Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

KB DAN GINEKOLOGI

Dosen Pengampu :
Nengah Runiari.,S.Kp.,S.Pd.,M.Kep.,Sp.Mat

Oleh :
Kelompok 1 STr.Keperawatan

1. Anak Agung Yollanda Zetira (P07120221102)


2. Aura Anastasia Angelica (P07120221103)
3. Dewa Ayu Putri (P07120221104)
4. Dewi Puspita Cahyani (P07120221105)
5. Ganis Purnama Dewi (P07120221106)
6. Gusti Ayu Mas Diah Virdayanthi (P07120221107)
7. I Gusti Agung Ayu Gea Purnami Ferdiawanti (P07120221108)
8. I Gusti Ayu Intan Kartika Dewi (P07120221109)
9. I Komang Dika Purnama Putra (P07120221110)
10. I Komang Mega Prema Dewi Setiawan (P07120221111)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN
KEPERAWATAN
2023
A. KONSEP DASAR KB
1. Pengertian KB
Pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu strategi untuk
mendukung percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dengan mengatur
waktu, jarak, jumlah kehamilan, sehingga dapat mencegah atau memperkecil
kemungkinan ibu hamil mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau
janin (Kemenkes RI, 2014). Keluarga berencana adalah upaya mewujudkan
keluarga berkualitas melalui promosi, perlindungan dan bantuan dalam hak-hak
reproduksi untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur
jumlah, jarak kehamilan, membina ketahanan serta kesejahteraan anak.
Keluarga Berencana (Family Planning) dapat memungkinkan pasangan
usia subur (PUS) untuk mengantisipasi kelahiran, mengatur jumlah anak yang
diinginkan, dan mengatur jarak serta waktu kelahiran. Hal ini dapat dicapai
melalui penggunaan metode kontrasepsi dan tindakan infertilitas. Jadi, Keluarga
Berencana (Family Planning) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi
yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia sejahtera.

2. Tujuan Program KB
Menurut Kemenkes, tujuan dari program keluarga berencana dan pelayanan
kontrasepsi adalah :
1) Mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan cara menekan Laju
Pertumbuhan Penduduk (LPP). Pertambahan penduduk yang tidak
terkendali akan mengakibatkan kesenjangan bahan pagan kaena
perbandingan yang tidak sesuai dengan jumlah penduduk
2) Mengatur kehamilan dengan cara menunda usia perkawinan hingga benar-
benar matang, menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan. Serta untuk
menghentikan kehamilan bila dirasakan telah memiliki cukup anak.
3) Membantu dan mengobati kemandulan atau infertilisasi bagi pasangan
yang telah menikah lebih dari satu tahun dan ingin memiliki anak tetapi
belum mendapat keturunan.
4) Sebagai married conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau
pasangan yang akan menikah. Dengan harapan nantinya pasangan tersebut
memiliki pengetahuan untuk membentuk keluarga yang sejahtera dan
berkualitas
5) ercapainya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera serta
membentuk keluarga yang berkualitas.

3. Manfaat KB
Menurut WHO (2018) manfaat KB adalah sebagai berikut.
1) Mencegah Kesehatan Terkait Kehamilan
Kemampuan wanita untuk memilih untuk hamil dan kapan ingin hamil
memiliki dampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraannya. KB
memungkinkan jarak kehamilan dan penundaan kehamilan pada wanita
muda yang memiliki risiko masalah kesehatan dan kematian akibat
melahirkan anak usia dini. KB mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan, termasuk Wanita yang lebih tua dalam menghadapi
peningkatan risiko terkait kehamilan. KB memungkinkan wanita yang
ingin membatasi jumlah keluarga mereka. Bukti menunjukkan bahwa
wanita yang memiliki lebih dari 4 anak berisiko mengalami kematian ibu.
Dengan mengurangi tingkat kehamilan yang tidak diinginkan, KB juga
mengurangi kebutuhan akan aborsi yang tidak aman.
2) Mengurangi AKB
KB dapat mencegah kehamilan dan kelahiran yang berjarak dekat dan
tidak tepat waktu. Hal ini berkontribusi pada beberapa angka kematian
bayi tertinggi di dunia. Bayi dengan ibu yang meninggal akibat
melahirkan juga memiliki risiko kematian yang lebih besar dan kesehatan
yang buruk.
3) Membantu Mencegah Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
KB mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan di antara wanita
yang hidup dengan HIV, mengakibatkan lebih sedikit bayi yang terinfeksi
dan anak yatim. Selain itu, kondom pria dan wanita memberikan
perlindungan ganda terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan
terhadap IMS termasuk HIV.
4) Memberdayakan Masyarakat dan Meningkatkan Pendidikan KB
memungkinkan masyarakat untuk membuat pilihan berdasarkan informasi
tentang kesehatan seksual dan reproduksi. KB memberikan peluang bagi
perempuan untuk mengejar pendidikan tambahan dan berpartisipasi dalam
kehidupan publik, termasuk mendapatkan pekerjaan yang dibayar. Selain
itu, memiliki keluarga yang lebih kecil memungkinkan orang tua untuk
berinvestasi lebih banyak pada setiap anak. Anak-anak dengan lebih
sedikit saudara kandung cenderung tetap bersekolah lebih lama daripada
mereka yang memiliki banyak saudara kandung.
5) Mengurangi Kehamilan Remaja
Remaja hamil lebih cenderung memiliki bayi prematur atau bayi berat
lahir rendah (BBLR). Bayi yang dilahirkan oleh remaja memiliki angka
kematian neonatal yang lebih tinggi. Banyak gadis remaja yang hamil
harus meninggalkan sekolah. Hal ini memiliki dampak jangka panjang
bagi mereka sebagai individu, keluarga dan komunitas.
6) Perlambatan Pertumbuhan Penduduk KB adalah kunci untuk
memperlambat pertumbuhan penduduk yang tidak berkelanjutan dengan
dampak negatif yang dihasilkan pada ekonomi, lingkungan, dan upaya
pembangunan nasional dan regional.
4. Sasaran Program KB
sasaran program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran secara langsung dan
sasaran tidak langsung. Sasaran secara langsung adalah PUS yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara
berkelanjutan. PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara
sampai dengan 49 tahun. Sedangkan sasaran secara tidak langsung adalah
pelaksana dan pengelola KB dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran hidup
melalui pendekatan kebijakan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas dan sejahtera.

5. Ruang Lingkup Program KB


Ruang lingkup program KB mencakup sebagai berikut : a.
a. Ibu.
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran.adapun manfaat yang
diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut.
a) Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu
yang terlalu pendek,sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara
terutama kesehatan organ reproduksi. b)
b) Meningkatkan esehatan mental dan social yang dimungkinkan
oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan
beristirahat yang cukup karena kehadiran akan anak tersebut
memang diinginkan.
b. Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal berikut:
a) Memperbaiki kesehatan fisik
b) Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya.
c) Seluruh Keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental dan social setiap anggota keluarga dan bagi anak dapat
memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan
serta kasih saying orang tuannya.

6. Akseptor KB
Akseptor KB adalah pasangan usia subur dimana salah seorang
menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan
kehamilan, baik melalui program maupun non program.
Akseptor KB dapat merupakan pasangan yang mengikuti program KB
melalui penyedia layanan kesehatan maupun penggunaan alat kontrsepsi secara
mandiri. Akseptor keluarga berencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi ( BKKBN dalam Surbakti
2019).
Jenis-jenis akseptor KB :
1) Akseptor aktif
Akseptor aktif adalah akseptor KB yang saat ini menggunakan salah satu
cara/alat kontrasepsi untuk merencarakan kehamilan ataupun mencegah
kehamilan.
2) Akseptor aktif kembali
Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah
menggunakan cara/alat kotrasepsi selama ≥ 3 bulan dan tidak diselingi
kehamilan, kemudian kembali menggunakan cara/alat kontrasepsi dengan
cara/alat kontrasepsi yang sama ataupun berganti cara/alat kontrasepsi
setelah berhenti/istirahat ≥ 3 bulan berturut-turut dan bukan karena
kehamilan.
3) Akseptor KB baru
Akseptor KB baru adalah akseptor KB yang baru pertama kali
menggunakan cara/alat kontrasepsi atau Pasangan Usia Subur yang
kembali menggunakan cara/alat kontrasepsi setelah melahirkan atau
melakukan aborsi.
4) Akseptor KB dini
Akseptor KB dini adalah ibu yang menerima cara/alat kontrasepsi dalam
waktu 2 minggu pasca melahirkan atau melakukan aborsi.
5) Akseptor KB langsung
Akseptor KB langsung adalah wanita yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
6) Akseptor dropout
Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian
kontrasepsi lebih dari 3 bulan.

7. Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
konsepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan
maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yan membutuhkan kontrasepsi adalah
pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki
kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan. Kontrasepsi adalah
usaha - usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat
sementara dapat bersifat permanen. Adapun akseptor KB menurut sasarannya,
meliputi:
1) Fase Menunda Kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan
yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20
tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak
dengan berbagai alasan.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu
kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya
kesuburan dapat terjamin
100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai
anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang
disarankan adalah pil KB, AKDR.
2) Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
adalah 2 – 4 tahun.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas
tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya
anak lagi.Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang
direncanakan
3) Fase Mengakhiri Kesuburan
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan
kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi
kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko
tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak
mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan
disarankan adalah metode kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB.

Adapun syarat - syarat kontrasepsi, yaitu:


1) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
2) Efek samping yang merugikan tidak ada.
3) Kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
4) Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
5) Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol ketat selama pemakaian.
6) Cara penggunaannya sederhana
7) Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
8) Dapat diterima oleh pasangan suami istri.

8. Macam-macam Kontrasepsi
Kontrasepsi Sederhana
1) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis
sebagai tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat
senggama sehingga tidak tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu
mencegah pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa
mencapai saluran genital wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk
wanita, angka kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%

2) Coitus interruptus
atau senggama terputus adalah menghentikan senggama dengan mencabut
penis dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi. Kelebihan dari cara
ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat untuk
digunakan wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko
kegagalan dari metode ini cukup tinggi
3) KB Alami
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar
utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi
ada 3 cara, yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
4) Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma
mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan
diafragma 4-8% kehamilan.

5) Spermicida
Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan
menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina,
sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk
tablet vagina, krim dan jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup
efektif apabila dipakai dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan
diafragma.

Kontrasepsi Hormonal
 Pil KB
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang
berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau
hanya terdiri dari hormon progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB
menekan ovulasi untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung
telur, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk
masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan endometrium. Mini pil
dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil sangat tinggi, angka
kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, dan 3-10% untuk mini
pil.

Manfaat Pil KB :
a. Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir mempunyai efektifitas
tubektomi), bila digunakan tiap hari.
b. Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
c. Tidak mengganggu hubungan seksual.
d. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah
anemia), tidak terjadi nyeri haid.
e. Dapat digunakan jangka panjang selama masih ingin menggunakannya
untuk mencegah kehamilan.
f. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
g. Mudah dihentikan setiap saat.
h. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
i. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
j. Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium dan
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, efek Samping.

Efek Samping :
a. Gangguan siklus haid
b. Tekanan darah tinggi
c. Kenaikan berat badan
d. Jerawat
e. Bercak bercak coklat pada wajah

Kapan dapat menggunakan pil KB?


a. Siklus menstruasi normalIbu dapat memulai kontrasepsi oral kombinasi
dalam 5 hari pertama siklus menstruasi. Tidak diperlukan perlindungan
kontrasepsi tambahan. Jika dipastikan tidak hamil, ibu juga dapat memulai
kontrasepsi oral kombinasi kapanpun. Jika sudah melebihi 5 hari pertama
siklus menstruasi, ibu harus pantang berhubungan seksual atau
menggunakan perlindungan kontrasepsi tambahan selama 7 hari
berikutnya.
b. Siklus menstruasi tidak teratur
Jika dipastikan tidak hamil, ibu dapat memulai kontrasepsi oral kombinasi
kapanpun. ibu harus pantang berhubungan seksual atau menggunakan
perlindungan kontrasepsi tambahan selama 7 hari berikutnya
c. Pascapersalinan atau pada masa menyusui
Jika sudah melebihi 6 bulan pasca bersalin dan tidak menstruasi selama >3
bulan, ibu dapat memulai menggunakan kontrasepsi oral/pil kombinasi
seperti pada perempuan yang tidak menstruasi selama > 3 bulan lainnya.
Jika sudah melebihi 6 bulan pasca bersalin dan sudah kembali menstruasi,
ibu dapat memulai kontrasepsi oral kombinasi seperti pada perempuan lain
yang memiliki siklus menstruasi normal.
d. Pascapersalinan (tidak sedang menyusui)
Jika belum kembali menstruasi dan berada dalam masa 21 hari pasca
bersalin atau lebih, ibu dapat segera memulai kontrasepsi oral/pil
kombinasi selama dipastikan tidak hamil. Ibu harus pantang berhubungan
seksual atau menggunakan kontrasepsi tambahan seperti kondom selama 7
hari berikutnya. Jika sudah kembali menstruasi, ibu dapat memulai
kontrasepsi oral kombinasi seperti pada perempuan yang memiliki siklus
menstruasi normal lainnya.
e. Pasca keguguran
Ibu dapat segera memulai kontrasepsi pil kombinasi setelah mengalai
keguguran. Tidak diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan.
f. Berganti dari metode hormon lain
Jika metode hormon sebelumnya digunakan secara konsisten dan benar
atau perempuan tersebut dipastikan tidak hamil, ia dapat segera memulai
kontrasepsi oral kombinasi. Tidak perlu menunggu siklus menstruasi
berikutnya. Jika metode yang digunakan sebelumnya adalah metode
suntik, ia harus memulai kontrasepsi oral kombinasi pada jadwal suntikan
berikut nya. Tidak diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan.

 Suntik KB
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik
KB 3 bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek
sampingnya dapat terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat,
perubahan berat badan, pemakaian jangka panjang bisa terjadi penurunan
libido, dan densitas tulang.

Jenis Kontrasepsi Suntik KB :


1) Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang
diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik (di daerah pantat).
2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik

Cara Kerja Kontrasepsi Suntik KB :


1) Mencegah embuahan sel telur
2) Mengentalkan lendir pada leher rahim sehingga menurunkan kemampuan
sperma dapat membuahi sel telur
3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis
4) Menghambat transportasi sel telur.

Keuntungan Suntik KB :
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan
jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak
mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit
jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek
samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat
digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause,
membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik,
menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah beberapa
penyebab penyakit radang panggul

Kerugian Suntik KB :
1) Gangguan haid
2) Leukorhea atau Keputihan
3) Galaktorea/mengeluarkan ASI mesti tidak sedang menyusui
4) Jerawat
5) Rambut Rontok
6) Perubahan Berat Badan
7) Perubahan libido atau keinginan untuk berhubungan seksual

 Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya
dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung
levonogestrel. Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan
sampai 5 tahun, kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan.
Efektifitasnya sangat tinggi, angka kegagalannya 1-3%.

Jenis Implant :
1) Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel
dan lama kerjanya 5 tahun.
2) Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-desogestrel dan
lama kerjanya 3 tahun.
3) Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun

Cara Kerja Kontrasepsi Implant :


1) Lendir leher rahim menjadi kental
2) Mengganggu proses pembentukan Rahim yang menebal sehingga sulit
hamil
3) Mengurangi transportasi sperma
4) Menekan terjadinya pembuahan oleh sperma

Keuntungan Kontrasepsi Implant :


1) Perlindungan jangka panjang
2) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk jenis Implan Jedena,
Indoplant, atau Implanon
3) Nyaman dan daya guna tinggi
4) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
5) Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
6) Aman dipakai pada masa laktasi.
7) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam saat pemasangan.
8) Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
9) Mengurangi nyeri dan jumlah darah saat haid
10) Mengurangi dan memperbaiki anemia
11) Melindungi terjadinya kanker endometrium/rahim
12) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.

Kerugian Kontrasepsi Implant :


1) Perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spooting)
2) Hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid
3) Amenorrhea/tidak mens selama >3 bulan.

Wanita yang tidak boleh menggunakan Implant, antara lain :


1) Hamil atau diduga hamil
2) Perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya
3) Tidak dapat menerima perubahan pola haid
4) Gangguan penyerapan gula oleh tubuh
5) Benjolan/karsinoma payudara atau riwayat karsinoma payudara
6) Mempunyai Mioma pada rahim dan kanker payudara
 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD AKDR adalah alat
kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya bermacam-
macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang dililit tembaga (Cu),
dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang batangnya hanya
berisi hormon progesteron. Cara kerjanya, meninggikan getaran saluran
telur sehingga pada waktu blastokista sampai ke rahim endometrium
belum siap menerima nidasi, menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga
terjadi penumpukan sel darah putih yang melarutkan blastokista, dan
lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas. Efektifitasnya tinggi,
angka kegagalannya 1%.

a. Metoda Kontrasepsi Mantap (Kontap)


Kontrasepsi mantap adalah suatu tindakan untuk membatasi kehamilan
dalam jangka waktu yang tidak terbatas, yang dilakukan terhadap salah
seorang dari pasangan suami istri atas permintaan oleh yang bersangkutan,
secara mantap dan sukarela. Kontap dapat diikuti oleh pria maupun wanita
yang yang sehat tanpa adanya kontra indikasi.

Metode Kontrasepsi Mantap (Kontap) :


1) Metode Operatif Wanita (MOW) sering dikenal dengan tubektomi karena
prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba
falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. 2. Metode
2) Operatif Pria (MOP) sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi
yaitu memotong atau mengikat saluran sperma vas deferens,sehingga
cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi.
b. Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara
mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel
telur ke rahim), efektivitasnya mencapai 99 %.
Tubektomi atau Tubal Ligation adalah tindakan memotong kedua saluran
sel telur (tuba palupi) dan menutup kedua-duanya sehingga sel telur tidak
dapat keluar dan sel sperma tidak dapat pula masuk bertemu dengan sel
telur, sehingga tidak terjadi kehamilan. Sebelum melakukan operasi
tubektomi, dokter akan memeriksa kesehatan lebih dahulu, untuk
memastikan cocok atau tidak, kemudian operasi dilakukan oleh dokter,
saluran telur yang membawa sel telur dalam rahim akan dipotong atau
diikat. Setelah operasi syang dihasilkan akan diserap kemabali oleh tubuh
tanpa menimbulkan penyakit. Perawatan tubektomi hanya 6 jam setelah
operasi untuk menunggu reaksi anti bius saja. Luka yang diakibatkan
sebaiknya tidak kena air selama 3-4 hari. Pemeriksaan ulang dilakukan
oleh dokter, setelah 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun
setelah operasi dilakukan.

Kelebihan Tubektomi :
1) Tidak mengganggu ASI
2) Jarang menimbulka keluhan sampingan
3) Angka kegagalan hampir tidak ada
4) Tidak mengganggu gairah seksual.

Kekurangan Tubektomi :
1) Tindakan operatif seringkali menakutkan
2) Kesuburan tidak dapat kembali lagi dengan cepat.
3) Nyeri setelah dioperasi
4) Pasangannya harus memakai metode kontrasepsi yang lain.

c. Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi
keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas
defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama,
efektifitasnya 99%.

Kelebihan Vasektomi :
1) Termasuk dalam kategori operasi ringan
2) Tidak perlu rawat inap di Rumah Sakit
3) Tidak mengganggu kehidupan seksual. Nafsu seks dan potensi lelaki tetap,
dan waktu melakukan koitus, terjadi pula ejakulasi, tetapi yang keluar
hanya semacam lendir (cairan semen) yang tidak mengandung sperma.
4) Termasuk dalam metode kontrasepsi yang sangat aman, sederhana, dan
sangat efektif. Dalam pelaksanaan operasi sangat singkat dan tidak
memerlukan anestesi umum.
5) Jarang ada keluhan sampingan untuk seterusnya
6) Pasangan terhindar dari kehamilan

Kekurangan Vasektomi :
1) Tindakan operatif seringkali menakutkan
2) Nyeri setelah dioperasi
3) Pasangannya harus memakai metode kontrasepsi yang lain

Cara Kerja AKDR/IUD


Cara kerja IUD adalah mencegah terjadinya pembuahan dengan
penghambatan bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah
sperma yang mencapai tuba fallopi dan menonaktifkan sperma. Selain itu,
IUD dapat menimbulkan infeksi benda asing sehingga akan terjadi migrasi
leokosit, makrofag dan menimbulkan perubahan susunan cairan
endometrium yang akan menimbulkan gangguan terhadap spermatozoa
sehingga gerakannya menjadi lambat dan akan mati dengan sendirinya.

Keuntungan Pemakaian Kontrasepsi IUD :


1) Dapat segera aktif setelah pemasangan
2) Metode jangka panjang (5-10 tahun), tidak mempengaruhi produksi dan
jumlah ASI
3) Kesuburan cepat kembali setelah IUD dilepas.
4) Dapat di pasang segera setelah melahirkan.
5) Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman
terhadap resiko kehamilan Sangat efektif 0,6 – 0,8 kehamilan / 100
perempuan dalam 1 tahun pertama pemakaian.
6) Dapat segera aktif setelah pemasangan.
7) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
8) Tidak ada efek samping hormonal.
9) Dapat digunakan hingga menopause.
10) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.

Kerugian Pemakaian Kontrasepsi IUD :


1) Haid lebih banyak dan lama.
2) Nyeri saat haid
3) Perdarahan berupa bercak/spoting
4) Kehamilan In Situ.
5) Infeksi dapat terjadi saat pemasangan yang tidak steril.
6) Ekspulsi (IUD yang keluar atau terlepas dari rongga rahim).
7) Wanita yang pernah mengalami pedarahan yang hebat

Kontra Indikasi Pemakaian Kontrasepsi IUD :


1) Wanita yang sedang hamil
2) Wanita yang sedang menderita infeksi alat genitalia.
3) Perdarahan vagina yang tidak diketahui. Wanita yang tidak dapat
menggunakan kontrasepsi IUD
4) Wanita yang menderita PMS
5) Wanita yang pernah menderita infeksi rahim.

B. KONSEP DASAR GINEKOLOGI : KANKER SERVIKS


A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Menurut WHO (2017) Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher
rahim yaitu organ yang menghubungkan antara vagina dan rahim dan disebabkan oleh
virus Human Papilloma Virus (HPV).
Kanker serviks (cervical cancer) merupakan jenis tumor ganas yang
mengenai lapisan permukaan (epitel) dari leher rahim atau mulut rahim. Kanker
ini dapat terjadi karena sel-sel permukaan tersebut mengalami penggandaan dan
berubah sifat tidak seperti sel yang normal. Kanker serviks adalah kanker leher
rahim, terjadi di daerah organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
rahim, dan terletak antara rahim (uterus) dan lubang vagina. Kanker serviks adalah
pertumbuhan sel-sel abnormal pada serviks dimana sel-sel normal berubah menjadi
sel kanker (Nurul Mouliza, 2020).

2. Penyebab
American Cancer Society (2014) menyebutkan penyebab kanker serviks adalah
virus HPV (Human Papilloma Virus) yaitu kumpulan lebih dari 150 virus yang dapat
menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit yang dapat ditularkan kontak kulit seperti
vagina, anal atau oral seks. Selain itu wanita yang melakukan hubungan seksual
pertama pada usia yang masih sangat muda yaitu kurang dari 20 tahun, berganti
pasangan seksual, penggunaan kontrasepsi dalam jangka panjang, kebiasaan merokok,
riwayat kanker serviks pada keluarga, defisiensi nutrisi, perawatan organ yang salah,
lemahnya imunitas, dan kemiskinan.
Faktor penyebab kanker serviks HPV (Human Papiloma virus) merupakan
penyebab terbanyak. HPV dapat menginfeksi serviks sehingga terjadilah kanker
serviks. Kanker serviks bisa terjadi jika terjadi infeksi yang tidak sembuh-sembuh
untuk waktu yang lama. Perjalanan infeksi HPV hingga menjadi kanker serviks
memakan waktu yang cukup lama. Akan tetapi, proses penginfeksian ini sering kali
tidak disadari oleh para penderita karena proses HPV, kemudian menjadi prakanker
yang sebagian besar berlangsung tanpa gejala. Penularan virus HPV bisa terjadi
melalui hubungan seksual terutama yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan.
Penularan virus HPV bisa terjadi, baik dengan cara transmisi melalui organ genital
ke organ genital, oral ke genital, maupun secara manual ke genital.
3. Pohon Masalah

KANKER SERVIKS

Merusak struktur Kurang


jaringan serviks pengetahuan

Menginvasi organ Ansietas

Rektum

Fistula Rektum

Infiltrasi ke syaraf

Nyeri Akut
4. Klasifikasi
Terdapat beberapa klasifikasi dari stadium kanker serviks yang disediakan dalam
tabel berikut.
Tabel 1
Klasifikasi Histologi dan Stadium Kanker Serviks

Stadium Keterangan

0 Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif

I Karsinoma serviks terbatas di uterus (ekstensi ke korpus uterus dapat diabaikan)

IA Karsioma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop. Semua lesi yang terlihat
secara makroskopik, meskipun invasi hanya superfisial, dimasukkan ke dalam
stadium IB

IA1 Invasi stroma tidak lebih dari 3,0mm kedalamannya dan 7,0 mm atau kurang pada
ukuran secara horizontal

IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0mm dan tidak lebih dari 5,0 mm dengan penyebaran
horizontal 7,0 mm atau kurang

IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara mikroskopik lesi lebih
besar dari IA2

IB1 Lesi terlihat secara klinik berdiameter terbesar 4,0 cm atau kurang

IB2 Lesi terlihat secara klinik berdiameter terbesar lebih dari 4,0 cm

II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding panggul atau mencapai
1/3 bawah vagina

IIA Tanpa invasi ke parametrium

IIA1 Lesi terlihat secara klinik berdiameter terbesar 4,0 cm atau kurang

IIA2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4,0 cm

IIB Tumor dengan invasi ke parametrium


III Tumor meluas ke dinding panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina dan/atau
menimbulkan hidroneforsis atau fungsi ginjal

IIIA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai dinding panggul

IIIB Tumor meluas sampai ke dinding panggul dan/atau menimbulkan hidronefrosis atau
fungsi ginjal

IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum dan/atau meluas keluar
panggul kecil (true pelvis)

IVB Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada peritoneal, keterlibatan dari kelenjar
getah bening supraklavikula, mediastinal, atau para aorta, paru, hati, atau tulang)

Kemenkes RI, 2016)

5. Pemeriksaan Diagnostik
Preinvasive kanker sevriks biasanya tanpa gejala dan sudah diderita selama ±10-15
tahun. Pada tahap awal, kanker dapat terdeteksi selama prosedur skrinning, namun
sebagian besar perempuan memiliki kesadaran yang rendah untuk melakukan
pemeriksaan baik melalui test pap smear maupun inspeksi visual dengan asam asetat
(IVA) (Wuriningsih, 2016).
1) Pap smear
Program skrinning sitologi serviks atau yang lebih popular dikenal dengan
sebutan Papanicolaou (pap) smear sangat membantu menurunkan insiden kanker
serviks. Pemeriksaan Pap smear tidak hanya berguna untuk deteksi kanker serviks
pada stadium rendah, tetapi juga efektif untuk mendeteksi lesi prakanker sehingga
dapat menurunkan mortalitas akibat kanker dan meningkatkan angka ketahanan
hidup. Pada lesi prakanker tersebut masih dapat diberikan terapi yang mudah dan
cukup efektif untuk mencegah perkembangan kearah keganasan serviks.
2) IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Merupakan suatu upaya deteksi dini kanker serviks secara sederhana dengan
melakukan inspeksi atau melihat keadaan mulut rahum dengan mata telanjang
kemudian melakukan pengolesan serviks dengan menggunakan asam asetat 5%
dan setelah sekitar sepuluh detik dilakukan observasi terhadap perubahan yang
berupa ada atau tidak ada warna memutih pada serviks yang mencerminkan
kondisi lesi prakanker serviks. Fase ini merupakan tujuan utama dari skrinning
kanker serviks (Gondo Mastutik, 2015)

6. Penatalaksanaan Medis
1) Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah
ataupun melalui LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure) atau konisasi.
Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Pembedahan
merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif adalah
tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik
yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkaan tindakan paliatif adalah
tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah suatu
tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total)
ataupun salah satunya (subtotal).
2) Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II
B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metode radioterapi disesuaikan
dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif
ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya atau
bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan
sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika
urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan
pada stadium I sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul,
maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada
stadium IV A.
Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih
terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi
untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada dua jenis
radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar berasal dari sebuah mesin besar dan
penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit dan melalui radiasi internal yaitu zat
radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam
serviks. Efek samping dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina,
kerusakan kandung kemih dan rektum dan ovarium berhenti berfungsi.
3) Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya
untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Tujuan
pengobatan menggunakan kemoterapi tergantung jenis kanker dan fase saat
didiagnosis. Kemoterapi disebut sebagai pengobatan adjuvant ketika kemoterapi
digunakan untuk mencegah kanker kambuh. Kemoterapi sebagai pengobatan
paliatif ketika kanker sudah menyebar luas dan dalam fase akhir, sehingga dapat
memberikan kualitas hidup yang baik.
Kemoterapi bekerja saat sel aktif membelah, namun kerugian dari
kemoterapi adalah tidak dapat membedakan sel kanker dan sel sehat yan aktif
membelah seperti folikel rambut, sel disaluran pencernaan dan sel batang
sumsum tulang. Pengaruh yang terjadi dari kerja kemoterapi pada sel yang sehat
dan aktif membelah menyebabkan efek samping yang umum terlihat adalah
kerontokan rambut, kerusakan mukosa gastrointestinal dan mielosupresi. Sel
normal dapat pulih Kembali dari trauma yang disebabkan oleh kemoterapi, jadi
efek samping ini biasanya terjadi dalam waktu singkat.
Macam-Macam kemoterapi :
a. Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik
Anthrasiklin obat golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di
inti sel, sehingga sel – sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
b. Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel,
yang berakibat menghambat sintesis DNA.
c. Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja
pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
d. Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat
sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari
sel – sel kanker tersebut.

7. Komplikasi
Komplikasi akibat kanker serviks terbagi menjadi dua:
1. Komplikasi karena penyebaran kanker
Semakin luas kanker serviks menyebar/melebar, artinya penderita memasuki
stadium yang lebih lanjut, maka komplikasi akan mulai terjadi. Komplikasi
biasanya dimulai ketika memasuki stadium 2 atau lebih. Berikut beberapa
komplikasi kanker yang dapat terjadi:
- Nyeri pada bagian rahim, mungkin terjadi juga pada tulang pinggul.
- Gangguan pada pembuluh darah, seperti darah lebih mudah membeku.
Pada stadium yang lanjut kanker dapat menyebabkan:
- Fistula (lubang akibat kerusakan jaringan pada kandung kemih/saluran
kotoran dan vagina) sehingga terjadi kebocoran dan dapat menyebabkan
infeksi.
- Gagal ginjal karena tersumbatnya saluran kencing.
- Sesak napas karena menyebar sampai paru.
- Terjadi kejang saat kanker menyebar ke otak.
2. Komplikasi Akibat Pengobatan
Pada umumnya penderita atau pasien datang dalam kondisi kanker serviks yang
sudah stadium dua atau lanjut. Pengobatan yang bisa dilakukan adalah dengan
menggunakan radiasi atau radioterapi. Komplikasi kanker serviks yang mungkin
terjadi karena perawatan radiasi ini seperti:
- Vagina menyempit sehingga menyulitkan untuk berhubungan intim.
- Terjadi kerusakan saluran kotoran seperti usus besar yang terluka sehingga
terdapat darah saat buang air besar dan kemudian menyebabkan anemia.
- Menyebabkan air kencing berdarah akibat kantung kemih terluka (Siloam,
2020)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, dan riwayat penyakit terdahulu.
b. Keluhan Utama
Perdarahan dan keputihan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan keluhan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang
berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat,
misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke rumah
sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal
yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit
infeksi.
e. Riwayat Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderitapenyakit seperti ini atau
penyakit menular lain.
f. Psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan
bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
g. Pola fungsi kesehatan Gordon
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada daerah
kewanitaan.Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang mengandung
zat-zat kimia jugadapat mempengaruhi terjadinya kanker serviks.
2. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas darikanker serviks ataupun karena gangguan pada saat
kehamilan.gangguan pola tidur juga dapatterjadi akibat dari depresi yang dialami
oleh ibu.
3. Pola eliminasi
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan kandung kemih.
Dapat pula terjadi disuria serta hematuria. Selain itu biisa juga
terjadi inkontinensia alvi akibat dari peningkatan tekanan otot abdominal
4. Pola nutrisi dan metabolik 
Asupan nutrisi pada Ibu dengan kanker serviks harus banyak. Kaji jenis makanan
yang biasadimakan oleh Ibu serta pantau berat badan Ibu . Kanker serviks pada
Ibu yang sedang hamil juga dapat mengganggu dari perkembangan janin.
5. Pola kognitif-perseptual
Pada Ibu dengan kanker serviks biasanya terjadi gangguan pada panca indra
meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap. Bila sudah
metastase ke organ tubuh.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit
kankerserviks, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah
satu etiologi darikanker serviks adalah akibat dari sering berganti-ganti pasangan
seksual.
7. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor
kemampuan perawatan diri (0=mandiri, 1=alat bantu, 2=dibantu orang lain dan
alat, 4= tergantung total)
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama
pasienmenderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat
dari rasa nyeriyang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual
(dispareuni) serta
adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yan
g berbau busukdari vagina.
9. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen
koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit.
10. Pola peran - hubungan 
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan
sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan
hubungannya.
11. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang
diyakini.
h. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a) Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
a. Wajah : tidak ada oedema, Ekspresi wajah ibu menahan nyeri
(meringis), Raut wajah pucat.
b) Mata : konjunctiva tidak anemis
c) Hidung : simetris, tidak ada sputum
d) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
e) Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat
lesi
f) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran
kelenjer getah bening
2. Dada
a) Inspeksi : simetris
b) Perkusi : sonor seluruh lap paru
c) Palpasi : vocal fremitus simetrid kanan dan kiri
d) Auskultasi : vesikuler, perubahan tekanan darah
3. Cardiac
a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi : ictus cordis teraba, v Perubahan denyut nadi
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : tidak ada bising
4. Abdomen
a) Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah
abdomen.
b) Palapasi : ada nyeri tekan
c) Perkusi : tympani
d) Auskultasi : bising usus normal
5. Genetalia
Inspeksi
a. Ada lesi.
b. Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk.
c. Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.
d. Urine bercampur darah (hematuria).
Palpasi
Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
6. Ekstremitas dan Kulit
Tidak oedema, Kelemahan pada pasien, Keringat dingin.

II. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisiologis (neoplasma) d/d pasien mengeluh nyeri,
tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri),
gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
2. Ansietas b/d kurang terpapar informasi d/d merasa bingung, merasa khawatir
dengan akibat, sulit berkonsenstrasi, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.
III. Rencana Asuhan Keperawatan
NO. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
1. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
b/d agen pencedera intervensi keperawatan (I.08238) (I.08238)
fisiologis (neoplasma) selama …x… jam maka
d/d pasien mengeluh diharapkan Tingkat Nyeri Observasi : Observasi :
nyeri, tampak (L.08066) menurun 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
meringis, bersikap dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi, lokasi, durasi,
protektif (mis. 1. Kemampuan frekuensi, kualitas, frekuensi,
Waspada, posisi menuntaskan aktivisan intensitas nyeri kualitas, intensitas
menghindari nyeri), meningkat 2. Indentifikasi skala nyeri
gelisah, frekuensi nadi 2. Keluhan nyeri nyeri 2. Mengetahui
meningkat, sulit tidur. menurun 3. Identifikasi respon rentang skala
3. Meringis menurun nyeri non verbal nyeri pasien
4. Sikap protektif 4. Identifikasi faktor 3. Mengetahui
menurun yang memperberat respon rasa nyeri
5. Gelisah menurun dan memperingan pasien secara
6. Kesulitan tidur nyeri objektif
menurun 5. Identifikasi 4. Mengetahui faktor
7. Menarik diri menurun pengetahuan dan penyebab nyeri
8. Berfokus pada diri keyakinan tentang 5. Mengetahui
sendiri menurun nyeri kemampuan
9. Diaphoresis menurun 6. Identifikasi budaya pasien mengenai
10. Persaan depresi terhadap respon nyeri
(tertekan) menurun nyeri 6. Mengetahui latar
11. Perasaan takut 7. Identifikasi pengaruh belakang respon
mengalami cidera nyeri kualitas hidup nyeri
berulang menurun 8. Monitor keberhasilan 7. Mengetahui
12. Anoreksia menurun terapi komplementer dampak nyeri
13. Perinium terasa yang sudah diberikan terhadap pasien
tertekan menurun 9. Monitor efek 8. Mengetahui
14. Uterus teraba samping penggunaan tindakan
membulat menurun analgetik pendukung dalam
15. Ketegangan otot mengurangi rasa
menurun Terapeutik ; nyeri
16. Pupil dilates menurun 1. Berikan teknik non 9. Mengetahui
17. Muntah menurun farmakologis untuk dampak samping
18. Mual menurun mengurangi rasa penggunaan
19. Frekuensi nadi nyeri ( mis. TENS, analgetik terhadap
membaik hipnosis, nyeri
20. Pola napas membaik akupresure, Terapi
21. Tekanan darah musik, Terapeutik :
membaik biofeadback, terapi 1. Memberikan
22. Proses berpikir pijat, aromaterapi, tindakan
membaik teknik imajinasi pendukung dalam
23. Fokus membaik terbimbing, meredakan nyeri
24. Fungsi berkemih kompres 2. Menjaga dan
membaik hangat/dingin,terapi merawat keadaan
bermain) lingkungan pasien
25. Perilaku membaik 2. Kontrol lingkungan 3. Memberikan
26. Nafsu makan membaik yang memperberat kenyamanan
27. Pola tidur membaik rasa nyeri (mis. terhadap pasien
Suhu ruangan, 4. Mengindentifikasi
cahaya, kebisingan) kemampuan jenis
3. Fasilitasi istirahat nyeri dalam
dan tidur proses meredakan
4. Pertimbangkan nyeri
jenis dan sumber
nyeri dalam Edukasi :
pemilihan strategi 1. Memberikan
tindakan dalam
Edukasi : meredakan nyeri
1. Jelaskan strategi 2. Mengetahui
meredakan nyeri penyebab, lama
2. Jelaskan penyebab, dan pemicu
periode, pemicu respon nyeri
nyeri 3. Mengajarkan
3. Anjurkan pasien cara
memonitor nyeri mengetahui
secara mandiri respon nyeri
4. Anjurkan secara mandiri
menggunakan 4. Membantu pasien
analgetik secara mengurangi rasa
tepat nyeri
5. Anjurkan teknik 5. Memberikan
nonfarmakologis tindakan
untuk mengurangi pendukung atau
rasa nyeri (teknik latihan dalam
napas dalam) meredakan rasa
nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi Kolaborasi :
pemberian 1. Melakuakan
analgetik, jika perlu kolaborasi dengan
apoteker dalam
pemberian obat
analgetik
2. Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas Reduksi Ansietas
b/d kurang terpapar keperawatan selama ..x.. (I.09314) (I.09314)
informasi d/d merasa jam maka diharapkan
bingung, merasa Tingkat Ansietas Observasi : Observasi :
khawatir dengan Menurun dengan kriteria 1. Identifikasi saat 1. Untuk
akibat, sulit hasil: tingkat ansietas mengetahui saat
berkonsenstrasi, Tingkat Ansietas : berubah (mis. tingkat ansietas
tampak gelisah, 1. Verbalisasi Kondisi, waktu, berubah (mis.
tampak tegang, sulit kebingungan menurun stressor) Kondisi, waktu,
tidur. 2. Verbalisasi khawatir 2. Identifikasi stressor)
akibat kondisi yang kemampuan 2. Mengetahui
dihadapi menurun mengambil kemampuan
3. Perilaku gelisah keputusan mengambil
menurun 3. Monitor tanda- keputusan
4. Perilaku tegang tanda ansietas 3. Mengetahui
menurun (verbal dan tanda-tanda
5. Konsentrasi membaik nonverbal) ansietas (verbal
6. Pola tidur membaik dan nonverbal)
Terapeutik :
1. Ciptakan suasana Terapeutik :
terapeutik untuk 1. Menciptakan
Dukungan Sosial menumbuhkan suasana
Mengingkat : kpercayaan terapeutik untuk
1. Kemampuan meminta 2. Temani pasien menumbuhkan
bantuan pada orang lain untuk mengurangi kpercayaan
meningkat kecemasan, jika 2. Menemani pasien
2. Bantuan yang memungkinkan untuk
ditawarkan oleh orang 3. Pahami situasi yang mengurangi
lain meningkat membuat ansietas kecemasan, jika
3. Dukungan emosi yang dengarkan dengan memungkinkan
disediakan oleh orang penuh perhatian 3. Memahami
lain meningkat 4. Gunakan situasi yang
pendekatan yang membuat ansietas
tenang dan dengarkan
meyakinkan dengan penuh
5. Tempatkan barang perhatian
pribadi yang 4. Menggunakan
memberikan pendekatan yang
kenyamanan tenang dan
6. Motivasi meyakinkan
mengidentifikasi 5. Menempatkan
situasi yang barang pribadi
memicu kecemasan yang
7. Diskusikan memberikan
perencanaan kenyamanan
realistis tentang 6. Memotivasi
peristiwa yang akan mengidentifikasi
datang situasi yang
memicu
Edukasi : kecemasan
1. Jelaskan prosedur, 7. Mendiskusikan
termasuk sensasi perencanaan
yang mungkin realistis tentang
dialami peristiwa yang
2. Informasikan secara akan datang
faktual mengenai
diagnosis, Edukasi :
pengobatan, dan 1. Memberitahu
prognosis prosedur,
3. Anjurkan keluarga termasuk sensasi
untuk bersama yang mungkin
pasien, jika perlu dialami
4. Anjurkan 2. Memberikan
melakukan kegiatan informasi secara
yang tidak faktual mengenai
kompetitif, sesuai diagnosis,
kebutuhan pengobatan, dan
5. Anjurkan prognosis
mengungkapkan 3. Memberitahu
perasaan dan keluarga untuk
persepsi bersama pasien,
6. Latih kegiatan jika perlu
pengalihan untuk 4. Memberitahu
mengurangi melakukan
ketegangan kegiatan yang
7. Laruhan tidak kompetitif,
penggunaan sesuai kebutuhan
mekanisme 5. Memberitahu
pertahanan diri mengungkapkan
yang tepat perasaan dan
8. Latih teknik persepsi
relaksasi 6. Memberikan
latihan kegiatan
Kolaborasi : pengalihan untuk
1. Kolaborasi mengurangi
pemberian obat ketegangan
antlansietas, jika 7. Menggunakan
perlu penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
8. Memberikan
teknik relaksasi

Terapi Relaksasi Kolaborasi :


(I.09326) 1. Melakukan
kolaborasi
Observasi : pemberian obat
1. Identifikasi antlansietas, jika
penurunan tingkat perlu
energy,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau
gejala lain yang
mengganggu
kemampuan
kognitif Terapi Relaksasi
2. Identifikasi teknik (I.09326)
relaksasi yang
pernah efektif Observasi :
digunakan 1. Mengetahui
3. Identifikasi penurunan
kesediaan, tingkat energy,
kemampuan, dan ketidakmampuan
penggunaan teknik berkonsentrasi,
sebelumnya atau gejala lain
4. Periksa ketegangan yang
otot, frekuensi nadi, mengganggu
tekanan darah, dan kemampuan
suhu sebelum dan kognitif
sesudah latihan 2. Mengetahui
5. Monitor respons teknik relaksasi
terhadap terapi yang pernah
relaksasi efektif digunakan
3. Mengetahui
Terapeutik : kesediaan,
1. Ciptakan kemampuan, dan
lingkungan tenang penggunaan
dan tanpa gangguan teknik
dengan sebelumnya
pencahayaan dan 4. Mengetahui
suhu ruang nyaman, ketegangan otot,
jika memungkinkan frekuensi nadi,
2. Berikan informasi tekanan darah,
tertulis tentang dan suhu
persiapan dan sebelum dan
prosedur teknik sesudah latihan
relaksasi 5. Mengetahui
3. Gunakan pakaian respons terhadap
longgar terapi relaksasi
4. Gunakan nada suara
lembut dengan Terapeutik :
irama lambat dan 1. Menciptakan
berirama lingkungan
5. Gunakan relaksasi tenang dan tanpa
sebagai strategi gangguan dengan
penunjang dengan pencahayaan dan
analgetik atau suhu ruang
nyaman, jika
tindakan medis lain, memungkinkan
jika sesuai 2. Memberikan
informasi tertulis
Edukasi : tentang persiapan
1. Jelaskan tujuan, dan prosedur
manfaat, batasan, teknik relaksasi
dan jenis relaksasi 3. Menggunakan
yang tersedia (mis. pakaian longgar
Music, meditasi, 4. Menggunakan
napas dalam, nada suara
relaksasi otot lembut dengan
progresif) irama lambat dan
2. Jelaskan secara berirama
rinci intervensi 5. Menggunakan
relaksasi yang relaksasi sebagai
dipilih strategi
3. Anjurkan penunjang
mengambil posisi dengan analgetik
nyaman atau tindakan
4. Anjurkan rileks dan medis lain, jika
merasakan sensasi sesuai
relaksasi
5. Anjurkan sering Edukasi :
mengulangi atau 1. Menjelaskan
melatih teknik yang tujuan, manfaat,
dipilih batasan, dan jenis
6. Demonstrasikan relaksasi yang
dan latih teknik tersedia (mis.
relaksasi (mis. Music, meditasi,
Napas dalam, napas dalam,
peregangan, atau relaksasi otot
imajinasi progresif)
terbimbing) 2. Menjelaskan
secara rinci
intervensi
relaksasi yang
dipilih
3. Memberitahu
Dukungan Emosional mengambil posisi
(I.09256) nyaman
4. Memberikan
Observasi :
rileks dan
1. Identifikasi fungsi
merasakan
maarah, frustasi,
sensasi relaksasi
dan amuk bagi
5. Memberitahu
pasien
sering
2. Identifikasi hal
yang telah memicu mengulangi atau
emosi melatih teknik
yang dipilih
Terapeutik : 6. Memberikan dan
1. Fasilitasi latih teknik
mengungkapkan relaksasi (mis.
perasaan cemas, Napas dalam,
marah, atau sedih peregangan, atau
2. Buat pernyataan imajinasi
suportif atau empati terbimbing)
selama fase berduka
3. Lakukan sentuhan
untuk memberikan
dukungan (mis.
Merangkul,
menepuk-nepuk) Dukungan Emosional
4. Tetap bersama (I.09256)
pasien dan pastikan
keamanan selama Observasi :
ansietas, jika perlu 1. Mengetahui
5. Kurangi tuntutan fungsi maarah,
berpikir saat sakit frustasi, dan
atau Lelah amuk bagi pasien
2. Mengetahui hal
Edukasi : yang telah
1. Jelaskan memicu emosi
konsekuensi tidak
menghadapi rasa Terapeutik :
bersalah dan malu 1. Memfasilitasi
2. Anjurkan mengungkapkan
mengungkapkan perasaan cemas,
perasaan yang marah, atau sedih
dialami (mis. 2. Membuat
Ansietas, marah, pernyataan
sedih) suportif atau
3. Anjurkan empati selama
mengungkapkan fase berduka
pengalaman 3. Melakukan
emosional sentuhan untuk
sebelumnya dan memberikan
pola respons yang dukungan (mis.
biasa digunakan Merangkul,
4. Ajarkan menepuk-nepuk)
penggunaan 4. Menemani
mekanisme pasien dan
pertahanan yang pastikan
tepat keamanan selama
ansietas, jika
Kolaborasi : perlu
1. Rujuk untuk 5. Mengurangi
konseling, jika tuntutan berpikir
perlu saat sakit atau
Lelah

Edukasi :
1. Memberitahukan
konsekuensi tidak
menghadapi rasa
bersalah dan
malu
2. Memberitahukan
mengungkapkan
perasaan yang
dialami (mis.
Ansietas, marah,
sedih)
3. Memberitahukan
mengungkapkan
pengalaman
emosional
sebelumnya dan
pola respons
yang biasa
digunakan
4. Memberitahukan
penggunaan
mekanisme
pertahanan yang
tepat

Kolaborasi :
1. Memberikan
kolaborasi
rujukan untuk
konseling, jika
perlu
C. KONSEP DASAR GINEKOLOGI : MIOMA UTERI
A. Konsep Dasar Mioma Uteri
1. Definisi
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma
uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif
(menopouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan
reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas,
abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).

2. Penyebab/Faktor Predisposisi
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari
hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi tergantung
pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada "Cell Nest" yang selanjutnya dapat
dirangsang terus-menerus oleh homone estrogen. Namun demikian, beberapa factor yang
dapat menjadi factor pendukung terjadinya mioma adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil
pada usia muda, genetic, zat-zat karsinogensik, sedangkan yang menjadi factor pencetus
dari terjadinya mioma uteri adalah adanya sel yang imatur.
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifactorial. Dipercayai, bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoclonal yang dihasilkan dari mutasi somatic dari sebuah sel neoplastic tunggal. Sel-
sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, disamping factor predisposisi
genetic, adalah estrogen, progesterone dan human growth hormone.

a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan
dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%),
perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hyperplasia
endometrium (9,3%). Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi
ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini
mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat)menjadi estron (estrogen lemah).
Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai
jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada myometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu : mengaktifkan 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor. estrogen pada tumor.
c. Hormon Pertumbuhan
Level hormone pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormone
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologic serupa yaitu HPL, terlihat pada
periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomyoma selama
kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa factor yang diduga kuat
sebagai factor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu:
a. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan
gejala klinis antara 35-45 tahun
b. Paritas
Lebih sering terjadi pada nulipara atau pada wanita yang relative. infertile,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi
c. Factor ras dan Genetik
Menurut Manuaba, pada wanita ras tertentu, khususnya wanital berkulit
hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari factor ras, kejadian tumor
ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga, ada yang menderita mioma.
Belum diketahui secara pasti, tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang
belum matang. Disangka bahwa estrogen mempunyai peranan penting, tetapi
dengan teori ini sukar diterangkan apa sebabnya pada seorang wanita estrogen pada
nuli para, factor keturunan juga berperan mioma uteri terdiri dari otot polos dan
jaringan ikat yang tersusun seperti konde diliputi pseudakapsul.
Menurut Mansjoer, perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar
bersifat degenerative karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Perubahan
sekunder meliputi atrofi, degenerasi hialin, degenerasi kistik, degenerasi membantu,
marah, lemak

3. Pohon Masalah
4. Klasifikasi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya
adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah
pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis. Jenis mioma uteri yang paling sering
adalah jenis intramural (54%), subserosa (48%), submukosa (6,1%) dan jenis
intraligamenter (4,4%) (Anonim, 2008).
a. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis
ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan
keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan
keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari
tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete
bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal
dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami
infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia
dan sepsis karena proses di atas.
b. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai
yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma,
maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang
padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan
menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan
keluhan miksi.
c. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.

d. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut
wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam
satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran servik
sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka
tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun
seperti kumparan (whorie like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari
jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan.

5. Gejala Klinis
Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada
(servik, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi
yang terjadi. Keluhan yang dirasakan penderita Mioma Uteri sebagai keluhan utama
pada umumnya adalah :
a. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoraghi
dan dapat juga terjadi metroragia . Hal ini sering menyebabkan penderita juga
mengalami anemia dari perdarahan yang terus-menerus (Lacey.C.G., 2007).
Mekanisme terjadinya perdarahan abnormal ini sampai saat ini masih menjadi
perdebatan. Beberapa pendapat menjelaskan bahwa terjadinya perdarahan abnormal
ini disebabkan oleh abnormalitas dari endometrium (Lacey.C.G., 2007). Tetapi saat
ini pendapat yang dianut adalah bahwa perdarahan abnormal ini disebabkan karena
pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma, permukaan endometrium yang lebih luas, atrofi endometrium di
atas mioma submukosum, dan miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena
adanya sarang mioma diantara serabut miometrium . Pada Mioma Uteri
submukosum diduga terjadinya perdarahan karena kongesti, nekrosis, dan ulserasi
pada permukaan endometrium (Muzakir, 2008).
b. Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang
akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan juga dismenore. Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri pada
kasus mioma uteri adalah karena proses degenerasi. Selain itu penekanan pada visera
oleh ukuran mioma uteri yang membesar juga bisa menimbulkan keluhan nyeri.
Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga menimbulkan rasa yang
tidak nyaman pada regio pelvis (Muzakir, 2008).
c. Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh
mioma uteri pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus
urinarius, seperti perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin
hingga dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis (Lacey.C.G., 2007)..
Konstipasi dan tenesmia juga merupakan keluhan pada penderita mioma uteri yang
menekan rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan pada vena-vena di
regio pelvis yang bisa menimbulkan edema tungkai (Muzakir, 2008).

6. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium dan
keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan
ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi
uterus sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak
dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa
jaringan.
b. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta
menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
c. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
d. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e. Laboratorium : hitung darah lengkap dan asupan darah, urine lengkap, gula darah, tes
fungsi hati, ureum, kreatinin darah.
f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan
pembesaran uterus menyerupai kehamilan.

7. Penatalaksanan Medis
Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor Penanganan
mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan terbagi atas:
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2) Monitor keadaan Hb
3) Pemberian zat besi
4) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma.
b. Penanganan operatif Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri
adalah :
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2) Nyeri pelvis yang hebat
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma
berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause
6) Infertilitas
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita
mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita
yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan (Chelmow,
2005).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut
serviks uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak
menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik
atau yang sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu:
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel atau
enterokel (Callahan, 2005). Kriteria menurut American College of Obstetricians
Gynecologists (ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut:
a)Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar
dan dikeluhkan oleh pasien
b) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan
bergumpal gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia
akibat kehilangan darah akut atau kronis. 3. Rasa tidak nyaman di pelvis
akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut, rasa tertekan punggung
bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan penekanan pada vesika
urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering (Chelmow, 2005)

8. Komplikasi
a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari
seluruh kasus mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah
diangkat. Komplikasi ini dicurigai jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang
semakin bertambah besar terutama jika dijumpai pada penderita yang sudah
menopause (Lacey.C.G., 2007).
b. Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami perdarahan
pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan
mengakibatkan anemia defisiensi besi (Marjono, 2008)
c. Torsi
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma
abdomen akut, mual, muntah dan syok
d. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan
Pengaruh mioma terhadap kehamilan
1) Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan
terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis
infertilitas yang dicurigai penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain
harus disingkirkan (Lacey.C.G., 2007).
2) Abortus
3) Persalinan prematuritas dan kelainan letak
4) Inersia uteri
5) Gangguan jalan persalinan
6) Pendarahan post partum
7) Retensi plasenta
Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
1) Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen
2) Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Meliputi: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku,
alamat, no.CM, tanggal MRS, tanggal pengkajian, sumber informasi.
Penanggung/suami
Meliputi: nama, umur, Pendidikan, pekerjaan, serta alamat.
b. Alasan dirawat
1) Alasan MRS
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya timbul
benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang disertai
gangguan haid.
2) Keluhan saat dikaji
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan pengkajian,
seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri
setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih
nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
c. Riwayat Obstetri dan ginekologi
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu diketahui
adalah
1) Riwayat Menstruasi
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan kapan hari pertama haid terakhir,
tanyakan bagaimana siklus menstruasi pasien apakah teratur atau tidak, lamanya
menstruasi, banyaknya serta keluhan yang dirasakan.
2) Riwayat Pernikahan
Tanyakan berapa kali menikah dan lamanya pernikahan
3) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma uteri
tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada
masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.
4) Riwayat Keluarga Berencana
Tanyakan akseptor KB meliputi jenis dan lamanya, tanyakan masalah dan rencana
KB
d. Pola Fungsional Kesehatan
1) Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya
2) Pola Metabolik-Nutrisi
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji
adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.
3) Pola Eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan
pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
4) Pola Aktivitas-Latihan
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya,
tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan minum,
mobilisasi
5) Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam hari,
masalah yang ada waktu tidur.
6) Pola Persepsi-Kognitif
Tanyakan alat bantu yang digunakan pasien dan kesulitan yang dialami pasien
7) Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Tanyakan hal yang dipikirkan pasien saat ini, harapan pasien setelah menjalani
perawatan, dan perubahan yang dirasa pasien setelah sakit
8) Pola Hubungan-Peran
Kaji perhatian dan hubungan terhadap orang lain atau tetangga
9) Pola Reproduktif-Seksualitas
Kaji tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan
mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma
uteri.
10) Pola Toleransi Terhadap Stress-Koping
Kaji pengambilan keputusan, hal yang disukai tentang diri sendiri pasien, hal
yang ingin dirubah dari kehidupan pasien, dan hal yang dilakukan jika sedang
stress.
11) Pola Keyakinan Nilai
a) Kaji siapa atau apa yang menjadi sumber kekuatan pasien
b) Kaji apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk pasien
c) Kaji kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan pasien (macam dan
frekuensi)
d) Kaji kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di rumah
sakit

e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
- GCS : kaji berapa nilai GCS pasien
- Tingkat Kesadaran : Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
- Tanda-tanda vital : kaji Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
- Kaji berat badan pasien, TB pasien, dan LILA pasien

Head to toe
1) Kepala -Wajah
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan
konka nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga
mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
2) Leher
raba leher dan rasakan adanya pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
3) Dada
Lakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada paru-paru/respirasi,
jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi.
4) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
5) Genetalia
Perhatikan kebersihan genetalia, apakah ada keputihan atau tidak
6) Perineum dan anus
Kaji perineum dan hemoroid pasien
7) Ekstremitas
Terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (neoplasma), agen
pencedera fisik (prosedur operasi) dibuktikan dengan mengeluh nyeri, merasa
depresi (tertekan), merasa takut mengalami cedera berulang, tampak meringis,
gelisah, tidak mampu menuntaskan aktivitas, bersikap protektif (mis. posisi
menghindari nyeri), pola tidur berubah
b. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
c. Retensi urin berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra dibuktikan dengan
sensasi penuh pada kandung kemih, dribbling, disuria/anuria, distensi kandung
kemih, inkontinensia berlebih, residu urin 150 ml atau lebih
3. Rencana Asuhan Keperawatan
NO. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
1. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
b/d agen pencedera intervensi keperawatan (I.08238) (I.08238)
fisiologis (neoplasma) selama …x… jam maka
d/d pasien mengeluh diharapkan Tingkat Nyeri Observasi : Observasi :
nyeri, tampak (L.08066) menurun 10. Identifikasi lokasi, 10. Untuk mengetahui
meringis, bersikap dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi, lokasi, durasi,
protektif (mis. 28. Kemampuan frekuensi, kualitas, frekuensi,
Waspada, posisi menuntaskan aktivisan intensitas nyeri kualitas, intensitas
menghindari nyeri), meningkat 11. Indentifikasi skala nyeri
gelisah, frekuensi 29. Keluhan nyeri nyeri 11. Mengetahui
nadi meningkat, sulit menurun 12. Identifikasi respon rentang skala
tidur. 30. Meringis menurun nyeri non verbal nyeri pasien
31. Sikap protektif 13. Identifikasi faktor 12. Mengetahui
menurun yang memperberat respon rasa nyeri
32. Gelisah menurun dan memperingan pasien secara
33. Kesulitan tidur nyeri objektif
menurun 14. Identifikasi 13. Mengetahui faktor
34. Menarik diri menurun pengetahuan dan penyebab nyeri
35. Berfokus pada diri keyakinan tentang 14. Mengetahui
sendiri menurun nyeri kemampuan
36. Diaphoresis menurun 15. Identifikasi budaya pasien mengenai
37. Persaan depresi terhadap respon nyeri
(tertekan) menurun nyeri 15. Mengetahui latar
38. Perasaan takut 16. Identifikasi pengaruh belakang respon
mengalami cidera nyeri kualitas hidup nyeri
berulang menurun 17. Monitor keberhasilan 16. Mengetahui
39. Anoreksia menurun terapi komplementer dampak nyeri
40. Perinium terasa yang sudah diberikan terhadap pasien
tertekan menurun 18. Monitor efek 17. Mengetahui
41. Uterus teraba samping penggunaan tindakan
membulat menurun analgetik pendukung dalam
42. Ketegangan otot mengurangi rasa
menurun Terapeutik ; nyeri
43. Pupil dilates menurun 5. Berikan teknik non 18. Mengetahui
44. Muntah menurun farmakologis untuk dampak samping
45. Mual menurun mengurangi rasa penggunaan
46. Frekuensi nadi nyeri ( mis. TENS, analgetik terhadap
membaik hipnosis, nyeri
47. Pola napas membaik akupresure, Terapi
48. Tekanan darah musik, Terapeutik :
membaik biofeadback, terapi 5. Memberikan
49. Proses berpikir pijat, aromaterapi, tindakan
membaik teknik imajinasi pendukung dalam
50. Fokus membaik terbimbing, meredakan nyeri
51. Fungsi berkemih kompres 6. Menjaga dan
membaik hangat/dingin,terapi merawat keadaan
52. Perilaku membaik bermain) lingkungan pasien
53. Nafsu makan membaik 6. Kontrol lingkungan 7. Memberikan
54. Pola tidur membaik yang memperberat kenyamanan
rasa nyeri (mis. terhadap pasien
Suhu ruangan, 8. Mengindentifikasi
cahaya, kebisingan) kemampuan jenis
7. Fasilitasi istirahat nyeri dalam
dan tidur proses meredakan
8. Pertimbangkan nyeri
jenis dan sumber
nyeri dalam Edukasi :
pemilihan strategi 6. Memberikan
tindakan dalam
Edukasi : meredakan nyeri
6. Jelaskan strategi 7. Mengetahui
meredakan nyeri penyebab, lama
7. Jelaskan penyebab, dan pemicu
periode, pemicu respon nyeri
nyeri 8. Mengajarkan
8. Anjurkan pasien cara
memonitor nyeri mengetahui
secara mandiri respon nyeri
9. Anjurkan secara mandiri
menggunakan 9. Membantu pasien
analgetik secara mengurangi rasa
tepat nyeri
10. Anjurkan teknik 10. Memberikan
nonfarmakologis tindakan
untuk mengurangi pendukung atau
rasa nyeri (teknik latihan dalam
napas dalam) meredakan rasa
nyeri
Kolaborasi :
2. Kolaborasi Kolaborasi :
pemberian 2. Melakuakan
analgetik, jika perlu kolaborasi dengan
apoteker dalam
pemberian obat
analgetik
2. Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi
(D.0142) keperawatan selama ..x.. (I.14539) (I.14539)
Resiko infeksi jam maka diharapkan
dibuktikan dengan Luaran Utama Tingkat Observasi : Observasi :
efek prosedur invasif Infeksi (L.14137) 1. Monitor tanda dan 1. Mengetahui tanda
menurun gejala infeksi lokal dan gejala infeksi
dengan kriteria hasil: dan sistemik lokal dan sistemik
1. Kebersihan tangan
meningkat Terapeutik : Terapeutik :
2. Kebersihan badan 1. Batasi jumlah 1. Batasi jumlah
meningkat pengunjung pengunjung
3. Nafsu makan 2. Berikan perawatan 2. Memberikan
meningkat kulit pada area perawatan kulit
4. Demam menurun edema pada area edema
5. Kemerahan menurun 3. Cuci tangan 3. Mencuci tangan
6. Nyeri menurun sebelum dan sebelum dan
7. Bengkak menurun sesudah kontak sesudah kontak
8. Kadar sel darah putih dengan pasien dan dengan pasien dan
membaik lingkungan pasien lingkungan pasien
9. Kultur area luka 4. Pertahankan teknik 4. Mempertahankan
membaik aseptik pada pasien teknik aseptik
berisiko tinggi pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan Edukasi :
gejaka infeksi 1. Menelaskan tanda
2. Ajarkan cara cuci dan gejaka infeksi
tangan dengan 2. Mengjarkan cara
benar cuci tangan
3. Ajarkan etika batuk dengan benar
4. Ajarkan cara 3. Mengaajarkan
memeriksa kondisi etika batuk
luka atau luka 4. Mengajarkan cara
operasi memeriksa
5. Anjurkan kondisi luka atau
meningkatkan luka operasi
asupan nutrisi 5. Membantu
6. Anjurkan meningkatkan
meningkatkan asupan nutrisi
asupan cairan 6. Membantu
meningkatkan
Kolaborasi : asupan cairan
1. Kolaborasi
pemberian Kolaborasi :
imunisasi, jika perlu 1. Memberikan
kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu

Perawatan Luka
Perawatan Luka (I.14564)
(I.14564)
Observasi : Observasi :
1. Monitor 1. Mengetahui
karakteristik luka karakteristik luka
2. Mengetahui tanda
2. Monitor tanda
infeksi
infeksi
Terapeutik :
1. Membantu
Terapeutik : melepaskan
balutan dan
1. Lepaskan balutan
plaster secara
dan plaster secara
perlahan
perlahan
2. Membantu
2. Cukur rambut di
mencukur rambut
sekitar daerah luka,
di sekitar daerah
jika perlu
luka, jika perlu
3. Bersihkan dengan
3. Membantu
cairan
membersihkan
NaCl/pembersih
dengan cairan
nontoksik, sesuai
NaCl/pembersih
kebutuhan
nontoksik, sesuai
4. Bersihkan jaringan
kebutuhan
nekrotik
4. Membantu
5. Berikan salep yang
membersihkan
sesuai ke kulit/lesi,
jaringan nekrotik
jika perlu
5. Membantu
6. Pasang balutan
memberikan
sesuai jenis luka
salep yang sesuai
7. Pertahankan teknik
ke kulit/lesi, jika
steril saat
perlu
melakukan
6. Membantu
perawatan luka
memasang
8. Ganti balutan sesuai
balutan sesuai
jumlah eksudat dan
jenis luka
drainase
7. Membantu
9. Ganti perubahan
mempertahankan
posisi setiap 2 jam teknik steril saat
atau sesuai kondisi melakukan
pasien perawatan luka
8. Membantu
mengganti
balutan sesuai
Edukasi : jumlah eksudat
dan drainase
1. Jelaskan tanda dan 9. Membantu
gejala infeksi mengganti
2. Anjurkan perubahan posisi
mengkonsumsi setiap 2 jam atau
makanan tinggi sesuai kondisi
kalori dan protein pasien
3. Ajarkan prosedur
perawatan luka Edukasi :
secara mandiri 1. Memberitahu
tanda dan gejala
infeksi
Kolaborasi : 4. Memberitahu
mengkonsumsi
1. Kolaborasi prosedur makanan tinggi
debridement, jika kalori dan protein
perlu 5. Mengajarkan
2. Kolaborasi prosedur
pemberian perawatan luka
antibiotik, jika perlu secara mandiri

Kolaborasi :
1. Memberikan
Kolaborasi
prosedur
debridement, jika
perlu
2. Memberikan
Kolaborasi
pemberian
antibiotik, jika
perlu

IV. Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah tahap keempat yang merupakan tahap pelaksanaan dari
berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Dalam tahap implementasi
keperawatan, petugas kesehatan harus sudah memahami mengenai tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien. Suatu koordinasi dan kerja sama sangatlah penting untuk
dijaga dalam tahap implementasi keperawatan sehingga ketika terjadi hal yang tidak terduga,
maka petugas kesehatan akan berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang lainnya
untuk saling bekerjasama dalam pemecahan masalah. Tahap implementasi keperawatan
dilakukan untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan guna membantu
mengatasi masalah yang dialami pasien (Prabowo, 2018).

V. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap kelima atau tahap terakhir dari seluruh prose
keperawatan. Tahap evaluasi keperawatan adalah tahap penilaian dari hasil proses
keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai dan seberapa besar
kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi, tenaga kesehatan dapat menilai pencapaian
dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini, tenaga kesehatan akan menjadikan hasil evaluasi ini
2018).

D. SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)


SOP Pap Smear
Definisi Menyiapkan pasien menjalani tindakan pengambilan sampel sel dari mulut rahim
untuk deteksi dini kanker mulut Rahim.
Tujuan Penyaring (skrining) dan pelacak adanya perubahan sel epitel serviks kearah
keganasan secara dini
Alat dan Bahan 1. Sarung tangan steril
2. Kapas dan larutan antiseptic
3. Speculum
4. Penjepit has
5. Spatula
6. Kaca objek yang telah diberi alcohol 95%
7. Wadah transpor untuk sediaan
8. Meja ginekologi
9. Meja instrumen
10. Lampu sorot
11. Label nama
Prosedur/Tindakan 1. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap,
tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
2. Jelaskan tujuan dan Langkah-langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
4. Tentukan waktu pemeriksaan :
a. Di luar masa menstruasi
b. Perempuan yang telah menikah atau sudah pernah melakukan hubungan
seksual
c. Pap smear setahun sekali
5. Identifikasi persiapan sebelum dilakukan pemeriksaan pap smear :
a. Tidak melakukan koitus minimal dalam 24 jam
b. Tidak menggunakan pembasuh vagina minimal 48 jam
c. Tidak sedang menstruasi
6. Lakukan persiapan pasien :
a. Anjurkan pasien untuk menggosokkan kandung kemih dan melepaskan
pakaian dalam
b. Atur posisi pasien terlentang atau miring dengan kedua lutut ditekuk
7. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alcohol 95% selama 10, setelah
sediaan didapatkan
8. Masukkan sediaan ke dalam wadah transport dan dikirim ke bagian patologi
anatomi
9. Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan
10. Lepaskan sarung tangan
11. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
12. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien

SOP Pemeriksaan IVA (Infeksi Visual dengan Asam Asetat)

Definisi Pemeriksaan deteksi dini kanker leher lahimsecara langsung dengan mata
telanjang dengan cara memulas leher Rahim dan mengoleskan larutan asam asetat
3-5% untuk melihat apakah terjadi perubahan sel-sel abnormal (lesi pra kanker)
Tujuan Untuk pemeriksaan atau skrining terhadap kelainan pra kanker pada leher rahim
Indikasi Wanita usia 30 – 65 tahun, sudah berhubungan seksual
Kontra Indikasi 1. Wanita hamil sampai 6 minggu setelah melahirkan
2. Wanita menstruasi dengan pendarahan masif
Alat dan Bahan 1. Meja ginekologi
2. Selimut
3. Meja dan alat tulis
4. Kursi
5. Troli
6. Status pasien
7. Speculum cocor bebek
8. Asam asetat 3-5%
9. Lidi kapas
10. Lampu sorot
11. Handscoon steril
12. Larutan klorin 0,5%
Prosedur A. Tahap Pra-interaksi
Pelaksanaan 1. Melakukan verifikasi kebutuhan klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan peralatan IVA test di dekat klien dengan sistematis
B. Tahap Orientasi
1. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur Tindakan pada
klien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur dilakukan
4. Menyiapkan ruangan dan lingkungan yang tenang
5. Mencuci tangan
C. Tahap Kerja
1. Memposisikan litotomi pasien di meja ginekologi, kemudian pakaikan
selimut
2. Menghidukan lampu sorot, arahkan pada bagian yang akan diperiksa
3. Mencuci tangan dengan air mengalir dan mengeringkan dengan handuk
4. Memakai sarung tangan steril
5. Memasang speculum dan menyesuaikan sehingga seluruh leher Rahim
dapat terlihat
6. Memeriksa leher Rahim apakah kanker serviks, servisitis, tumor, ovula
naboti atau luka
7. Membersihkan cairan, darah, atau mukosa menggunakan lidi dari leher
rahim. Kemudian membuang lidi kapas ke dalam tempat sampah medis
8. Mengidentifikasi ostium uteri
9. Mencelupkan lidi kapas ke dalam larutan asam asetat, lalu mengoleskan
pada leher Rahim. Kemudian membuang lidi kapas ke dalam tempat
sampah medis
10. Tunggu minimal 1 menit agar asam asetat terserap dan tampak perubahan
warna putih yang disebut lesi white
11. Periksa apakah leher Rahim mudah berdarah, mencari apakah terdapat
plak putih yang tebal dan meninggi atau lesi white
12. Bila perlu oleskan Kembali asam asetat atau usap leher Rahim dengan lidi
kapas untuk menghilangkan mukosa, darah atau debris, membuang lidi
kapas ke dalam tempat sampah medis
13. Bila pemeriksaan visual telah selesai, bersihkan sisa cairan asetat dari
leher Rahim dan vagina menggunakan lidi kapas dan membuang lidi
kapas ke dalam tempat sampah medis
14. Lepaskan speculum dam melakukan dekontaminasi dengan merendam
speculum dan sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
15. Minta pasien untuk duduk, turun dari meja pemeriksaan dan berpakaian
16. Cuci tangan dengan air mengalir dan keringkan dengan handuk
17. Catat hasil tes IVA dan temuan lain dalam rekam medis pasien
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil Tindakan dan respon klien
2. Berikan pendidikan Kesehatan terkait hasil
3. Menjelaskan bahwa Tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga
dan pamit
4. Mendokumentasikan hasil tindakan
SOP Pemasangan IUD (Intrauterine Device)
Definisi Pemasangan IUD adalah memasukkan alat atau benda ke dalam rahim untuk
mencegah terjadi kehamilan.
Tujuan Pemasangan yang dilakukan untuk mencegah kehamilan.
Alat dan Bahan 1. Spekulum vagina
2. Tenaculum
3. Sonde uterus
4. Korentang
5. Gunting
6. Kom kecil
7. Bak instrument
8. Handscoon
9. Betadine
10. Kassa steril
11. Larutan klorin
12. Tempat sampah kering dan basah

Prosedur 1. Menyambut pasien


Pelaksanaan 2. Melakukan anamneses
3. Mengisi kunjungan
4. Menimbang berat badan dan mengukur tekanan darah
5. Memberikan konseling untuk memastikan tidak ada masalah Kesehatan
untuk menggunakan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
6. Menjelaskan proses pemasangan IUD kepada pasien
7. Pastikan pasien sudah mengosongkan kandung kemih dan mencuci area
genetalia dengan menggunakan sabun dan air
8. Bantu pasien untuk naik ke tempat pemeriksaan
9. Cuci tangan dan pakailah handscoon
10. Lakukan palpasi di daerah perut da periksa apakah ada nyeri, benjolan atau
kelainan pada daerah supra pubik
11. Gunakan kain penutup pada klien pemeriksaan panggul
12. Atur cahaya untuk melihat serviks
13. Tempatkan peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam wadah steril
atau bak instrument
14. Pakai inspeksi pada genetalia eksternal
15. Lakukan speculum vagina
16. Lakukan pemeriksaan inspekulo, pemeriksaan adanya lesi atau keputihan
pada vagina dan inspeksi serviks
17. Pasang speculum vagina untuk melihat serviks
18. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic sebanyak 2-3 kali
19. Masukkan sonde uterus dengan teknik tidak menyentuh (no touch
technigue) yaitu tanpa menyentuh dinding vagina atau bibir speculum
20. Tentukan posisi dan kedalaman kavumuterus dan keluarkan sonde
21. Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yangmasih berada
didalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pada tabung
inserter
22. Pasang serta tahan tenaculum dan dorong satu tangan
23. Lepaskan lengan ADR dengan menggunakan Teknik with drawel yaitu
menarik keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap
menahan pendorong
24. Keluarkan pendorong, kemudian tabung iserter di dorong Kembali ke
serviks sampai ke leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya tahanan
25. Keluarkan seluruh tabung inserter dan buang ke tempat sampah
terkontaminasi
26. Keluarkan spekulum dengan hati-hati dan rendam dalam cairan deterjen
serta rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam cairan deterjen
selama 15 menit untuk dekontaminasi
27. Buang bahan-bahan yang sudah tidak terpakai lagi (kassa, sarung tangan)
ketempatnya. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke
dalam cairan deterjen, buka sejara terbalik dan rendam dalam cairan
deterjen
28. Pastikan pasien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15 menit
29. Ajarkan pasien cara memeriksa sendiri dan kapan harus Kembali
30. Jelaskan kepada pasien agar segera Kembali ke sfasilitas Kesehatan jika
mengalami efek samping
31. Ingatkan Kembali masa pemakaian AKDR adalah 10 tahun
32. Lepas handscoon dan cuci tangan

SOP Pelepasan IUD


Definisi Proses pelepasan alat kontrasepsi dalam Rahim
Tujuan Untuk melepaskan alat kontrasepsi dalam Rahim secara tepat dan benar
Alat dan Bahan 1. Waskom 2 buah berisi :
a. Larutan klorin 0,5%
b. Air bersih
2. Mengkok tempat larutan antiseptic
3. Betadin
4. Cairan antiseptic
5. Bak instrument berisi :
a. Speculum kecil, sedang, dan besar
b. Tenakulum
6. Sarung tangan steril
7. Epinefrin untuk anafilatik syok
8. Kassa steril
9. AKDR copper T
10. Lampu sorot
11. Selimut
12. Bengkok
Prosedur 1. Panggil pasien dan persilahkan untuk duduk
Pelaksanaan 2. Beri salam dan perkenalkan diri
3. Lakukan anamnesa dan identifikasi pasien
4. Lakukan konseling tentang pencabutan AKDR
5. Lakukan inform consent
6. Anjurkan pasien ke toilet terlebih dahulu untuk mengosongkan kandung
kemih
7. Pakai Alat Pelindung Diri (APD)
8. Cuci tangan
9. Atur posisi pasien dengan posisi lithotomi
10. Nyalakan lampu sesuai focus
11. Pakai sarung tangan
12. Periksa genetalia eksterna, bersihkan dengan kapas basah DTT
13. Masukkan speculum dengan meminta pasien untuk menarik nafas Panjang
14. Usapkan betadin ke porsio
15. Jepit benang dengan porsio menggunakan klem bengkok, lalu Tarik pelahan
meminta pasien Tarik nafas Panjang sampai AKDR keluar
16. Apabila benang terputus gunakan alat pengait dan keluarkan AKDR
17. Tunjukkan AKDR yang telah dilepas kepada pasien
18. Lepas speculum dengan meminta pasien untuk Tarik nafas Panjang
19. Beritahu pasien bahwa pencabutan AKDR sudah selesai
20. Bersihkan tempat dan masukkan alat-alat kedalam larutan klorin 0,5%
21. Lakukan dekontaminasi alat dan sarung tangan
22. Cuci tangan dengan bersih
23. Lakukan pendokumentasian
DAFTAR PUSTAKA

Shiska Trianziani (2018) . Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Oleh Petugas Lapangan
Keluarga Berencana (PLKB) di Desa Karangjaladri . Jurnal Moderat , Volume 4
MI Pertiwi (2019) . Keluarga Berencana (KB) . Jurnal Fakultas Keperawatan Poltekes Jogja
Ratu Matahari,S.KM.,M.A.Kes , Fitriana Putri Utami,S.Km.,M.Kes , Ir.Sri Sugiharti,M.Kes
(2018) . Buku Ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi . CV Pustaka Ilmu Group :
Yogyakarta
AD Ardyani (2017) . Teori Medis Kontrasepsi . Jurnal Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Semarang : Jawa Tengah
Endang Puji Ati,S.ST (2019) . Modul Kader Matahariku Informasi Tambahan Kontrasepsiku .
Profesional Practice Project IV Magister Kebidanan, Universitas Aisyiyah : Yogyakarta
Amelia Putri, Anindya Eka Maharani (2022) . SOP Pemeriksaan IVA ( Infeksi Visual dengan
Asam Asetat) . Jurnal Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Riau
Tim Pokja Pedoman SPO DPP PPNI (2021) . Standar Prosedur Operasional Keperawatan
. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Anonim (2008) Biomolekuler mioma uteri. Available at: http://digilib.unsri.ac.idf. [Diakses 26
Maret 2023]
Aspiani, Y, R. (2007) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM
Diagnosa and Treatment, 6th ed, Aplleten & Lange, Norwalk Connectient, California,
Los Atlas, 2007, p : 657-62.
Lacey, C.G., Benign Disorders of the Uterine Corpus, Current Obstetric and Gynecologic
Muzakir. 2008. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Periode 1.
Riyasa, Irham (2022) Laporan Pendahuluan Mioma Uteri. Available at :
https://www.academia.edu/38013475/LAPORAN_PENDAHULUAN_MIOMA_UTERI
[Diakses 26 Maret 2023]
Mastutik, Gondo. 2015. Skrinning Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas
Tanah Kali Kedinding Surabaya dan Rumah Sakit Mawadah Mojokerto. Majalah Obstetri
& Ginekologi, Vol. 23, No. 2 Mei-Agustus 2015: 54-55
Mouliza, Nurul. 2020. Pengetahuan Ibu tentang Kanker Serviks terhadap Pemeriksaan IV A.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Indonesia Vol. 10 No. 2, Juni 2020: 43.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai