Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN DENGAN PERENCANAAN


KEHAMILAN SEHAT DI PUSKESMAS SAMBOJA
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

DISUSUN OLEH :

MULYATI
NIM : P07224422251

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesiapan kehamilan sama halnya dengan merencanakan suatu
kehamilan, semakin banyak waktu yang digunakan untuk mempersiapkan
kehamilan akan lebih baik, idealnya beberapa bulan hingga setahun (Walker,
2012). Sebesar 40% dari 85 juta kehamilan di dunia merupakan kehamilan
yang tidak direncanakan dan 38% berakhir dengan aborsi, keguguran dan
persalinan yang tidak direncanakan (Mehdi et al, 2018). Berdasarkan
penelitian Oktalia (2016) didapatkan bahwa dari 96 ibu yang menjadi
responden sebagian besar responden tidak menyiapkan kehamilannya
sebanyak 62 orang (64,6%) dan 34 orang ibu sudah menyiapkan
kehamilannya dengan baik (35,4%).
Masa prakonsepsi merupakan periode kritis dalam mencapai hidup
yang sehat, terutama bagi pasangan yang akan membangun rumah tangga.
Prakonsepsi terdiri atas dua kata, yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum
dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dan sel sperma sehingga terjadi
pembuahan. Secara harfiah prakonsepsi adalah periode sebelum terjadinya
pembuahan yaitu pertemuan sel sperma dengan ovum. Periode prakonsepsi
memiliki rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi,
tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu 100
hari sebelum konsepsi. Status gizi dalam kurun waktu tiga sampai enam bulan
pada masa prakonsepsi merupakan penentu bagi kondisi bayi yang akan
dilahirkan. Wanita prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa atau
wanita usia subur (WUS) yang sudah siap menjadi seorang ibu. Pada masa
prakonsepsi kebutuhan gizi pada WUS tentunya berbeda dengan kelompok
remaja, anak-anak maupun lansia. Prasyarat gizi sempurna pada masa
prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat (Susilowati,
dkk 2016).
Masa prakonsepsi merupakan periode dalam siklus kehidupan yang

1
tepat untuk mengetahui keadaan gizi ibu (sebelum periode kehamilan) dalam
kaitannya dengan dampak kehamilan yang buruk dan mengurangi risiko
terjadinya masalah gizi ibu selama kehamilan, salah satunya anemia (Greaves
L, Poole N, 2013). Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi anemia pada
wanita usia subur (WUS) cukup tinggi sebesar 26,9%. Angka ini lebih besar
dari prevalensi anemia pada daur kehidupan remaja, yaitu 26,5%
(RISKESDAS, 2013).
Kehamilan ideal merupakan kehamilan yang direncanakan, diinginkan,
dan dijaga setiap perkembanganya dengan baik. Terdapat berbagai faktor yang
dapat membuat kehamilan menjadi tertunda dan tidak diinginkan sehingga
menjadi kehamilan yang tidak direncanakan. Kehamilan yang tidak diinginkan
dapat terjadi karena hubungan seks pranikah, drop out KB, unmet needpada
wanita usia subur yang tidak ingin mempunyai anak tapi tidak mengunakan
alat kontrasepsi (Kemenkes RI,2015). Kehamilan yang sehat membutuhkan
persiapan fisik dan mental dari setiap ibu, perencanaan kehamilan harus
dilakukan sebelum masa kehamilan. Proses kehamilan yang direncanakan
dengan baik maka akan berdampak baik bagi kondisi ibu dan kondisi janin.
Pada umumnya kehamilan dapat berkembang dengan normal sehingga dapat
menghasilkan kelahiran bayi yang sehat melalui jalan lahir. Namun, kadang-
kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan (Prawirohardjo, 2014).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memberikan Asuhan Kebidanan bedasarkan
pendekatan manajemen kebidanan dengan pendokumentasian SOAP pada
kasus Perencanaan Kehamilan sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori Perencanaan Kehamilan Sehat.
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada kasus
Perencanaan Kehamilan sehat. berdasarkan 7 langkah Varney

2
c. Melakukan asuhan kebidanan pada kasus Perencanaan Kehamilan
sehat. dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasi data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis/ masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus
Perencanaan Kehamilan Sehat dalam bentuk catatan SOAP
e. Membahas adanya kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori


1. Pengertian pasangan usia subur
Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri dengan rentang usia
antara 15-49 masih haid atau pasangan suami istri yang istri berumur
kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri sudah berumur 50 tahun,
tetapi masih haid (BKKBN, 2009).
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang
istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau pasangan suami
istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri
berumur lebih dari 50 tahun, tetapi masih haid (datang bulan) (Kurniawati,
2014).
2. Pengertian Perencanaan kehamilan
Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang
optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan
merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka
kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan
ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas
hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008). Perencanaan kehamilan
merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap pasangan suami istri.
Baik itu secara psikolog/mental, fisik dan finansial adalah hal yang tidak
boleh diabaikan (Kurniasih, 2010). Merencanakan kehamilan merupakan
perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna
mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan
keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013).
Masa sebelum konsepsi merupakan masa yang sangat penting untuk
kesehatan ibu hamil dan bayi. Saat masa sebelum konsepsi inilah calon
ibu dipersiapkan status nutrisinya, kebutuhan suplemen asam folat,
perilaku, lingkungan dan pekerjaan yang berbahaya, karena beberapa

4
faktor diatas dapat mempengaruhi keadaan sekitar uterus dan
perkembangan janin.
Prakonsepsi atau kesehatan 'pra-kehamilan' mengacu pada kesehatan
pria dan wanita pada suatu saat sebelum kehamilan potensial. Pada
akhirnya, tujuan perawatan prakonsepsi (PCC) adalah untuk meningkatkan
hasil kehamilan dan kesehatan secara umum melalui pencegahan penyakit
dan pengelolaan faktor risiko yang mempengaruhi hasil kehamilan dan
kesehatan keturunan di masa depan, yang dihasilkan dari kehamilan yang
direncanakan dan tidak direncanakan. (Mc Gowan dkk, 2020)
Konsumsi asam folat sebelum hamil dapat mengurangi risiko spina
bifida atau defek pada saluran saraf lainnya pada bayi. Zat besi dapat
mengurangi risiko anemia kekurangan zat besi saat hamil. Anemia ini
merupakan penyebab utama anemia pada kehamilan Camargo, et al
menyatakan bahwa kalsium penting untuk kesehatan tulang ibu dan janin,
asupan kalsium yang cukup dapat mengurangi kejadian hipertensi selama
kehamilan. (Setyawati, et al. 2018)
Kami mendefinisikan ibu sebagai pengguna asam folat perikonsepsi
sebagai mereka yang mengonsumsi suplemen asam folat selama seluruh
periode yang disarankan, mereka yang mulai mengonsumsi suplemen
setidaknya sebelum konsepsi dan berlanjut selama 2 bulan pertama
kehamilan, atau mereka yang memulai setelah pembuahan dan
mengonsumsi suplemen asam folat secara teratur dalam periode yang
disarankan. (Ingrid M. Van Beynum, 2009)
3. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Kehamilan
Menurut Mirza (2008) ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan
dalam merencanakan kehamilan, antara lain:
a. Kesiapan aspek psikologis dan sosial
Apabila memutuskan untuk hamil, sebaiknya mulai menjalani
konseling prahamil. Konseling ini merupakan berisi saran dan anjuran,
seperti dengan cara melakukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan umum
dan kandungan) dan laboratorium. Sebab, tujuan dari konseling pra

5
hamil ini akan mempersiapkan calon ibu beserta calon ayah dan untuk
menyiapkan kehamilan yang sehat sehingga bisa menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan.
Dengan begitu, bisa segera dideteksi bila ada penyakit yang
diturnkan secara genetis, misalnya: diabetes militus, hipertensi, dan
sebagainya. Konseling prahamil dilakukan untuk mencegah cacat
bawaan akibat kekurangan zat gizi tertentu atau terpapar zat
berbahaya.
Pengaruh sosial seorang wanita termasuk dukun bayi, pasangan,
teman dan keluarga berperan dalam pemanfaatan PCC. Beberapa dari
mereka memberikan dukungan sosial atau keuangan yang dibutuhkan
perempuan, sementara yang lain mengadvokasi PCC dan mendesak
mereka untuk mencarinya. (Okemo dkk, 2021)
b. Kesiapan fisik
Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa
ada fisik yang bagus, kehamilan kemungkinan tidak akanterwujud dan
bahkan kalau kehamilan itu terwujud, kemungkinan fisik yang tidak
prima akan memengaruhi janin. Oleh karena itu ada beberapa hal yang
harus dilakukan, antara lain:
1) Mulai menata pola hidup
Selain kondisi tubuh, gaya hidup dan lingkungan juga
memengaruhi keprimaan fisik. Akan lebih baik lagi, bila persiapan
fisik ini dilakukan secara optimal kira-kira 6 bulan menjelang
konsepsi.
2) Mencapai berat badan ideal
Berat badan sangat besar pengaruhnya pada kesuburan. Karena
berat badan kurang atau berlebihan, keseimbangan homon dalam
tubuh akan ikut-ikutan terganggu. Akibatnya siklus ovulasi
terganggu. Berat badan yang jauh dari ideal juga memicu
terjadinya berbagai gangguan kesehatan. Obesitas mengurangi
kesuburan dan meningkatkan waktu untuk hamil, dan penyakit

6
penyerta terkait obesitas (seperti diabetes tipe 2 dan hipertensi
kronis) meningkatkan risiko hasil buruk bagi ibu dan anak jika
wanita tersebut hamil. (Prof Lucilla Poston, 2016)
Obesitas merupakan masalah umum pada wanita usia reproduksi.
Obesitas dan kelebihan berat badan melibatkan akumulasi lemak
abnormal dan berlebihan yang berdampak negatif pada status
kesehatan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jika BMI
sama atau lebih besar dari 25 kg/m2, itu dianggap kelebihan berat
badan, sedangkan BMI lebih tinggi dari 30 kg/m2 mendefinisikan
obesitas. Efek negatif dari obesitas pada fisiologi reproduksi adalah
Diketahui, wanita gemuk sering mengalami ketidakteraturan
menstruasi dengan gangguan ovulasi, patologi endometrium, dan
infertilitas. (Silvestris, dkk 2018)
3) Menjaga pola makan
Disiplin membenahi pola makan bukannya tanpa alasan. Karena,
zat-zat gizi akan mengoptimalkan fungsi organ reproduksi,
mempertahankan kondisi kesehatan selama hamil, serta
mempersiapkan cadangan energy bagi tumbuh kembang janin.
Caranya sebagai berikut:
a) Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang. Masukkan
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air dalam
menu makanan sehari-hari secara bervariasi dan dalam jumlah
yang pas, sesuai kebutuhan.
b) Hindari zat pengawet atau atau tambahan pada makanan,
karena dapat menyebabkan kecacatan pada janin dan alergi.
c) Perbanyak makan-makanan yang segar dan tidak terlalu lama
diolah, sehingga kandungan zat-zat gizinya tidak hilang.
4) Olahraga secara teratur
Olahraga memang berkhasiat untuk melancarkan aliran darah.
Peredaran nutrisi dan pasokan oksigen ke seluruh organ tubuh pun
jadi efisien, sebab benar-benar bebas hambatan. Jadi, kondisi

7
seperti ini dibutuhkan untuk pembentukan sperma dan sel telur
yang baik. Berolahraga secara rutin bisa pula memperbaiki mood
karena meningkatnya produksi hormon endoprin. Tubuh juga jadi
sehat dan bugar. Kalau ini yang terjadi, proses kehamilan,
persalinan, serta kembalinya bentuk tubuh ke keadaan semula jadi
lebih mudah. Yang cocok dilakukan yaitu, olahraga joging, jalan
kaki, berenang, bersepeda dan senam.
5) Menghilangkan kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol,
serta mengkonsumsi kafein (kopi, minuman bersoda), sebaiknya
dihentikan saja. Sebab, zat yang terkandung didalamnya bisa
memengaruhi kesuburan. Akibatnya, peluang terjadinya
pembuahan makin kecil. Sering stress juga bukan kebiasaan yang
baik. Apalagi, kalau sibuk kerja dan lupa istirahat.
Memprioritaskan perilaku gaya hidup sehat konsisten dengan
temuan sebelumnya dari studi kualitatif yang mengeksplorasi
pengetahuan terkait kesuburan di mana kesadaran akan dampak
perilaku gaya hidup yang merugikan seperti merokok, minum
alkohol dan pola makan yang buruk pada kesuburan tinggi.
sebagian besar wanita dalam penelitian kami menganggap
memiliki gaya hidup sehat sebelum secara aktif mencoba untuk
hamil dan ini mungkin menjelaskan mengapa sebagian besar
wanita membawa perilaku ini ke prakonsepsi. (Nadia N khan,
2019)
6) Bebas dari penyakit
Bila mengidap penyakit tertentu, seperti cacar, herpes, campak
jerman, atau penyakit berbahaya lain, sebaiknya periksakan diri ke
dokter. Sebab, penyakit tersebut bisa membahayakan diri dan
janin.
7) Stop pakai kontrasepsi
Apabila memutuskan untuk hamil, hentikan penggunaan

8
kotrasepsi. Apabila belum berkeinginan untuk hamil maka harus
memakai kontrasepsi. Misalnya, pil, obat suntik, serta susuk KB
mengandung hormone yang brtugas terjadinya ovulasi.
8) Meminimalkan bahaya lingkungan
Lingkungan, termasuk lingkungan kerja, bisa juga berdampak
buruk sebelum hamil. Misalnya, gangguan hormonal atau gagguan
pada pembentukan sel telur. Lingkungan yang sarat
mikroorganisme (jamur, bakteri, dan virus), bahan kimia beracun
(timah hitam dan pestisida), radiasi (sinar X, sinar ultraviolet,
monitor komputer, dan lainnya), dan banyak lagi.
c. Kesiapan Finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan merencanakan kehamilan
merupakan suatu kebutuhan yang mutlak yang harus disiapkan,
dimana kesiapan finansial atau yang berkaitan dengan penghasilan atau
keuangan yang dimiliki untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan
berlangsung sampai persalinan (Kurniasih, 2010).
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan kesiapan finansial,
diantaranya:
1) Sumber keuangan Memiliki anak memang tidak murah. Makanya,
perlu merancang keuangan keluarga sejak jauh-jauh hari. Disadari
atau tidak, anak ternyata membutuhkan alokasi dana yang cukup
besar.
2) Dana yang wajib ada Inilah beberapa dana yang wajib disiapkan
sebagai calon orang tua, yaitu:
a) Saat hamil yaitu biaya memeriksakan kehamilan, pemeriksaan
penunjang (laboratorium, USG, dan sebagainya), serta
mengatasi penyakit (bila ada).
b) Saat bersalin meliputi biaya melahirkan (secara normal atau
operasi caesar), “menginap” di rumah sakit pilihan, obat-
obatan, serta biaya penolong persalinan.
c) Setelah bayi lahir, prioritas keuangan keluarga jadi berubah dan

9
perlu memperhitungkan masa depan anak.
d. Persiapan Pengetahuan
Dalam merencanakan kehamilan yang sehat dan aman, maka setiap
pasangan suami istri harus mengetahui hal-hal yang berpengaruh
dalam perencanaan kehamilan atau dalam kehamilan. Diantaranya:
1) Masa subur
Masa subur adalah masa dimana tersedia sel telur yang siap untuk
dibuahi. Masa subur berkaitan erat dengan menstruasi dan siklus
menstruasi. Adanya hasrat antara suami dan istri adalah sesuatu
yang wajar, penyaluran hasrat tersebut akan memulai hasil yang
baik jika pertemuan antara suami dan istri diatur waktunya.
2) Kecenderungan memilih jenis kelamin anak
Setiap pasangan yang menikah pastilah mendambakan anak di
tengah kehidupan keluarganya. Bagi yang telah mempunyai anak
berjenis kelamin tertentu, pastilah menginginkan anak dengan jenis
kelamin yang belum mereka miliki, sehingga lengkap yaitu laki-
laki dan perempuan (Nurul, 2013).
e. Kesiapan aspek usia
Pada usia dibawah 20 tahun merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perencanaan kehamilan, karena pada usia dibawah 20
tahun apabila terjadi kehamilan maka akan beresiko mengalami
tekanan darah tinggi, kejang-kejang, perdarahan bahkan kematian pada
ibu atau bayinya, dan beresiko terkena kanker serviks.
4. Resiko Tinggi Kehamilan Usia Kurang dari 20 tahun
a. Resiko Bagi Ibunya:
1) Mengalami perdarahan
Perdarahan pada saat melahirkn antara lain disebabkan karena otot
rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. Selain itu juga
dosebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal
didalam rahim). Kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan
juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.

10
2) Kemungkinan keguguran / abortus
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi
keguguran. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga
abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai
alat.
3) Persalinan yang lama dan sulit
Persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari
persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin,
kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan serta
pimpinan persalinan yang salah dapat mengakibatkan kematian ibu.
4) Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat social ekonomi rendah, dan stress
memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
5) Anemia kehamilan / kekurangan zat besi
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang
pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.
Karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia.
Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan
plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah
akan menjadi anemis.
6) Kanker leher rahim
Yaitu kanker yang terdapat dalam rahim, hal ini erat kaitannya dngan
belum sempurnanya perkembangan dinding rahim. Pada usia remaja
(12-20 tahun) organ reproduksi wanita sedang aktif berkembang.
Rangsangan penis/sperma dapat memicu perubahan sifat sel mnjadi
tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat berhubungan seksual
dankemudian infeksi virus HPV. Sel abnormal yang berpotensi
tinggi menyebabkan kanker servik. Wanita yang hamil pertama pada
usia dibawah 17 tahun hampir selalu 2x lebih mungkin terkena
kanker servik di usia tuanya, daripada wanita yang menunda

11
kehamilan hingga usia 25 tahun atau lebih tua (BKKBN, 2012).
Berhubungan seksual sebelum umur 20 tahun, akan meningkatkan
risiko kanker leher rahim ( Dedeh dkk, 2010).
b. Resiko Bagi Bayinya :
1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan
Kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). Hal ini
terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan
berkurang.
2) Berat badan lahir rendah
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500
gram. Kebanyakan hal ini dipengaruhi kurang gizi.
3) Cacat bawaan
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat
pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
kelainan genetikdan kromosom, infeksi, virus rubella serta faktor
gizi dan kelainan hormon.
4) Keracunan kehamilan (Gestosis)
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan
anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam
bentuk pre-eklampsia atau eklampsia dan eklampsia memerlukan
perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
5) Kematian bayi
Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau
kematian perinatal yang disebabkan berat badan kurang dai 2.500
gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran
congenital serta lahir dengan asfiksia (Manuaba, 2009).

12
B. Konsep Dasar Manajeman Asuhan Kebidanan Dengan Perencanaan
Kehamilan Sehat
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :
Waktu :
Tempat :
Oleh :
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : Wanita usia subur (WUS) didefinisikan sebagai
wanita yang berada dalam periode usia dewasa awal
antara 15-49 tahun tanpa memperhitungkan status
perkawinannya. Wanita usia subur pra-nikah (masa
prakonsepsi) merupakan calon ibu atau kelompok
rawan yang membutuhkan perhatian khusus.
Agama :
Pendidikan : Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap
perubahan sikap dan perilaku hidup sehat.
Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penentu
status gizi, dan mortalitas ibu, bayi, dan anak
(Bencaiova et al.2012).
Pekerjaan :
Alamat :
2. Alasan datang/keluhan utama
a. Alasan datang
Ingin merencanakan suatu kehamilan, semakin banyak waktu
yang digunakan untuk mempersiapkan kehamilan akan lebih
baik, idealnya beberapa bulan hingga setahun (Walker, 2012).
b. Keluhan utama

13
3. Riwayat kesehatan klien
Untuk mengetahui apakah mempunyai penyakit jantung, ginjal,
asma/TBC, hepatitis, DM, hipertensi, dan epilepsy serta
penyakit sistematik lain seperti penyakit (Purwantyastuti,
2017).
4. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui riwayat penyakit yang diderita oleh keluarga
yang dapat mempengaruhi kesehatan klien.
5. Riwayat menstruasi
Banyak menstruasi meliputi umur menarche, frekuensi
menstruasi, lama menstruasi, banyaknya darah yang keluar,
gangguan sewaktu menstruasi(Essawibawa, 2011). Adanya
gangguan menstruasi akan dapat menjadi hal yang serius.
Menstruasi yang tidak teratur dapat menjadi pertanda tidak adanya
ovulasi (anoluvatoir) pada siklus menstruasi. Hal tersebut berarti
seorang wanita dalam keadaan infertile(cenderung sulit memiliki
anak) (Novita. Amerta Nutr, 2018).
Menarche : Menarche normal jika terjadi pada usia 12-13
tahun, apabila terjadi dibawah usia 12 tahun maka dikatakan
sebagai menarche dini. Meskipun begitu, usia menarche pada setiap
perempuan bervariasi yaitu antara usia 10-16 tahun (Rhipiduri
Rivanica et al., 2020).
Siklus : 28 + 7 hari
Lamanya : 3-8 hari (Mochtar, 2011)
6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas

No J Abnor Lakt
Suami Ank UK Peny Jns Pnlg Tmpt Peny BB/PB H M Peny
K malitas asi

14
7. Riwayat Kontrasepsi
Program KB juga penting untuk perbaikan status gizi ibu sebelum
kehamilan pertama maupun kehamilan berikutnya. Bagi wanita
yang telah memiliki satu atau lebih anak, jarak kelahiran yang
memadai direkomendasikan untuk memungkinkan mereka mengisi
kembali simpanan nutrisinya. Jarak kelahiran dapat dicapai melalui
keluarga berencana dan pemberian ASI eksklusif (Jib A, Os U, Mn
U, 2017).
8. Pola fungsional kesehatan
Pola Keterangan
Status gizi prakonsepsi merupakan salah faktor yang dapat memengaruhi
kondisi kehamilan dan kesejahteraan bayi yang penanggulangannya akan
lebih baik jika dilaksanakan pada saat sebelum hamil. Wanita usia 20-35
tahun merupakan sasaran yang lebih tepat dalam pencegahan masalah gizi
Nutrisi
yang salah satunya adalah kekurangan energi kronik. Kisaran usia tersebut
merupakan saat yang tepat bagi wanita untuk mempersiapkan diri secara
fisik dan mental menjadi seorang ibu yang sehat sehingga diharapkan
mendapatkan bayi yang sehat (Cetin, Berti C, Calabrase S, 2009)
Eliminasi
Untuk mengetahui berapa lama tidur siang dan berapa lama
Istirahat
tidur malem (Essawibawa, 2011).
Aktifitas klien merupakan salah satu faktor yang mungkin bisa
menyababkan timbulnya masalah pada keadaan klien seperti aktivitas yang
Aktivitas
terlalu berat dan melelahkan. Untuk mengetahui aktivitas sehari-hari (Ety,
2011)
Untuk mengetahui kebersihan tubuh yang meliputi frekuensi mandi, gosok
Personal
gigi, ganti baju atau pakaian dalam, keramas dan cara membersihkan alat
Hygiene
genetalianya (Essawibawa, 2011).
Seksualitas Untuk mengetahui kehidupan seksual ibu baik dari teknik frekuensi
maupun apakah ada keluhan

15
9. Riwayat psikososiokultural spiritual
a. Psiko : Digunakan untuk mengetahui perasaan
menghadapi kondisinya saat ini (Nursalam, 2016). Kondisi
tubuh yang stres dapat berpengaruh terhadap produksi hormon-
hormon dalam tubuh (Darma et al., 2017).
b. Sosio : Penerimaan keluarga terhadap kondisi ibu saat ini
c. Kultural : Adat istiadat yang dapat merugikan kesehatan ibu
saat ini
d. Spiritual : Berhubungan dengan perawatan dan kebiasaan
kesehatan berkaitan dengan ketentuan agama (Ambarwati,
2009)

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umun
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 60-90x/menit
Pernapasan : 12-20x/menit
Suhu : 36,5-37,5oC
Antropometri
Berat badan : Berat badan ibu sebelum kehamilan harus
diukur karena merupakan prediktor yang
baik untuk berat lahir bayi. Ibu dengan
berat badan lahir rendah didorong melalui
pendidikan gizi seperti pola makan dan
suplementasi gizi yang tepat, serta
intervensi peningkatan energi, dan
pengurangan pengeluaran energi untuk
mempersiapkan diri mencapai status gizi
optimal sebelum hamil (Jib A, et al, 2017)

16
Tinggi badan :
LILA : KEK pada masa prakonsepsi dapat
mempengaruhi perkembangan janin pada
awal kehamilan karena kejadian KEK
menyebabkan suplai zat gizi ke janin tidak
optimal. Pasokan zat gizi ke janin selama
kehamilan bergantung pada fungsi
plasenta yang ditentukan pada awal
kehamilan (Jib A, et al, 2017)
IMT : Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah indeks
sederhana dari perhitungan antara berat
dan tinggi badan yang biasa digunakan
untuk mengklasifikasikan status gizi
seseorang. Untuk mengetahui nilai IMT
ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
(Romero et al, 2012)

2. Pemeriksaan fisik
Kepala : warna rambut hitam, tebal, bersih, tidak teraba massa,
tidak ada nyeri tekan
Wajah : simetris, tidak pucat
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak
ada gangguan pengelihatan
Telinga : simetris, bersih, tidak ada gangguan pendengaran
Hidung : bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
polip dan sinus
Mulut : simetris, mukosa mulut lembab, lidah merah muda dan
tremor, gigi bersih tidak ada lubang,
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
Dada : tidak ada retraksi dinding dada, bunyi jantung teratur,
tidak ada suara napas tambahan seperti ronki atau

17
wheezing
Payudara : payudara simetris, tidak teraba massa dan benjolan
pada payudara, puting susu menonjol, tidak ada
pengeluaran cairan.
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada nyeri tekan
Genetalia : vulva bersih/tidak, vagina bersih, ada pengeluaran
secret/tidak, oedema ada/tidak, varices tidak/ada, luka
parut tidak/ada, fistula tidak/ada, anus ada hemoroid
eksterna atau tidak (Varney, 2008), Pemeriksaan perineum
dilakukan untuk melihat apakah ada trauma yang
mengakibatkan pendarahan, bersih atau tidak(Varney,
2008),
Ekstermitas :
Atas : simetris, tidak oedem, refleks trisep dan bisep positif,
CRT <2 dtk
Bawah : simetris, tidak oedem, refleks patella positif, CRT <2
dtk

3. Pemeriksaan laboratorium
 HB
 HIV
 HbsAg
 IMS

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosis : WUS usia….dengan perencanaan kehamilan sehat
Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang sedang
dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai diagnosis.

18
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis masalah aktual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah inijuga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.

IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan. Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan
secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.

V. RENCANA MENYELURUH ASUHAN KEBIDANAN


1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien.
R : Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan pada klien maka klien
dapat mengetahui keadaan dan kondisinya sehingga klien lebih tenang.
2. Menjelaskan kepada klien mengenai perencanaan kehamilan sehat.
R : Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental dari
setiap ibu, perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa
kehamilan. Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik maka
akan berdampak baik bagi kondisi ibu dan kondisi janin. Pada
umumnya kehamilan dapat berkembang dengan normal sehingga dapat
menghasilkan kelahiran bayi yang sehat melalui jalan lahir. Namun,
kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan (Prawirohardjo,
2014).
3. Menjelaskan kepada klien tentang proses kehamilan, masa subur dan
cara mengetahui masa subur.
R : Masa subur berkaitan erat dengan menstruasi dan siklus menstruasi.
Adanya hasrat antara suami dan istri adalah sesuatu yang wajar,
penyaluran hasrat tersebut akan memulai hasil yang baik jika pertemuan
antara suami dan istri diatur waktunya
4. Menjelaskan kepada klien mengenai pola hidup sehat untuk
mempersiapkan kehamilan sehat

19
R : Memprioritaskan perilaku gaya hidup sehat konsisten dengan
temuan sebelumnya dari studi kualitatif yang mengeksplorasi
pengetahuan terkait kesuburan di mana kesadaran akan dampak
perilaku gaya hidup yang merugikan seperti merokok, minum alkohol
dan pola makan yang buruk pada kesuburan tinggi (Nadia N khan,
2019)
5. Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi vitamin asam folat dan tablet
tambah darah
R : Dengan mengkonsumsi vitamin asam folat diharapkan dapat
meningkatkan kesuburan, mendukung proses pembuahan dan
pembentukan bakal janin. Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya
untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan mencegah anemia.
6. Memberitahu kepada klien mengenai tindakan pelayanan imunisasi TT.
R : Diharapkan klien dapat mengerti tentang imunisasi TT
7. Memberikan pelayanan imunisasi TT.
R : Dengan memberikan imunisasi TT diharapkan dapat mencegah
terjadinya tetanus
8. Memberitahu kepada klien kunjungan ulang berikutnya.
R : Dengan memberitahukan kunjungan ulang kepada kliennya
diharapkan klien dapat kembali lagi untuk imunisasi TT

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra KP, Pinatih IGNI, Seriani L. Perbedaan Persiapan Prakonsepsi Ibu


Hamil Primigravida yang Mengalami Kurang Energi Kronik dan Tidak
Kurang Energi kronik Di Puskesmas Gianyar 1 Periode Januari-Agustus
2017. E-Jurnal Medika Udayana. 2018;7(3):121–124.

Association of State Public Nutritionists. Preconception Health: The Role of


Nutrition. 2015;1–10.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013. Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS). 2013;1–384.

Brown JE. Nutrition Through the Life Cycle. 4th ed. USA: Cengage Learning;
2011. p. 407-412.

Cilmiaty R, Indarto D. Hubungan Kurang Energi Kronis dan Anemia Pada Ibu
Hamil dengan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan Di Kabupaten Boyolali.
Penelitian Gizi dan Makanan. 2017;39(1):1–8. doi:
10.22435/pgm.v39i1.5964.1-8

De Benoist B, McLean E, Egli I, Cogswell M. Worldwide prevalence of anaemia


1993–2005. World Health Organization. 2008;3.

Dieny, F. F., Jauharany, F. F., Fitranti, D. Y., Tsani, A. F. A., Rahadiyanti, A.,
Kurniawati, D. M., & Wijayanti, H. S. (2020). Kualitas diet, kurang energi
kronis (KEK), dan anemia pada pengantin wanita di Kabupaten Semarang.
Jurnal Gizi Indonesia, 8(1), 1. https://doi.org/10.14710/jgi.8.1.1-10

21
Dya, N. M., & Adiningsih, S. (2019). Hubungan Antara Status Gizi Dengan
Siklus Menstruasi Pada Siswi MAN 1 Lamongan. Amerta Nutrition, 3(4),
310. https://doi.org/10.20473/amnt.v3i4.2019.310-314

Fariski, C., Dieny, F. F., & Wijayanti, H. S. (2020). Kualitas Diet, Status Gizi Dan
Status Anemia Wanita Prakonsepsi Antara Desa Dan Kota. Gizi Indonesia,
43(1), 11. https://doi.org/10.36457/gizindo.v43i1.401

Fithra Dieny, F., Khaira Maadi, A., Sandi Wijayanti, H., Arif Tsani, A. F., &
Choirunissa, C. (2019). Asupan Zat Gizi Dan Kadar Hemoglobin Wanita
Prakonsepsi Di Kabupaten Semarang. Indonesian Journal of Human
Nutrition, 6(2), 70–83. https://doi.org/10.21776/ub.ijhn.2019.006.02.2

goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A., & Perdana. (2018). Perencanaan
Kehamilan. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.

Hamid, F., Thaha, A. R., & Salam, A. (2014). Analisis Faktor Risiko Kekurangan
Energi Kronik (KEK) Pada Wanita Prakonsepsi Di Kota Makassar. Bagian
Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, 1–11.

Hubu, N., Nuryani, N., & Hano, Y. H. (2018). Pengetahuan, Asupan Energy dan
Zat Gizi Berhubungan dengan Kekurangan Energy Kronis pada Wanita
Prakonsepsi. Gorontalo Journal of Public Health, 1(1), 015.
https://doi.org/10.32662/gjph.v1i1.144

Isah, A. D., Adewole, N., Agida, E. T., Omonua, K. I., Wong, J. Y. Y., Gold, E.
B., Johnson, W. O., Lee, J. S., Stewart, E. A., Cookson, C. L., Gandolfo, R.
A., Schulze-Rath, R., Parker, W. H., Study, C., Ad, I., Adewole, N., Zaman,
J., de la Cruz, M. S. D., & Buchanan, E. M. (2017). Fibroid Uterus : A Case
Study. American Family Physician, 08(4), 725–736.
https://doi.org/10.4103/TJOG.TJOG

22
Jib A, Os U, Mn U. Adolescent and PrePregnancy Nutrition in Nigeria. Tropical
Journal of Obstetric Gynecology. 2017;34(1):1–5. doi
10.4103/TJOG.TJOG_12_17.

Martin, J. C., Moran, L. J., Teede, H. J., Ranasinha, S., Lombard, C. B., &
Harrison, C. L. (2017). Exploring diet quality between urban and rural
dwelling women of reproductive age. Nutrients, 9(6), 1–14.
https://doi.org/10.3390/nu9060586

Kemenkes RI. (2014). PP No. 61 Th 2014 ttg Kesehatan Reproduksi.pdf.


Peraturan Pemerintah.

Kusmiran, E. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta


Selatan: Salemba Medika.

Ma Q, Zhang S, Liu J, Wang Q, Shen H, Zhang Y, et al. Study on the Prevalence


of Severe Anemia among Non-Pregnant Women of Reproductive Age in
Rural China: A Large Population-Based CrossSectional Study. Nutrients.
2017;9(1298):1–15. doi:10.3390/nu9121298.

Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan. Jakarta: EGC.

Nisa, J., Chikmah, A. M., Lorenza, K. A., Amalia, K. R., & Agustin, T. (2020).
Pemanfaatan Kacang Hijau Sebagai Sumber Zat Besi Dalam Upaya
Pencegahan Anemia Prakonsepsi. Jurnal Surya Masyarakat, 3(1), 42.
https://doi.org/10.26714/jsm.3.1.2020.42-47

Pasalina, P. E., Jurnalis, Y. D., & Ariadi, A. (2019). Hubungan Indeks Massa
Tubuh Dengan Kejadian Anemia Pada Wanita Usia Subur Pranikah. Jurnal
Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 10(1), 12.
https://doi.org/10.26751/jikk.v10i1.584

Perdana S, Hardinsyah, Damayanthi E. Alternatif Indeks Gizi Seimbang untuk


Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Wanita Dewasa Indonesia. Jurnal

23
Gizi dan Pangan. 2014;9(15):43–50.
https://doi.org/10.25182/jgp.2014.9.1.%25 p

Ramakrishnan U, Grant F, Goldenberg T, Zongrone A, Martorell R. Effect of


Women’s Nutrition Before and During Early Pregnancy on Maternal and
Infant Outcomes : A Systematic Review. Paediatric and Perinatal
Epidemiology. 2012;26(Suppl.1):285–301. doi: 10.1111/j.1365-
3016.2012.01281.x.

Ramakrishnan, U., Grant, F., Goldenberg, T., Zongrone, A., & Martorell, R.
(2012). Effect of women’s nutrition before and during early pregnancy on
maternal and infant outcomes: A systematic review. Paediatric and
Perinatal Epidemiology, 26(SUPPL. 1), 285–301.
https://doi.org/10.1111/j.1365-3016.2012.01281.x

Sustyowati. Gizi dalam Daur Kehidupan. In: Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2016. p. 165.

Umisah, I. N., & Puspitasari, D. I. (2017). Perbedaan Pengetahuan Gizi


Prakonsepsi dan Tingkat Konsumsi Energi Protein pada Wanita Usia Subur
(WUS) Usia 15-19 Tahun Kurang Energi Kronis (KEK) dan Tidak KEK di
SMA Negeri 1 Pasawahan. Jurnal Kesehatan, 10(2), 23.
https://doi.org/10.23917/jurkes.v10i2.5527

World Health Organization (WHO). Global Recommendations on Physical


Activity For Health. 2010.

24

Anda mungkin juga menyukai