Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS


DI RS DIRGAHAYU SAMARINDA

Disusun Oleh :

PASKALIA MONIK

NIM. P0722440034

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu
yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta
harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2010). Pada tahun 2007, WHO dan
UNICEF mengeluarkan protokol baru tentang ASI segera atau IMD yang
harus diketahui setiap tenaga kesehatan. Protokol baru tersebut adalah
melakukan kontak kulit bayi segera setelah lahir selama sedikitnya satu
jam dan membantu ibu mengenali kapan bayinya siap menyusui
(Mulyono, 2008 dalam Novita 2 Rudiyanti, 2013).
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF
yang merekomendasikan inisiasi menyusui dini (early latch-on) sebagai
tindakan life saving, karena IMD dapat menyelamatkan 22% dari bayi
yang meninggal sebelum usia satu bulan, dan meningkatkan keberhasilan
menyusui secara eksklusi serta meningkatkan lamanya disusui. Periode
menghisap bayi paling kuat adalah dalam beberapa jam pertama setelah
lahir (Krisna, 2007 dalam novita rudiyanti, 2013).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan kebidanan ibu bersalin sesuai
dengan manajemen varney, dan mendokumentasikan asuhan yang
diberikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan konsep dasar teori persalinan.
b. Mendeskripsikan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada
intranatal care.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada intranatal care dengan
pendekatan Varney, yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan ibu intranatal care
dalam bentuk catatan SOAP.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori


1. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram. (Bakti husada, 2005)
b. Diagnosis Bayi Baru Lahir
Ciri-ciri Bayi Baru Lahir: 24 jam pertama setelah kelahiran
(Protap RSUD AWS Samarinda), berat badan 2500-4000 gram,
panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-
35 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160
x/menit, pernafasan ± 40-60 x/menit, kulit kemerah-merahan dan
licin, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR > 7, gerak aktif,
reflek rooting (mencari puting susu dengan rangsangan pada pipi
dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, reflek sucking
(hisap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik, reflek moro
(gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik,
reflek grasping (menggenggam) sudah terbentuk dengan baik, pada
laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
skrotum dan penis yang berlubang, pada perempuan kematangan
ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia
mayora dan labia minora, eliminasi baik yang ditandai dengan
keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam
kecoklatan (Dewi, 2011), eliminasi BAK terjadi dalam 24 jam
pertama (Saifuddin, 2006).
c. Fisiologi Bayi Baru Lahir
Ada beberapa perubahan fisiologi pada BAyi BAru Lahir yaitu:
Tabel 2.1 Fisiologi Bayi Baru Lahir

Perubahan Keterangan

Sistem Pernapasan 35% cairan pada paru hilang, bayi baru

lahir dapat mempertahankan pernapasan

jika pusat pernapasan bekerja mengatur

pernapasan

Sistem peredaran darah Tekanan akibat peningkatan aliran darah di

sisi kiri jantung menyebabkan foramen

ovale menutup. Duktus arteriosus, yang

mengalirkan darah plasenta teroksigenisasi

ke otak dalam kehidupan janin, sekarang

tidak lagi diperlukan

Sistem termoregulasi Pada saat lahir faktor yang berperan dalam

kehilangan panas pada bayi baru lahir

meliputi area permukaan tubuh bayi baru

lahir yang luas, berbagai tingkat insulasi

lemak subkutan, dan derajat fleksi otot

Pengaturan Glukosa Setelah tali pusat diikat atau diklem, maka

kadar glukosa akan dipertahankan oleh si

bayi itu sendiri serta mengalami penurunan

waktu yang cepat (1-2 jam). Seorang bayi

yang sehat akan menyimpan glukosa

sebagai glikogen dalam hati


Sistem Gastrointestinal Kemampuan menelan dan mencerna

makanan masih terbatas, mengingat

hubungan esophagus bawah dan lambung

masih belum sempurna yang dapat

menyebabkan gumoh dan kapasitasnya

sangat terbatas (± 30 cc)

Sistem Kekebalan Perkembangan kekebalan alami pada

Tubuh tingkat sel oleh sel darah akan membuat

terjadinya sistem kekebalan melalui

pemberian kolostrum dan lambat laun akan

terjadi kekebalan sejalan dengan

perkembangan usia menurut Jane Ball

Sistem Ginjal Ginjal bayi baru lahir menunjukan

penurunan aliran darah ginjal dan

penurunan kecepatan filtrasi glomerulus.

Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit

urin pada 48 jam pertama kehidupan,

sering kali hanya 30 hingga 60 ml.

seharusnya tidak terdapat protein atau

darah dalam urine

Sumber : 1. Varney, Helen, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor. 2008.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol. 2 Edisi 4. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC
2. Hidayat. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk

Pendidikan Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika.

d. Kebutuhan Dasar
Kebutuhan dasar terdiri dari:
1) Kebutuhan Fisik meliputi,
a) O2 (zat asam atau udara segar)
Kebutuhan akan zat asam sangat vital bagi
kelangsungan hidup, kebutuhan zat asam (O2) pada bayi
baru lahir sesuai dengan fisiologi bayi baru lahir. Keadaan
bayi sangat berbeda dalam kandungan.
b) Gizi
Air susu ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik
untuk menjamin kesehatan dan pertumbuhan bayi/anak,
diberikan pada usia 0-2 tahun. Asi adalah makanan bayi
yang terbaik.
c) Eliminasi
Bayi baru lahir harus sudah buang air kecil dalam
waktu 24 jam setelah lahir, selanjutnya buang air kecil 6-8
x/hari.Feces bayi baru lahir berwarna hijau (mekonium),
dan bayi baru lahir harus sudah buang air besar dalam 24
jam.
d) Istirahat dan tidur
Akan sangat bermanfaat jika bayi diletakkan di
tempat tidur yang hangat, tempat tidur seharusnya
diletakkan dekat tempat tidur ibu sehingga bisa
dihangatkan dan bisa diberikan ASI saat bayi
menginginkannya.
e) Kebersihan (personal hygiene)
Menjaga kebersihan bayi baru lahir sangat penting
guna menunjang kesehatan diri bayi.Perawatan untuk
menjaga kebersihan bayi adalah seperti memandikan bayi,
memakaikan pakaian hangat pada bayi, merawat tali pusat,
dan mengganti popok bayi.
2) Kebutuhan sosial, emosional, dan intelektual
a) Kebutuhan untuk interaksi dan komunikasi
Interaksi dan komunikasi dimaksudkan untuk memberikan
rangsangan kepada bayi baru lahir untuk kebutuhan
perkembangan dan pertumbuhannya.
b) Kasih sayang dan rasa aman
Hal ini berkaitan dengan rasa keterikatan bayi terhadap
orangtua, sehingga terjalin rasa kasih saying dan tanggung
jawab dalam perawatan bayi baru lahir secara keseluruhan.
(Gupte, 2004)
Pemeriksaan, pengawasan, dan penanganan Bayi Baru Lahir:
1) Resusitasi pada saat Kelahiran
Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan
fungsi sistem pernafasan, peredaran darah dan otak yang terhenti
atau terganggu sedemikian rupa agar kembali normal seperti
semula. Akan tetapi, tindakan resusitasi seperti penghisapan
lendir dari mulut dan hidung bayi, serta stimulasi bayi dengan
mengusap telapak kaki atau punggung bayi tidak perlu
dilakukan bila bayi dapat bernapas spontan dengan adekuat atau
menangis. (Prawirohardjo, 2009)
2) Pemotongan Tali Pusat
Tali pusat diklem kurang lebih 1 cm dari dinding perut dan
kemudian dipotong sedikitnya 1 cm di atas klem.Pada sebagian
rumah sakit, tali pusat diikat terlebih dahulu sebelum dipotong.
(Prawirohardjo, 2009)
3) Pemberian Salep/Tetes Mata
Bayi baru lahir harus mendapat profilaksis mata terhadap
infeksi yang di sebabkan oleh gonore dan klamidia
(Prawirohardjo, 2009)
4) Penyuntikan Vitamin K
Penyuntikan vitamin K secara intramuskular dapat
dilakukan pada bayi baru lahir yang normal sebagai tindakan
pencegahan terhadap kecenderungan perdarahan (penyakit
hemorhagik neonatal) (Varney, 2008).
Dosis vitamin K yang lazim diberikan adalah 1 mg menurut
ukuran bayinya.Vitamin K diberikan biasanya setelah 1 jam
setelah melahirkan. Cara pemberiannya yaitu diberikan pada paha
kiri bayi secara intra muskular (Wong, 2009).
5) Urine dan mekonium
Urine dan mekonium dapat diekskresikan pada saat lahir
atau segera sesudahnya. Bidan harus waspada akan kemungkinan,
catatan harus dibuat sehingga informasinya bisa diteruskan
kepada bidan atau perawat yang akan mengambil alih perawatan
bayi tersebut. (Saifuddin, 2006)
6) Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bidan harus waspada bahwa kemungkinan kehilangan panas
dapat terjadi dengan cepat pada bayi baru lahir.Kehangatan bayi
harus dijaga, dengan membungkusnya, menggunakan lampu
pemanas atau alat pengatur suhu ruangan (Infant warmer), serta
tidak memandikan bayi hingga 6-8 jam setelah kelahiran.
(Saifuddin, 2006)
7) Prosedur lainnya
Bayi ditimbang, diukur dan dimandikan sebelum
dipindahkan ke ruang neonatus. Berat badan perlu diketahui
untuk penghitungan takaran obat atau pengambilan keputusan
mengenai cara penatalaksanaan bayi sehingga pengukuran
antropometrik ini paling sering dikerjakan pada stadium ini.
Memandikan dan mengukur berat serta tinggi badan dapat pula
dilakukan setelah bayi pulih dan cukup istirahat, tindakan ini
biasanya ditunda sampai suhu bayi stabil dan sedikitnya 36,5°C.
(Saifuddin, 2006).
8) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Pilar utama dalam proses menyusui adalah inisiasi dini atau
lebih dikenal dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD
didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi menyusu sendiri
setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu
sendiri berupaya untuk mencari puting dan segera
menyusui.Jangka waktunya dalah sesegera mungkin setelah
melahirkan.IMD sangat penting tidak hanya untuk bayi, namun
juga bagi ibu.Dengan demikian, sekitar 22% angka kematian bayi
setelah lahir pada 1 bulan pertama dapat ditekan. (Prawirohardjo,
2009)
Bayi disusui selama 1 jam atau lebih di dada ibunya segera
setelah lahir. Hal tersebut juga penting dalam menjaga
produktivitas ASI. Isapan bayi penting dalam meningkatkan kadar
hormon prolaktin, yaitu hormon yang merangsang kelenjar susu
untuk memproduksi ASI. Isapan itu akan meningkatkan produksi
susu menjadi 2 kali lipat. (Prawirohardjo, 2009)
a) Manfaat IMD
(1) Untuk bayi: Menurunkan angka kematian bayi karena
hipotermia, menghangatkan bayi melalui dada ibu dengan
suhu yang tepat (Bergstrom, 2007), bayi mendapatkan
kolostrum yang kaya akan antibodi, penting untuk
pertumbubhann usus dan ketahanan terhadap
infeksi(Varney, 2008).
(2) Untuk ibu :Jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi lebih
baik sebab bayi siaga dalam 1-2 jam pertama, rasa kasih
sayang meningkat kerena adanya kontak langsung
keduanya (kulit dengan kulit) (Yuliarti, 2010), sentuhan
jilatan dan usapan pada puting susu ibu akan merangsang
pengeluaran hormon oksitosin (UNICEF, 2007),
membantu mengurangi resiko perdarahan dan
mempercepat pelepasan plasenta. (Sobhy, 2004).
Rencana Perawatan Untuk Beberapa Hari Pertama
Kehidupan:
Beberapa saat setelah transisi awal ke kehidupan
ekstrauteri, pengkajian usia gestasi dan pemeriksaan fisik lengkap
harus di lakukan pada bayi baru lahir. Tanda-tanda vital bayi baru
lahir (suhu, frekuensi jantung, dan pernafasan) harus dikaji dan di
catat setiap 4 jam setelah 2 jam pertama pengkajian yang ketat.
Warna, tonus, dan tangisan bayi baru lahir harus di catat.
Centers for Disease Control merekomendasikan agar semua
bayi baru lahir mulai mendapatkan rangkaian imunisasi untuk
Hepatitis B segera setelah lahir.Sebagian alasannya adalah
tindakan ini memberikan perlindungan terhadap bayi baru lahir
yang ibunya memiliki antigen permukaan hepatitis B yang tidak
terdiagnosis pada saat kelahiran, dengan pemajanan selanjutnya
pada bayi baru lahir. Vaksin tersebut untuk mencegah penularan
perinatal pada banyak bayi baru lahir.( Varney 2008).

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir


Normal
I. Pengkajian
1) Data Subyektif : tidak ada
2) Data Obyektif, terdiri dari
a) Keadaan Bayi Saat Lahir
Dinilai waktu kelahiran, terdiri dari tanggal, jam, dan jenis
kelamin yakni laki-laki/Perempuan, Apgar Score : > 7 (Varney,
2008)
Kriteria 0 1 2 Jumlah
Frekuensi ( ) O tidak
( ) O < 100 ( ) O > 100
Jantung ada
( )O
Usaha ( ) O tidak ( ) O menangis
lambat/tidak
Nafas ada dengan baik
teratur
( ) O beberapa
( ) O tidak ( ) O gerakan
Tonus Otot fleksi
ada aktif
ekstremitas
( ) O tidak ( )O ( ) O menangis
Refleks
ada menyeringai kuat
( ) O tubuh
( ) O merah
( ) O biru/ merah muda,
Warna Kulit muda
pucat ekstremitas
seluruhnya
biru
Keterangan : ( ) : Penilaian menit ke satu O : Penilaian
menit ke-2

Keadaan plasenta : berat : ±500 gr, ukuran diameter 15-20


cm, tebal 2-3cm, tidak ada kelainan, keadaan tali pusat,
panjangnya ±55 cm, tidak ada kelainan, tidak ada tanda-tanda
infeksi dan perdarahan tali pusat.

b) Pemeriksaan Umum Bayi Baru Lahir


Meliputi tanggal, jam, keadaan umumnya baik, meliputi
Tanda-Tanda Vital (TTV) yakni TD, tekanan darah dipantau
hanya bila ada indikasi (Saifuddin, 2006), Nadi : 120-160
x/menit (Sitiava, 2012), 180 x/menit selama beberapa menit
pertama kehidupan, RR : 40–60 x/menit (Sitiava, 2012),
T : 36,5-37,5oC, Antropometri, BB : 2500-4000 gram (DEPKES
RI, 2005). PB : 48-52 cm (Sitiava, 2012), LK, meliputi Circum
ferensia suboccipito bregmatica : 32 cm, Circum ferensia fronto
oksipito : 34 cm, Circum ferensia mento oksipito bregmatica :
35 cm (UNPAD, 1983).
f) Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir, meliputi:
Kepala terdiri kontur kepala yaitu molding hampir selalu
terjadi pada persalinan pervaginam, tampak lebih oval biasanya
jelas terlihat pada hari ke 1 dan 2, sutura teraba seperti retakan
antara tulang-tulang kepala teraba seperti ruang-ruang lunak
yang luas pada sambungan sutura, tidak ada massa atau tonjolan
tidak lazim seperti kaput sauchedaneum dan cepal hematoma,
untuk ubun-ubun teraba ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil,
teraba seperti ruang-ruang lunak yang luas pada sambungan
sutura, normalnya teraba datar, keras dan berbatas tegas
terhadap sisi-sisi tulang tengkorak, sering terjadi pulsasi pada
ubun-ubun besar (Dona L. Wong, 2009), pada mata tampak
simetris, tidak tampak kotoran dan perdarahan, pupil tampak
tidak segaris, refleks pupil sebagai respon terhadap cahaya,
gerakan mata aktif, refleks mengedip sebagai respon terhadap
cahaya atau sentuhan, biasanya tampak oedema pada kelopak
mata; tidak tampak pucat pada conjungtiva, sklera tampak
berwarna putih (Dona L. Wong, 2009).
Hidung tampak simetris, tidak tampak pernafasan cuping
hidung, cairan hidung-mukus putih cair, bersin (Dona L.
Wong,2009), pada telinga tampak simetris, tidak tampak
sekret/serumen, telinga lembut dan fleksibel (Stright, 2005),
Pada mulut tampak simetris, tidak tampak labio palato
skhizis dan labio skhizis dan gigi, bibir tidak tampak pucat,
mukosa mulut lembab, bayi menangis kuat, refleks isap baik,
sekresi lendir tidak berlebihan dan Sekresi lendir yang
berlebihan merupakan indikasi fistula trakeoesofagus (Stright,
2005).
Pada leher, pergerakan leher baik,refleks leher tonik, tidak
ada massa, pendek,gemuk, biasanya diselimuti lipatan kulit
(Dona L. Wong, 2009), pada dada tampak simetris, tidak
tampak retraksi dinding dada, tidak terdengar suara nafas
tambahan, puting susu menonjol, bunyi jantung teratur (120-160
x/menit)(Saifuddin, 2006), dan ronchi basah dapat terdengar
selama periode transisi, menggambarkan cairan paru janin dan
area yang mengalami atelektasis (pengkerutan sebagian atau
seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus
maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal). Daerah ini seharusnya bersih dalam beberapa jam
(Stright, 2005), rochi kering menandakan cairan, lendir atau
mekonium pada bronkus yang lebih besar dan kemungkinan
berhubungan dengan kondisi yang mengancam jiwa, seperti
aspirasi meconium (Stright, 2005).
Bunyi jantung sekitar 90% murmur adalah sementara dan
berhubungan dengan penutupan tidak lengkap foramen ovale
atau duktus arteriosus (Stright, 2005).
Abdomen tampak simetris, teraba kembung, tidak teraba
benjolan/massa, tali pusat tampak 2 arteri dan 1 vena, tali pusat
tampak berwarna putih, tidak tampak perdarahan tali pusat
(Stright, 2005), pada punggung tampak simetris, tidak tampak
pilonidal dimple, tidak ada kelainan fleksibilitas tulang
punggung, tidak tampak spina bifida, pada genetalia untuk
perempuan tampak klitoris, tidak tampak pengeluaran, labia
minora tertutup labia mayora (Sitiava, 2012), labia dan klitoris
biasanya adema, meatus uretra dibelakang klitoris, verniks
caseosa diantara labia (Dona L. Wong, 2009), laki-Laki tidak
tampak hipospadius dan epispadius, testis tampak sudah turun
(Sitiava, 2012), testis teraba dalam setiap skrotum, skrotum
biasanya besar, adema, menggantung dan ditutupi rugae (Dona
L. Wong, 2009) dan anus terdapat lubang anus paten, keluar
mekoniumdalam 48 jam (Dona L. Wong,2009).
Lanugo tampak terlihat maupun tidak, biasanya tidak terlihat
karna rambut kepala terlihat sempurna (Maryunani dan
Nurhayati, 2008), verniks terdapat verniks caseosa pada lipatan-
lipatan (Maryunani dan Nurhayati, 2008).
Ekstremitas pada jari tangan tampak lengkap, tidak tampak
kelainan, tidak tampak polidaktili dan sindaktili, dasar kuku
merah jambu dengan sianosis transien segera setelah lahir (Dona
L. Wong,2009), pada jari kaki tampak lengkap, tidak tampak
kelainan, tidak tampak polidaktili dan sindaktili, dasar kuku
merah jambu dengan sianosis transien segera setelah lahir (Dona
L. Wong, 2009), pergerakan tampak aktif, tonus otot bilateral,
terutama tahanan pada fleksi yang berlawanan(Dona L. Wong,
2009) pada garis telapak kaki didapatkan hasil tampak garis
telapak kaki (Myles) garis-garis di dua pertiga anterior telapak
kaki (Dona L. Wong,2009), posisitidak ada kelainan, tampak
simetris (Dona L. Wong,2009).
Status neurologi (refleks) terdiri dari Morro (+), yakni
lengan dan kaki bergerak ketika dikejutkan oleh suara atau
gerakan keras, rooting (+) Bayi menoleh kearah sentuhan pada
pipinya, sucking (+) yakni rangsangan puting susu pada langit–
langit bayi menimbulkan refleks mengisap atau berusaha untuk
mengisap benda yang disentuhkan swallowing yakni kumpulan
ASI di dalam mulut mengaktifkan refleks menelan, Babinski
yakni jari-jari kaki bayi menekuk ke bawah apabila ada gesekan
pada telapak kaki, graft yakni bila jari menyentuh telapak
tangan bayi maka jari jarinya akan langsung menggenggam
sangat kuat (JNPK-KR, 2008).
g) Data Penunjang (Laboraturium/Rongent) :
Tes laboratorium dan penelitian pendukung adalah
komponen esensial dari pengujian fisik sebagai tes dan
penelitian yang dilakukan sebagai bagian dari skrining rutin
dapat bervariasi sesuai dengan kondisi bayi status resikonya
(Varney, 2007).
II. Interpretasi Data Dasar
Diagnosis :Neonatus cukup bulan usia…hari
Masalah : Tidak ada
III. Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah actual
yang telah diidentifikasi.Pada langkah ini juga dituntut untuk
merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis masalah potensial
tersebut tidak terjadi.Diagnosis potensial dan masalah potensial bisa
saja tidak ada.
IV. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat
yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.Rumusan
ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,
kolaborasi atau bersifat rujukan.
Kebutuhan Segera : Tidak ada
V. Intervensi
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
sebagai kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang
telah diidentifikasi.
Intervensi Diagnosa :
(1)Lakukan pencegahan kehilangan panas tubuh bayi
Rasional : Mekanisme pengaturan temperature bayi baru lahir
belum berfungsi sempurna, oleh karena itu, jika tidak
segera dilakukan upaya kehilangan panas tubuh maka
BBL dapat mengalami hipotermia, bayi dengan
hipotermia, sangat berisiko tinggi untuk mengalami
sakit berat atau bahkan kematian. (JNPK-KR, 2008)
2) Lakukan pencegahan infeksi
1. Lakukan perawatan tali pusat.
Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi tali pusat dan
menjaga personal hygiene bayi. (Prawiroharjo, 2010)
2. Berikan profilaksis mata dalam bentuk obat tetes mata kira-
kira 1 jam setelah kelahiran (setelah masa interaksi orangtua
bayi).
Rasional : Membantu mencegah konjungtivitis yang
disebabkan oleh neisseria gonorrhoeae, yang mungkin ada
pada jalan lahir ibu.
Eritromisin secara efektif menghilangkan baik organisme
gonorrhea dan clamidia .(Prawiroharjo, 2010).
3. Jaga personal hygiene bayi
Rasional : Untuk menjaga personal hygiene bayi baru lahir
yang baik harus ditunjang dengan perawatan
kebersihan sehari-hari bayi baru lahir.
3) Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Rasional : Kolostrum dan ASI mengandung sekretorius IgA
dalam jumlah tinggi, yang memberikan imunitas
bentuk pasif serta makrofag dan limfosit yang
membantu mengembangkan respons inflamasi lokal
(Doenges, 2001).
4) Berikan Neo K(Phytomenadione) dengan dosis 1 mg atau 0,5 cc
secara IM (pada paha sebelah kiri)
Rasional : Bayi baru lahir cenderung mengalami kekurangan
vitamin K karena cadangan vitamin K dalam hati
relatif masih rendah ,sedikitnya transfer vitamin K
melalui tali pusat, rendahnya kadar vitamin K pada
asi dan sterilitas saluran pencernaan pada bayi baru
lahir. Kekurangan vitamin K beresiko tinggi bagi
bayi untuk mengalami perdarahan yang disebut juga
perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK).
5) Berikan imunisasi Hb 0 atau vaksin Hepatitis B.
Rasional : Untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi,
terutama jalur penularan ibu-bayi. (JNPK-KR, 2008).
6) Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital dan eliminasi bayi
Rasional :Membantu mendeteksi abnormalitas dan defek
neurologis, menentukan usia gestasi dan
mengidentifikasi kebutuhan terhadap pemantauan
tetap dan perawatan lebih intensif.

7) Berikan KIE tentang menyusui.


Rasional : ASI merupakan makanan terlengkap untuk bayi, yang
terdiri dari proporsi seimbang dan kuantitas cukup
atas semua zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan
pertama kehidupannya (Aprillia, 2010). ASI yang
diproduksi ibu akan sesuai dengan kebutuhan nutrisi
bayi (Farrer, 2001).
VI. Implementasi
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai
dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien
atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan.Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

Anda mungkin juga menyukai