PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga berencana adalah upaya meningkatkan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan jarak
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga
untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Yuhedi, 2013). Peranan
penting bidan dalam keluarga berencana adalah untuk meningkatkan jumlah
penerimaam dan kualitas metode KB kepada masyarakat. Sesuai dengan
pengetahuan dan keterampilan bidan, metode KB yang dapat dilaksanakan adalah
metode sederhana (kondom pantang berkala, pemakaian spermisid, senggama
terputus), metode kontrasepsi efektif (MKE) hormonal seperti suntik, pil dan
susuk serta IUD (Intra Uteri DeviceI), metode MKE kontrasepsi mantap (kontap)
(Manuaba, 2010).
AKDR atau IUD merupakan salah satu metode KB yang banyak
digunakan. Tingkat kepuasan yang tinggi terhadap metode ini diantaranya karena
metode jangka panjang, efektivitas kontraseptif dan kembalinya kesuburan yang
sangat tinggi (Affandi, 2011). Meskipun memiliki banyak keunggulan, metode
kontrasepsi IUD juga memiliki efek samping yang perlu diperhatikan (Handayani,
2010). Terdapat efek samping seperti perdarahan, nyeri dan kejang di perut,
gangguan pada suami oleh karena adanya benang IUD, ekspulsi (pengeluaran
sendiri), dan keputihan (Wiknjosastro, 2010; Mochtar, 2011). Perdarahan di luar
siklus menstruasi dengan jumlah lebih banyak dan lama yang disebut
menometroragia merupakan salah satu masalah yang berkaitan dengan pemakaian
IUD (Sulistyawati, 2013).
Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan
penduduk, termasuk di dalamnya adalah program Safe Mother Hood yang
meliputi keluarga berencana, persalinan yang aman, pelayanan antenatal, dan
pelayanan obstetri esensial. Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu gerakan
untuk membentuk keluarga yang sehat sejahtera dengan membatasi jumlah
kelahiran. Program KB bertujuan untuk menjarangkan kehamilan dengan
menggunakan kontrasepsi (Saifuddin, 2010).
Berdasarkan survey BKKBN secara nasional tahun 2017 tercatat akseptor
IUD baru sebesar 526.200 jiwa (6,35%) dari 5.584.082 akseptor KB baru. Angka
kejadian perdarahan karena pemakaian IUD sampai dengan Desember 2017
sebanyak 1025 jiwa (0,19%) dari pengguna IUD secara nasional. Metode-metode
kontrasepsi yang ada di Indonesia saat ini meliputi Metode Amenore Laktasi
(MAL), Keluarga Berencana Alamiah (KBA), Kontrasepsi Progestin, Senggama
Terputus, Metode Barier, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), Kontrasepsi
Kombinasi, dan Kontrasepsi Mantap (Saifuddin, 2010). Data SDKI 2012
menunjukkan tren Prevalensi Penggunaan Kontrasepsi di Indonesia sejak 1991-
2012 cenderung meningkat. CPR telah melampaui target (60,1%) dengan
pencapaian 61,9% (Kemenkes RI, 2014).
Masalah yang dihadapi oleh Indonesia di bidang kependudukan adalah
pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya pertumbuhan
penduduk akan semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan
kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan penduduk di Indonesia semakin
nyata. Hal ini terlihat dalam kurun waktu 10 tahun, jumlah penduduk di Indonesia
meningkat sebesar 32,5 juta dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di
tahun 2010 (BKKBN, 2010). Hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, angka kelahiran total (total fertility rate / TFR) masih di
angka 2,6 artinya rata-rata wanita usia subur (WUS) memiliki 3 anak (Menko
kesra, 2013).
Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia, dapat
mempersulit pemerintah dalam upaya menekan AKI (Angka Kematian Ibu) di
tanah air. Perlu adanyaupaya besar untuk menekan laju pertumbuhan agar targer
MDGs (Millenium Development Goals), untuk menurunkan AKI pada tahun 2015
tercapai. AKI merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan
perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yang ke-5 yaitu meningkatkan
kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah
mengurangi sampai ¾ risiko jumlah kematian ibu (SDKI, 2011).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
asuhan kebidanan pada Ny.A usia 32 tahun P2A0 dengan akseptor baru KB IUD di
KIA PUSKESMAS PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan dengan manajemen SOAP pada
akseptor AKDR
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif pada akseptor AKDR
b. Melakukan pengkajian data objektif pada akseptor AKDR
c. Menentukan analisis pada akseptor AKDR
d. Melakukan penatalaksanaan pada akseptor AKDR
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber referensi
khususnya tentang asuhan kebidanan pada akseptor AKDR.
2. Bagi Klien dan Keluarga
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan klien dan keluarga agar lebih
mengetahui dan memahami pemasangan, mekanisme kerja, efektifitas,
keuntungan kekurangan serta efek samping dari keluarga berencana dengan
alat kontrasepsi IUD
3. Bagi Lahan Praktek
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi banding dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor AKDR.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Keluarga Berencana
a. Definisi
Secara umum KB dapat diartikan sebagai usaha untuk mengatur
banyaknya kehamilan sehingga dapat berdampak positif bagi ibu, bayi,
dan ayah (Suratun, 2008). Hasil kajian selama ini, terlalu dekat jarak
antarkelahiran bisa membahayakan bayi yang akan dilahirkan karena
kondisi fisik alat kandungan ibu belum sempurna (Maternal Depletion
Syndrome). Oleh karena itu, diperlukan jarak optimal antara kelahiran
anak yang satu dengan yang lainnya, yaitu 3-6 tahun (Tukiran, 2010).
b. Tujuan
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi bertujuan untuk :
a. Mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju
pertumbuhan penduduk (LPP).
b. Mengobati kemandulan bagi pasangan yang belum juga mempunyai
keturunan padahal sudah menikah lebih dari satu tahun untuk
tercapainya keluarga bahagia.
c. Memberikan nasehat perkawinan bagi pasangan remaja yang akan
menikah.
d. Tercapainya keluarga yang sehat, harmonis, tercukupi sandang,
pangan, papan, pendidikan dan juga dapat produktif dari segi
ekonomi (Suratun, 2008).
c. Kebijakan
Program KB nasional diatur dalam Undang- Undang Nomor 10
tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera dan diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 7 tahun
2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2004-2009. Pembangunan KB diarahkan untuk
meningkatkan keluarga kecil berkualitas dan mengendalikan
pertumbuhan penduduk. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembangunan
Keluarga Berencana diselenggarakan melalui 4 program pokok yaitu :
program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, program
ketahanan dan pemberdayaan keluarga, program kesehatan reproduksi
remaja, dan program penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas
(BKKBN, 2008).
d. Sasaran
Sasaran terdiri atas sasaran langsung dan tidak langsung. Sasaran
langsung yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15-49 tahun,
karena pasangan kelompok ini aktif melakukan hubungan seksual yang
dapat mengakibatkan kehamilan. Pasangan tersebut diharapkan secara
bertahap menjadi peserta KB sehingga memberi efek langsung
penurunan fertilisasi. Sedangkan sasaran tidak langsung yaitu kelompok
remaja usia 15-19 tahun dan lembaga kemasyarakatan atau organisasi-
organisasi pemerintah maupun swasta serta tokoh masyarakat dan
pemuka agama (Suratun, 2008).
2. Kontrasepsi
a. Definisi Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau
mencegah dan konsepsi yang artinya pertemuan antara sel telur dan sel
sperma yang dapat berakibat terjadinya kehamilan. Jadi kontrasepsi
adalah menghindari atau mencegah pertemuan antara sel telur dengan
sperma agar tidak terjadi kehamilan (Suratun, 2008).
b. Macam-macam Metode Kontrasepsi
NON HORMONAL HORMONAL
1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 1. Progestin: pil, injeksi dan
2. Kondom implan
3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 2. Kombinasi: pil dan
4.Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan injeksi
Vasektomi)
(Sumber : BKKBN & Kemenkes RI, 2012)
1) Pil
Pil mudah dipakai, nyaman, tidak mengganggu siklus
menstruasi, tidak memerlukan pemeriksaan panggul, tidak
mengganggu aktivitas hubungan seksual, dan akan efektif jika
diminum setiap hari pada waktu yang sama,. Akan tetapi dalam
beberapa hari pertama pemakaian pil akan muncul mual, pusing,
letih, sedikit perdarahan, dan bila lupa satu pil saja dapat terjadi
kegagalan dalam pemakaiannya (Hartanto, 2011).
2) Suntikan
Suntikan memiliki beberapa keuntungan yaitu tidak
mengganggu laktasi, sangat efektif dalam mencegah kehamilan (0,3
kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun pertama), dapat
digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause,
dan membantu menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
Sementara untuk kekurangannya muncul pusing, mual, bercak
perdarahan, mengubah siklus menstruasi, penurunan atau
pertambahan berat badan yang menyolok, dan terlambat kembalinya
kesuburan setelah penghentian pemakaian (Hartanto, 2011).
3) Implan
Kelebihan implan adalah kontrasepsi yang sangat efektif
karena memiliki kegagalan 0,2-1,0 kehamilan per 100 perempuan,
daya guna tinggi, pengembalian tingkat kesuburan yang cepat,
perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun), dan tidak
mengganggu kegiatan ASI maupun sanggama. Tetapi memiliki
keterbatasan yaitu membutuhkan tindakan minor untuk insersi dan
pencabutan, klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaiannya
dan tidak mencegah infeksi menular seksual (BKKBN dan
Kemenkes RI, 2012).
4) Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metode Amenore Laktasi memiliki keuntungan yaitu
tidakmemakai biaya, tidak memerlukan pengawasan medis, obat atau
alat, efektivitas tinggi, tidak mengganggu senggama, dan tidak ada
efek samping secara sistemik,. Sedangkan keterbatasannya yaitu
perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar menyusui dalam 30
menit pasca persalinan, efektif hanya sampai 6 bulan atau
kembalinya haid, tidak melindungi terhadap IMS (BKKBN dan
Kemenkes RI, 2012).
5) Kondom
Kondom efektif dalam mencegah kehamilan bila
digunakandengan benar. Kelebihannya ialah tidak mengganggu
produksi ASI dan kesehatan klien, murah, dapat dibeli secara umum
dan tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
Tetapi dalam pemakaiannya mengurangi sentuhan langsung, harus
selalu tersedia setiap kali berhubungan dan pembuangan kondom
bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah (BKKBN
dan Kemenkes RI, 2012).
6) Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap terdiri dari 2 jenis, yaitu tubektomi
merupakan metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi
seorang wanita dengan cara mengikat dan memotong atau memasang
cincin tuba falupii, sehingga ovum tidak dapat bertemu dengan
sperma dan vasektomi yaitu prosedur klinik dengan cara mengoklusi
vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat
(BKKBN dan Kemenkes RI, 2012).
c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
1) Definisi
AKDR adalah kontrasepsi yang mencegah kehamilan secara
efektif, aman, dan reversible dengan memasukan suatu alat plastik
atau logam kecil melalui kanalis servikalis ke uterus bagi wanita
tertentu terutama yang sudah pernah melahirkan dan tidak terjangkit
PMS (Suratun, 2008).
2) Jenis
Tiga jenis AKDR yang tersedia saat ini adalah Cu T 380A
dan levonogestrel-releasing intra uterine devices (LNG-IUDs) yang
terdiri dari 20 mcg yang dikeluarkan per 24 jam (mirena) dan dosis
yang lebih kecil 14 mcg per 24 jam (Skyla). AKDR tembaga pertama
kali dikembangakan tahun 1960 sampai 1970an dan Cu T 380A
pertama kali disetujui oleh United States Food and Drug
Administration (FDA) pada tahun 1984. Penggunaan Cu T 380A
pertama kali adalah untuk 4 tahun saja, kemudian diperpanjang
sampai 10 tahun pada tahun 1994 (Rowe et al, 2016).
Pengembangan AKDR progesterone dimulai pada tahun 1970an dan
menghasilkan antara lain dalam persetujuan peraturan obat di
Finlandia tahun 1990 dimana AKDR dengan 52 mg LNG (mirena)
yang melepaskan 20 mcg perhari dapat efektif selama 5 tahun. US
FDA baru menyetujui LNG 20 mcg yang efektif selama 5 tahun pada
tahun 2000. Tahun 2014 FDA menyetujui AKDR dengan 13,5 mg
LNG-IUD dan ditahun 2015 52 mg LNG-IUDs (liletta). Yang mana
Skyla dan lilleta efektif selama 3 tahun (Rowe et al, 2016).
Angka kegagalan di tahun pertama untuk Cu T 380A 0,6-0,8%,
Konseling Awal
Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda dan tanyakan
1
tujuan kedatangannya.
2 Berikan informasi umum tentang Keluarga Berencana
Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan
keuntungan-keterbatasan dari masing-masing jenis kontrasepsi
(termasuk perbedaan antara kontap dan metode reversible):
a. Tunjukkan di mana dan bagaimana alkon tsb digunakan
3
b. Jelaskan bagaimana cara kerja alkon tsb
c. Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain
yang mungkin akan dialami
d. Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami oleh klien
4 Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya.
Konseling Metode Khusus
6) Indikasi
Indikasi implan menurut Yuhedi dan Kurniawati (2013), adalah
wanita usia reproduksi, wanita nulipara atau yang sudah mempunyai
anak atau yang belum mempunyai anak, wanita yang menghendaki
kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas yang tinggi,
wanita yang setelah keguguran dan setelah melahirkan, yang menyusui
atau tidak menyusui, wanita yang tidak menginginkan anak lagi tapi
menolak untuk sterilisasi, wanita yang tekanan darahnya kurang dari
180/110 mmHg, wanita yang sering lupa meminum pil kontrasepsi.
7) Kontra indikasi
Kontra indikasi menurut Tresnawati (2013), yaitu hamil atau
diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya,
kanker payudara atau riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima
perubahan pola haid yang terjadi, menderita mioma uterus, penyakit
jantung, hipertensi, diabetes militus, penyakit tromboemboli, gangguan
toleransi glukosa.
8) Waktu Memulai Menggunakan Implan
Menurut Affandi (2012), adapun waktu yang tepat untuk
memulai menggunakan implan antara lain:
a) Setiap saat selama siklus haid hari ke- 2 sampai hari ke- 7 tidak
diperlukan metode kontrasepsi tambahan.
b) Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi
kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke- 7 siklus haid, klien jangan
melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
c) Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja
diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan
seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
d) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan.
Insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien
tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain.
e) Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali,
insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan
hubungan seksul selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi
lain untuk 7 hari.
d) Pemasangan kapsul
Sebelum membuat insisi, pastikan efek anestesi telah
berlangsung dan sensasi nyeri hilang.
i. Langkah 1
Ingat kegunaan kedua tanda pada trokar.Trokar harus
dipegang dengan ujung yang tajam menghadap ke atas.Ada
2 tanda pada trokar, tanda (1) dekat pangkal menunjukkan
batas trokar dimasukkan ke bawah kulit sebelum
memasukkan setiap kapsul. Tanda (2) dekat ujung
menunjukkan batas trokar yang harus tetap di bawah kulit
setelah memasang setiap kapsul
ii. Langkah 2
Dengan trokar dimana posisi angka dan panah menghadap
keatas masukkan ujung trokar pada luka insisi dengan
posisi 45° (saat memasukkan ujung trokar) kemudian
turunkan menjadi 30° saat memasuki lapisan subdermal dan
sejajar permukaan kulit saat mendorong hingga tanda 1 (3-5
mm dari pangkal trokar).
iii. Langkah 3
Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit, angkat
trokar ke atas, sehingga kulit terangkat.Masukkan trokar
perlahan-lahan dan hati-hati ke arah tanda (1) dekat
pangkal.Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba
dari luar dengan jari.Trokar harus selalu terlihat
mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya trokar
akan lancar bila berada tepat di bawah kulit. Jangan
menyentuh trokar terutama bagian tabung yang masuk ke
bawah kulit untuk mencegah trokar terkontaminasi pada
waktu memasukkan dan menarik keluar
iv. Langkah 4
Saat trokar masuk sampai tanda (1), dorong trokar (posisi
panah disebelah atas) setelah tanda 1 tercapai sambil
meraba dan menahan bagian kapsul untuk memastikan
bahwa kapsul sudah keluar dari trokar dan sudah berada
dalam kulit.
v. Langkah 5
Tarik trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk ke
arah luka insisi atau mendekati pangkal pendorong sampai
tanda 2 muncul di luka insisi dan pangkalnya menyentuh
pegangan pendorong. Pangkal trokar tidak akan mencapai
pangkal pendorong karena akan tertahan di tengah karena
terhalang oleh ujung pendorong yang belum memperoleh
akses ke kapsul kedua.
vi. Langkah 6
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar
ke arah lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula.
Untuk memastikan kapsul pertama bebas, kapsul kedua
ditempatkan setelah trokar didorong kembali mengikuti
kaki V sebelahnya hingga tanda 1, kemudian dorong
pendorong sampai kapsul keluar dari trokar.
vii. Langkah 7
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan
kedua kapsul telah terpasang.Pastikan ujung dari kedua
kapsul harus cukup jauh dari luka insisi.
viii. Langkah 8
Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi setiap kapsul
sudah di pastikan tepat keluarkan trokar pelan-pelan.Tekan
tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit
untuk menghentikan pendarahan.Bersihkan tempat
pemasangan dengan kasa antiseptik.
e) Tindakan setelah pemasangan kapsul
i. Menutup luka insisi
Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau
plester dengan kasa steril untuk menutup luka insisi.Periksa
adanyaperdarahan, selanjutnya buang sampah sekali pakai
yang telah terkontaminasi oleh klien, cuci alat lalu rendam
dengan larutan klorin selama 10 menit dan sterilkan.Cuci
tangan segera dengan sabun dan air (Affandi, 2012 PK-26).
CAUSE EFFECT
PROBLEM
STATEMENT
Gambar Kesepakatan permasalahan utama
2. Mengidentifikasi penyebab masalah yang mungkin
Identifikasi dilakukan dengan metode brainstorming. Gasperz dan
Fontana (2011) mengelompokkan penyebab masalah menjadi tujuh yaitu
manpower (SDM), machines (mesin dan peralatan), methods (metode),
materials (bahan baku), media, motivation (motivasi), dan money (keuangan).
Kelompok penyebab masalah ini ditempatkan dalam diagram fishbone pada
sirip ikan. Pada tahap kedua ini, dilanjutkan dengan pengisian penyebab
masalah yang disepakati seperti gambar sebagai berikut.
Kelompo
k
Penyebab
Masalah
Penyebab
3. Identifikasi kategori penyebab
Dimulai dari garis horizontal utama, membuat garis diagonal yang
menjadi cabang, setiap cabang mewakili sebab utama dari masalah yang
ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai cause secara viasual dalam
fishbone seperti tulang ikan. Kayegori sebab utama mengorganisasikan sebab
sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi.
4. Menemukan sebab potensial
Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan
melalui sesi brainstorming. Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan
bersama-sama dimana sebab tersebut ditempatkan dalam fishbone diagram,
yaitu tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus
ditempatkan. Sebab0sebab ditulis dengan garis horizontal sehingga banya
tulang kecil dari garis diagonal.
5. Mengkaji kembali
Setelah menemukan penyebab potensial dari setiap penyebab yang
mungkin kemuadian dikaji kembali urutan penyebab masalah tersebut pada
cabang yang sesuai dengan kategori utama sehingga membentuk sepeti
tulang-tulang kecil dari ikan. Selanjutnya adalah menginterpretasikan dan
mengkaji kembali diagram sebab akibat tersebut mulai dari masalah awal
hingga ditemukannya akar penyebab tersebut.
6. Mencapai kesepakatan
Setelah proses interpretasi dengan melihat penyebab yang mucul
berulang didapatkan kesepakatan melalui konsensus tentang penyebab itu,
sehingga sudah dapat dilakukan pemilihan penyebab yang paling penting dan
dapat diatasi. Selanjutnya adalah memfokus perhatian pada penyebab yang
terpilih untuk hasil yang lebih optimal.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN DATA
1. Identitas
Nama : Ny. A Nama Suami : Tn. S
Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Brajan, Brajan, Prambanan
A. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan datang
Ibu datang ke KIA ingin menggunakan KB IUD untuk pertama kalinya,
ibu mengatakan hari ini adalah hari ke-7 menstruasi. HPHT 07-08-2020.
Ibu mengatakan beberapa waktu lalu mengatakan khawatir dan cemas
mengalami hal-hal yang pernah ibu dengar dari teman atau tetangganya
yang pernah mengalami hal-hal yang tidak diinginkan saat pemakaian KB
IUD.
2. Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali, usia pertama menikah 23 tahun. Lama pernikahan 9 tahun
3. Data Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi : Menarche umur 13 tahun, siklus menstruasi
teratur 28-32 hari, lama menstruasi ±6-7 hari, setiap hari ganti
pembalut saat menstruasi ±4x atau jika selesai BAK karena pembalut
terasa basah membuatnya tidak nyaman ibu langsung menggantinya,
warna darah merah, kadang mengalami keputihan, tetapi tidak berbau
dan warna putih seperti susu. ibu mengatakan tidak mengalami nyeri
pada saat menstruasi.
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Persalinan
Hml
Tgl Jenis BB
ke UK Penolong Komplikasi JK Laktasi
lahir Persalinan
1 2012 39 Normal Bidan Tidak ada L 3100 Asi
Eksklusif
2 2019 39 Normal Bidan Tidak ada P 3000 Asi
Eksklusif
Mulai
Alasan
No. Jenis kapan, oleh, Keluhan Berhenti
Berhenti
di)
1 Suntik 3 Oktober Tidak Januari Ingin ganti
bulan 2004, oleh menstruasi 2017 program
Bidan hamil
2 Kondom Tahun 2019 Tidak Ada Disesuaikan Ingin ganti
KB jangka
panjang
4. Riwayat kesehatan :
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit IMS, TBC, Malaria, DM,
Hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit kelamin dan riwayat penyakit
ginekologi seperti mioma dan kista.
5. Pola kehidupan sehari-hari
6. Data Psikososial
a. Dukungan suami/keluarga
suami sangat mendukung ibu tentang kontrasepsi, ini dibuktikan dari
suami yang ikut berpartisipasi dalam riwayat penggunaan kondom
sebelumnya.
b. Pengetahuan ibu mengenai kontrasepsi
Ibu mengetahui jenis-jenis kontrasepsi seperti IUD, Implan, kondom,
pil dan suntik
c. Pengetahuan ibu mengenai kontrasepsi sekarang
Ibu mengetahui KB IUD di pasang di dalam Rahim. Ibu mengetahui
bahwa efek samping IUD adalah menstruasi menjadi teratur. .Ibu
mengatakan belum mengerti secara jelas mengenai efek samping lain
dari IUD.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Berat Badan : 55 kg
d. Tinggi Badan : 156 cm
e. Tekanan Darah : 110/75 mmHg
f. Nadi : 76 x/menit
g. Suhu : 36,8o C
h. Pernafasan : 18 x/menit
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan
C. ANALISIS DATA
Ny. A P2A0 umur 32 tahun dengan akseptor baru KB IUD
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 13 Agustus 2020 Jam: 10.00
1. Membina hubungan baik dengan ibu
Rasionalisasi :
Bidan adalah seorang communicator yang mempunyai kemampuan
berkomunikasi secara efektif dengan perempuan, keluarga, masyarakat,
sejawat dan profesi lain dalam upaya peningkatan derajat kesehatan ibu
dan anak (Tyastuti, siti dan heni puji. 2016).
Hasil : Hubungan baik telah terbina
2. Memberikan informasi tentang alat kontrasepsi yang saat ini akan
digunakan yakni IUD. Informasi yang diberikan diantaranya : Pengertian
IUD, Mekanisme kerja IUD, Efektifitas IUD, Efek samping IUD,
Kelebihan dan kekurangan IUD.
Rasionalisasi : Pengetahuan tentang kontrasepsi IUD mempengarui pola
pikir ibu dalam memilih kontrasepsi apakah sesuai dengan kondisi dan
kebutuhannya, dan salah satu refleksinya dapat berbentuk minat pada
pemakaian kontrasepsi IUD sebelum ke fase pemilihan IUD sebagai alat
kontrasepsinya (Notoatmodjo, 2007)
Hasil : Ibu sudah lebih mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
Sebagai bahan evaluasi sejauh mana pemahaman ibu mengenai informasi
yang disampaikan adalah ibu mampu mengulang kembali penjelasan yang
telah disampaikan.
3. Meminta persetujuan tindakan dengan melakukan informed concent secara
lisan dan tertulis kepada ibu
Rasionalisasi : Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari
klien dan atau keluarganya (Standar IV, Permenkes no 938 tahun 2007).
Hasil: Ibu menyetujui tindakan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan hasil pemeriksaan asuhan kebidanan
Rasionalisasi : Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasiakn pada
klien dan keluarga ( Standar V, Permenkes no 938 tahun 2007).
Hasil : ibu mengetahui hasil pemeriksaannya.
5. Memberitahu ibu untuk buang air kecil dan mencuci daerah
kewanitaannya
Rasionalisasi : buang air kecil berfungsi untuk memberi rasa nyaman
kepada pasien.
Hasil : Ibu telah buang air kecil dan mencuci daerah kewanitaannya
6. Menyiapkan alat dan bahan untuk pemasangan IUD
Rasionalisasi : Sebelum pemasangan IUD harus disiapkan alat dan bahan
agar sesuai dengan standar operasional prosedur dan di susun secara
ergonomis
Hasil : telah disiapkan IUD set, kasa, povidon iodine, lampu sorot, dan
larutan klorin 0,5 %.
7. Melakukan pemeriksaan bimanual
Rasionalisasi : pemeriksan bimanual dilakukan untuk menentukan besar
dan posisi uterus serta memastikan tidak ada infeksi atau tumor pada
adneksa
Hasil : pemeriksaan bimanual sudah dilakukan
8. Memasukkan spekulum kedalam lubang vagina sampai serviks terlihat
kemudian lakukan inspekulo
Rasionalisasi : pemeriksaan inspekulo dilakukan untuk melihat adanya lesi
atau keputihan pada vagina serta inspeksi serviks.
Hasil : tidak ada keputihan dan tidak ada lesi pada serviks atau portio
9. Mengusap serviks dengan kasa, melakukan klem pada arah anterior
serviks menggunakan klem ovum kemudian mengukur kedalaman uterus
sehingga bisa mencocokkan dengan ukuran IUD
Rasionalisasi : Langkah dilakukan secara sistematis dan sesuai standar
operasional prosedur
Hasil : Telah dilakukan semua langkah, kedalaman serviks 7 cm antefleksi
10. Memasukkan IUD kedalam pendorong, kemudian memasukkan IUD
kedalam rahim sampai ada tahanan, dan kemudian menarik pipa
pendorong, serta melepas pipa IUD, kemudian menggunting benang 2-3
cm dari bibir serviks
Rasionalisasi : Langkah dilakukan secara sistematis dan sesuai standar
operasional prosedur
Hasil : Telah dilakukan semua langkah, IUD terpasang dengan baik
11. Melepaskan klem ovum dan menekan bekas klem dengan kasa selama 30-
60 detik, kemudian melepaskan speculum
Rasionalisasi : Langkah dilakukan secara sistematis dan sesuai standar
operasional prosedur
Hasil : Langkah telah dilakukan
12. Melepaskan speculum dan merendam alat pada larutan klorin 0.5%
Rasionalisasi : Langkah dilakukan secara sistematis dan sesuai standar
operasional prosedur
Hasil : alat telah direndam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit lalu
dilakukan cuci bilas serta dikeringkan
13. Mengajarkan ibu cara memeriksa benang IUD dengan cara memasukkan 1
jari kedalam vagina dan merabanya
Rasionalisasi : Memeriksa IUD secara berkala agar mengetahui IUD
terpasang dengan baik
Hasil : Ibu memahami penjelasan dan bisa melakukan
14. Memotivasi ibu untuk meningkatkan personal hygiene terutama di daerah
genetalia.
Rasionalisasi : Keadaan yang lembab pada daerah kewanitaan akan lebih
mendukung berkembangnya jamur penyebab keputihan dan infeksi
(Anolis, 2011).
Evaluasi : Ibu bersedia menjaga personal hygiene teruatama di daerah
genetalia.
15. Menganjurkan ibu kunjungan ulang pada tanggal 20 Agustus 2020
Rasionalisasi : kunjungan diberitahukan agar pasien ingat dan tidak
sampai telat melakukan kunjungan ulang
Hasil : ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau jika
ada keluhan
16. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Rasionalisasi :Dokumentasi kebidanan adalah bukti pencatatan dan
pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang
dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk
kepentingan klien, tim kesehatan, serta kalangan bidan sendiri (Hidayat,
2009).
Hasil : Kegiatan telah didokumentasikan di rekam medis pasien
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian asuhan kebidanan akseptor KB yang telah
dilakukan pada Ny. A dari pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan
diagnosis Ny. A umur 32 tahun P2A0 akseptor baru KB IUD. Usia Ny.A
sesuai dengan indikasi pemakaian MKJP karena AKDR menawarkan
kontrasepsi efektif jangka panjang bagi mereka yang mungkin sudah
melengkapi keluarga mereka tetapi ingin menghindari atau menunda
sterilisasi. (Glaiser, 2006).
Ny. A untuk pertama kalinya memakai KB IUD dan mengatakan bahwa
pada saat datang ke puskesmas merupakan hari ke-7 haidnya. HPHT 07
Agustus 2020. Ibu mengatakan beberapa waktu lalu mengatakan khawatir dan
cemas mengalami hal-hal yang pernah ibu dengar dari teman atau
tetangganya yang pernah mengalami hal-hal yang tidak diinginkan saat
pemakaian KB IUD. Selain itu, Ny. A Ibu mengetahui KB IUD di pasang di
dalam Rahim. Ibu mengetahui bahwa efek samping IUD adalah menstruasi
menjadi teratur. .Ibu mengatakan belum mengerti secara jelas mengenai efek
samping lain dari IUD.
Pengambilan keputusan dalam penggantian metode konntrasepsi dilakukan
secara bersama-sama atau musyawarah bersama suami. Dimana dari riwayat
pemakaian alat kontrasepsi yang pernah digunakan terakhir adalah kondom,
ini telah sesuai dengan Penelitian yang di Afrika Selatan yang menyebutkan
bahwa wanita PUS disana lebih menyukai alat kontrasepsi IUD, dan IUD
merupakan kontrasepsi yang lebih efektif dari pada suntik hasil stasistik
menunjukan (RR) 0.69, 95 % l (CI) 0.50 - 0.96; dengan P = 0.025.
Penatalaksanaan asuhan sudah sesuai dengan standar asuhan kebidanan
pada akseptor KB IUD yaitu memberikan informasi tentang hasil
pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, melakukan pemasangan IUD sesuai
dengan SOP, memberikan informasi mengenai pengertian IUD, mekanisme
kerja IUD, efeks samping IUD, kelebihan dan kekurangan IUD, memotivasi
ibu untuk meningkatkan personal hygiene terutama di daerah genetalia, dan
menganjurkan ibu untuk datang kembali satu minggu lagi untuk kontrol atau
apabila ada keluhan. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan asuhan
yang diberikan.
Terkait asuhan yang dilakukan pada Ny. A, penulis tertarik untuk
membahas dua topik masalah yaitu pengetahuan mengenai efek samping dari
pemakaian KB IUD dan kecemasan yang dirasakan ibu jika menggunakan
KB IUD.
Methods Man
Informasi Yang kurang
didapatkan oleh ibu Kurangnya pengetahuan
akseptor KB IUD mengenai KB IUD
Pendidikan
Sosial budaya
Kurang
pengetahuan
efek pemakaian
KB IUD
Lingkungan yang
membuat takut mengenai
perolehan informasi
Kurangnya sumberdaya mengenai KB IUD
untuk memperoleh
informasi
Machine Environment
A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada keluarga berencana melalui pendekatan
management Varney dengan tahap-tahap manajemen asuhan kebidanan terdiri
dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa/masalah potensial, tindakan
antisipasi, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Sistem pendokumentasian
dilakukan dengan SOAP. Berdasarkan tinjauan kasus yang telah dibuat
asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. A 32 tahun P2A0 Akseptor
Baru KB IUD, dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Pada pengkajian didapatkan data subyektif berdasarkan data yang telah
didapat melalui anamnesis langsung pada Ny. A
2. Pada pengkajian didapatkan data objektif berdasarkan data yang telah
didapat melalui pemeriksaan fisik dan pengkajian pada Ny. A
3. Pada analisa data didapatkan diagnosa kebidanan Ny. A 32 tahun P2A0
akseptor baru KB IUD.
4. Pada kasus Ny. A tersebut, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang
dibuat berdasarkan masalah yang dirasakan ibu dimana perencanaan ini
dibuat untuk memberikan asuhan kepada Ny.A sebagai akseptor baru KB
IUD diantaranya memberikan konseling pra-pemasangan IUD,
melakukan pemasangan sesuai dengan SOP tindakan secara sistematis
dan dilakukan konseling pasca-tindakan.
B. Saran
Affandi (2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT. Bina
Pustaka.
Astuti, Atusti. DKK. 2012. Persepsi Istri Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi
IUD Di Kabupaten Klaten. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diunduh Tanggal
01 September 2019
Gasperz dan Fontana (2011). Lean six sigma: for manufacturing and service
industries. Bogor: Vinchristo Publication.
Hidayat (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Cetakan II. Jakarta: Salemba
Medika.
Hofmey, G Justus. et.al. 2016. Effects of the copper intrauterine device versus
injectable progestin contraception on pregnancy rates and method
discontinuation among women attending termination of pregnancy services
in South Africa: a pragmatic randomized controlled trial. Universities of the
Witwatersrand, Walter Sisulu and Fort Hare, Mthatha, Eastern Cape, South
Africa Reproductive Health. Di akses tanggal 20 Agustus 2019
Kaviani et all (2013). Comparing the effects of tranexamic acid and mefenamic
acid in IUD-induced menorrhagia: randomized control trial. IJCBNM 1(4):
216-223.
Manuaba (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Putri dan Dwita (2016). Efektivitas IUD sebagai alat kontrasepsi. Majority 5 (4):
138-141.
Saleha S (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Yuhedi (2013). Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB. Jakarta: EGC.