Peran Orang Tua dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak untuk Membangun Karakter Jujur
Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh optimalisasi tumbuh
kembang di setiap fase yang dilaluinya. Proses tumbuh kembang dipengaruhi oleh potensi biologik, sementara potensi biologik seseorang itu sendiri dipengaruhi oleh status kesehatan. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, namun terdapat dua faktor utama yaitu faktor genetik dan lingkungan. Faktor penentu bagi perkembangan anak baik fisik maupun mental adalah peran orang tua, terutama peran seorang ibu, karena ibu adalah pendidik pertama dan utama bagi anak- anak yang dilahirkan sampai dia dewasa. Orang tua merupakan penanggung jawab utama dalam pendidikan anak- anaknya. Dimanapun anak tersebut menjalani pendidikan, baik di lembaga formal, informal maupun non formal orang tua tetap terus berperan dalam menentukan masa depan pendidikan anak-anaknya. Anak diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga nantinya menjadi orang dewasa yang sehat secara fisik, mental, sosial dan emosi. Maka dapat mencapai perkembangan yang optimal akan potensi yang dimilikinya dan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Sebagai orang tua apabila memberikan kenyamanan saat ini sama dengan mewariskan kerja keras pada anak nantinya. Orang tua harus menanamkan semangat juang yang tinggi karena itu merupakan kunci kesuksesan anak di masa mendatang. Pendidikan orang tua kepada anak diibaratkan seperti sebuah botol kosong. Apa yang diisikan orang tua ke dalamnya, maka sesuatu yang sama pula yang akan dituangkan. Seorang anak pun demikian kosongnya. Anak terlahir dalam keadaan suci, tak bernoda sama sekali, akhirnya melalui waktu, ia menemui, mempelajari, dan melakukan banyak hal dari apa yang dilihat, disentuh, didengar, dicium, dan dirabanya. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Sedangkan menurut Pusat Bahasa Depdiknas, karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat tabiat, temperamen dan watak, sementara itu, yang disebut dengan berkarakter ialah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak . Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Karena usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukkan karakter anak. Pembentukan karakter yang ingin dicapai dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan latihan otot-otot akhlak secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat. Beberapa pendapat lain mengemukakan bahwa nilai-nilai karakter dasar yang harus diajarkan kepada anak sejak dini adalah sifat dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil dan punya integritas. Pembentukan karakter dikembangkan melalui tiga tahap, yaitu pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuaanya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Ada tiga teknik komunikasi yang penting untuk dapat membangun jenis hubungan yang penuh kasih sayang dalam keluarga, yaitu bercerita, mendengarkan dan berempati. Bercerita artinya orang tua yang bersedia membuka diri kepada anaknya akan mendorong keterbukaan diri anak, mendengarkan artinya pada saat anak menghadapai suatu masalah orang tua hendaknya mendengarkan cerita anak sampai selesai sebelum orang tua memberikan solusinya, dan berempati artinya orang tua berusaha untuk melihat apa yang dilihat anak, memikirkan apa yang dipikirkan, dan merasakan apa yang dirasakan. Karakter yang akan dibahas lebih dalam adalah karakter jujur. Kejujuran merupakan kata yang sudah tidak asing lagi bagi telinga kita. Sejak di lingkungan keluarga tentunya sudah dikenalkan tentang kejujuran. Ditambah lagi pengetahuan yang didapat di sekolah. Sehingga tidak mungkin apabila tidak mengetahui dengan yang namanya kejujuran. Tak dapat ditawar lagi, bahwa kejujuran itu penting. Jujur tidak hanya berlaku dalam pekerjaan saja, namun juga penting dalam setiap hal kehidupan. Alasan inilah yang membuat anak-anak sejak dini perlu belajar tentang nilai-nilai kejujuran. Kejujuran adalah nilai kehidupan mendasar yang paling penting yang harus diajarkan pada anak sejak dini. Mengajarkan anak untuk berkata, bersikap dan berperilaku jujur akan menjadi pembelajaran yang berguna untuk kehidupannya kelak di masa depan. Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa kejujuran adalah mata uang yang berlaku dinegara manapun. Pepatah seperti ini wajib dikenalkan pada anak-anak sejak usia dini. Sebab penanaman ilmu sejak dini umumnya akan cenderung lebih mudah diserap anak dan ditanamkan hingga mereka dewasa sehinga menjadi sebuah kebiasaan yang baik. Beberapa Teknik Mengajarkan kejujuran pada anak sejak usia dini : 1. Terapkan dalam kehidupan sehari-hari Cerita mengenai kejujuran saja tidak cukup untuk menumbuhkan sikap kejujuran pada anak, hal ini perlu juga dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab anak-anak akan membutuhkan sesuatu yang nyata dalam pandangan mereka, sehingga teori mengenai kejujuran tidak akan lagi nampak abstrak untuk mereka. Untuk itu, mulailah menerapkan sikap dan perilaku jujur dalam kehidupan sehari- hari. 2. Berikan pengetahuan dan keyakinan bahwa Tuhan Maha Melihat Kenalkan pada anak tentang keyakinan bahwa dimanapun mereka berada kapanpun mereka berbohong meski tanpa diketahui orang lain masih ada tuhan Yang Maha Melihat segalanya yang akan selalu mencatat setiap perilaku buruk yang mereka lakukan. 3. Berikan pemahaman ‘Jujur Itu Nikmat’ Kejujuran akan terasa nikmat namun tidak dapat secara langsung kita nikmati. Hal ini penting sekali diajarkan kepada anak sejak dini. Ajarkan anak untuk selalu mendahulukan perilaku kejujuran sebab kejujuran akan mengantarkan mereka pada kehidupan yang tenang dan damai tanpa dihantui rasa bersalah. 4. Sebuah Cerita Sebelum TiduR Sebuah cerita, dongeng, ataupun cerita kejadian nyata yang diceritakan pada anak-anak sebelum mereka tidur, terutama dalam keadaan mata mereka sedang mengantuk dapat menjadi semacam relaksasi untuk anak. Sebelum tidur, anak-anak dalam keadaan tenang dengan pikiran yang kosong. Saat itu, gelombang pikiran mereka sedang tenang dan jika kita bisa mengisi “alam pikiran” tersebut dengan cerita positif seperti bertindak jujur. 5. Pemberitahuan dan Pujian Pujian tetap menjadi sarana yang efektif bukan hanya untuk anak-anak, tapi juga untuk orang dewasa. Pujian akan membawa perasaan tersendiri untuk melakukan hal yang dipujikan lebih baik lagi. Untuk itu, lakukan hal yang bisa mereka terapkan langsung. 6. Uji Coba Uji coba yang paling efektif dan bisa terlihat adalah dalam bentuk hal-hal yang berbau materi, contohnya dalam bentuk uang. Tujuan jangka panjangnya adalah agar anak-anak kelak di masa dewasanya tahu dengan jelas dan pasti batasan, mana uang yang memang menjadi miliknya dan mana yang kepunyaan orang lain.