengan negosiasi antara konselor dengan


63

klien, dengan maksud menyelesaikan beberapa permasalahan

(Nurihsan, 2005).

Menurut Effendy (2007), variabel-variabel yang

berpengaruh pada kualitas hubungan (komunikasi) antara dua

adalah:

a) Penyingkapan diri (self disclosure) adalah membeberkan

informasi tentang diri sendiri. Penyingkapan diri merupakan

suatu usaha untuk membiarkan memasuki hubungan sosial

seseorang dan berkaitan dengan kesehatan mental dan dengan

pengembangan konsep diri

b) Kepercayaan dan keberbalasan

c) Keakraban

d) Kebersamaan

e) Saling bergantungan yang berkaitan dengan rasa percaya,

komitmen dan perhatian atau kepedulian

f) Afiliasi yang berkaitan dengan sikap bersahabat, suka

berkumpul atau bersama dengan orang lain serta ramah. Ciri-

ciri perilaku berafiliasi tinggi adalah memberi nasehat,

mengkoordinasikan, mengarahkan, memulai dan memimpin.

4) Sikap petugas

Untuk mencapai tujuan konseling, perilaku atau sikap

konselor merupakan faktor yang menentukan apakah pesan yang

disampaikan berhasil atau tidak.

g. Faktor Pelaksanaan Konseling


64

Menurut Wulandari (2009), ada dua faktor pelaksanaan konseling

yaitu :

1) Faktor utama

a) Menyampaikan informasi yang jelas,tepat dan benar. Pada

penerapan konseling KB, bidan sebagai konselor akan

memberikan informasi mengenai bermacam-macam alat

kontrasepsi yang mungkin merupakan hal baru bagi klien.

Maka, dalam membekali berbagai pengetahuan tentang

kontrasepsi, bidan harus memperhatikan hal sebagai berikut:

i. Singkat, memilih informasi yang paling penting dan

menekankan hal-hal yang perlu diingat

ii. Terorganisasi, informasi dikelompokkan dengan kategori

tertentu agar mudah diingat pasien

iii. Sederhana, menggunakan kata-kata yang mudah dipahami

klien

iv. Pengulangan, ulangi informasi yang paling penting, dan

kata terakhir yang diucapkan oleh bidan akan mudah diingat

klien

v. Spesifik, informasi harus bersifat konkret spesifik, tidak

abstrak atau kabur, sehingga klien akan merasa jelas.

b) Menunjukkan bahwa bidan memberikan perhatian dan respek

Bidan memperlihatkan kepada kliennya cara memberikan

perhatian berupa pemahaman dan menerima pendapat,

perasaan dan kebutuhan dari klien, menghormati perasaan


65

klien, dan jujur dalam menanggapi kecemasan klien dengan

tidak menyembunyikan informasi yang ingin diketahui klien.

2) Faktor penunjang konseling

a) Ruang konseling merupakan ruangan khusus yang dapat

memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga klien lebih bisa

terbuka

b) Alat komunikais, informasi dan edukasi (KIE) sehingga klien

akan mendapat gambaran lebih jelas

c) Suasana konseling

d) Hubungan rapport adalah konselor dan klien tercipta

hubungan yang dilandasi saling percaya. Konselor percaya

bahwa klien mampu untuk memutuskan alat kontrasepsi yang

akan dipakainya dan klien percaya bahwa konselor memang

menghargainya sebagai pribadi.

e) Sikap konselor

f) Penampilan konselor mampu menempatkan dan

menampilkan diri sesuai dengan keadaan yang

dihadapinya.

h. Keuntungan Konseling KB

Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan

kepada pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun

keuntungannya adalah:

1) Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan

kebutuhannya
66

2) Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau

penyesalan

3) Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif

4) Membangun rasa saling percaya

5) Mengormati hak klien dan petugas

6) Menambah dukungan terhadap pelayanan KB

7) Menghilangkan rumor dan konsep yang salah

i. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Konseling

1) Faktor individual

Orientasi kultural (keterikatan budaya) merupakan faktor

individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi.

Orientasi ini merupakan gabungan dari:

a) Faktor fisik

Kepekaan panca indera pasien yang diberi konseling akan

sangat mempengaruhi kemampuan dalam menangkap

informasi yang disampaikan konselor.

b) Sudut pandang

Nilai-nilai yang diyakini oleh pasien sebagai hasil olah

pikirannya terhadap budaya dan pendidikan akan

mempengaruhi pemahamannya tentang materi yang

dikonselingkan.

c) Kondisi sosial

Status sosial dan keadaan disekitar pasien akan memberikan

pengaruh dalam memahami materi.


67

d) Bahasa

Kesamaan bahasa yang digunakan dalam proses konseling

juga akan mempengaruhi pemahaman pasien.

2) Faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi

Tujuan dan harapan terhadap komunikasi, sikap terhadap

interaksi, pembawaan diri seseorang terhadap orang lain (seperti

kehangatan, perhatian, dukungan) serta sejarah hubungan antara

konselor dan klien akan mempengaruhi kesuksesan proses

konseling.

3) Faktor situasional

Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi

percakapan kesehatan antara bidan dan klien akan berbeda dengan

situasi percakapan antara polisi dengan pelanggar lalu lintas.

4) Kompetensi dalam melakukan percakapan

Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukkan perilaku

kompeten dari kedua pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan

putusnya komunikasi adalah :

a) Kegagalan menyampaikan informasi penting

b) Perpindahan topik bicara yang tidak lancar

c) Salah pengertian (BkkbN, 2013).


68

j. Upaya Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Masalah Pemilihan

Kontrasepsi

Menurut Sukardi (2008) efektivitas konseling petugas kesehatan akan

menimbulkan kepercayaan ibu terhadap kontrasepsi yang akan

dipergunakan. Dalam memberikan konseling, petugas kesehatan harus

memperhatikan hal-hal antara lain: perlakuan terhadap akseptor KB

secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan, pemahaman

akseptor KB secara empatik, penghargaan terhadap martabat akseptor

KB sebagai individu, penerimaan akseptor KB secara apa adanya dan

kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh akseptor KB.

4) Pasangan Usia Subur (PUS)

a. Pengertian Pasangan Usia Subur (PUS)

Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu berkisar antara 15 – 49 tahun

dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang

dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi

dengan baik. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga

dan memanfaatkan kesehatan reproduksinya yaitu menekan angka

kelahiran dengan metode keluarga berencana, sehingga jumlah dan

interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan

kualitas reroduksi dan kualitas generasi yang akan datang(Suryani,

2016).
69

b. Masalah dan Kebutuhan yang Dialami Pasangan Usia Subur (PUS)

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, PUS sangat mudah

dalam memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan kedua pasangan

tersebut normal. Hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu

perlunya pengaturan fertilitas (kesuburan), perawatan kehamilan dan

persalinan aman. Dalam penyelesaian masalah tersebut dilakukan

tindakan dari tenaga kesehatan dalam penyampaian penggunaan alat

kontrasepsi rasional untuk menekan angka kelahiran dan mengatur

kesuburan dari pasangan tersebut. Maka dari itu, petugas kesehatan

harus memberikan penyuluhan yang benar dan dimengerti oleh

masyarakat luas (Suryani, 2016).

B. Kerangka Teori

Penggunaan

Media

Media Visual, terdiri Media Audio, terdiri Media Audio Visual,


dari: dari: terdiri dari:

a. Leaflet a. Rekaman a. Video (VCD)


b. Flipchart b. Radio b. Film
c. Poster c. Tape c. Televisi
d. Spanduk d. MP3/MP4
70

Gambar 2.11
Kerangka Teoritis Perbedaan Penggunaan Media Leaflet dan VCD
Terhadap Keterampilan Senam Hamil Pada Ibu Hamil Trimester III
Sumber: Sofian (2011), Arsyad (2013)

Keterangan :

Tidak diteliti

Diteliti

Anda mungkin juga menyukai