OLEH :
FREDY ANTORO
2022207209562
c. Neonatus menurut bedat badan lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi
dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
1). Neonatus cukup/kurang/lebih bulan
2). Sesuai/kecil/besar ukuran masa kehamilan
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Prawirihardjo, 2007 : a.
Mata
1) Berkedip atau refleks corneal bayi berkedip karena ada sinar terang yang
tiba-tiba atau pada pandel atau pada obyek kearah kornea, jika tidak ada
maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf kranial.
2) Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, refleks ini harus ada.
3) Grabela ketukan halus pada grabela (bagian dahi antara 2 alis mata)
menyebabkan mata menutup dengan rapat.
b. Mulut dan tenggorokan
1) Menghisap bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area
sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada
selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat
tidur.
2) Menguap respon spontan terhadap penurunan oksigen dengan meningkatkan
jumlah udara inspirasi, harus tetap sepanjang hidup.
c. Perubahan metabolisme karbohidrat
1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah sistemik meningkat
dan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah menuju atrium kanan
berkurang sehingga menyebabkan penurunan volume dan tekanan pada
atrium tersebut
2) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini
menimbulkan relaksasi system pembuluh darah paru.
c. Sistem Gastrointestinal
Pada saat lahir aktivitas mulut seperti menghisap dan menelan sudah
berfungsi, rasa kecap dan penciuman sudah ada, saliva tidak mengandung
enzim ptyalin dalam 3 bulan pertama. Volume lambung bayi baru lahir berkisar
antara 25 – 50 ml kemudian bertambah menjadi 100 ml pada hari ke 10.
Defisiensi lifase pada pancreas menyebabkan terbatasnya absorpsi lemak
sehingga kemampuan bayi untuk mencerna lemak belum matang, maka susu
formula sebaiknya tidak diberikan pada bayi baru lahir.
d. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pada neonatus fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron
matur belum sebanyak jumlah pada orang dewasa, luas permukaan glomerulus
dan volume tubulus proksimal tidak seimbang, serta aliran darah pada ginjal
yang kurang. Bayi baru lahir cukup bulan memiliki beberapa defisit structural
dan fungsional pada system ginjalnya. Pada ginjal bayi baru lahir terjadi
penurunan aliran darah dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus sehingga
menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air.
e. Sistem Kekebalan Imunologi
Pada sistem imunologi terdapat beberapa jenis immunoglobulin (suatu
protein yang mengandung zat antibodi) diantaranya adalah IGG
(Immunoglobulin Gamma G), dibentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi
dilahirkan, Immunoglobulin Gamma G pada janin berasal dari ibunya melalui
plasenta. Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas
yang matang dan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi
mencegah atau meminimalkan infeksi.
f. Sistem Neurologi
Sistem neurologi neonatus belum berkembang sempurna baik secara
anatomic maupun fisiologis. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan
yang tidak terkoordinasi, kontrol otot masih buruk, mudah terkejut, dan tremor
pada ekstremitas.
g. Sistem Hepatika
Segera setelah lahir, kadar protein meningkat, sedangkan kadar lemak dan
glikogen menurun. Sel hemopoetik mulai berkurang. Enzim hati (seperti
gluconil transferase) masih kurang. Daya detoksifikasi hati belum sempurna,
sehingga bayi menunjukkan gejala ikterus fisiologis. Apabila ibu dapat cukup
asupan besi selama hamil, bayi akan memiliki simpanan besi yang dapat
bertahan sampai bulan kelima kehidupannya di luar rahim.
h. Sistem Ginjal
Biasanya sejumlah kecil urine terdapat dalam kandungan kemih bayi
saat lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12
jam sampai 24 jam. Bayi berkemih 6-10 kali dengan warna urin pucat
menunjukkan masukan cairan yang cukup.
i. Sistem Integumen
Kulit bayi sangat sensitive dan dapat rusak dengan mudah. Bayi cukup
bulan memiliki kulit kemerahan beberapa jam setelah lahir, setelah itu warna
memucat menjadi warna kulit normal. Kulit sering terlihat bercak, tangan dan
kaki terlihat sedikit sianotik. Warna kebiruan ini, akrosianosis, disebabkan oleh
ketidakstabilan vasomotor, statis kapiler, dan kadar hemoglobin yang tinggi.
Keadaan ini normal, bersifat sementara, dan bertahan selama 7 – 10 hari,
terutama bila terpajan pada udara dingin.
j. Sistem Neuromuskuler
Sewaktu lahir fungsi motorik terutama dikendalikan oleh subkortikal.
Setelah lahir, jumlah cairan otak berkurang, sedangkan lemak dan protein
bertambah. Mielinisasi terjadi setelah bayi berusia dua bulan. Pertambahan sel
berlangsung terus sampai anak berusia dua tahun.
i. Distensi abdomen, menangis saat mencoba mengeluarkan feses, ada atau tidak ada
feses
j. Popok tidak basah selama 18 – 24 jam, atau kurang dari 6 popok yang basah
perhari, setelah bayi berusia 4 hari
k.Rabas atau perdarahan dari tali pusat, sirkumsisi atau segala area
pembukaan (kecuali mucus vagina atau pseudomentruasi)
l. Bayi yang tidak dapat tenang atau terus menangis dengan suara tinggi
m. Latergi, kesulitan untuk membangunkan bayi
n.Tali pusat mulai mengeluarkan bau tidak enak atau mengeluarkan pus
o.Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan warna kulit tampak kuning,
coklat atau persik
p.Bayi menjadi lesu, tidak mau makan
q.Tidak ada BAB dalam 3 hari, tidak ada BAK dalam 24 jam. Tinja lembek/encer,
sering berwarna hijau tua, ada lendir atau darah
r. Menggigil, rewel, lemas mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menagis
terus menerus.
1) Lakukan di pagi hari saat matahari masih cerah dan masih hangat, waktu
yang tepat untuk menjemur bayi adalah pukul 07.00-09.00 WIB.
2) Jangan terlalu lama saat menjemur bayi, menjemur bayi sekitar 10-15 menit.
3) Hindari menjemur bayi di bawah sinar matahari langsung, karena kulit bayi
masih sensitif.
4) Gunakan baju tipis yang tembus matahari, dengan menggunakan pakaian
yang tipis badan bayi akan tetap terkena sinar matahari dengan maksimal.
5) Bolak balik badan bayi secara berkala
6) Jangan terlalu lama menjemur bayi karena bahaya hipotermi Manfaat
menjemur bayi adalah sebagai berikut :
1) Dapat menurunkan kadar bilirubin dalam darah
2) Membuat tulang bayi menjadi lebih kuat
3) Untuk memberi efek kehangatan pada bayi
4) Manghindarkan bayi dari stress
i. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada keluarga pasien
1) Hak pasien untuk mengetahui informasi
2) Kewajiban moral
3) Menghilangkan cemas dan penderitaan pasien
4) Meningkatkan kerjasama pasien maupun keluarga
9. Penatalaksanaan
a. Membersihkan jalan napas dan sekaligus menilai APGAR menit 1
membersihkan jalan napas dengan cara :
1) Penolong mencuci tangan dan memakai sarung tangan yang steril
2) Bayi ditidurkan telentang kepala sedikit ekstensi, badan bayi dalam keadaan
terbungkus
3) Pangkal penghisap lendir dibungkus dengan kain kasa steril, masukkan ke
mulut penolong
4) Tangan kanan penolong membuka mulut bayi kemudian jari telunjuk tangan
kiri dimasukkan kedalam mulut bayi sampai epiglottis (untuk menahan lidah
bayi) jari tangan kanan memasukkan pipa. Sejajar dengan jari telunjuk tangan
kiri, isap lendir sebanyak-banyaknya dengan arah memutar.
5) Masukkan berulang-ulang selang kehidung, mulut, kemudian lendir diisap
sebanyak-banyaknya.
6) Lendir yang diisapditampung diatas bengkok dan ujung pipa dibersihkan
dengan kain kasa.
7) Lakukan penghisapan sampai bayi menangis dan sampai lendirnya bersih,
kemudian bersihkan daerah telinga dan sekitarnya.
b. Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain
yang halus atau handuk.
c. Mendekapkan bayi ke ibu dan mendekatkan segera setelah lahir, hal ini
bertujuan agar :
1) Ibu tenang melihat anaknya dalam keadaan normal
2) Ada kontak batin antara ibu dan anak
3) ASI cepat keluar, karena dengan rangsangan isapan bayi, akan mempercepat
bayi akan mempercepat keluar ASI
d. Membersihkan badan bayi dengan cara :
1) Menyiapkan tempat kapas, kapas dan minyak/baby oil
2) Membersihkan daerah muka dengan menggunakan kapas lembab. Pertama
yang dibersihkan adalah daerah atas, mulai dari bagian dalam keluar kemudian
gunakan kapas minyak untuk membersihkan daerah telinga. Selanjutnya muka
dan sekitarnya dibersihkan dengan kapas minyak sampai ke daerah leher.
3) Lakukan perawatan tali pusat, dan seputarannya.
e. Memberikan obat mata untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata dengan
cara mata bayi dibersihkan, jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri membuka
mata dan tagan kanan meneteskan obat, obat harus tepat diatas kelopak mata,
setelah obat masuk bersihkan daerah luar mata dengan kapas lembab,
membersihkan alat-alat.
B. Konsep APGAR
1. Pengertian APGAR
APGAR score adalah suatu metode tes sederhana untuk melakukan penilaian
kesejahteraan bayi baru lahir untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan supaya
proses adaptasi kehidupan intra-uteri ke ekstra uteri dapat terfasilitasi dengan baik. Tes
ini dapat dilakukan dengan mengamati bayi segera setelah lahir (dalam menit pertama)
dan setelah 5 menit. Lakukan hal ini dengan cepat, karena jika niainya rendah, berarti
bayi tersebut membutuhkan tindakan segera. (Wagino dan Putrono, 2016).
Indikator metode APGAR adalah sebagai berikut :
a. Jika skor APGAR 7-10 : bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan istimewa.
b. Jika skor APGAR 4-6 : Asfiksia neonatorum sedang, pada pemeriksaan
fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot
kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
c. Jika skor APGAR 0-3 : asfiksia neonatorum berat, pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk,
sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
a. Kerusakan hipotalamus
b. Berat badan ekstrem
c. Kekurangan lemak subkutan
d. Terpapar suhu lingkungan rendah
e. Malnutrisi
f. Pemakaian pakaian tipis
g. Penurunan laju metabolism
h. Transfer panas (mis. Konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
i. Efek agen farmakologis
3. Tanda dan Gejala Hipotermi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016, tanda dan gejala hipotermi yaitu : a.
Mayor
1) Kulit teraba panas
2) Menggigil
3) Suhu tubuh dibawah nilai normal
b. Minor
1) Akrosianosis
2) Brdikardi
3) Dasar kuku siatonik
4) Hipoglikemia
5) Hipoksia
6) Pengisisan kapiler >3 detik
7) Konsumsi oksigen meningkat
8) Ventilasi menurun
9) Piloereksi
10) Takikardi
11) Vasokontriksi perifer
12) Kutis memorata (pada neonatus)
4. Klasifikasi Hipotermi
a. Hipotermi Sedang
Merupakan hipotermi akibat bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah,
waktu timbulnya hipotermi sedang adalah kurang dari 2 hari dengan ditandai
suhu 32 ºC – 36 ºC, bayi mengalami gangguan pernafasan, denyut jantung
kurang dari 100x/menit, malas minum dan mengalami latergi, selain itu kulit
bayi akan berwarna tidak merata atau disebut cutis marmorata, kemampuan
menghisap yang dimiliki bayi lemah serta kaki akan teraba dingin.
b. Hipotermi Berat
Hipotermi ini terjadi karena bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah
cukup lama akan timbul selama kurang dari 2 hari dengan tanda suhu tubuh bayi
mencapai 32 ºC atau kurang, tanda lain seperti hipotermi sedang kulit bayi
teraba keras, nafas bayi tampak pelan dan dalam, bibir dan kuku bayi akan
berwarna kebiruan. Pernafasan bayi melambat, pola pernafsan tidak teratur dan
bunyi jantung melambat.
c. Hipotermi dengan Suhu Tidak Stabil
Merupakan gejala yang timbul tanpa terpapar dengan suhu dingin atau
panas yang berlebihan dengan gejala suhu bisa berada pada rentang 36 ºC – 39
ºC meskipun dengan suhu ruangan yang stabil.
5. Mekanisme kehilangan pada bayi melalui :
a. Konveksi
Hilangnya panas tubuh karena aliran udara disekeliling bayi atau dengan kata
lain aliran panas hilang dari permukaan tubuh ke udara sekitar yang lebih dingin.
b. Konduksi kehilangan panas dari permukaan tubuh bayi atau kulit bayi ke
permukaan yang lebih dingin melalui kontak langsung satu sama lain.
c. Radiasi
Kehilangan panas dari permukaan tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar
yang lebih dingin.
d. Evaporasi
Kehilangan panas yang terjadi karena cairan berubah menjadi gas yang menguap,
contohnya air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap.
6. Penanganan Bayi Hipotermi
a. Ketika terjadi hipotermi maka tindakan yang harus dilakuakn pertama adalah
hangatkan bayi dengan penyinaran atau inkubator.
b. Selanjutnya bisa dilakukan dengan metode kangguru, yaitu metode dengan
memanfaatkan panas tubuh dari ibu.
c. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya akan mengalami hipoglikemi sehingga
ibu harus memberikan bayinya ASI sedikit-sedikit tapi sering.
d. Faktor Lingkungan
Penggunaan kateter vena/arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan
tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin
terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
e. Faktor Tradisi
Sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai ramuanramuan
atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu mempercepat kering dan lepasnya
potongan tali pusat. Hal tersebut tidak boleh dilakukan karena justru dengan
diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan terjangkitnya tetanus lebih
besar biasanya penyakit tetanus neonatorum ini cepat menyerang bayi.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala infeksi tali pusat menurut Ismi 2015, yaitu : a. Tali
pusat bernanah
b. Bau tidak sedap pada tali pusat
c. Bayi tidak banyak menangis
d. Suhu tubuh bayi meningkat
a. Sentuhan pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan tangan ibu.
b. Sentuhan pada pipi dapat menstimulasi respons yang menyebabkan terjadinya
gerakan muka bayi kea rah muka ibu atau kearah payudara sehingga bayi akan
mengusap-usap menggunakan hidung serta menjilat putingnya, dan terjadilah
rangsangan untuk sekresi prolactin.
c. Ketika mata bayi dan ibu saling tatap pandang, menimbulkan perasaan saling
memiliki antara ibu dan bayi.
3. Cara Melakukan Bounding Attachment
a. Pemberian ASI Eksklusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara eksklusif segera setelah lahir, secara
langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikannya
ibu merasa bangga, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
b. Rawat Gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu
dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan
badan antara ibu dan bayinya.
c. Kontak Mata (Eye to Eye Contact)
Bayi baru lahir diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat ada orangtuanya.
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan karena kontak mata
mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan rasa
percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya.
d. Suara (Voice)
Suara tangisan pertama bayi membuat orangtua tegang dan mayakini suara
tangisan bayinya dalam keadaan yang sehat.
e. Aroma (Odor)
Indera penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan
perilaku lain yang terjalin antara orangtua dan bayi ialah respon terhadap aroma
atau bau masing-masing.
f. Gaya Bahasa (Entrainment)
Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Bayi baru lahir menemukan
perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa. Artinya perkembangan bayi
dalam bahasa dipengaruhi oleh budaya, jauh sebelum ia menggunakan bahasa
dalam berkomunikasi.
g. Bioritme (Biorhytmicity) salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan
irama dengan dirinya sendiri. Hal ini dapat meningkatkan respon bayi dan
interaksi sosial serta kesempatan bayi untuk belajar.
h. Kontak Dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak
dan mencari putting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan
refleks sucking dengan segera.
4. Manfaat Bounding Attachment Manfaat bounding attachment yaitu :
a. Air liur bayi membersihkan dada ibu dari bakteri
b. Tubuh ibu mampu berfungsi sebagai natural penyesuaian suhu tubuh
c. Bunyi detak jantung ibu ketika bayi berada di dadanya mampu membuat nafas
bayi menjadi stabil
d. Bounding attachment dan inisiasi menyusui dini dapat menurunkan angka
kematian pada bayi
e. Bayi akan merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai dan menumbuhkan sikap
sosial
c. Faktor Pendorong
Faktor pendorong adalah yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan, keluarga yang merupakan kelompok referensi dan perilaku
kesehatan (Ii et al., 2018)
1) Identitas bayi
2) Identitas orang tua
3) Nama, umur, ras atau suku, agama, status perkawinan, pekerjaan. Maksud ini
adalah untuk identitas (mengenal) klien dan menentukan status sosial
ekonominya yang harus kita ketahui.
4) Keluhan utama keadaan bayi saat dilihat
5) Riwayat kesehatan (riwayat kesehatan sekarang dan riwayat kesehatan keluarga)
6) Riwayat kehamilan dan persalinan
7) Riwayat kebidanan yang lalu meliputi jumlah anak, perjalanan persalinan aterm,
berat badan bayi, dan masalah-masalah yang dialami ibu.
8) Riwayat Natal
9) Riwayat sosial dan ekonomi
Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon ibu dan keluarga
terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan,
kebiasaan hidup sehat, merokok dan minuman keras, mengkonsumsi obat-obat
terlarang, kegiatan sehari-hari, tempat dan petugas kesehatan yang di inginkan.
b. Data Objektif
1) Pengkajian fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam media. Rekam medis dari
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien. Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan,
perawat atau dokter untuk menilai status kesehatannya.
Waktu pemeriksaan dapat dilakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah
lahir (sesaat sesudah bayi lahir pada saat kondisi atau suhu tubuh sudah stabil
dan setelah dilakukan pembersihan jalan nafas atau resusitasi,pembersihan badan
bayi, perawatan tali pusat) dan akan pulang dari rumah sakit.
2) Tujuan prinsip pemeriksaan fisik
a) Menentukan status kesehatan
b) Mengidentifikasi masalah
c) Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
d) Untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan
segera
e) Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan klien
3) Prinsip Pemeriksaan Fisik
a) Jelaskan tuujuan dan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan.
b) Cuci dan keringkan tangan pakai sarung tangan.
c) Pastikan pencahayaan baik.
d) Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan diperiksa
(jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera
selimuti kembali dengan cepat.
e) Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh
4) Persiapan peralatan dan perlengkapan
5) Prosedur pelaksanaan
Penilaian APGAR dilakukan dengan cara memeriksa warna kulit, denyut
jantung, refleks terhadap stimulus taktil, tonus otot, dan pernapasan. Masing-
masing aspek akan diberikan poin tergantung kondisi bayi.
6) Pengukuran Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi : lingkar kepala (33-35 cm), lingkar
dada (30-33 cm), berat badan (2500-4000 gram) dan panjang badan (45-50 cm).
7) Head to toe
a) Postur
Inspeksi bayi baru lahir akan memperlihatkan posisi di dalam
Rahim selama beberapa hari, tanyakan atau periksa status bayi dan pelajari
riwayat persalinan. Tekanan saat dalam Rahim pada anggota gerak atau
bahu dapat menyebabkan ketidaksimetrisan wajah untuk sementara atau
menimbulkan tahanan saat ekstremitas ekstensi.
b) Tanda –tanda vital
a. Pernapasan : < dari 30x/menit normal frekuensinya (40-60x/menit)
b. Nadi : takikardi 170x/menit normal frekuensinya (100-160x/menit)
c. Suhu : 35,0 derajat selsius normalnya (36,5 – 37,5 derajat selsius)
c) Pengukuran Umum
Berat badan lahir 2500-4000 gram, panjang badan dari kepala
sampai tumit 45-55 cm, lingkar kepala diukur pada bagian yang terbesar
yaitu oksipito-frontalis 33-35 cm, lingkar dada mengukur pada garis buah
dada sekitar 30-33 cm, lingkar abdomen mengukur di bawah umbilicus,
ukuran sama dengan lingkaran dada.
d) Integumen
Warna kulit biasanya merah muda, ikterik fisiologis dialami oleh
50% bayi cukup bulan dan hiperpigmentasi pada areola, genetalia dan linia
nigra. Perubahan warna normal seperti akrosianosis-sianosis tangan dan
kaki dan kurtis marmorata-motting sementara ketika bayi terpapar suhu
rendah. Kondisi hari kedua sampai ketiga, mengelupas, kering, tidak
terdapat edema kulit, beberapa pembuluh darah terlihat jelas di abdomen.
e) Kepala
Lakukan inspeksi pada daerah kepala. Raba sepanjang garis sutura
dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak
lebar mengindikasikan bayi preterm, moulding yang buruk atau hidrosefalus.
Pada kelahiran spontan letak kepala sering terlihat tulang kepala tumpang
tindih yang disebut moulding/moulase. Keadaan ini normal kembali setelah
beberapahari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan
ketegangannya.
f) Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak
asimetris hal ini dikarenakan karena posisi bayi di intrauteri, perhatikan
kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom plere robin.
Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserisasi, paresi
N. Fasialis.
g) Mata
Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata terbuka,
lakukan inspeksi daerah mata, periksa jumlah, posisi atau letak mata, periksa
adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna, periksa
adanya glaucoma kongital. Mulanya akan tampak sebagai pembesaran
kemudian sebagai kekeruhan pada kornea, katarak kongital akan mudah
terlihat yaitu pupil berwarna putih.
Pupil harus tampak bulat, terkadang ditemukan bentuk seperti lubang
kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina, periksa
adanya trauma seperti palpebral, perdarahan konjungtiva atau retina, periksa
adanya secret pada mata, konjungtivis oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoflalmia dan menyebabkan kebutaan dan apabila ditemukan epichantus
melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
h) Hidung
Bentuk hidung utuh/simetris, sianosis dan adanya sekret.
i) Mulut
Warna sianosis dan tekstur lembab, apakah ada secret dijalan napas.
j) Telinga
Telinga simetris kiri kanan, tidak ada lesi, tidak ada cairan yang keluar
dari lubang telinga, bersih dan tidak ada cidera.
k) Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher
berselaput berhubungan dengan abnormalitas kromoson. Periksa
kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik, jika terdapat keterbtasan
pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma
leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis. Lakukan
perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan. Periksa adanya
pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
l) Dada, Paru dan Jantung
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas, apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika. Pernafasan bayi yang normal dinding dada dan abdomen
bergerak secara bersamaan. Tekanan sternum atau intercostal pada saat
bernafas bersamaan. Tekanan sternum atau intercostal pada saat bernafas perlu
diperhatikan.
Frekuensi pernafasan bayi normal antara 40-60x/menit.
Perhitungannya harus sampai satu menit penuh karena terdapat periodeic
breathing, di mana pola pernafasan pada neonatus terutama pada premature
ada henti napas yang berlangsung 20 detik dan terjadi sacara berkala. Pada
bayi cukup bulan, putting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak
simetris. Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal.
Lakukan palpasi pada daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya
fraktur klavikula dengan cara meraba ictus cordis dengan menentukan posisi
jantung dan lakukan auskultasi paru dan jantung dengan menggunakan
stetoskop untuk menilai frekuensi dan suara napas/jantung. Secara normal,
frekuensi denyut jantung antara 120160x/menit.
m) Abdomen
Bentuk simetris, bising usus normalnya 5-15x/menit, masa tidak ada.
n) Tali pusat
Pemeriksaan tali pusat apakah tali pusat terbungkus kassa steril atau
tidak, kering atau basah, ada kemerahan, bengkak da nada cairan berbau.
o) Ekstremitas Atas
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan
kedua lengan kebawah, kedua lengan harus bebas bergerak. Jika gerakan
kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah
jari apakah adanya polidaktili atau sidaktili, telapak tangan harus terbuka, garis
tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas kromoson, seperti
trisomy 21, amati adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau
tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
p) Ekstremitas Bawah
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki, panjang kedua kaki dengan
meluruskan keduanya dan bandingkan, kedua tungkai harus dapat bergerak
bebas jika ruang gerak berkurang berkaitan dengan adanya trauma, misalnya
fraktur, kerusakan neurologis. Periksa adanya polidaktili dan sidaktili pada jari
kaki.
q) Spinal
Periksa spinal dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-
tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak
kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abnormalitas medulla spinalis
atau kolumna vertebra.
r) Genetalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm. periksa
posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan
fimosis, periksa adanya hipospadia dan epispadia, skrotum harus dipalpasi
untuk memastikan jumlah testis ada dua.
Pada bayi perempuan cukup bulan, labia mayora menutupi labia
monora, lubang uretra terpisah dengan lubang vagina, terkadang tampak
adanya secret yang berdarah dari vagina. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
hormone ibu (Withdrwl bedding).
s) Anus
Pemeriksaan anus untuk mengetahui ada tidaknya atresiani.
t) Kulit
Perhatikan kondisi kulit bayi, periksa adanya ruam dan bercak atau
tanda lahir, periksa adanya pembengkakan, perhatikan adanya vernik kaseoasa
(zat yang bersifat lemak yang berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi
panas yang akan menutupi bayi cukup bulan). Perhatikan adanya lanugo
(rambut halus yang terdapat pada punggung bayi) jumlah yang banyak terdapat
pada bayi kurang bulan daripada bayi cukup bulan.
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada bayi baru lahir,
diantaranya: (SDKI 2016)
Tabel 2.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tanda dan Gejala Mayor Tanda dan Gejala Minor
3.Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) dengan kriteria hasil berdasarkan Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI, 2019)
Tabel 2.4 Intervensi (Perencanaan)
Diagnosa Tujuan dan Intervensi (SIKI) Rasionalisasi
Keperawa Kriteria Hasil
tan (SLKI)
Risiko Setelah Manajemen Hipotermia
hipotermia diberikan Observasi
berhubung intervensi 1. Monitor suhu tubuh 1. Penurunan suhu
an dengan keperawatan secara tiba-tiba
bayi baru selama 2 x 24 dapat terjadi
lahir jam, dikarenakan
(D.0140) termoregulasi termoregulasi yang
membaik yang belum sempurna
ditandai dengan : 2. Penyebab
2. Identifikasi penyebab
1. Suhu hipotermia dapat
hipotermia (mis. Terpapar diakibatkan oleh
tubuh suhu lingkungan rendah,
membaik paparan lingkungan
pakaian tipis) dingin, pakaian bayi
2. Suhu
kulit yang tipis atau
membaik basah, permukaan
3. Pengisisn tubuh yang luas,
kapiler kurang nutrisi
membaik terutama glukosa
4. Pucat 3. Untuk mengetahui
membaik tanda dan gejala
5. Takipnea 3. Monitor tanda dan gejala hipotermia
membaik akibat hipotermia
(Hipotermia ringan:
takipnea,: Hipotermia
sedang: refleks menurun:
Hipotermia berat: refleks
menghilang) 4. Agar pasien tidak
Terapeutik kedinginan
4. Modifikasi lingkungan
(mematikan AC, menutup 5. Lingkungan yang
jendela) hangat akan
5. Sediakan lingkungan yang mempertahankan
hangat (mis. Atur suhu kehangatan pada
ruangan, inkubator) tubuh pasien
4. Implementasi
Menurut Patricia A. Potter (2010), implementasi merupakan pelaksanaan dari
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun atau ditemukan, yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat
bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis.
Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :
a. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
b. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
c. Menyiapkan lingkungan terapeutik
d. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
e. Memberikan asuhan keperawatan langsung
f. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan kepada klien dan keluarganya
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien,
menelaah dan memodifikasi rencana keperawatan yang sudah ada. Mengidentifikasi
area dimana bantuan dibutuhkan untuk mengimplementasi, mengkomunikasikan
intervensi keperawatan. Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan
pengetahuan tambahan keterampilan dan personal, setelah implementasi, perawat
menuliskan dalam catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan,
prosedur spesifik dan respon klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat
bisa mendelegenasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk
memastikan bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat
menjelaskan tugas sesuai dengan standar keperawatan.
5. Evaluasi
Menurut Potter (2010), evaluasi merupakan proses yang dilakukan untuk
menilai pencapaian tujuan atau menilai respon klien terhadap tindakan keperawatan
seberapa jauh tujuan keperawatan telah terpenuhi. Evaluasi formatif adalah
pengumpulan informasi dengan tujuan memperbaiki pelajaran yang telah diberikan,
sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu metode pengambilan keputusan diakhir
pembelajaran yang memfokuskan pada hasil belajar. Adapun langkah-laangkah
evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut :