PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengertian wanita sebagai ibu
b. Untuk mengetahui fungsibu dan sifat keibuan
c. Untuk mengetahui pengertian dan relasi ibu angkat dan ibu tiri
d. Untuk mengetahui pengertian wanita sebagai lansia
e. Untuk mengetahui masa klimaterium serta perilaku aneh pada masa klimaterium
f. Untuk mengetahui kondisi psikis wanita setengah baya dan masa nenek-nenek
PEMBAHASAN
2.1.1 pengertian
Wanita berasal dari kata vani atau vanita (sanskerta) berarti keinginan.
Wanita adalah perempuan dewasa yang menitik beratkan kepada sifat keibuan secara
fungsional dalam tanggung jawab. Sedangkan, Ibu berasal dari kata empu ( sanskerta)
yang berarti mulia, dihormati, membimbing dan mengasuh. Ibu adalah orang tua
perempuan seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Jadi, wanita
sebagai ibu adalah perempuan dewasa yang lebih menonjol pada sifatnya sebagai yang
mulia, dihormati, membimbing, mengasuh atau dapat dikatakan sebagai guru,
penuntun yang penuh kasih dan perawat walaupun tidak semata-mata dibatasi oleh
hubungan biologis.
a) Pada fase 1
b) Pada fase ke 2
Ibu menerima janin yang bertumbuh sebagi sesuatu yang terpisah dari dirinya
dan sebagi seorang yang perlu dirawat .ia sekarang dapat berkata , “ saya akan
memiliki bayi”. Selama trimester ke dua , biasanya pada bulan kelima ,
kesedaran akan adanya anak sebagi makhluk yang terpisah semakin nyata.
Kemempuan untuk membedakan anak dari diri wanita itu sendiri ialah awl
hubungan anak dan ibu, yang melibatkan bukan saja perawatan , tetapi juga
tanggung jawab. Wanita yang merencanakan kehamilannya akan merasa senang
dengan kehamilannya dan ikatannya dengan anaknya terbentuk terlebih dahulu
daripada ikatan anaknya dengan wanita lain. Dengan menerima realitas seorang
anak ( mendengar denyut jantung dan merasakan gerakan anak) dan perasaan
sejahtera yang utuh. Anak impian menjadi begitu sangat berharga di mata sang
ibu. Ia lbih memusatkan perhatiannya pada anak yang dikandungnya, suaminya
merasa diacuhkan dan anak- anak yang lain menuntut lebih banyak sebagai
upaya untuk enerik kembali perhatian ibu kepada mereka.
c) Pada fase ke -3
Ibu mulai dengan realisis mempersiapkan diri untuk melahirkan dan mengasuh
anaknya. Ia akan mengatakan “ saya akan menjadi ibu” dan ia muai
mendefinisikan sifat- sifat anak tersebut. Walaupun hanya ibu yang merasakan
anak yang berada dalam kandungan, kedua orang tua dan saudara- saudara
percaya anak yang berada dalam kandungan berespon dengan cara yang sangat
pribadi dan individual. Anggota keluarga dapat berinteraksi sebanyak-
banyaknya dengan anak di dalam kandungan ini , misalnya dengan berbicara
kepada janin dan mengelus perut ibu, terutama ketika janin berubah posisi.
Ikatan diperkuat melalui penggunaan respon sensual atau kemampuan oleh kedua
pasangan dalam melakukan interaksi orang tua anak. Respon sensual dan kemmpan
yang dipakai dalam komunikasi antara orang tua dan anak meliputi hal- hal berikut:
1. Sentuhan
Sentuhan atau indra peraba , dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan
pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir. Banyak ibu
yang segera ingin meraih anaknya saat ia baru dilahrkan dan tali pusatnya
dipotong. Mereka mengangkat bayi ke dada , merangkulnya ke dalam pelukan ,
dan mengayun- ayunnya. Cara- cara ibu mendekatkan diri dengan anak melalui
sentuhan antara lain:
1) Begitu anak dekat dengan ibunya, mereka memulai proses eksplorasi dengan
ujung jarinya , salah satu daerah tubuh yang paling sensitif.
2. Kontak mata
Ketika bayi baryy lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata,
oranmg tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang, seringkali dalam posisi bertatapan. En Face ( bertatap muka) adalah
suatu posisi dimana kedua wajah terpisah kira- kira 20 cm pada bidang pandang
yang sama. Bayi baru lahir dapat diletakan cukup dekat untuk dapat melihat
wajah orangtuanya. Pemberian obat mata dapat ditunda sampai bayi dan
orangtua selesi meakukan upacara.
3. Suara
Saling mendengar dan merespon suara antara orangtua dan bayinya juga
penting. Orang tua menunggu tangisan bayinya dengan perasaan cemas. Saat
sura yang membuat mereka yakin bayinya dalam keadaan sehat terdengar ,
mereka mulai melakukan tindakan untuk menghibur. Ketika ornag ntua
berbicara dengan menggunakan nada tiinggi , bati menjadi tenang dan beralih ke
mereka.
4. Aroma
Perilaku lain lain yang terjalin antara bayi dengan orang tua yaitu respon
trhadap aroma atu bau masing- masing . Ibu berkomentar terhadap aroma bayi
mereka ketika baru lahir dan mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma
yang unik. Bayi belajar dengan cepat untuk membedakan susu ibunya.
5. Entraiment
Bayi baru lahir bergerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa.
Mereka menggoyang tangan, mengangkkat kepala,menendang- nendang kaki ,
seperti berdansa mengikuti nada suara orangtuanya. Hal ini berarti telah
mengembangkan irama muncul akibat kebiasaan jauh sebelum ia mampu
berkomunikasi dengan kata – kata. Entrainment terjadi saat anak mulai
berbicara. Irama in juga berfungsi sebagai umpa balik positif kepada orangtua
dan menegakn suatu pola komunikasi efektif yang positif.
6. Bioritme
Anak yang baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya ,
misalnya pada denyut jantung. Setelah lahir, bayi yang menangis dapat
ditenangkan dan dipeluk dengan posisi yang sedemikian sehinggga ia bisa
endengar denyut jantungnga ibunya atau mendengar suara denyut jantung yang
direkam. Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membebtuk ritme personal
( bioritme). Orangtua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang
yang konsisten dengan memanfaatkan waktu bayi saat mengmbangkan perilaku
yang responif. Hal ini meningkatkan reaksi sosial dan kesempatan bayi untuk
belajar. Semakin cepat orangtua menjadi kompeten dalam aktivitas perawatan
anak, semakin cepat energi psikologis mereka dapat disalurkan untuk mengamati
komunikasi bayi mereka. Lebih banyak riset tentang ibu dan bayi dari kelompok
budaya yang berbeda diperlukan untuk membantu perawat dalam memahami
pola komunikasi antara orangtua dengan anaknya sehingga pengkajian serta
intervensi yang tepat budaya bisa dilakukan untuk mendukung proses ikatan.
a. Ibu Tiri
Salah satu sebab, anak-anak itu menjadi piatu; yaitu karena ditinggal pergi oleh
ibunya; atau ibunya meninggal dunia. Kemudian, kedudukan ibu yang melahirkan
anak tersebut ditempati oleh wanita lain seiring pernikahan ayahnya. Secara
otomatis wanita pengganti, memiliki otoritas penuh dalam menjalankan semua
hak dan kewajibannya sebagaimana ibu kandung si anak selama hidup
bersama.Wanita pengganti tadi menjadi istri baru ayahnya atau hidup berdiam-
bersama dengan ayah dari anak tersebut.
Pada masa ini, ada beracam-macam ceritera dan legenda tentang ibu tiri yang
ganas-jahat kita jumpai pada hampir setiap bangsa di dunia.Critera-ceritera itu
memberikan gambaran tentang penderitaan dan kesengsaraan yang harus dialami
oleh anak tiri, serta penampilan kekejaman ibu tiri dalam menyiksa dan menyakiti
anak tirinya.Bahkan tidak jarang ibu tiri ini berusaha dengan segala macam daya
dan akal untuk menyingkirkan dan membunuh anak tirinya.
Kita telah memahami, bahwa sikap wanita terhadap anak-anaknya hingga pada
usia remaja sengat besar mempengaruhi perkembangan emosi dan fantasi anak
terhadap pengasuhnya. Bahkan pada masa perkembangan tersebut, anak-anak
sering menirikan perilaku ibu tiri baik itu secara sadar ataupun tidak sadar
menggunakan gaya masokhistis sebagai anak tiri; sedang kawan atau kakaknya
memerankan fungsi ibu tiri yang kejam. Ada pula gadis-gadis cilik yang suka
bermain-main sebagai ibu tiri yang ganas terhadap adik-adiknya atau terhadap
bonekanya, karena iyaa marah dan membenci ibunya. Dari hal ini dapat kita lihat,
apakah seorang wanita itu kelak menjadi seorang ibu tiri yang baik atau menjadi
ibu tiri yang ganas, tidak hanya tergantung pada konstitusi psikis wanita itu
sendiri, akan tetapi juga dipengaruhi oleh semua faktor lingkungan sosialnya.
Karena itu ibu tiri bukan satu fenomena yang terisolasi atau berdiri sendiri akan
tetapi gejala ibu tiri itu hendaknya difahami secara psikologis dalam relasinya
dengan lingkungan dan keluarganya; yaitu dengan ayah, nenek-kakek, ibu, atau
ibunya yang sudah meninggal, kakak-kakak, adik dan lain sebagainya.
Pada sisi yang lain ketika ibu tiri diposisikan berperilaku negatif ternyata banyak
juga wanita memposisikan dirinya baik secara sadar atau tidak mencari calon
suami yang telah ditinggalkan isteri sbelumnya. Ada wanita-wanita yang selalu
berminat pada pria yang sudah kawin saja terutama pada pria yang sudah mapan
atau lebih mapan. Jika keinginan itu terwujut, si wanita akan merasa senang sekali
dengan catatan dia berpokus pada kesenangannya sendiri. Ada pula wanita yang
didorong oleh motivasi-motivasi egoistis yang selalu cenderung untuk merebut
suami orang lain guna menunjukkan kelebihan dirinya, misalnya dia merasa lebih
cantik, lebih pintar, lebih pandai bermain seks dan lain-lain kepada dunia luar.
Adapula tipe wanita yang sangat berminat pada duda-duda yang mempunyai
anak-anak piatu, sebab didorong oleh perasaan iba.Biasanya wanita-wanita
sedemikian ini pada mulanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga.Misalnya,
karena wanita itu tidak mampu melahirkan seorang bayi sebab mandul.Oleh
karena ingin diperistri oleh seorang duda dari kelas menengah, sehingga status
sosial wanita tersebut bisa terangkat keatas.
b. Ibu Angkat
Ibu angkat adalah seorang wanita yang mengadopsi anak (mengambil anak) baik
satu atau lebih dikenal atau tidak orang tua anak tersebut karena didasari oleh
keinginan memiliki anak. Secara umum keinginan seorang wanita untuk menjadi
ibu (ibu angkat) tidak dapat terkabul karena ia mandul dan tidak bisa melahirkan
seorang bayi. Tetapi sebelumnya adalah lebih baik bila kita melihat kebelakang
kenapa wanita tersebut mengangkat beberapa orang anak. Atau apakah sebabnya
sampai wanita ini tidak bisa melahirkan seorang anak ? Ada beberapa alasan
yang dapat kita pertimbangkan antara lain:
1. Ketakutan sendiri untuk menjalani fungsi-fungsi biologisnya.
2. Mau mengeksploitir kepuasan-kepuasan seksual saja, tanpa bersedia
menanggung resiko punya anak.
3. Tipe wanita anrogynus yang mengingkari tugas-tugas reproduktif dan ingin
memiliki seorang bayi menurut konsepsi dan fantasi sendiri.
4. Kecenderungan-kecenderungan homoseksualitas atau lesbian.
5. Fantasi-fantasi parthenogenetis yang ingin melahirkan seorang bayi tanpa
pertolongan atau lantaran seorang pria.
6. Ketegangan-ketegangan batin yang neurotis sifatnya; dan lain-lain. Semua
alasan tersebut di atas dapat memberikan dorongan kepada ibu-ibu steril
untuk melakukan adopsi terhadap seorang bayi atau seorang anak.
Reaksi psikis seorang anak angkat ini terutama sekali bukan bergantung pada
faktor asalnya,dan saat ia dilahirkan oleh ibunya sendiri. Akan tetapi justru
banyak bergantung pada kondisi milieunya yang sekarang; antara lain berupa
kondisi finansial, kondisi intelektual,dan norma-norma etis yang dianut oleh ibu
dan ayah angkat tadi. Namun faktor paling penting ialah; kondisi kehidupa psikis
ibu angkatnya. Sebab,sejak anak itu diangkat oleh wanita tersebut, pengaruh
wanita inilah merupakan faktor tunggal yang akan membentuk ciri-ciri-fisik
dalam kondisi psikis anak angkat tersebut.Untuk memahami ibu angkat tersebut
sebagai idividu ataupun sebagai tipe Wanita, marilah kita pelajari dua faktor yang
terdapat pada wanita tersebut, yaitu:
Mengenai motivasi yang menjadi pendorong bagi upaya adopsi itu juga sangat
bervariasi, sebanyak pikiran dan perasaan manusia. Misalnya saja, seorang
perawan tua yang merasa terpaksa memungut seorang anak, karena anak tersaebut
membutuhkan seorang ibu-pengganti akan mempunyai alasan yang berbeda
dengan seorang isteri yang mandul namun ingin melaksanakan fungsi keibuannya
secara instinktif dengan memungut seoarang bayi. Motivasi seorang bibi yang
harus mengadopsi kemenakannya, karena ia adalah satu-satunya keluarga yang
masih ada, akan berbeda dengan motivasi seorang wanita kaya namun tidak
beranak, dan ingin memungut anak sebanyak mungkin untuk menunjukkan
martabat kekayaannya; dan saeterusnya. Memang, proporsi paling besar(jumlah
paling banyak) keluarga yang memungut anak ialah : pasangan-pasangan yang
kawin, namun tetap steril keadaanya. Oleh karena itu “psikologi dari ibu-ibu
angkat” ini sebagian besar oleh : Motif-motif psikologis kemandulan atau
sterilitasnya, dan reaksi psikisnya terhadap kemandulan dirinya.
2.2.1 Pengertian
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai
dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya
perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi
fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
menopause, men = bulan, pause = pausa, pausis, pauoo= periode atau tanda berhenti,
menopause= berhentinya secara definitif menstruasi)
Fase klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode
reproduktif ke periode non reproduktif. Tanda, gejala atau keluhan yang kemudian
timbul sebagai akibat dari masa peralihan ini disebut tanda atau gejala menopouse.
Periode ini dapat berlangsung antara 5 sebelum dan sesudah menopause. Pada fase ini
fungsi reproduksi wanita menurun.Pada masa menopause terjadi perubahan yang
menimbulkan gangguan diataranya adalah:
a. Insomia,
b. Gangguan konsep diri dan
c. Infantile.
Cara mengatasinya adalah :
1. Kembangkan kebiasaan tidur dan mentaatinya, membaca bacaan ringan, nonton
TV, acara santai, musik yang menyenangkan
2. Makanlah jangan terlalu banyak/kenyang dan jangan kurang karena akan
mengganggu tidur.
3. Atur kenyamanan diri, pastikan ruangan jangan terlalu panas/dingin dan kamar
harus bersih juga rapi.
4. Dapatkan udara segar, jangan tidur dengan selimut menutupi kepala akan
mengurangi oksigen dan menambah karbondioksida yang dihirup.
5. Batasi minum/cairan setelah jam 16.00 karena akan bak waktu malam hari.
6. Jernihkan pikiran, cobalah menyelesaikan masalah pada siang dan singkirkan
semua kecemasan sebelum tidur.
7. Menunda jam tidur dan tidak tidur siang.
8. Mengerti dan menerima diri sendiri tulus ikhlas merupakan fitrah dari Tuhan.
9. Aktifitas sosial dan agama dapat memberikan kepuasan batin, memperkaya iman
dan memberikan rasa berserah diri kepada-Nya.
10. Ketenangan dalam keluarga yaitu adanya pengertian dan dorongan anggota
kelurga akan membantu mengurangi gejala yang timbul, terasa ringan dan
membawa kebahagiaan.
11. Pengobatan dengan estrogen dan kombinasi psikoterapi.
Oleh karena sel-sel indung telur sudah tidak diprodusir lagi, maka semua proses
organik untuk pengabdian dan pengawetan spesies manusia menjadi tterhenti pula.
Dan berakhirlah keberadaannya (eksistensi dirinya) sebagai pendungkung kehidupan
baru. Sampailah wanita itu pada batas akhir yang alamiah yaitu kematian parsiil
sebagai pengabdi pada spesiesnya. Sehubungan dengan hal ini, mulailah ia sibuk
bergulat melawan proses dekadensi atau kemunduran, melawan usia tua.
Pada usia 50 tahun itu, ia sama sekali tidak bersedia meninggalkan segala macam
kegiatan. Dengan semangat yang berkobar-kobar ia berusaha meneruskan
perjuangannya melawan proses ketuaan dan proses biologis dari feminitasnya dengan
jalan “berlindung” di balik macam-macam kegiatan psikis. Ia merasa senang dan
bangga bahwa ia mendapatkan kemajauan-kemajuan dalam mencobakan potensinya
sebagai wanita. Sebab, ibunya sendiri, menurut anggapan wanita tadi, sudah menjadi
nenek-nenek tua yang loyo pada usia yang sama dengan dirinya sekarang. Maka oleh
kegiatan yang berkobar-kobar dari para wanita usia klimakteris ini, ada kalanya
kegiatan-kegiatan kaum pria menjadi sedikit tersisih.
Ada pula wanita-wanita usia ini yang di kala mudanya menunjukkan tingkah laku
halus dan terhormat, kini mulai bergaul dengan dan mengumpulkan anak-anak muda
serta kaum pria yang jauh lebih inferior daripada dirinya. Lalu ia berilusi bahwa
dirinya dikagumi dan dicintai oleh banyak pria muda. Pada zaman sekarang, kerap klai
kita menjumpai wanita semacam ini yang dikenal sebagai tante-tante girang atau
nenek-nenek lincah.
Kadangkala, ada wanita setengah baya yang secraa sentimentil banyak melamun
tentang masa-masa mudanya. Mereka ingin mengulang kembali pengalaman-
pengalaman lama, dengan menjalin hubungan cinta mesra baru, atau mencari
pengalaman baru yang belum pernah dialaminya pada masa lalu. Ia menjalin
persahabatan dengan pria-pria muda yang dubious dan mencurigakan sifatnya, yang
cuma tertarik pada harta kekayaannya bagaikan tertarik pada cahaya lampu di malam
hari kenalan-kenalan lama yang terhormat (respectable) dari kalangan atas dan kelas
menengah, dimatanya kini tampak menjemukan, dan tidak berharga lagi baginya . dia
menunjukkan minat besar terhadap wanita-wanita pelacur dan wanita-wanita yang
mempunyai reputasi buruk. Ia jadi iri terhadap “kebahagiaan serta kekayaan
pengalaman” para wanita reputasi buruk tadi.
2.2.4 Kondisi psikis wanita setengah baya
Baik di masa pubertas maupun pada periode klimakteris. Selama dua periode ini anak
gadis dan wanita setengah baya tadi berusaha mengkonstruksikan “dunia masa
sekarang” atau das Sein. Namun jika gadis puber mengarahkan pandangannya pada
masa depan, maka wanta setengah tua itu justru menengokkan pandangannya pada
masa lampau dengan rasa-rasa kerinduan (nostalgia).
Banyaknya rasa depresi pada usia menjelang tua ini memang berkaitan dengan
kepahitan dan kepedihan hati, karena wanita yang bersangkutan merasa kehilangan
“dunia remaja” indah yang sudah lampau. Dan seperti depresi anak gadis puber yang
kadang kala diselingi dengan perasan-perasaan extatis (gelora semangat yang
menyala-nyala), demikian pula kondisi-kondisi depresif wanita setengah baya ini
kerap kali diselingi dengan cinta birahi dan kegairahan hati, bagaikan kelip
gemerlapnya cahaya pelita yang hampir redup kehabisan minyak. Maka kondisi “
senja hari” pada wanita setengah umur ini masih memberikan berkas-berkas
pancanaran sinar-sinar indah dalam ketidaksadarannya. Devaluasi (adanya
kemunduran nilai dan kerusakan) pada organ-organ vital, mengakibatkan munculnya
perasaan destruksi atau kerusakan pada fungsinya. Kemudian mengakibatkan
perubahan-perubahan berupa kemunduran pada kemampuan psikisnya.
Dengan sendirinya, kondisi psikis wanita setengah umur ini juga sangat dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan sosialnya di masa lampau. Wanita-wanita feminin yang selalu
hidup dalam suasana harmonis, ekonomis berkecukupan, bahagia dan selalu
mendapatkan kepuasan seksual, pasti bisa menghayati badai-badai terakhir dalam
kehidupannya dengan rasa tenang, bagaikan berlayar dalam sebuah perahu di teluk
yang teduh. Maka banyak pasangan tua yang ingin mengalami lagi bulan-bulan madu
kedua pada usia sudah lanjut ini.
Wanita-wanita yang mempunyai masa lampau penuh kenangan cinta indah dan
bahagia, kewanitaan dan kecantikannya akan tetap awet bertahan lama. Tampaknya,
faktor cinta itu merupakan resep bagi rahasia kecantikan dan keremajannya. Wanita-
wanita yang sangat erotis feminin dan berpengalaman dalam hal cinta, akan menerima
dengan rasa tenang dan penuh kemartabatan diri segala nasib serta proses ketuaannya.
Berbeda sekali dengan reaksi seorang perawan tua yang banayk mengalami frustasi,
dan selalu merasa tertipu di masa mudanya.
Maka dalam periode istirahat di masa tua ini, banyak wanita setengah umur merasakan
nostalgia (kerinduan) pada masa-masa mudanya yang cemerlang, lalu mencoba
menjalin dunia fantasi pribadi dalam lamunan di hari-hari tuanya.
Sebenarnya, reaksi-reaksi psikis wanita pada usia klimakteris itu sangat bergantung
pada pandangan hidup atau lebensanschauungnya dan terhadap eksistensi diri sendiri.
Jika ia tidak bisa menemukan harmoni dan keseimbangan , maka terjadilah trauma
biologis dan trauma psikis. Terjadi pula perasaan degradasi diri, disertai tingkah laku
yang aneh-aneh. Dengan demikian psikoterapi yang diterapkan pada usia
klimakterium ini menjadi sulit sebab:
1. Orang tidak bisa berbuat sesuatupun untuk mencegah proses ketuaan yang
progresif, sebab proses ketuaan itu merupakan proses biologis yang alami.
2. Biasanya orang tidak bisa berbuat banyak untuk menciptkan pengganti bagi
penugasan fantasi-fantasi pada usia klimakteris ini. Kegiatan berfantasi itu tidak
bisa dicegah.