Anda di halaman 1dari 5

Sebaik-baiknya Madrasah

Widya Sofiyani

Instagram: @widya_diyaa

Seseorang yang bisa mengambil tempat siapapun, akan tetapi tempatnya tidak bisa
tergantikan oleh siapapun. Seseorang yang bisa melakukan apapun, tanpa peduli
dengan situasi bagaimanapun dan selalu merangkul dalam keadaan di manapun.
Adalah seorang ibu. Dengan cinta, ia menjalankan amanah sebagai sebaik-baiknya
madrasah untuk anak-anaknya. Dengan cinta, ia menikmati segala upaya proses
dalam mendidik anak-anaknya.

Mendidik dengan cinta, akan terjalinnya koneksi ikatan batin dan bounding yang
kuat antara anak dengan ibunya, yang akan terbentuknya kecerdasan akhlak yang
tertanam kuat pada diri anak. Mendidik dengan cinta, akan berkembangnya
kecerdasan ilmu pengetahuan yang akan berguna di masa yang akan datang. Dan
dari cinta seorang ibu, akan terkelola dengan baik kecerdasan emosi anak.

Kepengasuhan yang menjadi tugas utama seorang ibu. Jika dibahas maka bukan lagi
hal yang tabu. Mengapa begitu? Karena kita sebagai calon ibu maupun yang sudah
menjadi ibu itu dalam keseharian pasti sudah akrab dengan asah, asih dan asuh.
Allah memberikan kecerdasan kepada anak sejak anak terlahir, bahkan sejak dalam
kandungan seorang ibu. Nah, tugas seorang bapak dan ibu, tinggal mengasah potensi
anak sejak dini dengan lembut dalam mengasihi dan sabar dalam mengasuh agar
menjadi seorang anak yang shalih dan shalihah, setuju?⁣

Dalam mengasah, mengasihi dan mengasuh, semestinya antara bapak dan ibu harus
memiliki satu visi dan misi yang jelas untuk anaknya. Mengapa? Karena Allah
mengamanahkan anak itu kepada kedua orang tuanya, bukan kepada nenek
kakeknya. Bukan pula kepada gurunya. Akan tetapi, tanggung jawab besar ini ada di
tangan keduanya.⁣


Memang pada dasarnya setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi yang
terbaik, bahkan lebih baik darinya, betul kan? Akan tetapi, baik yang seperti apa yang
diinginkan? Ukuran baik yang seperti apa yang dimaksudkan? Nah, inilah pentingnya
jika orang tua satu misi dan visi dalam mendidik anak agar apa yang diharapkan bisa
tercapaikan. Mungkin ada yang masih kesulitan saat menghadapi anak usia dini yang
jika marah barang di dekatnya selalu dibanting. Bahkan ada yang sampai pusing
karena melihat anaknya nangis sambil berguling. Oleh karena itu, belajar parenting
itu ternyata penting. ⁣

Sebagai orang dewasa, perlu memahami tahap perkembangan anak usia dini.
Mengapa? Pada masa golden age itu sangat cepat dan pesat tahap
perkembangannya. Menurut penelitian, 80% otak anak terbentuk pada masa ini,
sehingga bagaimana orangtua dapat memberikan stimulasi yang tepat agar anak
dapat memenuhi setiap aspek perkembangannya. Dan tahapan perkembangan anak
ini sesuai dengan usianya yang terkadang usia kronologis anak berbeda dengan usia
biologisnya.

Perlu dipahami dari anak usia dini, bahwa anak itu memiliki keunikannya sendiri.
Anak memiliki imajinasi dan kesenangannya sendiri. Anak bersifat egosentris yang
artinya kalau diamati pada anak 5-6 tahun itu anak melihat dunia dari sudut pandang
atau kepentingan dirinya sendiri. Rasa ingin tahu anak juga begitu tinggi, sehingga
sangat baik bila dikembangkan untuk mengenalkan pengetahuan yang baru baginya,
dalam mengembangkan kemampuan kognitifnya. Jadi, semakin banyak pengetahuan
yang ia dapatkan dari rasa ingin tahunya itu, semakin kaya juga daya berpikirnya.⁣

Rentang fokus anak juga perlu diperhatikan. Anak usia dini itu selalu cepat beralih
pada kegiatan yang lain, kecuali jika ia memang menyukai pada suatu kegiatan.
Rentang fokus pada anak usia 5 tahun ke bawah itu paling lama 10 menit pada
umumnya untuk dapat duduk dan memperhatikan secara nyaman.⁣⁣

Ternyata, kita bisa membangun karakter anak melalui 6 pilar aspek


perkembangannya, yaitu Diniyyah, Afeksi, Kognisi, Bahasa, Psikomotor, dan
Sosialnya. Tahap perkembangan anak usia 4 tahun, misalnya. Domain Diniyyah, anak
dapat melafazkan do'a bangun tidur beserta artinya. Domain Afeksi, anak dapat
membereskan alat mainnya tanpa diminta bantuan oleh ibunya. Domain Kognisi,
anak dapat mengetahui fungsi anggota tubuhnya. Domain Psikomotor, anak dapat
melompat dengan satu kakinya. Domain Sosial, anak dapat mengucapkan kata maaf,
tolong dan terimakasih kepada teman bermainnya.⁣⁣

Maa syaa Allah, ternyata kita perlu banyak belajar dalam kepengasuhan, yaa para ibu
dan calon ibu shalihah. Jika kita ingin anak-anak kita menjadi anak yang shalih dan
shalihah, tentunya kita sebagai madrasah pun harus belajar menjadi seseorang yang
shalihah. Setiap hari kita bisa mendo'akan orangtua kita dan anak-anak kita sebagai
hadiah terindah. Ilmu parenting ini sangat penting supaya saat dalam mengasah,
mengasihi dan mengasuh anak itu kepala tidak begitu pusing.

Kalau kita pernah mendengar kisah para ibunda ulama terdahulu, tentu kita bisa
mengikuti jejaknya. Siapakah ibunda salah seorang ulama orang shalih pada masanya
yang teguh jiwa dan hatinya? Ialah ibunda Ibnu Taimiyah. Ibunda Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah yang lebih senang anaknya bermanfaat bagi orang banyak daripada untuk
dirinya. Ibnu Taimiyah adalah seorang yang menguasai ilmu rijalul hadits (perawi
hadits) pada masanya.⁣

Membaca kisah ulama-ulama besar terdahulu, pasti ada sosok yang memiliki peran
penting dalam meridhai jalan pendidikan dan dakwahnya, ialah seorang ibu. Ibnu
Taimiyah salah satu ulama yang begitu dekat dengan ibu. Ini dibuktikan ketika Ibnu
Taimiyah tinggal beberapa lama di Mesir, lalu beliau menyampaikan keinginan itu
kepada ibunya. Beliau meminta izin kepadanya, lewat sebuah surat yang
membubuhkan betapa cinta kasih seorang anak dan kebaktiannya kepada seorang
ibu.⁣

Di dalam suratnya, karena selama berhari-hari beliau jauh dari ibundanya dan harus
tinggal di Mesir dalam rangka kepentingan Agama, beliau memohon maaf kepada
ibunya. Ibunya pun membalas suratnya dan mendo'akannya. Ibunda Ibnu Taimiyah
mengatakan bahwa ridhanya terhadap Ibnu Taimiyah sesuai dengan kadar
pengabdian untuk agama dan kaum muslimin. Beliau pada hari esok tidak akan
menanyakan puteranya di hadapan Allah tentang jauhnya puteranya darinya, akan
tetapi beliau akan memperhitungkan puteranya di hadapan Allah apabila puteranya
melalaikan pengabdian terhadap agama Allah dan terhadap para pengikutnya, dari
kalangan saudara-saudara kaum muslimin.⁣

⁣Maa syaa Allah begitu teguh jiwa dan hatinya ibunda Ibnu Taimiyah yang bisa jadi
teladan untuk kita sebagai madrasah. Di dalam rumah ada sosok ibu yang shalihah
yang menanamkan kepada anaknya dasar-dasar agama dan akidah. Jadi ingat
pepatah "dibalik laki-laki yang hebat, ada perempuan yang hebat." Ya, benar sekali
seperti kisah Ibnu Taimiyah dengan ibundanya yang begitu dekat. Ibu yang mendidik
puteranya berorientasi pada akhirat, karena anak adalah investasi akhirat.

Kita semua tahu yaa, bahwa seorang perempuan adalah sebaik-baiknya madrasah
teruntuk anak-anaknya. Namun, ternyata masih banyak yang belum menyadari
bahwa kesehatan mental itu sangatlah penting bagi seorang ibu dalam mengasuh,
mengasihi, dan mengasah perkembangan anaknya. Mengapa sangat penting?
Karena akan berpengaruh besar dalam pembentukan karakter anak hingga anak
dewasa. Lalu, sejak kapan seharusnya belajar parenting? Ya, sebelum menikah agar
lebih panjang waktunya untuk belajar sebagai memberdayakan diri. Supaya bisa
mencerna kembali terhadap mitos-mitos yang tersebar di masyarakat selama ini.
Yang pastinya, jadi lebih siap menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang apabila
nanti akan terjadi.

Oleh karena itu, support sistem juga sangat dibutuhkan bagi seorang ibu terutama
setelah melahirkan. Bagi seorang ibu, dukungan dari orang terdekat seperti suami
maupun orang tua dan mertua menjadi sebuah kekuatan. Setelah ibu melahirkan,
akan mengalami banyak perubahan. Seperti terjadinya perubahan hormon pada
tubuhnya. Dikutip dari ibupedia.com bahwa "Level estrogen dan progesteron setelah
melahirkan itu menurun. Dan level tiroidnya pun menurun".

Karena inilah yang akhirnya dapat memicu ketidakseimbangan emosi dan rasa lelah
yang dialami setiap ibu setelah melahirkan. Pada kondisi seperti itu, dukungan dari
suami seperti membuatkan makanan atau pelukan itu dapat membantu perasaan
ibu untuk merasakan ketenangan. Setelah melahirkan, ada istilah baby blues yang
sebenarnya wajar terjadi pada ibu setelah melahirkan. Akan tetapi, bila itu
berkepanjangan bahkan sampai berkelanjutan, maka bisa mengakibatkan depresi
yang bisa membahayakan bagi si ibu sendiri bahkan bisa membahayakan si bayi.
Pastinya itu tidak ingin sampai terjadi.

Nah, apa penyebabnya seorang ibu bisa mengalami baby blues?. Setelah melahirkan
normal maupun caesar, pastilah merasakan perihnya bekas jahitan. Ibu akan
kesulitan bergerak melakukan aktivitas seperti biasanya dengan nyaman. Belum lagi
dengan tangisan bayi pada siang dan malam yang masih beradaptasi mengenal
orang-orang baru dan lingkungan. Apalagi bila ASI belum keluar dan orang lain sibuk
membanding-bandingkan. Tentunya ini akan menjadi sebuah beban, apalagi jika
mental dan ilmu kepengasuhan atau parenting belum matang dipersiapkan.

Sebaiknya, bila kita menjadi seorang ibu, tidak menargetkan harus menjadi "Ibu
sempurna". Akan tetapi, ubah mindset itu menjadi "Ibu kuat, ibu sehat, ibu bahagia
yang shalihah". Suami adalah support sistem yang paling utama bagi ibu setelah
melahirkan. Ibu membutuhkan bantuan untuk membantu mengerjakan pekerjaan
rumah atau bergantian memegang anaknya. Ibu membutuhkan pujian bahwa
bagaimanapun bentuk fisiknya, suaminya akan selalu mencintainya. Ibu
membutuhkan tempat bersandar, yang mungkin bisa mendengarkan cerita-
ceritanya. Dan ibu membutuhkan pelukan, yang mungkin bisa memberikan
ketenangan saat dirundung kelelahan.

Anda mungkin juga menyukai