Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN PADA

BAYI BARU LAHIR DI UPTD PUSKESMAS SAMBOJA


KAB. KUTAI KARTANEGARA

Disusun Oleh :

Rita Novianti
NIM. P07224422213

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI KEBIDANAN
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah SWT, tiada Tuhan selain
Allah dan Muhammad utusan Allah. Segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga terselesaikannya penulisan laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Baru Lahir Di UPTD Puskesmas Samboja Kab. Kutai Kartanegara”.
Selama penyelesaian penulisan laporan ini penulis menyadari masih
terdapat banyaak kekurangan dan kelemahan dari segi penulisan, isi dan
penggunaan Bahasa yang baik dalam penulisan laporan. Penulis banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan, dan nasehat dari berbagai pihak. Oleh karena
itu dalam kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terimakasih yang setulusnya
Kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang
telah banyak membantu memberikan pengarahan dalam penyempurnaan laporan
ini. Semoga segala kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah
SWT. “Amin”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan sasaran yang bersifat membangun dari semua
pihak. Atas partisipasi dan bantuan dari segala pihak penulis ucapkan terima
kasih dan tidak lupa penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam
penyusunan laporan.

Samarinda, Maret 2023

Penulis

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


DI UPTD PUSKESMAS SAMBOJA

Samboja, Maret 2023


Mahasiswa

Rita Novianti
NIM. P07224422213

Disetujui,
Pembimbing Institusi Preceptor Lahan

Hj. Rahmawati Wahyuni, M.Keb Herlina, A.Md.Keb


NIP. 198806162018012001 NIP. 197908162002122008

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................ iii
DAFTAR ISI........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Pendahuluan.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................ 7
A. Konsep Program Penyehatan Keluarga.................................... 14
B. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan................................... 19
C. Konsep Manajemen Kebidana pada Kehamilan.......................
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................. 83
BAB IV PEMBAHASAN................................................................... 179
BAB V PENUTUP............................................................................... 195
A. Kesimpulan.............................................................................. 195
B. Saran........................................................................................ 196
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 197

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Angka Kematian Bayi berhasil diturunkan secara tajam dari 68 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Penurunan kematian neonatal berlangsung lambat yaitu dari 32 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 1990an menjadi 19 per 1.000 kelahiran hidup,
dimana 55,8% dari kematian bayi terjadi pada periode neonatal, sekitar
78,5%-nya terjadi pada umur 0-6 hari (PMK, 2014)
Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan, SDGs yang berisi 17
Tujuan dan 169 Target merupakan rencana aksi global untuk 15 tahun ke
depan (berlaku sejak 2016 hingga 2030), guna mengakhiri kemiskinan,
mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berlaku bagi
seluruh negara (universal), sehingga seluruh negara tanpa kecuali negara maju
memiliki kewajiban moral untuk mencapai Tujuan dan Target SDGs (SDGs,
2017). Peraturan Presiden (Perpres) SDGs Nomor 59 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Perpres tersebut
juga merupakan komitmen agar pelaksanaan dan pencapaian SDGs
dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pihak. Tedapat 17
tujuan SDGs, tujuan ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan
mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia dengan salah satu
target mengurangi AKB secara global sebesar 12 per 1000 KH tahun 2030.
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu hamil,
ibu bersalin dan ibu nifas yang mengalami kesakitan/komplikasi kebidanan
yang dapat mengancam jiwa ibu dan/ atau bayi. Sesuai referensi, diperkirakan
sekitar 15-20% ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Berdasarkan
data cakupan penanganan komplikasi kebidanan bahwa ternyata lebih dari
20% (24%) ibu maternal di Kutai Kartanegara mengalami komplikasi dalam
periode maternalnya (Profil Kesehatan Kab. Kutai Kartanegara, 2020).
Penyebab utama tingginya angka kematian bayi, khususnya pada masa
perinatal adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), bayi yang terlahir dengan

1
BBLR beresiko kematian 335 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang
berat badan lahirnya diatas 2500 gram (Musange, Sabine Furere, et all, 2011).
Di negara berkembang, BBLR terutama disebabkan oleh hambatan
pertumbuhan janin atau Intrauterine Growth Restriction (IUGR) karena
kekurangan gizi selama kehamilan.
Salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah
menurunkan kematian dan kejadian sakit dikalangan ibu dan anak untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak dengan meningkatkan
mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu hamil
dari Antenatal Care, 3 Intranatal Care, Postnatal Care, Neonatal Care sehingga
seorang ibu mampu serta sadar menjaga kesehatan dirinya dan keluarga
(Kepmenkes RI, 2020).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis
merumuskan masalah bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan Bayi Baru
Lahir di UPTD Puskesmas Samboja Kab. Kutai Kartanegara.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengumpulan data subjektif dan objektif pada asuhan
kebidanan bayi baru lahir;
b. Melakukan identifikasi diagnose dan masalah pada asuhan kebidanan
bayi baru lahir;
c. Melakukan identifikasi diagnose atau masalah potensial pada asuhan
kebidanan bayi baru lahir;
d. Melakukan identifikasi kebutuhan segera pada asuhan kebidanan bayi
baru lahir;

2
e. Melakukan penyusunan rencana tindak lanjut pada asuhan kebidanan
bayi baru lahir;
f. Melakukan pelaksanaan tindak lanjut sesuai dengan rencana pada
asuhan kebidanan bayi baru lahir;
g. Melakukan evaluasi asuhan yang telah dilaksanakan pada asuhan
kebidanan bayi baru lahir.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan yang dilakukan pada asuhan bayi baru lahir dapat
dijadikan dasar untuk mengembangkan ilmu kebidanan serta asuhan serta
komprehensif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam mengaplikasikan langsung ilmu yang dipelajari
selama perkuliahan.
b. Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan dapat menambah wawasan klien dan keluarga mengenai
asuhan bayi baru lahir pengalaman mengenai pelaksanaan asuhan yang
diberikan dan dapat menerapkan didalam keluarga.
c. Bagi Profesi
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan secara sesuai
dengan pendekatan manajemen kebidanan.
d. Bagi Lahan Praktik
Dapat memberikan asuhan kebidanan sehingga terciptanya
peningkatan mutu pelayanan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bayi Baru Lahir


Menurut Kemenkes RI (2020), Bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat
lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Pendapat DepKes RI ini didukung oleh
pendapat Walyani (2015) yang menyatakan bahwa Bayi baru lahir normal
adalah bayi berat lahir antara 2500 sampai 4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung menangis dan tidak ada kelainan kongenital yang berat.
Menurut Elmeida IF (2010), Bayi baru lahir adalah bayi yang baru
lahir selama satu jam pertama kelahiran. Sedangkan menurut Pohan, A.
(2017), Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya
biasanya dengan usia gestasi 38–42 minggu.
Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang
terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang
lain. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan di dalam rahim
yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba
mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72
pertama. Transisi ini hampir meliputi semua system organ dan yang terpenting
adalah system pernafasan sirkulasi,ginjal dan hepar. Oleh sebab itu sangatlah
diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu
asuhan terhadap neonatus (BBL).
Tujuan Asuhan Kebidanan yang lebih luas selama masa ini, adalah
memberikan perawatan komprehensif kepada bayi baru lahir pada saat ia
dalam ruang rawat, untuk mengajarkan orang tua bagaimana merawat bayi
mereka, dan untuk memberi motivasi terhadap upaya pasangan menjadi orang
tua, sehingga orang tua percaya diri dan mantap (Elmeida, 2015).

B. Ciri Bayi Baru Lahir Normal (Elmeida, 2015)


1. Berat badan : 2500-4000 gram
2. Panjang Badan : 48-52 cm

4
3. Lingkar Kepala : 33-35 cm
4. Lingkar Dada : 30-38 cm
5. Masa Kehamilan : 37-42 minggu
6. Denyut Jantung : 120-180 x/menit
7. Respirasi : 40-80 x/menit
8. Suhu : 36,5-37,5 ℃
9. Kulit kemerahan licin
10. Kuku agak Panjang dan lemas
11. Genetalia (Wanita : labia mayora menutupi labia minora) (Laki-laki : testis
sudah turun di skorotum)
12. Refleks hisap dan menelan, refleks morro, graf refleks sudah baik
13. Eliminasi baik, urine dan meconium keluar dalam 24 jam pertama

C. Perubahan-perubahan Bayi Baru Lahir (Helen Varney, 2014)


1. Perubahan Sistem Pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas
melalui placenta. Setelah bayi lahir harus melalui paru-paru bayi
pernafasan pertama pada BBL terjadi normal dalam waktu 30 detik.
Setelah kelahiran tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir
pervagina mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi normal jumlahnya
80-100 ml). kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut sehingga cairan
yang hilang ini diganti dengan udara. Pernafasan pada neonatus terutama
pernafasan diafragmatik dan abdominal dan biasanya masih tidak teratur
frekuensi dan dalamnya pernafasan.
Bayi itu umumnya segera menangis sekeluarnya dari jalan lahir.
Tindakan yang menimbulkan pernafasan yang pertama, dikemukakan:
a. Rangsangan pada kulit bayi
b. Tekanan pada thorax sebelum bayi lahir
c. Penimbunan CO2 : Setelah anak lahir kadar CO2 dalam darah anak
naik dan ini merupakan rangsangan pernafasan
d. Kekurangan O2

5
e. Pernafasan intrautrin: Anak sudah mengadakan pergerakan pernafasan
dalam rahim, malahan sudah menangis dalam rahim. Pernafasan di
luar hanya merupakan lanjutan dari gerakan pernafasan di dalam
Rahim
f. Pemeriksaan bayi: Kebanyakan anak akan mulai bernafas dalam
beberapa detik setelah lahir dan menangis dalam setengah menit.
2. Perubahan Metabolisme Karbohidrad atau Glukosa
Fungsi otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan
tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi
harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri.
Pada setiap bayi baru lahir glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan gula darah dapat terjadi dengan 3 cara:
a) Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk
menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir). b) Melalui penggunaan
cadangan glikogen (glikogenolisis). c) Melalui pembuatan glukosa dari
sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis).
3. Perubahan Suhu Tubuh
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka,
sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan-perubahan
lingkungan.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui: a) Evaporasi,
cairan menguap pada kulit yang basah. b) Konduksi, kehilangan panas
oleh karena kulit bayi berhubungan langsung dengan benda/alat yang
suhunya lebih dingin. c) Konveksi, terjadi bila bayi telanjang di ruang
yang relatif dingin (25oC atau kurang). d) Radiasi, kehilangan panas
karena tubuh bayi yang lebih panas menyentuh permukaan yang lebih
dingin.
4. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler harus terjadi 2 perubahan besar, yaitu:
a. Penutupan foramen ovale atrium jantung.
b. Penutupan duktus afteriosus antara arteri paru dan aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh:

6
a. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun
karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan yang mengurangi
volume dan selanjutnya tekanannya. Kedua kejadian ini membantu
darah dengan kandungan oksigen sedikit mengatur ke paru-paru untuk
mengalami proses oksigenasi ulang.
b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama
ini menimbulkan relaksasi dan terbakarnya sistem pembuluh baru.
Dengan peningkatan tekanan pada atrium kiri foramen ovale secara
fungsi akan menutup.Perubahan sistem gastrointestinal, ginjal
5. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan masih terbatas, juga hubungan antara esophagus bawah dan
lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh pada bayi
baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas
kurang dari 30 cc. Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak
berbau, substansi yang kental disebut mekonium. Feses ini mengandung
sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran pencernaan, empedu, dan
zat sisa dari jaringan tubuh. Pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari
ke 2-3. pada hari ke 4-5 warna tinja menjadi coklat kehijauan.
6. Air Kencing
Bila kandung kencing belum kosong pada waktu lahir, air kencing
akan keluar dalam waktu 24 jam yang harus dicatat adalah kencing
pertama, frekuensi kencing berikutnya, serta warnanya bila tidak
kencing/menetes/perubahan warna kencing yang berlebihan.
7. Perubahan Berat Badan
Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun oleh karena
pengeluaran (meconium, urine, keringat) dan masuknya cairan belum
mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih dari 10%. Berat badan akan
naik lagi pada hari ke 4 sampai hari ke 10. Cairan yang diberikan pada hari
1 sebanyak 60 ml/kg BB setiap hari ditambah sehingga pada hari ke 14
dicapai 200 ml/kg BB sehari.

7
8. Sistem Skeletal
Tulang-tulang neonatus lunak karena tulang tersebut sebagian
besar terdiri dari kartilago yang hanya mengandung sejumlah kecil
kalsium.
9. Sistem Neuromuskuler
Pada saat lahir otot bayi lambat dan lentur, otot-otot tersebut
memiliki tonus kemampuan untuk berkontraksi ketika dirangsang, tetapi
bayi kurang mempunyai kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem
persarafan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum
terintegrasi secara sempurna.

D. Perawatan Neonatal Esensial Pada Saat Lahir (PMK 35, 2014)


1. Kewaspadaan Umum
Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang
disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses
persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Beberapa
mikroorganisme harus diwaspadai karena dapat ditularkan lewat percikan
darah dan cairan tubuh misalnya virus HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C.
Sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan telah melakukan
upaya pencegahan infeksi berikut:
a. Persiapan Diri
Sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi, cuci tangan dengan
sabun kemudian keringkan. Memakai sarung tangan bersih pada saat
menangani bayi yang belum dimandikan.
b. Persiapan Alat
Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,
gunting, alat-alat resusitasi dan benang tali pusat telah di desinfeksi
tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi. Gunakan bola karet pengisap yang
baru dan bersih jika akan melakukan pengisapan lendir dengan alat
tersebut. Jangan menggunakan bola karet pengisap yang sama untuk
lebih dari satu bayi. Bila menggunakan bola karet pengisap yang dapat
digunakan kembali, pastikan alat tersebut dalam keadaan bersih dan

8
steril. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang
digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan bersih dan hangat.
Demikian pula halnya timbangan, pita pengukur, termometer,
stetoskop dan benda-benda lain yang akan bersentuhan dengan bayi,
juga bersih dan hangat. Dekontaminasi dan cuci semua alat setiap kali
setelah digunakan.
c. Persiapan Tempat
Gunakan ruangan yang hangat dan terang, siapkan tempat resusitasi
yang bersih, kering, hangat, datar, rata dan cukup keras, misalnya meja
atau dipan. Letakkan tempat resustasi dekat pemancar panas dan tidak
berangin, tutup jendela dan pintu. Gunakan lampu pijar 60 watt dengan
jarak 60 cm dari bayi sebagai alternatif bila pemancar panas tidak
tersedia.
2. Penilaian Awal
Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4
pertanyaan: Sebelum bayi lahir:
a. Apakah kehamilan cukup bulan?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan
kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan
penilaian berikut:
a. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
b. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Dalam Bagan Alur Manajemen BBL dapat dilihat alur
penatalaksanaan BBL mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan serta
alternatif tindakan yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL.
Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung
menangis atau bernapas spontan dan bergerak aktif cukup dilakukan
manajemen BBL normal.
Jika bayi kurang bulan (< 37 minggu/259 hari) atau bayi lebih
bulan (≥ 42 minggu/283 hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium

9
dan atau tidak bernapas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik
lakukan manajemen BBL dengan Asfiksia.

10
11
12
13
3. Pencegahan Kehilangan Panas
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum
berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya
pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami
hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami
sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi
yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi
prematur atau berat lahir rendah lebih rentan untuk mengalami hipotermia.
Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia (temperatur
tubuh lebih dari 37,5°C).
a. Mekanisme Kehilangan Panas
BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:
1) Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal
ini merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan

14
panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera
dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak
segera dikeringkan dan diselimuti.
2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat
tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh
bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi
apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau
ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami
kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran
udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui
ventilasi/pendingin ruangan.
4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih
rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan
cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh
bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
b. Mencegah Kehilangan Panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:
1) Ruang bersalin yang hangat Suhu ruangan minimal 25°C. Tutup
semua pintu dan jendela.
2) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks Keringkan bayi
mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu
menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah dengan
handuk atau kain yang kering.
3) Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke
kulit bayi Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di
dada atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi
menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di

15
antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting
payudara ibu.
4) Inisiasi Menyusu Dini
5) Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
6) Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan
pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki
permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat
kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
7) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit
bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah
kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian),
sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat bayi dapat dinilai
dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti
dikurangi dengan berat pakaian atau selimut. Bayi sebaiknya
dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari enam
jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi
dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan
hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan BBL.
8) Rawat Gabung Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama
24 jam. Idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama
dengan ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga
agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya
dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
9) Resusitasi dalam lingkungan yang hangat Apabila bayi baru lahir
memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam lingkungan yang
hangat.
10) Transportasi hangat Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar
tetap hangat selama dalam perjalanan.

16
11) Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga
tentang hipotermia meliputi tanda-tanda dan bahayanya.
12) Jangan memandikan bayi sebelum 6 jam setelah lahir dan sebelum
kondisi stabil.
4. Memotong dan Perawatan Tali Pusat
a. Memotong dan Mengikat Tali Pusat Klem, potong dan ikat tali pusat
dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan
sebelum tali pusat dipotong.
1) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm
dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali
pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu
(agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali
pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat
jepitan ke-1 ke arah ibu.
2) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang
lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT atau steril.
3) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya
4) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam
larutan klorin 0,5%. 5) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk
upaya Inisiasi Menyusu Dini.
b. Nasihat untuk Merawat Tali Pusat
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.
2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan
atau bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga
kepada ibu dan keluarganya.

17
3) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan
apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
4) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
a) Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
b) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa
tali pusat mengering dan terlepas sendiri.
c) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air
DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan
menggunakan kain bersih.
d) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit
sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda
infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas
kesehatan.
5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif
selama 6 bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping
ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih
sayang (asih), memberikan nutrisi terbaik (asuh) dan melatih refleks dan
motorik bayi (asah). Langkah IMD dalam Asuhan Bayi Baru Lahir :
1) Langkah 1 : Lahirkan, Lakukan Penilaian pada bayi, Keringkan.
Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran. Sambil meletakkan bayi di perut
bawah ibu lakukan penilaian apakah bayi perlu resusitasi atau tidak.
Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi
mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut
tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan membantu menyamankan
dan menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan
kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem.
Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada
tangan bayi membantu bayi mencari puting ibunya yang berbau sama.
Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

18
(hamil tunggal) kemudian suntikkan oksitosin 10 UI intra muskular
pada ibu.
2) Langkah 2 : Lakukan Kontak Kulit ibu dengan kulit bayi selama
paling sedikit satu jam
Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada
ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala
bayi harus berada di antara payudara ibu tapi lebih rendah dari puting.
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi. Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit
satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika
perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak
visual antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara ibu.
Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan Manajemen
Aktif Kala 3 persalinan.
3) Langkah 3 : Biarkan bayi mencari dan menemukan putting ibu
dan mulai menyusu
Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu.
Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu
misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya.
Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara. Sebagian besar bayi akan berhasil
menemukan puting ibu dalam waktu 30-60 menit tapi tetap biarkan
kontak kulit bayi dan ibu setidaknya 1 jam walaupun bayi sudah
menemukan puting kurang dari 1 jam. Menunda semua asuhan bayi
baru lahir normal lainnya hingga bayi selesai menyusu setidaknya 1
jam atau lebih bila bayi baru menemukan puting setelah 1 jam. Bila
bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum
bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan
mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi. Jika bayi belum
menemukan puting ibu - IMD dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih
dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama
30-60 menit berikutnya. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam

19
waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di
dada ibu. Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya
(menimbang, pemberian vitamin K1, salep mata) dan kemudian
kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu. Kenakan pakaian pada
bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya. Tetap tutupi
kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat
kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian
telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi
hangat kembali. Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi
harus selalu dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi
bisa menyusu sesering keinginannya.
6. Pencegahan Perdarahan
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum
sempurna, maka semua bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan
tidak tergantung apakah bayi mendapat ASI atau susu formula atau usia
kehamilan dan berat badan pada saat lahir. Perdarahan bisa ringan atau
menjadi sangat berat, berupa perdarahan pada Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi ataupun perdarahan intrakranial. Untuk mencegah kejadian
diatas, maka pada semua bayi baru lahir, apalagi Bayi Berat Lahir Rendah
diberikan suntikan vitamin K1 (Phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis
tunggal, intra muskular pada antero lateral paha kiri. Suntikan Vitamin K1
dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis
B. Perlu diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vitamin K1 yaitu ampul
yang sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk dipergunakan kembali.
7. Pencegahan Infeksi Mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan
segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam
setelah lahir. Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep
mata antibiotik tetrasiklin 1%. Cara pemberian salep mata antibiotik:
a. Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir) kemudian
keringkan

20
b. Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan
pemberian obat tersebut.
c. Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah.
d. Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang
paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata atau tetes
mata.
e. Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata
bayi.
f. Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk
tidak menghapus obat-obat tersebut.
8. Pemberian Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah
pemberian Vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B
bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama
jalur penularan ibu-bayi.
Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara
vertikal (penularan ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan horisontal
(penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk mencegah terjadinya
infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin.
Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap
membawa virus Hepatitis B didalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa)
hepatitis. Risiko penderita Hepatitis B untuk menjadi carrier tergantung
umur pada waktu terinfeksi. Jika terinfeksi pada bayi baru lahir, maka
risiko menjadi carrier 90%. Sedangkan yang terinfeksi pada umur dewasa
risiko menjadi carrier 5-10%. Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus
diberikan pada bayi umur 0 – 7 hari karena:
a. Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B.
b. Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu
pembawa virus.
c. Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi
Hepatitis menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis hati
dan kanker hati primer

21
d. Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75%
bayi dari penularan Hepatitis B. Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu
untuk kembali untuk mendapatkan imunisasi berikutnya sesuai jadwal
pemberian imunisasi.
9. Pemberian Identitas
Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera
mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan
ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi, sebaiknya dilakukan segera
setelah IMD. Gelang pengenal berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal,
jam lahir dan jenis kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan juga
dilakukan cap telapak kaki bayi pada rekam medis kelahiran. Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan
bahwa setiap anak berhak atas identitas diri. Tenaga kesehatan sebagai
penolong persalinan menuliskan keterangan lahir untuk digunakan orang
tua dalam memperoleh akte kelahiran bayi, lembar keterangan lahir
terdapat di dalam Buku KIA.
10. Anamnese dan Pemeriksaan Fisik
Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan
yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam
rahim ke kehidupan di luar rahim. Pemeriksaan BBL bertujuan untuk
mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi. Risiko
terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga
jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal
di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
11. Pemulangan Bayi Lahir Normal
Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya dipulangkan
minimal 24 jam setelah lahir apabila selama pengawasan tidak dijumpai
kelainan. Sedangkan pada bayi yang lahir di rumah bayi dianggap
dipulangkan pada saat petugas kesehatan meninggalkan tempat persalinan.
Pada bayi yang lahir normal dan tanpa masalah petugas kesehatan
meninggalkan tempat persalinan paling cepat 2 jam setelah lahir. Petugas
melakukan pemeriksaan lengkap untuk memastikan bayi dalam keadaan

22
baik, dan harus memberikan konseling tanda bahaya dan perawatan bayi
baru lahir serta memberi tahu jadwal kunjungan neonatus 1, 2 dan 3.
Tanda bahaya yang harus diperhatikan adalah:
a. Tidak mau minum atau memuntahkan semua ATAU
b. Kejang ATAU
c. Bergerak hanya jika dirangsang ATAU
d. Napas cepat ( ≥ 60 kali /menit ) ATAU
e. Napas lambat ( < 30 kali /menit ) ATAU
f. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat ATAU
g. Merintih ATAU
h. Teraba demam (suhu aksila > 37.5 °C) ATAU
i. Teraba dingin (suhu aksila < 36 °C ) ATAU
j. Nanah yang banyak di mata ATAU
k. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut ATAU
l. Diare ATAU
m. Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki

E. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir


Normal
PENGKAJIAN (DATA SUBYEKTIF)
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : By. Nama orang tua BBL
Umur/Tanggal Lahir : 0-28 hari
Bayi Baru Lahir adalah masa yang dimulai
ketika bayi keluar dari perut ibu hingga
bulan pertama kehidupan (Helen Varney,
2014)
Jenis Kelamin :
Tanggal M.Faskes :
b. Identitas Orang Tua
Nama Ayah :

23
Nama Ibu :
Usia ayah/ibu : usia >20 dan <35 tahun
Faktor ibu yang memperbesar resiko
kematian perinatal adalah pada ibu dengan
umur lebih tua (Walyani, E. 2015)
Pendidikan ayah/ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Agama :
Suku/Bangsa :
Alamat :
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Riwayat Antenatal
a) Pemeriksaan kehamilan dan Frekuensi kunjungan
Menurut Kemenkes RI (2014) pelayanan antenatal care (ANC)
pada kehamilan normal minimal 6 kali dengan rincian 1 kali di
Trimester 1, 2 kali di Trimester 2, dan 3 kali di Trimester 3.
Minimal diperiksa 2 kali oleh dokter.
Setiap kunjungan ulang terdiri atas peninjauan ulang catatab,
riwayat dan pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk
mengevaluasi kesejahteraan ibu dan janin (Helen Varney,
2014).
b) Komplikasi Kehamilan
Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta sebaiknya
juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai
upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat, baik
terhadap kehamilan dan keselamatan bayi yang dikandungnya
(Helen Varney, 2014).
2) Riwayat Intranatal
a) Jenis Persalinan : Normal/Abnormal
b) Komplikasi Persalinan

24
IBU
 Persalinan Lama
disebabkan oleh kelainan tenaga, kelainan janin, atau
kelainan jalan lahir (Helen Varney, 2014)
 Ketuban Pecah Dini

NEONATUS
 Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada di
bawah segmen rahim bukan belakang kepala
 Prolapsus tali pusat: diklasifikasikan menjadi tali pusat
terkemuka, tali pusat menumbung dan occult prolapsed
 Persalinan preterm
c) Keadaan Ketuban
 Utuh/Pecah
 pecah ketuban secara spontan paling sering terjadi sewaktu-
waktu pada persalinan kala aktif (Helen Varney, 2014)
 jernih/keruh/mekonium/darah Mekonium dalam cairan
ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin.
Tanda-tanda gawat janin jika DJJ 180x/menit. Tapi jika
terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ketempat yang
memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir (PMK, 2014)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat Penyakit Menular
1) Penyakit Paru-paru : ibu hamil dengan riwayat TBC aktif
kemungkinan bisa menyebabkan kuman saat persalinan dan bisa
menular pada bayi (Prawirohardjo, Sarwono. 2018).
2) Penyakit Hati : Penularan terjadi secara transplasenta, dari serum
ke serum, dan melalui kontak dengan urin, feses, saliva, semen,
atau sekresi vagina yang terkontaminasi selama proses persalinan.
Angka transmisi tertinggi ialah ibu terkena virus sesaat sebelum
persalinan (Prawirohardjo, Sarwono. 2018).

25
3) Varisela zoster : Cacar air yang diderita ibu dari gestasi 20 minggu
hingga hampir masa persalinan dapat mengakibatkan bentuk
varisela neonates yang lebih ringan yang tidak mengakibatkan
gejala sisa negative bagi neonatus (Prawirohardjo, Sarwono. 2018).
4) Infeksi Menular Seksual : Kematian janin, baik dalam bentuk
abortus spontan atau lahir mati ditemukan pada 20-25% perempuan
yang menderita sifilis atau pun herpes. BBLR dapat dijumpai pada
vaginosis bacterial, trikomoniasis, sifilis atau herpes prime. infeksi
congenital pada infeksi klamida, gonore, sifilis dini dan herpes
genital (Prawirohardjo, Sarwono. 2018).
b. Riwayat Penyakit Menurun
Penyakit DM kebanyakan adalah penyakit keturunan, bukan penyakit
menular. Beberapa ibu yang secara genetic selalu melahirkan bayi
besar, seperti ibu dengan diabetes mellitus yang menyebabkan penyulit
dalam persalinan akibat janin besar yang merupakan kelanjutan dari
penyulit kehamilan dengan janin besar,implikasi makrosomia bagi ibu
melibatkan distensi uterus, menyebabkan peregangan yang berlebihan
pada serat-serat uterus. Hal ini menyebabkan disfungsional persalinan,
kemungkinan ruptur uterus, dan peningkatan insiden perdarahan
postpartum (Varney, 2014).
4. Keadaan Bayi Saat Lahir
Berisi tentang kondisi bayi saat lahir dan tindakan yang telah dilakukan
5. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi : Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila pengisapan
putting susu cukup adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap 10-
100 ml ASI. Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi.
Bayi sehat akan mengkonsumsi 700–800 ml ASI per hari (kisaran
600–1000 ml) untuk tumbuh kembang bayi (JNPK-KR, 2016)
b. Eliminasi : BAK: 24 jam pertama 15-60 ml dengan frekuensi lebih
dari 20 x BAB: turun 5-13% pada hari ke 4-5 diakibatkan karena
intake minimal dan metabolisme meningkat (PMK, 2014)

26
c. Istirahat : BBL tidur nyenyak: bayi jarang bergerak dan pernafasan
lambat dan teratur BBL tidur dengan gerakan mata yang cepat (REM):
bayi bernafas tidak teratur dan meringis atau membuat ekspresi wajah
lainnya serta gerakan mata yang cepat dapat terlihat melalui kelopak
mata.
d. Personal Hygine : BBL perlu mandi setiap hari. Kepala dan popok
BBL perlu di bersihkan/diganti setiap kali area tersebut kotor dan
perawatan tali pusat yang sesuai dapat mencegah infeksi neonatorum
(Varney, 2014)
e. Aktifitas : BBL mengeluarkan aktivitas motorik yang tidak jelas dan
aktif menangis, menangis disebabkan oleh letih, kolik, rasa tidak
nyaman, lapar dan kesepian
6. Riwayat Psikososiokultural spiritual (Fox, Deborah, 2022; Tully, Erin,
2022)
a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (genogram) Genogram
untuk memantau komposisi, fungsi dan hubungan keluarga serta untuk
mengetahui penyakit keluarga yang dapat mempengaruhi kesehatan
klien.
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan 1) Bagaiman
keadaan Psiko ibu dalam menerima bayinya. 2) Bagaimana sosial ibu
dalam perawatan BBL, bagaimana dukungan keluarga khususnya
suami. 3) Bagaimana kultural (adat istiadat) ibu dalam perawatan BBL
adakah yang merugikan. 4) Bagaiman keadaan spiritual ibu dalam
perawatan BBL.

PENGKAJIAN (DATA OBYEKTIF)


1. Pemeriksaan Umum
Tanda Vital
Nadi : 100-160 x/menit (Varney, 2014)
Pernafasan : 40-60 x/menit (Varney, 2014)
Suhu : 36,5-37,5 ℃ (Varney, 2014)

27
Antropometri
Panjang Badan : 48-52 cm (Varney, 2014)
Berat Badan : 2500-4000 gram (Varney, 2014)
Lila : 10-11 cm (Varney, 2014)
Lingkar Kepala :
Circum ferensia Suboccipito Bregmatica : 32 cm
Circum ferensia fronto Oksipito : 34 cm
Circum ferensia Mento Oksipito Bregmatica : 35 cm
Lingkar dada : 30-38 cm (Varney, 2014)
Lingkar perut : 28-30 cm (Varney, 2014)
2. Pemeriksaan Fisik (PMK, 2014; Varney, 2014; Tully, Erin, 2022)
Kepala : Tampak bulat, bentuk kepala terkadang asimetris
karena penyesuaian pada saat proses persalinan,
umumnya hilang dalam 48 jam, tidak tampak caput
succedaneum, tidak tampak cephalhematoma, tidak
tampak molding Normosefalik jika dibandingkan
dengan ukuran tubuh (lingkar kepala untuk BBL
cukup bulan rata-rata adalah 32- 38 cm), Distribusi
rambut di puncak kepala dengan lembaran-
lembaran tunggal, Ubun-ubun besar rata atau tidak
membonjol, dapat sedikit membonjol saat bayi
menangis, Tidak ada massa atau area yang lunak di
tulang tengkorak; Frontanel anterior terbuka sampai
12-18 bulan, berbentuk wajik, 5x4 cm sepanjang
sutura korona dan sutura sagital; Frontanel posterior
berbentuk segitiga, sangat kecil, 1x1 cm sepanjang
garis sutura lambdoidalis dan sagitalis; atau
menutup pada saat lahir
Mata : Segaris dengan telinga; hidung di garis tengah;
Sclera jernih; konjungtiva jernih; iris berwarna
merata, bilateral; pupil sama bilateral dan reaktif;
terhadap cahaya; kornea jernih; retina transparan;

28
reflex mengedip reaktif, Tidak ada kotoran/secret,
Tidak teraba oedem; kelopak mata tanpa ptosis atau
edema
Hidung : posisi garis tengah; nares ada di kedua sisi;
menyeringai atau menangis sebagai respons
terhadap bau yang kuat; tidak tampak pengeluaran
cairan, tidak tampak pernafasan cuping hidung,
Tidak ada fraktur
Telinga : berada di garis lurus dengan mata, sudut vertical
lebih besar dari pada garis vertical lurus; tidak
miring; pembentukkan tulang rawan pinna terbentuk
dengan baik, kokoh, tulang rawan kaku, kembali ke
bentuk semula dengan cepat
Mulut : garis tengah wajah; simetris; bentuk dan ukuran
proposional dengan wajah; membrane mukosa:
lembab, merah muda; palatum tidak membentuk
arkus; utuh; lidah proposional dengan mulut; ovula :
garis tengah naik ketika menangis
Leher : Tampak pergerakan leher, vena jugularis tampak
normal, Tidak ada pembesaran vena jugularis,
kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
Dada : Ekskursi diafragma di kedua sisi sama; tulang iga
simetris; payudara: jarak antar puting pada garis
sejajar tanpa ada puting tambahan; aerola tegak dan
tidak ada rabas. Usaha napas; mudah, berirama
tanpa usaha tambahan, dapat tidak teratur tetapi
periode apnea lebih dari 15 adalah abnormal,
Prosesus xifoideus ada; tulang iga tanpa massa,
Suara napas jernih, sama di kedua sisi pada anterior
dan posterior; beberapa kali ronkhi basah muncul
beberapa jam pertama setelah lahir akibat cairan

29
yang tersisa di paru janin, Tidak ada peningkatan
timpani pada lapang paru
Abdomen : Bundar memiliki kontur, simetris, tali pusat
memiliki 3 pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena),
putih kebiruan, tidak tampak perdarahan tali pusat,
Abdomen lunak dan tidak nyeri tekan, tanpa massa,
Bising Usus: 5–35 x/mnt, Timpani kecuali redup
pada hati, limpa dan kandung kemih
Punggung : Tampak simetris, tidak tampak spina bifida
Gebetalia : Perempuan : Labia mayora: ada dan menutupi labia
minora; Labia minora: ada dan terbentuk sempurna;
Klitoris ada dan mungkin membesar; Meatus uretra:
ada di depan orifisum uretra; Vagina: paten dengan
atau tanpa rabas putih. Laki-laki: Penis; lurus,
proposional terhadap tubuh (panjang 2,8–4,3 cm);
Meatus urinarius: di tengah dan di ujung glans;
Aliran urin: lancer dari penis dan berkemih tidak
lebih dari 24 jam pasca natal; Testis dan skrotum:
penuh banyak rugae; pigmentasi gelap, Perineum
halus,
Anus : Terdapat lubang anus, di tengah, paten (uji dengan
menginsersi jari kelingking); tonus sfingter ani: ada
(usapan ringan di area anus mengakibatkan
konstriksi sfingter)
Kulit : warna kulit kemerahan, Warna kulit ikterus setelah
48 jam pertama usia bayi, hilang pada hari keempat
sampai kelima; Kulit: Lembab, hangat ketika
disentuh, tidak ada pengelupasan; Verniks: tebal,
materi seperti keju berwarna putih; lanugo sedikit:
rambut halus pada tubuh; terdapat milia; toksikum
eritema ruam bayi baru lahir pada tubuh, biasanya
pada hari pertama sampai ketiga; bintik-bintik dapat

30
merupakan reaksi normal terhadap imaturitas sistem
organ
Ekstermitas : proporsional; terdapat 10 jari tanpa selaput, jarak
antar jari sama, kuku: panjang melebihi bantalan
kuku, Tidak teraba oedema; Bantalan kuku: merah
muda, pengisian ulang kapiler cepat (3 detik), sama
di kedua sisi; lavikula: tanpa fraktur atau nyeri,
simetris; nadi: brakialis dan radialis kuat dan sama
di kedua sisi, sebanding dengan nadi femoralis
3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks (JNPK-KR, 2016)
a. Refleks Morro : Positif, terkejut saat ada suara
b. Refleks Rooting : Positif, membuka mulut jika ada yang
menyentuh bibir
c. Refleks Sucking : Positif, dapat menghisap puting susu
d. Refleks Swallowing : Positif, dapat menelan
e. Refleks Babinsky : Positif, jari kaki menekuk ke bawah
f. Refleks Grasp : Positif, dapat menggenggam dengan baik
4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : SHK, Gula Darah Sewaktu, Hemoglobin

II. INTERPRESTASI DATA DASAR


Diagnosis : NCB SMK (Neonatus Cukup Bulan Sesuai
Masa Kehamila)
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
V. RENCANA INTERVENSI
1. Menjaga kehangatan tubuh bayi, ajarkan kontak kulit ke kulit orang
tua dengan bayi

31
Rasional : Mengurangi kehilangan panas akibat
evaporasi dan konduksi, melindungi
kelembaban bayi dari aliran udara atau
pendingin udara dan membatasi stres akibat
perpindahan dari uterus yang hangat
kelingkungan yang lebih dingin. Karena
besar area permukaan relatif dari kepala bayi
baru lahir dalam hubungannya dengan
tubuh, bayi dapat mengalami kehilangan
panas dramatik dari kelembaban, kepala
tidak tertutup (PMK, 2014)
Kontak kulit ke kulit sedini mungkin
merupakan intervensi penting untuk
memperkuat kontak orang tua dengan
bayinya dengan penuh rasa sayang,
kedekatan fisik memiliki hubungan dalam
membangun kedekatan emosionalorang tua
dengan bayi (Lillieskold, Siri, 2022)
2. Anjurkan dan ajarkan IMD
Rasional : Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini
mungkin, eksklusif selama 6 bulan
diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan
pendamping ASI sejak usia 6 bulan.
Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan
kasih sayang (asih), memberikan nutrisi
terbaik (asuh) dan melatih refleks dan
motorik bayi (asah) (PMK, 2014)
3. Mencegah perdarahan, pencegahan infeksi mata dan pemberian
imunisasi
Rasional : Karena sistem pembekuan darah pada bayi
baru lahir belum sempurna, maka semua
bayi akan berisiko untuk mengalami

32
perdarahan tidak tergantung apakah bayi
mendapat ASI atau susu formula atau usia
kehamilan dan berat badan pada saat lahir.
Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat
berat, berupa perdarahan pada Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi ataupun perdarahan
intrakranial. Untuk mencegah kejadian
diatas, maka pada semua bayi baru lahir,
apalagi Bayi Berat Lahir Rendah diberikan
suntikan vitamin K1 (Phytomenadione)
sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muskular
pada antero lateral paha kiri. Suntikan
Vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD
dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis
B (PMK, 2014).
Salep atau tetes mata untuk pencegahan
infeksi mata diberikan segera setelah proses
IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1
jam setelah lahir. Pencegahan infeksi mata
dianjurkan menggunakan salep mata
antibiotik tetrasiklin 1% (PMK, 2014).
Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0)
diberikan 1-2 jam setelah pemberian
Vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi
Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah
infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama
jalur penularan ibu-bayi. Penularan Hepatitis
pada bayi baru lahir dapat terjadi secara
vertikal (penularan ibu ke bayinya pada
waktu persalinan) dan horisontal (penularan
dari orang lain). Dengan demikian untuk
mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi

33
harus diimunisasi Hepatitis B sedini
mungkin (PMK, 2014).
4. Melakukan perawatan tali pusat dengan penggunaan kolostrum
Rasional : Perawatan tali pusat yang benar dan
lepasnya tali pusat dalam minggu pertama
bermakna untuk mengurangi insiden infeksi
pada neonatus. Perawatan tali pusat dengan
menggunakan kolostrum lebih
efektifdibandingkan dengan perawatan
dengan menggunakan kain kasa kering
untuk waktu pemisahan tali pusat. Namun
kombinasi pemberian kolostrum dan kasa
kering dapat mempercepat waktu pemisahan
dan mencegah terjadinya infeksi tetanus
neonatorum (Nasihah, Ihah, 2020)

34
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


53, Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.
Dinas Kesehatan Kutai Kartanegara (2020). Profil Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara Tahun 2020. http://dinkes.kukarkab.go.id/statis-20-profil-
kesehatan--kab-kukar-tahun-2020.html 19:44 23/02/2022
Musange, Sabine Furere, et all. 2019. Group antenatal care versus standard
antenatal care and effect on mean gestational age at birt in Rwanda.
Gates Open Research.
Kementrian Kesehatan RI, 2020. Pedomen Pelayanan Antenatal, Persalinan,
Nifas dan Bayi Baru Lahir. Jakarta
Walyani, E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :
Pustaka Baru Press
Elmeida IF. 2015. Asuhan Kebidanan Neonatus [Internet]. Pertama. Ismail T,
Editor. Jakarta: Cv. Trans Info Media. 244 P. Available From:
Ww.Transinfotim.Blogspot.Com 7.
Pohan A.2017. Jurnal Ilmiah Kohesi Vol. 1 No. 1 . 1(1):95–103.
Helen V. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 4th Ed. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2018. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. 1st ed. cetakan kelima Abdul Bari Saifuddin,
editor. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
JNPK-KR. 2016. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal
Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi
Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta.
Fox, Deborah. 2022. Perinatal Mental Healthcare.
www.sciencedirect.com/journal/woman-and-birth. Diakses : 27 Maret
2023
Tully, Elin, 2022. South Asian Woman’s experiences of earlier additional, fetal
monitoring to reduce stillbirth : an exploratory qualitative study.
www.sciencedirect.com/journal/woman-and-birth. Diakses : 27 Maret
2023
Nasihah, Ihah et. al. 2020. The effect of colostrum use the length of time to release
te umbilical cord in infants at saketi health center. Asian Research
Midwifery and Basic Journal. Diakses : 27 Maret 2023
Lillieskold, Siri et. al, 2022. Parents experiences of immediate skin to skin contact
after the birth of their very preterm neonates.
https:doi.org/10/1016/j.jogn.2021.10.002 Diakses : 27 Maret 2023

35

Anda mungkin juga menyukai