Anda di halaman 1dari 17

BAB III

TIANJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA


PADA NY. S P2A0 USIA 34 TAHUN AKSEPTOR BARU KB IUD
DI PUSKESMAS PAMBANAN KAPUBATEN KLATEN

Tanggal : Kamis, 27 Agustus 2020


Jam : 10.00 WIB
Tempat : KIA Puskesmas Prambanan

I. PENGKAJIAN DATA
1. Identitas
Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. R
Umur : 34 tahun Umur : 36 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kemudo, Prambanan

A. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan datang
Ibu datang ke KIA ingin menggunakan KB IUD untuk pertama kalinya,
ibu mengatakan hari ini adalah hari ke-7 menstruasi. HPHT 20-08-2020.
Ibu mengatakan beberapa waktu lalu mengatakan khawatir dan cemas
mengalami hal-hal yang pernah ibu dengar dari teman atau tetangganya
yang pernah mengalami hal-hal yang tidak diinginkan saat pemakaian KB
IUD.
2. Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali, usia pertama menikah 23 tahun. Lama pernikahan 11
tahun
3. Data Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi : Menarche umur 13 tahun, siklus menstruasi
teratur 28-32 hari, lama menstruasi ±6-7 hari, setiap hari ganti
pembalut saat menstruasi ±4x atau jika selesai BAK karena pembalut
terasa basah membuatnya tidak nyaman ibu langsung menggantinya,
warna darah merah, kadang mengalami keputihan, tetapi tidak berbau

38
dan warna putih seperti susu. ibu mengatakan tidak mengalami nyeri
pada saat menstruasi.
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Persalinan
Hml
Tgl Jenis BB
ke UK Penolong Komplikasi JK Laktasi
lahir Persalinan
1 2011 39 Normal Bidan Tidak ada L 3100 Asi
Eksklusif
2 2015 39 Normal Bidan Tidak ada P 3000 Asi
Eksklusif

c. Riwayat kontrasepsi yang digunakan

Mulai
Alasan
No. Jenis kapan, oleh, Keluhan Berhenti
Berhenti
di)
1 Suntik 3 Oktober Tidak Januari Ingin ganti
bulan 2004, oleh menstruasi 2017 program
Bidan hamil
2 Kondom Tahun 2019 Tidak Ada Disesuaikan Ingin ganti
KB jangka
panjang

4. Riwayat kesehatan :
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit IMS, TBC, Malaria, DM,
Hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit kelamin dan riwayat penyakit
ginekologi seperti mioma dan kista.
5. Pola kehidupan sehari-hari

a. Pola nutrisi : makan 3x sehari (nasi, sayur dan lauk,


kadang juga buah-buahan, minum 7-8 gelas
sehari, baik itu air putih atau air teh.
b. Pola istirahat : tidur malam 7 jam, tidur siang ±1-2 jam
c. Pola eliminasi : BAK 7-8 x sehari warna urin kuning jernih,
BAB 1 x sehari kosistensi lembek.
d. Pola Hygiene : mandi 2x sehari, gosok gigi 3x sehari, ganti
celana dalam 2-3 kali sehari. Keramas 3 kali
seminggu
e. Pola seksual : 1-2x seminggu
f. Pola aktivitas : Setiap hari ibu melakukan aktifitas atau

39
kegiatan rumah tangga seperti mencuci,
menyapu, membereskan rumah, masak, dll.

6. Data Psikososial
a. Dukungan suami/keluarga
suami sangat mendukung ibu tentang kontrasepsi, ini dibuktikan dari
suami yang ikut berpartisipasi dalam riwayat penggunaan kondom
sebelumnya.
b. Pengetahuan ibu mengenai kontrasepsi
Ibu mengetahui jenis-jenis kontrasepsi seperti IUD, Implan, kondom,
pil dan suntik
c. Pengetahuan ibu mengenai kontrasepsi sekarang
Ibu mengetahui KB IUD di pasang di dalam Rahim. Ibu mengetahui
bahwa efek samping IUD adalah menstruasi menjadi teratur. .Ibu
mengatakan belum mengerti secara jelas mengenai efek samping lain
dari IUD.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Berat Badan : 55 kg
d. Tinggi Badan : 156 cm
e. Tekanan Darah : 110/75 mmHg
f. Nadi : 76 x/menit
g. Suhu : 36,8o C
h. Pernafasan : 18 x/menit

2. Pemeriksaan fisik

a. Mata : Konjungtiva merah muda, Sklera putih


b. Leher : tidak adanya pembesaran vena jugularis/
tidak, tidak adanya pembesaran kelenjar
tyroid
c. Payudara : simetris, tidak ada retraksi, puting
menonjol, tidak ada benjolan.

40
d. Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, tidak ada
pembesaran Rahim.
e. Genetalia, vulva, : Vulva tidak ada kelainan. tidak ada
anus pembengkakan pada kelenjar Skene dan
Bartholini
f. Ektremitas : Atas dan bawah : Tidak ada oedema dan
tidak ada varieses

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan

C. ANALISIS DATA
Ny. S P2A0 umur 34 tahun dengan akseptor baru KB IUD.

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 27 Agustus 2020 Jam: 10.00
1. Membina hubungan baik dengan ibu
Rasionalisasi :
Bidan adalah seorang communicator yang mempunyai kemampuan
berkomunikasi secara efektif dengan perempuan, keluarga, masyarakat,
sejawat dan profesi lain dalam upaya peningkatan derajat kesehatan ibu
dan anak (Tyastuti, siti dan heni puji. 2016).
Hasil : Hubungan baik telah terbina
2. Memberikan informasi tentang alat kontrasepsi yang saat ini akan
digunakan yakni IUD. Informasi yang diberikan diantaranya : Pengertian
IUD, Mekanisme kerja IUD, Efektifitas IUD, Efek samping IUD,
Kelebihan dan kekurangan IUD.
Rasionalisasi : Pengetahuan tentang kontrasepsi IUD mempengarui pola
pikir ibu dalam memilih kontrasepsi apakah sesuai dengan kondisi dan
kebutuhannya, dan salah satu refleksinya dapat berbentuk minat pada
pemakaian kontrasepsi IUD sebelum ke fase pemilihan IUD sebagai alat
kontrasepsinya (Notoatmodjo, 2007)
Hasil : Ibu sudah lebih mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
Sebagai bahan evaluasi sejauh mana pemahaman ibu mengenai informasi
yang disampaikan adalah ibu mampu mengulang kembali penjelasan yang
telah disampaikan.

41
3. Meminta persetujuan tindakan dengan melakukan informed concent secara
lisan dan tertulis kepada ibu
Rasionalisasi : Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari
klien dan atau keluarganya (Standar IV, Permenkes no 938 tahun 2007).
Hasil: Ibu menyetujui tindakan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan hasil pemeriksaan asuhan kebidanan
Rasionalisasi : Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasiakn pada
klien dan keluarga ( Standar V, Permenkes no 938 tahun 2007).
Hasil : ibu mengetahui hasil pemeriksaannya.
5. Memberitahu ibu untuk buang air kecil dan mencuci daerah
kewanitaannya
Rasionalisasi : buang air kecil berfungsi untuk memberi rasa nyaman
kepada pasien.
Hasil : Ibu telah buang air kecil dan mencuci daerah kewanitaannya
6. Menyiapkan alat dan bahan untuk pemasangan IUD
Rasionalisasi : Sebelum pemasangan IUD harus disiapkan alat dan bahan
agar sesuai dengan standar operasional prosedur dan di susun secara
ergonomis
Hasil : telah disiapkan IUD set, kasa, povidon iodine, lampu sorot, dan
larutan klorin 0,5 %.
7. Melakukan pemeriksaan bimanual
Rasionalisasi : pemeriksan bimanual dilakukan untuk menentukan besar
dan posisi uterus serta memastikan tidak ada infeksi atau tumor pada
adneksa
Hasil : pemeriksaan bimanual sudah dilakukan
8. Memasukkan spekulum kedalam lubang vagina sampai serviks terlihat
kemudian lakukan inspekulo
Rasionalisasi : pemeriksaan inspekulo dilakukan untuk melihat adanya lesi
atau keputihan pada vagina serta inspeksi serviks.
Hasil : tidak ada keputihan dan tidak ada lesi pada serviks atau portio
9. Mengusap serviks dengan kasa, melakukan klem pada arah anterior
serviks menggunakan klem ovum kemudian mengukur kedalaman uterus
sehingga bisa mencocokkan dengan ukuran IUD
Rasionalisasi : Langkah dilakukan secara sistematis dan sesuai standar
operasional prosedur

42
Hasil : Telah dilakukan semua langkah, kedalaman serviks 7 cm antefleksi
10. Memasukkan IUD kedalam pendorong, kemudian memasukkan IUD
kedalam rahim sampai ada tahanan, dan kemudian menarik pipa
pendorong, serta melepas pipa IUD, kemudian menggunting benang 2-3
cm dari bibir serviks
Rasionalisasi : Langkah dilakukan secara sistematis dan sesuai standar
operasional prosedur
Hasil : Telah dilakukan semua langkah, IUD terpasang dengan baik
11. Melepaskan klem ovum dan menekan bekas klem dengan kasa selama 30-
60 detik, kemudian melepaskan speculum
Rasionalisasi : Langkah dilakukan secara sistematis dan sesuai standar
operasional prosedur
Hasil : Langkah telah dilakukan
12. Melepaskan speculum dan merendam alat pada larutan klorin 0.5%
Rasionalisasi : Langkah dilakukan secara sistematis dan sesuai standar
operasional prosedur
Hasil : alat telah direndam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit lalu
dilakukan cuci bilas serta dikeringkan
13. Mengajarkan ibu cara memeriksa benang IUD dengan cara memasukkan 1
jari kedalam vagina dan merabanya
Rasionalisasi : Memeriksa IUD secara berkala agar mengetahui IUD
terpasang dengan baik
Hasil : Ibu memahami penjelasan dan bisa melakukan
14. Memotivasi ibu untuk meningkatkan personal hygiene terutama di daerah
genetalia.
Rasionalisasi : Keadaan yang lembab pada daerah kewanitaan akan lebih
mendukung berkembangnya jamur penyebab keputihan dan infeksi
(Anolis, 2011).
Evaluasi : Ibu bersedia menjaga personal hygiene teruatama di daerah
genetalia.
15. Menganjurkan ibu kunjungan ulang pada tanggal 20 Agustus 2020
Rasionalisasi : kunjungan diberitahukan agar pasien ingat dan tidak
sampai telat melakukan kunjungan ulang
Hasil : ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau jika
ada keluhan

43
16. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Rasionalisasi :Dokumentasi kebidanan adalah bukti pencatatan dan
pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang
dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk
kepentingan klien, tim kesehatan, serta kalangan bidan sendiri (Hidayat,
2009).
Hasil : Kegiatan telah didokumentasikan di rekam medis pasien

44
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian asuhan kebidanan akseptor KB yang telah
dilakukan pada Ny. S dari pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan
diagnosis Ny. S umur 34 tahun P2A0 akseptor baru KB IUD. Usia Ny. S sesuai
dengan indikasi pemakaian MKJP karena AKDR menawarkan kontrasepsi
efektif jangka panjang bagi mereka yang mungkin sudah melengkapi keluarga
mereka tetapi ingin menghindari atau menunda sterilisasi. (Glaiser, 2006).
Ny. S untuk pertama kalinya memakai KB IUD dan mengatakan bahwa
pada saat datang ke puskesmas merupakan hari ke-7 haidnya. HPHT 20
Agustus 2020. Ibu mengatakan beberapa waktu lalu mengatakan khawatir dan
cemas mengalami hal-hal yang pernah ibu dengar dari teman atau
tetangganya yang pernah mengalami hal-hal yang tidak diinginkan saat
pemakaian KB IUD. Selain itu, Ny. S Ibu mengetahui KB IUD di pasang di
dalam Rahim. Ibu mengetahui bahwa efek samping IUD adalah menstruasi
menjadi teratur. .Ibu mengatakan belum mengerti secara jelas mengenai efek
samping lain dari IUD.
Pengambilan keputusan dalam penggantian metode konntrasepsi dilakukan
secara bersama-sama atau musyawarah bersama suami. Dimana dari riwayat
pemakaian alat kontrasepsi yang pernah digunakan terakhir adalah kondom,
ini telah sesuai dengan Penelitian yang di Afrika Selatan yang menyebutkan
bahwa wanita PUS disana lebih menyukai alat kontrasepsi IUD, dan IUD
merupakan kontrasepsi yang lebih efektif dari pada suntik hasil stasistik
menunjukan (RR) 0.69, 95 % l (CI) 0.50 - 0.96; dengan P = 0.025.
Penatalaksanaan asuhan sudah sesuai dengan standar asuhan kebidanan
pada akseptor KB IUD yaitu memberikan informasi tentang hasil
pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, melakukan pemasangan IUD sesuai
dengan SOP, memberikan informasi mengenai pengertian IUD, mekanisme
kerja IUD, efeks samping IUD, kelebihan dan kekurangan IUD, memotivasi
ibu untuk meningkatkan personal hygiene terutama di daerah genetalia, dan
menganjurkan ibu untuk datang kembali satu minggu lagi untuk kontrol atau
apabila ada keluhan. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan asuhan
yang diberikan.

45
Terkait asuhan yang dilakukan pada Ny. S, penulis tertarik untuk
membahas dua topik masalah yaitu pengetahuan mengenai efek samping dari
pemakaian KB IUD dan kecemasan yang dirasakan ibu jika menggunakan
KB IUD.

B. Analisis Penyebab Masalah


Sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan kontrasepsi, alat kontrasepsi ini
memiliki keuntungan diantaranya yaitu sebagai alat kontrasepsi yang memiliki
efektifitas tinggi, tidak mempengaruhi volume Air Susu Ibu (ASI), dan dapat
dipasang segera setelah melahirkan (Allen, 2009). Kerugian tidak melindungi dari
PMS harus dengan bantuan tenaga medis (Hartanto, 2010).
Pada pengkajian data subjektif didapatkan masalah yaitu Ny. S merasa
khawatir Menurut Sogo Paulinus dalam Umi Salamah (2013), secara subjektif
penderita kecemasan selalu mengeluh adanya gelisah, tangan selalu dikepal atau
digosokkan, jalan mondar-mandir. Kecemasan dapat menyebabkan fungsi tidur
penderita terganggu, sukar konsentrasi, hilangnya daya ingat, tiadanya minat
terhadap lingkungan, tiada kegembiraan, mudah marah dan tidur.

Methods Man
Informasi Yang kurang
didapatkan oleh ibu Kurangnya pengetahuan
akseptor KB IUD mengenai KB IUD
Pendidikan
Sosial budaya

Kurang
pengetahuan
efek pemakaian
KB IUD
Lingkungan yang
membuat takut mengenai
perolehan informasi
Kurangnya sumberdaya mengenai KB IUD
untuk memperoleh
informasi
Machine Environment

Gambar. Fishbone kurangnya pengetahuan efek samping dan


kecemasan pemakaian IUD

Methoded Man

46
Konseling awal tentang alat
kontrasepsi belum diberikan secara
menyeluruh.
Keterbatasan petugas
untuk menjelaskan
secara detail tentang Minimnya pengetahuan
alat kontrasepsi IUD ibu tentang keuntungan
dan efek samping IUD
Kecemasan
memakai
IUD

Banyak pemahaman yang salah tentang IUD


pada teman atau tentangga di lingkungan
Kondisi ekonomi keluarga
sekitar ibu. Misalnya IUD dapat terlepas dari
merupakan menengah
rahim secara tiba-tiba
kebawah dimana tingkat
kesadaran ibu akan Money
kesehatan reproduksinya
Environment
ya
tergolong rendah

Ketakutan dan kecemasan merupakan masalah yang membutuhkan


pengkajian yang lebih jauh dan perlu suatu perencanaan untuk mengatasinya.
Kebutuhan yang mungkin diperlukan pada kasus ini yaitu memberikan
informasi tentang keadaan yang dialami ibu dan motivasi ibu untuk tidak
terlalu cemas dengan keadaannya (Varney, 2012). Bidan perlu memberikan
dukungan fisik, psiko, sosial, dan spiritual kepada pasien dan keluarga
C. Alternatif Pemecahan Masalah
1. Minimnya pengetahuan ibu tentang dan efek samping penggunaan IUD
serta kecemasan pemakaian KB IUD.
Kondisi Ny. S dimana ibu terbilang merupakan akseptor baru KB
IUD dan belum terpapar pengetahuan tentang alat kontrasepsi IUD secara
keseluruhan merupakan salah satu faktor pemicu kecemasan ibu tentang
pemakaian alat kontrasepsi IUD. Hal ini sesuai dengan beberapa
penelitian yang pernah dilakukan diantaranya penelitian oleh Destyowati
(2011) yang mengkaji tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
IUD terhadap pemakaian IUD. Berdasarkan penelitian tersebut,
didapatkan 62.5% responden yang memiliki pengetahuan yang baik
tentang KB IUD dan memiliki ketertarikan menggunakan KB IUD dan
tingkat kecemasan akan efek samping IUD terhitung rendah. Sementara
pada responden yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang IUD
100% menyatakan tidak berminat mengikuti KB IUD dan tingkat

47
kecemasan akan efek samping yang timbul dari penggunaan IUD
tergolong tinggi. Penelitian yang sama dilakukan oleh Yuli Astuti pada
tahun 2012 mengenai persepsi istri terhadap penggunaan alat kontrasepsi
IUD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden tidak mau
menggunakan alat kontrasepsi IUD karena takut terjadi pendarahan
sebanyak 15 responden (50%), tidak nyaman dalam hubungan suami itri
sebanyak 3 responden (10%), malu sebanyak 5 responden (17%), biaya
yang mahal sebanyak 4 responden (13%), dan responden yang tidak
mengetahui alasan mengapa mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi
IUD sebanyak 3 responden (10%)
Ungkapan responden menyatakan bahwa IUD kurang aman
digunakan karena berdasarkan informasi yang mereka peroleh tentang
IUD yang menyebabkan kurang nyaman dalam hubungan suami istri dan
masih banyaknya kasus pendarahan yang ditimbulkan karena
menggunakan IUD. Informasi yang disampaikan dari mulut ke mulut
merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan akseptor dalam
menggunakan alat kontrasepsi IUD. Apabila informasi tentang kegagalan
dan mitos-mitos tentang IUD yang lebih sering beredar di masyarakat dan
tidak sebanding dengan penyuluhan tentang alat kontrasepsi IUD, hal ini
akan mengakibatkan masyarakat semakin menjauh dari pilihan alat
kontrasepsi IUD. (Yuli, 2012)
2. Keterbatasan petugas untuk menjelaskan secara detail tentang alat
kontrasepsi IUD.
Petugas kesehatan mengambil peranan penting dalam menurunkan
angka kecemasan ibu tentang penggunaan alat kontrasepsi IUD dengan
menjelaskan alat kontrasepsi secara menyeluruh sebelum ibu memutuskan
untuk menggunakannya. Pada kasus Ny. S ibu sebelumnya pernah
mendapatkan hal tersebut dari petugas kesehatan. Namun ibu mengatakan
penjelasan yang dilakukan hanya sebatas ibu dianjurkan menggunakan
kontrasepsi jangka panjang jika ibu sudah tidak ingin hamil lagi. Petugas
belum sempat mengedukasi ibu tentang apa saja efek samping
penggunaan IUD dan apa yang harus ibu lakukan untuk mencegah efek
samping itu terjadi. Ketidaktahuan ibu tersebut yang membuat ibu cemas
dengan IUD yang saat ini ia gunakan.
3. Konseling tentang alat kontrasepsi belum diberikan secara menyeluruh.

48
Pemberian konseling mengenai alat kontrasepsi yang akan digunakan
klien juga mempengaruhi tingkat kecemasan klien terhadap alat
kontrasepsi yang digunakan. Pemberian koseling yang dilakukan
diantaranya pengertian dari IUD itu sendiri bahwa IUD yang di pakai
adalah IUD Cu T 380A dan levonogestrel-releasing intra uterine devices
(LNG-IUDs) yang terdiri dari 20 mcg yang dikeluarkan per 24 jam
(mirena) dan dosis yang lebih kecil 14 mcg per 24 jam (Skyla)
Penggunaan Cu T 380A pertama kali adalah untuk 4 tahun saja, kemudian
diperpanjang sampai 10 tahun pada tahun 1994 (Rowe et al, 2016). Selain
itu karena ibu belum mengetahui secara keseluruhan mengenai efek
samping IUD, disini penulis memberikan KIE mengenai keuntungan,
kerugian serta efek samping.
AKDR/IUD memiliki keuntungan yaitu segera efektif setelah
pemasangan, klien tidak perlu lagi mengingat-ingat, tidak ada efek
samping hormonal, merupakan metode jangka panjang dengan efektivitas
tinggi, Tetapi AKDR juga memiliki keterbatasan yaitu tidak baik
digunakan pada klien yang suka berganti pasangan sebab AKDR tidak
mencegah IMS, klien juga tidak dapat melepas AKDR sendiri, diperlukan
prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis, dan klien harus memeriksa
posisi benang AKDR dengan cara memasukkan jarinya ke dalam vagina,
namun sebagian perempuan tidak mau melakukan ini (BKKBN dan
Kemenkes RI, 2012).
Di samping keefektifan IUD, terdapat beberapa kerugian dalam
penggunaannya, seperti perdarahan antar menstruasi, nyeri haid yang
berlebihan, periode haid lebih lama dan perdarahan berat pada waktu
haid. Hal-hal tersebut memungkinkan terjadinya anemia dan risiko
lainnya (Putri dan Dwita, 2016).
Pada efek samping IUD ibu baru mengetahui bahwa
menstruasinya teratur setiap bulan. Selain itu efek samping AKDR
mencakup perdarahan uterus abnormal, dismenore, ekspulsi, atau
perforasi uterus. Akan tetapi dengan penggunaan yang lama serta usia
akseptor yang meningkat maka frekuensi kehamilan, ekspulsi dan
komplikasi perdarahan menurun. Efek samping lain yang dapat terjadi
yaitu infeksi pelvis, kehamilan ektopik, anemia, dispareuni, leukorea,
bercak menstruasi, nyeri dan keram, vaginitis, darah menstruasi lebih

49
banyak dan lebih lama, dan reaksi alergi pada kulit (Cunningham et al,
2013).
Perubahan siklus menstruasi umumnya terjadi pada 3 bulan
pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan, hal ini diakibatkan oleh
enzim-enzim yang merusak protein dan mengaktivasi penghancuran
bekuan-bekuan darah (plasminogen activator) terkumpul dalam jaringan
endometrium yang berhubungan dengan AKDR (Hartanto, 2004). Enzim-
enzim ini menyebabkan bertambahnya aktivitas fibrinolitik, yaitu
pemisahan fibrin yang membentuk bagian-bagian bekuan darah. Maka
terjadilah pengeluaran darah yang bertambah banyak dan menstruasi yang
terjadi pada akseptor lebih cepat (Glaiser, 2006)
4. Keadaan ekonomi pasien yang tergolong menengah kebawah dimana
tingkat kesadaran ibu akan kesehatan alat reproduksinya tergolong
rendah.
Tingkat ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor tidak
langsung terhadap keputusan ibu dalam penggunaan metode kontrasepsi.
Pada Ny. S yang merupakan lulusan SMA dan tidak bekerja menjadi
seorang ibu rumah tangga, kesadaran untuk memperhatikan kesehatan
reproduksinya cenderung kurang. Hal ini dapat dibuktikan dengan
bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi yang dapat
dikatakan kurang, padahal ibu merupakan sasaran utama KB yakni
wanita usia subur.
Keterbatasan pendidikan daan ekonomi sebagai salah satu pemicu
kecemasan ibu sebagai akseptor IUD baru sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bernadus (2010) dimana pada wanita dengan pendidikan
lebih tinggi, angka penggunaan IUD jauh lebih tinggi. Hal ini disebabkan
wanita dengan pendidikan lebih tinggi lebih mudah mencerna dan
memilah informasi mengenai alat kontrasepsi yang berikan sehingga
mambu menentukan alat kontrasepsi mana yang lebih baik dan sesuai
dengan kebutuhannya.
5. Pemahaman yang salah dari lingkungan sekitar ibu tentang alat
kontrasepsi IUD.
Budaya atau pun lingkungan sekitar menjadi salah satu faktor yang
kuat dalam menentukan minat dan kecemasan ibu akan pemakaian IUD.
Pada kasus Ny. S, banyak lingkungan sekitar yang mengatakan bahwa

50
IUD dapat terlepas sendiri dari rahim. Hal ini secara langsung membuat
tingkat kecemasan Ny. S meningkat, ditambah Ny. S belum pernah sama
sekali terpapar pengetahuan mengenai alat kontrasepsi oleh tenaga
kesehatan sebelumnya.
Pegaruh budaya dan lingkungan orang sekitar yang dirasakan oleh
Ny. S ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bernadus (2010)
dimana sugesti atau pun pengalaman orang sekitar mengenai alat
kontrasepsi sangat mempengaruhi ibu dalam memutuskan alat kontrasepsi
apa yang akan digunakan.

51
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada keluarga berencana melalui pendekatan
management Varney dengan tahap-tahap manajemen asuhan kebidanan terdiri
dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa/masalah potensial, tindakan
antisipasi, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Sistem pendokumentasian
dilakukan dengan SOAP. Berdasarkan tinjauan kasus yang telah dibuat
asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. S 34 tahun P2A0 Akseptor
Baru KB IUD, dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Pada pengkajian didapatkan data subyektif berdasarkan data yang telah
didapat melalui anamnesis langsung pada Ny. S
2. Pada pengkajian didapatkan data objektif berdasarkan data yang telah
didapat melalui pemeriksaan fisik dan pengkajian pada Ny. S
3. Pada analisa data didapatkan diagnosa kebidanan Ny. S 34 tahun P2A0
akseptor baru KB IUD.
4. Pada kasus Ny. S tersebut, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang
dibuat berdasarkan masalah yang dirasakan ibu dimana perencanaan ini
dibuat untuk memberikan asuhan kepada Ny.A sebagai akseptor baru KB
IUD diantaranya memberikan konseling pra-pemasangan IUD,
melakukan pemasangan sesuai dengan SOP tindakan secara sistematis
dan dilakukan konseling pasca-tindakan.
B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan


Agar menjadi tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada
asuhan kebidanan keluarga berencana.
2. Bagi Klien dan Keluarga
Agar Klien lebih mengetahui dan memahami pemasangan, mekanisme
kerja, efektifitas, keuntungan kekurangan serta efek samping dari keluarga
berencana dengan alat kontrasepsi IUD
3. Bagi Lahan Praktik
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan
untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu
menjaga mutu pelayanan.

52
53
54

Anda mungkin juga menyukai