Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA BERENCANA (KB) IUD

OLEH :

1. LUH PUTU NITA MELIANDARI (P07120213021)


2. NI MADE AYU CHINTYA DEWI A. (P07120213028)
3. PUTU PERTIWI RAHAYU (P07120213030)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIV

2014

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR KELUARGA BERENCANA (KB)
INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada
pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi.
Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu
menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi
terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia.
Seperti yang disebutkan dalam UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya
meningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan
peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.
Berdasarkan data dari SDKI 2002 – 2003, angka pemakaian kontrasepsi
(contraceptive prevalence rate/CPR) mengalami peningkatan dari 57,4% pada
tahun 1997 menjadi 60,3% pada tahun 2003. Pada 2015 jumlah penduduk
Indonesia hanya mencapai 255,5 juta jiwa. Namun, jika terjadi penurunan angka
satu persen saja, jumlah penduduk mencapai 264,4 juta jiwa atau lebih.
Sedangkan jika pelayanan KB bisa ditingkatkan dengan kenaikan CPR 1%,
penduduk negeri ini sekitar 237,8 juta jiwa (Kusumaningrum, 2009).
Pada awal tahun 70-an seorang wanita di Indonesia rata-rata memiliki 5,6 anak
selama masa reproduksinya. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) menunjukkan angka TFR (Total Fertility Rate) pada periode 2002 sebesar
2,6 artinya potensi rata–rata kelahiran oleh wanita usia subur berjumlah 2-3 anak.
Pada tahun 2007, angka TFR stagnan pada 2,6 anak. Sekarang ini di samping
keluarga muda yang ketat membatasi anak, banyak pula yang tidak mau
menggunakan KB dengan alasan masing-masing seperti anggapan banyak anak
banyak rezeki. Artinya ada dua pandangan yang berseberangan, yang akan
berpengaruh pada keturunan atau jumlah anak masing-masing (Kusumaningrum,
2009).
Menurut SDKI 2002-2003 Pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak
digunakan adalah metode suntikan (49,1 persen), pil (23,3 persen), IUD/spiral
(10,9 persen), implant (7,6 persen), MOW (6,5 persen), kondom (1,6 persen), dan
MOP (0,7 persen) (Kusumaningrum, 2009). Alat kontrasepsi sangat berguna
sekali dalam program KB namun perlu diketahui bahwa tidak semua alat
kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi harus
bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya. Pelayanan kontrasepsi
(PK) adalah salah satu jenis pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor
KB memilih dan membayar sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang
tersedia.
Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain
faktor pasangan (umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman
dengan metode kontrasepsi yang lalu), faktor kesehatan (status kesehatan, riwayat
haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul), faktor metode
kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya), tingkat pendidikan, pengetahuan,
kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari suami/istri. Faktor-faktor ini
nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini dikarenakan
setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang
berbeda-beda.
Strategi peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) seperti IUD, terlihat kurang berhasil, yang terbukti dengan jumlah peserta
KB IUD yang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data
BKKBN Provinsi Jawa Tengah, jumlah peserta KB IUD terus menurun dari tahun
2004 yakni 552.233 menjadi 529.805 pada tahun 2005, dan 498.366 pada tahun
2006. Dalam perkembangannya pemakaian IUD memang cenderung mengalami
penurunan dari tahun ke tahun (Imbarwati, 2009). Berdasarkan data di atas, IUD
merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang menjadi alternative pilihan bagi
masyarakat yang ingin ber-KB. Oleh karena itu penulis tertarik menyusun
makalah tentang kontrasepsi IntraUterine Device (IUD).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah :
1. Apa definisi kontrasepsi Intrauterine Device ?
2. Apa saja jenis-jenis kontrasepsi IUD ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi IUD ?
4. Apa efek samping dan kontara indikasi KB IUD ?
5. Bagaimana cara pemasangan IUD ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu, agar mahasiswa jurusan
keperawatan dapat :
1. Mengetahui alat kontrasepsi IUD
2. Mengetahui cara kerja, kelebihan, kelemahan dan kontra indikasi
IUD
3. Mengetahui cara kerja dan penggunaan/pemasangan IUD.
KONSEP DASAR KELUARGA BERENCANA IUD

A. Pengertian Keluarga Berencana


Keluarga berencana (KB) adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang diinginkan. KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan
untuk menunda kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak
(spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan
keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase keburan (ferundity). Untuk
mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternative untuk
mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi
atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Kontrasepsi adalah upaya
untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sperma (BKKBN, 1999).

B. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari
atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma. Pelayanan kontrasepsi (PK) merupakan salah satu
komponen dalam pelayanan kependudukan/KB. Selain Pelayanan kontrasepsi
(PK) juga terdapat komponen pelayanan kependudukan/KB lainnya seperti
komunikasi dan edukasi (KIE), konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan seks
(sex education), konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi
genetik, tes keganasan dan adopsi (Kusumaningrum, 2009). Tidak ada satupun
metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien karena masing-
masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien.
Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai
berikut :
1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan.
2. Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat
mencegah kehamilan.
3. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan
budaya di masyarakat.
4. Terjangkau harganya oleh masyarakat.
5. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera
kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap
(Kusumaningrum, 2009).

C. Manfaat KB
Di masa kehamilan, KB dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya akibat:
1. Kehamilan terlalu dini
2. Kehamilan terlalu telat
3. Kehamilan-kehamilan terlalu berdekatan jaraknya
4. Terlalu sering hamil dan melahirkan

D. Manfaat Kontrasepsi
1. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi
2. Melumpuhkan sperma
3. Menghalangi pertemuan sel telur dan sperma

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi kontrasepsi :


1. Efektivitas
2. Keamanan
3. Frekuensi pemakaian dan efek samping
4. Kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan
benar
5. Biaya
6. Peran serta agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut.

F. Klasifikasi
Macam-macam metode kontrasepsi :
1. Metode Sederhana : adalah suatu cara yang dapat dikerjakan
sendiri oleh peserta KB tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu.
Hasilnya tergantung dari pengetahuan cara kerja alat/obat yang dipakai
atau cara penggunaannya. Metode sederhana dibagi menjadi 2:
a. Tanpa alat/obat
1) Laktasi : dengan menyusui penuh, efektifitas kontrasepsi alami
akan bertahan 6 bulan pertama setelah kelahiran.
2) Pantang berkala
Prinsip: tidak melakukan koitus pada masa subur istri.
3) Senggama terputus (coitus interuptus): mengeluarkan kemaluan
pria menjelang terjadinya ejakulasi.
b. Dengan alat
1) Obat spermatisid/pil vagina : zat kimia yang dapat
melumpuhkan sampai mematikan spermatozoa yang digunakan
menjelang hubungan seksual. Pemakaian 5-10 menit sebelum
coitus, diletakkan dalam vagina dekat servik. Bentuk spermisida
seperti busa, tablet, dan krim/jeli.
2) Kondom : menampung sperma dan menghalangi
tertumpahnya sperma ke dalam vagina sehingga spermatozoa tidak
mungkin masuk ke dalam rahim.
3) Diafragma cup : berbentuk seperti mangkok ceper, terbuat
dari karet lunak. Alat ini bekerja dengan cara menutupi mulut
rahim, sehingga sperma meski mungkin tetap masuk ke vagina,
tidak bisa meneruskan perjalanan ke rahim. Harus sudah terpasang
tidak lebih dari 1 jam sebelum koitus dengan obat spermisid segar
dan tetap di tempatnya ± 8 jam setelah coitus.

2. Metode Efektif : adalah menggunakan alat suntikan/alat yang


mengakibatkan pencegahan yang efektif terhadap timbulnya kehamilan.

G. Definisi Intra Uterine Device (IUD)


Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari
plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik.
Sesuai dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah
kehamilan. Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan biasanya akan tetap terus
berada dalam rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah sperma tidak
bertemu dengan sel telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit
ditempuh oleh sperma (Kusmarjadi, 2010).
Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi
yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan
metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik
elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam
menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10
tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam
saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan
oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua
perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang
terpapar infeksi menular seksual (Imbarwati, 2009).
IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim
dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan
menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010).
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa
Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari
polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim.
Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien
berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah
pertemuan sperma dengan sel telur (Kusumaningrum, 2009).

H. Jenis-Jenis KB Iud
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
1. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga
halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik
(Imbarwati, 2009).
2. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm
dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2,
fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T
(Imbarwati, 2009).
3. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri
dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke
ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga
jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009).
4. Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf
S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada
ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran
panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B
27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan
tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai
angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini
adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan
usus, sebab terbuat dari bahan plastic (Imbarwati, 2009).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan
sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti.
Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic
bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga
dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD
tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga untuk mencegah
kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon progestin (Kusmarjadi,
2010). Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan
dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim
dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan
progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk
kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010).
I. Cara Kerja Iud

Cara kerja kontrasepsi spiral yaitu :

1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii


2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit
masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk
fertilisasi
4. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan
dan mengurangi sperma untuk fertilisasi (Muhammad, 2008).

J. Kelemahan dan Kelebihan KB IUD


1. Intra uterine devise (IUD) memiliki keuntungan yaitu :
a. Sangat efektif mencegah kehamilan, sekali pakai terus berfungsi
sampai dibuka
b. Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan)
c. Pencegahan kehamilan untuk jangka yang panjang sampai 5-10 tahun
d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
e. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
f. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
g. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
h. Dapat digunakan sampai menopouse
i. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
j. Membantu mencegah kehamilan ektopik
k. Relatif tidak mahal
l. Nyaman (tidak perlu diingat-ingat seperti jika memakai pil)
m. Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter)
n. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
o. Segera berfungsi (AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan)
p. Efek samping yang rendah
q. Dapat menyusui dengan aman
r. Tidak dirasakan oleh pemakai ataupun pasangannya (Kusmarjadi,
2010).
s. Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian
selama satu tahun)
t. Tidak terganggu faktor lupa
u. Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan
menggunakan Tembaga T 380A)
v. Mengurangi kunjungan ke klinik
w. Lebih murah dari pil dalam jangka panjang (Kusumaningrum, 2009).

2. IUD baik untuk wanita yang :


a. Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang
tinggi, dan jangka panjang
b. Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan
anak
c. Memberikan ASI
d. Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan
ASI
e. Berada dalam masa pasca aborsi
f. Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
g. Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap
hari
h. Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode
hormonal atau yang memang tidak boleh menggunakannya.
i. Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat
(Kusumaningrum, 2009).

3. Kelemahan kontrasepsi IUD yaitu :


a. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi
menular
b. Efek samping umum terjadi perubahan siklus haid, haid lebih lama dan
banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit
c. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari
setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau
diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding
uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
d. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
e. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering
berganti pasangan
f. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
g. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan AKDR
h. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari
i. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih
yang dapat melepas (Muhammad, 2008).
j. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila
IUD dipasang segera setelah melahirkan)
k. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu
(Imbarwati, 2009).

Sedangkan efeknya antara lain rasa kram dan sakit pinggang sesaat sampai
beberapa jam setelah pemasangan. Beberapa wanita mengalami perdarahan ringan
dan nyeri sampai beberapa minggu setelah pemasangan. Kadang haid bisa banyak
pada IUD tembaga (Kusmarjadi, 2010). Spiral tidak melindungi dari berbagai
penyakit yang menular melalui hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Bukan
hanya itu saja, spiral akan memperparah penyakit Anda, menyebabkan
komplikasi-komplikasi serius, seperti radang mulut rahim yang bisa membuat
Anda kehilangan kesuburan (mandul) (Zahra, 2008). Penggunaan IUD sebaiknya
dilakukan pada saat :
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak
hamil.
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4
minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode
amenorea laktasi (MAL).
d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila
tidak ada gejala infeksi.
e. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi
(Imbarwati, 2009).
Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk
memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang
harus diperhatikan adalah :
a. 1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. setiap 6 bulan berikutnya
d. bila terlambat haid 1 minggu
e. perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya (Imbarwati, 2009).
K. Efek Samping
Seminggu pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan-
perempuan pemakai spiral yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih ‘berat’
dan lebih lama, bahkan lebih menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan
lenyap dengan sendirinya sesudah 3 bulan (Zahra, 2008). Perdarahan dan kram
selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan. Kadang-kadang ditemukan
keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat berhubungan
(senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya.
Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan
dihubungkan dengan resiko infeksi rahim (Kusumaningrum, 2009). Masalah
kesehatan yang paling berbahaya akibat pemakaian spiral adalah terjadinya radang
mulut rahim. Kebanyakan ini terjadi pada masa 3 bulan pertama, tetapi umumnya
bukan akibat spiral itu sendiri. Pada penderitanya sudah terkena infeksi ketika
spiral dipasang. Inilah sebabnya Anda harus memeriksakan kondisi seputar vagina
dan rahim sebelum memasang spiral, sehingga jika ada tanda-tanda infeksi
pemasangan spiral bisa dibatalkan. Jika kondisi mulut rahim biasa-biasa saja tapi
tak urung Anda terkena radang juga, barangkali pemasang spiral (perawat, bidan,
dokter, atau siapa saja di pos pelayanan KB atau puskesmas) tidak memasang
spiral dalam kondisi steril atau benar-benar bersih dan aman. Hati-hatilah memilih
di mana saja atau pada siapa meminta layanan ini (Zahra, 2008).

L. Kontra Indikasi
1. Wanita yang boleh menggunakan kontrasepsi IUD yaitu :
a. Usia reproduktif
b. Keadaan nulipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Risiko rendah dari IMS
h. Tidak menghendaki metoda hormonal
i. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari senggama
k. Gemuk ataupun kurus (Muhammad, 2008).
2. Jangan memakai spiral jika :
a. sedang hamil atau kemungkinan hamil
b. berisiko tinggi terkena penyakit yang menular lewat hubungan seks
(bila mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, atau bila
suami/pasangan punya pasangan lain)
c. pernah mengalami infeksi saluran peranakan atau rahim, atau infeksi
sesudah persalinan/sesudah aborsi
d. pernah hamil di luar rahim (hamil dalam saluran fallopian)
e. Mendapat haid yang “berat” (darah yang keluar sangat banyak) diserat
rasa sakit yang hebat
f. sangat kekurangan darah merah (anemia)
g. belum pernah hamil (Zahra, 2008).
3. Kontra indikasi wanita pengguna kontrasepsi IUD yaitu :
a. Hamil atau diduga hamil
b. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit
kelamin
c. Pernah menderita radang rongga panggul
d. Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
e. Riwayat kehamilan ektopik
f. Penderita kanker alat kelamin (Kusumaningrum, 2009).
4. Kondisi dimana seorang wanita tidak seharusnya menggunakan IUD
adalah :
a. Kehamilan
b. Sepsis
c. Aborsi postseptik dalam waktu dekat
d. Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim
e. Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
f. Penyakit tropoblastik ganas
g. Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker endometrium
h. Penyakit radang panggul
i. PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan imunokompromise
(penurunan kekebalan tubuh)
j. TBC panggul (ILUNI FKUI, 2010).
5. Wanita yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah :
a. Sedang hamil
b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
c. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau
abortus septic
e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yangdapat mempengaruhi kavum uteri
f. Penyakit trofoblas yang ganas
g. Diketahui menderita TBC pelvik
h. Kanker alat genital
i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Muhammad, 2008).

M. Cara Penggunaan Atau Pemasangan

IUD dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita
tersebut tidak hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD segera
(10 menit setelah pengeluaran plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD.
IUD juga dapat dipasang 4 minggu setelah melahirkan tanpa faktor risiko
perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita menyusui, IUD dengan progestin
sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah melahirkan. IUD juga dapat
dipasang segera setelah abortus spontan triwulan pertama, tetapi
direkomendasikan untuk ditunda sampai involusi komplit setelah triwulan kedua
abortus. Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus dapat mengecek benang IUD
setiap habis menstruasi (ILUNI FKUI, 2010).
Prosedur Kerja Pemasangan IUD :

1. Kebijaksanaan :
a. Petugas harus siap ditempat.
b. Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
c. Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
2. Alat-alat yang tersedia :
a. Gyn bed
b. Timbangan berat badan
c. Tensimeter dan stetoskop
d. IUD set steril
e. Bengkok
f. Lampu
g. Kartu KB (kl, K IV)
h. Buku-buku administrasi dan registrasi KB
i. Meja dengan duk steril
j. Sym speculum
k. Sonde rahim
l. Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya
m. Busi / dilatator hegar
n. Kogel tang
o. Pincet dan gunting
3. Langkah-langkah :
a. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek
samping dan cara menanggulangi efek samping.
b. Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
c. Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur
tensimeter.
d. Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung kemih.
e. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
f. Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi
dengan posisi Lithotomi.
g. Petugas cuci tangan.
h. Pakai sarung tangan kanan dan kiri.
i. Bersihkan vagina dengan kapas first aid.
j. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan posisi
uterus.
k. Pasang speculum sym.
l. Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.
m. Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi dan
bentuk rahim.
n. Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke dalam
rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR masuk ke
dalam inserter dikeluarkan.
o. Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm.
p. Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping mulut
rahim.
q. Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit.
r. Alat-alat dibersihkan
s. Petugas cuci tangan
t. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi
/ dialami setelah pemasangan AKDR dan kapan harus control
u. Membuat nota pelayanan
v. Menyerahkan nota pelayanan kepada peserta untuk diteruskan ke
bagian administrasi pelayanan.
w. Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk
dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
4. Catatan :
a. Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa
(hentikan) konsultasi dengan dokter.
b. Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa,
kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke
dokter.
c. Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah
panjang rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm.
d. Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan
dipasang (Imbarwati, 2009).
5. Prosedur Pencabutan IUD
a. Tujuan umum :

Agar pasien yang akan melepas AKDR mendapat pelayanan yang


cepat, puas, dan sesuai dengan kebutuhan.

b. Tujuan khusus :

Mempersiapkan ibu agar cepat mengenal efek samping dilepaskan


AKDR.

6. Kebijaksanaan :
a. Petugas harus siap ditempat
b. Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
c. Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilas.
d. Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standar yang
ditentukan :
1) Meja dengan alas duk steril.
2) Sarung tangan kanan dan kiri.
3) Lidi kapas, kapas first aid secukupnya.
4) Cocor bebek / speculum.
5) Tampon tang.
6) Tutup duk steril.
7) Bengkok
8) Lampu
9) Timbangan berat badan
10) Tensimeter dan
11) Stetoskop
7. Langkah-langkah :
a. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek
samping dan cara menanggulangi efek samping.
b. Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
c. Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur
tensimeter.
d. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
e. Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi
dengan posisi Lithomi.
f. Bersihkan vagina dengan Lysol
g. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan
posisi uterus.
h. Pasang speculum sym.
i. Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang.
j. Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan.
k. Pasien dirapikan kembali
l. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi
/ dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus control
m. Menyerahkan nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai
dengan nota
n. Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register KB
untuk dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA BERENCANA (KB) IUD

A. Pengkajian
1. Data umum klien
Data umum klien berisi data-data pribadi klien seperti nama, usia, status
perkawinan dan alamat.
2. Alasan datang
Alasan datang merupakan tujuan utama dari kunjungan klien ke klinik
pelayanan kesehatan
3. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan-keluhan yang dirasakan klien pada saat
pengkajian.
4. Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan sebelumnya dapat menjadi acuan maupun
pertimbangan terhadap penyakit yang dialami klien saat ini.
5. Riwayat penggunaan KB
Riwayat penggunaan KB bertujuan untuk mengetahui pengalaman-
pengalaman klien dalam penggunaan KB dan reaksi yang ditimbulkan
tubuh
6. Pengkajian Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital menandakan tingkat kesehatan klien secara umum,
dimana tanda-tanda vital ini meliputi tekanan darah, pernapasan, nadi, dan
suhu.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada organ genetelia karena pemasangan
IUD akan berhubungan langsung dengan organ genetelia.

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Resiko tinggi anemia berhubungan dengan haid yang panjang
(efeksamping pada pemasangan IUD).
2. Nyeri berhubungan dengan proses pemasangan IUD, dan adaptasi uterus
terhadap benda asing (IUD)
3. Kecemasan berhubungan dengan proses pemasangan IUD dan
efeksamping yang timbul dari IUD
4. Kebutuhan belajar berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
IUD
5. Resiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurangnya
suplay O2 kejaringan akibat efek samping pemakaian IUD.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entree, proses pemasangan
IUD.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat
ketikseimbangan suplay O2 kejaringan.

C. Rencana/Intervensi keperawatan
1. Resiko tinggi anemia berhubungan dengan haid yang panjang (efek
samping pada pemasangan IUD).
Tujuan : tidak terjadinya anemia pada ibu pegguna KB IUD
Kriteria hasil : Hb dalam batas normal, tidak terjadi konjungtiva anemis.
No. Intervensi Rasional
1. Kaji riwayat anemia klien Klien yang mempunyai riwayat
anemia tidak dianjurkan melalukan
pemasangan KB IUD
2. Observasi tanda-tanda vital Salah satu tanda anemia adalah
klien tekanan darah yang rendah
3. Anjurkan klien memakan Makanan yang bergizi dapat
makanan yang bergizi dan menambah darah dalam tubuh
konsumsi banyak cairan
4. Periksa kadar Hb secara Kadar Hb yang rendah
rutin mengidentifikasikan adanya anemia
5. Berikan tablet tambah Tablet tambah darah membantu
darah menjaga kadar darah dalam tubuh

2. Nyeri berhubungan dengan proses pemasangan IUD, dan adaptasi uterus


terhadap benda asing (IUD).
Tujuan : nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil : klien terlihat tidak meringis dan skala nyeri berkurang
No Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri klien Skala nyeri menjadi acuan
dalam menentukan tindakan
2. Observasi tanda-tanda vital Saat klien merasakan nyeri,
klien nadi akan meningkat
3. Ajarkan teknik relaksasi Teknik relaksasi dapat
untuk mengatasi nyeri, membantu dalam mengatasi
seperti teknik napas dalam, nyeri
distraksi dan imajinasi
terbimbing
4. Ciptakan lingkungan yang Lingkungan yang nyaman dapat
tenang dan nyaman menimbulkan relaksasi
5. Kolaborasi : Analgetik dapat mengatasi nyeri
Pemberian analgetik sesuai
dosis

3. Kecemasan berhubungan dengan proses pemasangan IUD dan


efeksamping yang timbul dari IUD.
Tujuan : kecemasan teratasi
Kriteria hasil : klien terlihat tenang, tidak ada kecemasan.
No Intervensi Rasional
1. Kaji sumber kecemasa Dengan mengetahui sumber
klien kecemasan dapat menjadi acuan
dalam memberikan intervensi
2. Ajarkan teknik relaksasi Dengan relaksasi dapat
menenangkan klien
3. Berikan informasi sesuia Informasi yang sesuai dapat
kebutuhan klien menyelesaikan kecemasan klien
4. Berikan kesempatan Beberapa hal yang masih
kepada klien untuk membingungkan klien dapat
bertanya teratasi

4. Kebutuhan belajar berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai


IUD.
Tujuan : kebutuhan belajar klien terpenuhi
Kriteria hasil : klien mengerti dengan proses dan efeksamping dari
pemasangan IUD
No. Intervensi Rasional
1. Kaji pengetahuan klien Tingkat pengetahuan klien
tentang IUD berbeda.
2. Beri penjelasan mengenai Dengan adanya informasi
IUD mengenai IUD, klien akan lebih
memahami IUD
3. Beri kesempatan klien Mengklarivikasi hal yang masih
untuk bertanya dibingungkan klien
4. Lakukan evaluasi terhadap Tingkat pemahaman setiap
pemahaman klien orang berbeda-beda
D. Evaluasi

No.
Evaluasi
Dx.
1.  Pasien melaporkan nyerinya berkurang,
 Ekspresi wajah tenang,
 Nadi 60-100 x/menit,

2.  Tidak ada tanda-tanda infeksi,


 Suhu normal (36,2-37,2 ºC)
 Nadi normal (60-100 x/mnt)

3.  Pasien tampak tenang,


 Pasien mengatakan mengerti tentang kondisi tubuhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E.M. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC

Hartantao, Hanafi, 1994. Kontrasepsi dan Keluarga Berencana. Jakarta.

Manuaba, G. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1 Edisi 2. Jakarta: EGC

Saifuddin, A.B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sarwono, P. 1986. Ilmu Kebidanan, Ed. 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai