Anda di halaman 1dari 9

Anda bertugas sebagai seorang bidan pada sebuah desa.

Menurut hasil observasi di


wilayah kerja anda, 50% keluarga yang mempunyai 2 anak balita dalam satu rumah.
Warga menyampaikan ingin mendapatkan pengetahuan tentang pola pengasuhan
pada anak dan cara menghindari sibling rivalry. Selain itu, warga juga masih
beranggapan bahwa pengasuhan anak adalah urusan perempuan saja. Padahal
perempuan di desa tersebut 80% adalah pekerja. Anda kemudian akan membuat
inovasi berupa edukasi kepada masyarakat terkait “parenting”.
Buatlah sebuah rencana inovasi (berupa outline maksimal 3000 kata) untuk
edukasi kepada masyarakat sebagai alternative upaya pemecahan masalah di
desa tersebut.
____________________________________________________________________
“ PARTY.com ”
PARENTING IS HAPPY community
A. PENDAHULUAN

Kualitas SDM dapat di lihat dari derajat kesejahteraan, pengetahuan, kesehatan


dan spiritual. Penjaminan kualitas manusia dapat dimulai sejak manusia berada di
dalam kandungan hingga usia 6 tahun. Salah satu syarat mendasar agar anak usia dini
dapat berkembang secara ideal adalah dorongan dalam pola asuh yang dilakukan oleh
orangtua. Orangtua sebagai peran utama untuk perkembangan dalam keluarga dalam
mempelajari cara makan, berjalan, berbicara, dan memahami karakter dan praktik
yang berbeda. (Suhenda dkk., 2020)
Menjadi orang tua adalah kesenangan tersendiri bagi orang dewasa yang telah
menikah. Menunaikan perintah yang di limpahkan Allah SWT, khususnya memiliki
anak yang harus di asuh dan tumbuh dengan baik. Banyak komponen yang
mempengaruhi perkembangan karakter pada anak. Sebagaimana di tunjukkan oleh
Sigmund Freud dalam hipotesis Psikoanalitik menyatakan bahwa kemajuan karakter
seorang anak di pengaruhi oleh apa yang di perolehnya selama usia golden age,
khususnya awal 0-6 tahun kehidupan dan kemampuan untuk melalui setiap periode
peningkatan. Ini menghasilkan anak-anak memiliki karakter yang baik ketika mereka
tumbuh dewasa. Setiap keluarga memiliki pola pengasuhan alternatif dalam mengajar
anak dan biasanya di peroleh dari pengasuhan yang di dapat dari orangtua
sebelumnya.(Ayun, 2017)

POLA PENGASUHAN ANAK

Pengasuhan anak dapat di artikan sebagai gambaran hubungan antara anak


dan orang tua yang mencakup kepuasan kebutuhan aktual (seperti makan, minum,
dan sebagainya) dan kebutuhan mental (seperti rasa aman, cinta, dan sebagainya)
serta sosialisasi dengan tujuan agar anak-anaknya dapat hidup sesuai kebutuhan
mereka. Pada umumnya, pengasuhan juga mencakup upaya bersama orangtua dan
anak dalam pembentukan karakter anak itu sendiri. Jadi peran orangtua dalam
membina karakter seorang anak sangatlah penting. (Ayun, 2017)

Pola pengasuhan anak secara lokal merupakan faktor vital dan penting. Desain
pengasuhan anak penting untuk dalam proses sosialisasi. Dalam interaksi ini, seorang
individu akan di arahkan terus-menerus oleh orang tuanya untuk membentuk
karakternya menjadi anggota masyarakat yang mampu berpikir dan bertindak yang di
tunjukkan oleh standar dan kualitas sosial yang berlaku di masyarakat itu. Sebagai
ciri dari proses sosialisasi, contoh pengasuhan dalam keluarga berlaku untuk setiap
masyarakat umum. Pola pengasuhan anak merupakan satu upaya agar masyarakat dan
kebudayaan dapat terpelihara terus, ide-ide yang di tanamkan kepada warga baru ini
harus sesuai dengan yang berlaku pada masyarakat dan kebudayaannya. Pengasuhan
anak tidak hanya di lihat dari menjaga, merawat, serta membimbing anak-anak dalam
keluarga melainkan juga dapat di lihat dari cara mendidik kesopanan, saling
menghormati, disiplin, serta kebersihan dan kesehatan. Dalam hal ini sosialisasi
adalah proses seorang individu berinteraksi dengan sesamanya. (Merlina, 2010).

Keterlibatan orang tua dalam tumbuh kembang anak dan proses


pembelajarannya memegang peranan penting bagi perkembangan kognitif, afektif dan
psikomotorik anak. Jenis pola asuh orang tua sangat mempengaruhi pembentukan
kepribadian anak hingga dewasa. Hal ini di karena sifat dan karakter seorang
individu dewasa sebenarnya jauh sebelumnya benih-benihnya sudah ditanam
tumbuhkan kedalam jiwa seorang individu sejak awal, yaitu pada masa ia masih
kanak-kanak. Artinya, perlakuan orang tua kepada anak-anaknya sejak masa kecil
akan berdampak pada perkembangan sosial moralnya di masa dewasanya.
Perkembangan sosial moral inilah yang akan membentuk watak sifat dan sikap anak
kelak meskipun ada beberapa faktor lain yang berpengaruh dalam pembentukan sikap
anak yang tercermin dalam karakter yang di milikinya. Dalam memberikan
pengasuhan dan pendidikan kepada anak, setiap keluarga memiliki pola asuh yang
tidak sama antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. (Ayun, 2017)
Cara membangun karakter dan kepribadian positif pada seorang anak ibarat
mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga struktur yang luar
biasa,menarik dan beragam satu dengan yang lain. Dengan demikian, dalam mendidik
karakter setiap anak memliki potensi untuk berperilaku positif atau negatif. Jika orang
tua dalam pendidikan keluarga membentuk pengalaman awal karakter positif sejak
usia dini, maka yang berkembang adalah perilaku positif tersebut. Jika tidak, tentu
yang akan terjadi sebaliknya. (Fahruddin & Astini, 2018). Karakter yang kuat di
bentuk oleh penanaman nilai yang mementingkan baik-buruk, melalui pengalaman
yang membangkitkan rasa ingin yang sangat kuat, dan bukan menyibukkan diri pada
tataran pengetahuan semata. Jika anak sejak kecil sudah di biasakan untuk mengenal
karakter positif, anak akan menjadi pribadi yang tangguh, parcaya diri, dan empati
sehingga akan merasakan kekurangan dalam dirinya jika tidak melakukan kebiasaan
baik tersebut.(Nofiaturrahmah, 2017). Usaha nyata dari orangtua adalah
mengembangkan totalitas potensi yang ada pada diri anak. Potensi anak secara garis
besar dapat di bedakan menjadi dua, yaitu potensi rohaniah dan potensi jasmaniah.
Potensi rohaniah meliputi potensi pikir, potensi rasa dan potensi karsa, sedangkan
potensi jasmaniah meliputi potensi karsa dan potensi sehat. (Shofa, 2017)
Penerapan suatu pembiasaan dalam pendidikan karakter disiplin sebagai nilai
yang komprehensif dalam kebajikannya yang diteladankan serta penanganan perilaku
disiplin yang dipraktikan sebagai nilai yang dijunjung tinggi dimana kualitas moral
dan intelektual yang di tunjukkan dengan mengembangkan pribadi yang lebih baik
berdasarkan norma-norma yang berlaku penerapan suatu kebiasaan dan nilai teladan
terhberadaptasi kedisiplinan pada anak dapat membentuk pribadi yang baik. Jika anak
sudah di tanamkan dengan nilai moral yang membangun kepemimpinan moral
(disiplin diri) sebagai dasar suatu pemikiran, perasaan, dan perilaku tentunya akan
terbiasa disiplin dalam keadaan apapun. Nilai di siplin merupakan titik awal dari
segala bentuk perilaku baik buruknya suatu individu. Dengan adanya pembiasaan
tersebut, sehingga terbentuklah kepribadian atau karakter yang baik untuk penanaman
penanaman budaya ke arah yang positif. (Purwanti & Haerudin, 2020)

SIBLING RIVALRY

Sebagian besar anak tumbuh bersama saudara kandung. Keterikatan dengan


saudara kandung, baik itu kakak maupun adik merupakan hubungan paling lama yang
dimiliki seseorang . Interaksi antar saudara kandung dimulai ketika anak masih kecil
dan berlanjut sepanjang hidup anak . Interaksi antara saudara kandung akan meng-
hasilkan hubungan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama per-kembangan
sosial dan kognitif . Kehadiran seorang adik laki-laki atau perempuan yang baru
dapat merupakan krisis utama bagi seorang anak. Anak yang lebih besar sering
mengalami perasaan kehilangan atau rasa cemburu “digantikan” oleh bayi yang baru.
Beberapa faktor yang mengalami respon seorang anak yang mendapatkan adik baru
antara lain adalah umur anak, sikap orang tua, peran ayah, lama waktu berpisah
dengan ibu dan bagaimana anak itu dipersiapkan untuk satu perubahan (Bobak,
2004). Persaingan antar anak kecil cenderung paling mengganggu saat perbedaan usia
antara satu setengah sampai tiga tahun. Ini karena anak pra sekolah masih tergantung
pada orang tuanya, dan belum dapat membangun hubungan yang mapan dengan
teman-teman dan orang dewasa lainnya. Namun, meskipun perbedaan usia sembilan
tahun atau lebih, anak yang lebih tua masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang
dari orang tua. Persaingan antar saudara kandung (Sibling Rivalry) adalah
kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antar saudara laki-laki dan saudara
perempuan. Persaingan antar saudara kandung terjadi ketika keluarga memiliki lebih
dari satu anak. Sibling rivalry terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih sayang
dari orangtuanya dan merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam
mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua. (Setiawati., 2016).
Peran orangtua sangat penting dalam mengurangi reaksi sibling rivalry pada
anak prasekolah dengan mengadopsi perilaku-perilaku yang positif dan membangun
di antara anak-anaknya melalui berbagai cara seperti komunikasi yang efektif,
melibatkan anak dalam perawatan bayi, memberi perhatian dan menjawab semua
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anaknya. Ibu seringkali merasa sangat
capek dan stress setelah kelahiran anaknya. Anak yang berumur antara 3 sampai
dengan 5 tahun lebih cenderung mementingkan diri sendiri sehingga akan mengalami
kesulitan untuk berbagi perhatian orang tuanya dengan saudara yang lain, lebih-lebih
apabila ancaman itu datang dengan kehadiran adik baru (bayi). Selain itu anak
prasekolah mempunyai kemampuan berbahasa dan pemahaman akan situasi baru
yang terbatas, oleh karenanya mereka sangat sulit mengerti mengapa adik baru (bayi)
memerlukan lebih banyak perhatian dan kasih sayang. Mereka akan cenderung
merasa di abaikan, cemburu, dan mengalami kemunduran perilaku. Pola perilaku
yang negatif tersebut apabila tidak ditangani dengan baik maka akan terekam di
bawah alam sadar mereka dan bisa menjadi cikal bakal akan perilaku-perilaku yang
lebih merusak bahkan bisa terbawa hingga mereka dewasa. (Sari dkk., 2016)
Sibling rivalry (kecemburuan) yang tidak di atasi pada masa awal anak-anak
dapat menimbulkan delayed effect, yaitu di mana pola perilaku tersimpan di bagian
alam bawah sadar pada usia 12 tahun hingga 18 tahun dan dapat muncul kembali
bertahun-tahun kemudian dalam berbagai bentuk dan perilaku psikologikal yang
merusak). Persaingan antara saudara Sibling Rivalry (kecemburuan) kepada saudara
kandung merupakan salah satu alasan terkuat anak-anak bertengkar. Perasaan
cemburu dan benci yang biasanya dialami oleh seorang anak terhadap kehadiran/
kelahiran saudara kandung. Perasaan tersebut timbul bukan karena benci terhadap
saudara barunya, tetapi lebih pada perubahan situasi atau kondisi. (Yusvika, 2016)

B. TUJUAN KEGIATAN
Adapun tujuan kegiatan ini adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melaksanakan
perawatan, pengasuhan dan pendidikan anak di dalam keluarga sendiri
dengan landasan dasar-dasar karakter yang baik.
2. Meningkatkan ikatan sosial dan emosional antara orangtua, pendidik dan
anak.
3. Meningkatkan pemahaman orangtua tentang perilaku anaknya selama
mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat memberikan dukungan
positif terhadap perkembangan anak.
C. SOLUSI YANG DI TAWARKAN DAN TUJUAN
Ada beberapa solusi yang di tawarkan yaitu adanya program “Parenting class”
berfokus pada pola pengasuhan anak dan sibling rivalry melalui tatap muka dan
secara online.

D. STRATEGI
Strategi yang di lakukan pada program PARTY.com yaitu:
1. Membuat proposal mengenai program PARTY.com.
2. Melakukan pendekatan kepada Kepala Dinas Pendidikan, kepala puskesmas,
kepala desa, tokoh masyarakat dan kepala sekolah PAUD
3. Melakukan koordinasi dan diskusi dengan bidan , kepala sekolah PAUD dan
psikolog yang terlibat sebagai fasilitator program PARTY.com terkait
materi-materi yang akan di berikan dalam program.
4. Mengidentifikasi potensi dan mitra pendukung
5. Melaksanakan rapat terkait pembahasan program “PARTY.com” dan
pelaksanaan program.
6. Melakukan identifikasi merekrut keluarga yang akan mengikuti program
7. Melakukan identifikasi kebutuhan orangtua
8. Membuat parenting class dan media edukasi berupa poster dan video yang
berisi materi-materi yang akan di berikan dalam program PARTY.com.
9. Melakukan penyuluhan pada orangtua tentang pola pengasuhan anak.
10. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program yang di jalankan.
11. Melakukan rencara tindak lanjut dengan mengembangkan program ini.

E. RANCANGAN KEGIATAN
Tahap Perencanaan

1. Pembuatan proposal kegiatan terkait pelaksanaan program


2. Melakukan pendekatan kepada Kepala Dinas Pendidikan, kepala puskesmas,
kepala desa, tokoh masyarakat dan kepala sekolah PAUD
3. Melakukan koordinasi dan diskusi dengan bidan , kepala sekolah PAUD dan
psikolog yang terlibat sebagai fasilitator program PARTY.com terkait
materi-materi yang akan di berikan dalam program
4. Rapat rencana pelaksanaan program
Tahap Pelaksanaan
1. Sosialisasi Program PARTY.com kepada keluarga yang mengikuti program
2. Pemberian materi yang dilakukan dengan CTJ ( Ceramah Tanya Jawab )
mengenai Program.
3. Mengadakan agenda parenting class secara offline maupun online
4. Menyiapkan daftar hadir
5. Mendokumentasikan seluruh jalannya kegiatan
Tahap Evaluasi
1. Membuat skala ketercapaian kegiatan
2. Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan
3. Mendampingi keluarga yang mengikuti program
4. Rapat rencana pengembangan program.
F. INDIKATOR
1. Peserta yang hadir dalam kegiatan ini sejumlah 85 %
2. Adanya persetujuan dari pihak setempat yang berwenang
3. Peserta yang mengikuti program “ PARTY.com ” ini dapat memahami
dengan baik terkait materi yang di sampaikan oleh pemateri

G. STRATEGI MENGATASI HAMBATAN


1. Dengan pengembangan program parenting perlu menjalin kemitraan dengan
individu seperti pejabat, tokoh masyarakat, kalangan profesional , praktisi
PAUD dan institusi baik pemerintah maupun swasta.
2. Melakukan monitoring dan evaluasi pada setiap kegiatan dari program yang
di laksanakan supaya kegiatan dapat berjalan lebih baik dari pertemuan
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ayun, Q. (2017). Pola Asuh Orang Tua dan Metode Pengasuhan dalam Membentuk
Kepribadian Anak. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul
Athfal, 5(1), 102–122. https://doi.org/10.21043/thufula.v5i1.2421
Fahruddin, F., & Astini, B. N. (2018). Pelatihan Program Parenting untuk
Meningkatkan Profesionalisme Guru PAUD Di Kota Mataram Tahun 2018.
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 1(1), Article 1.
https://doi.org/10.29303/jpmpi.v1i1.206
Merlina, N. (2010). POLA PENGASUHAN ANAK PADA KOMUNITAS ADAT
GIRI JAYA (Suatu Tinjauan Sosial Budaya). Patanjala: Journal of Historical
and Cultural Research, 2(2), 241–257.
https://doi.org/10.30959/patanjala.v2i2.217
Nofiaturrahmah, F. (2017). Pendidikan Karakter yang Menyenangkan (Studi di
PAUD Shofa Azzahro). ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul
Athfal, 5(1), 181–203. https://doi.org/10.21043/thufula.v5i1.2357
Purwanti, E., & Haerudin, D. A. (2020). Implementasi Pendidikan Karakter Terhadap
Anak Usia Dini Melalui Pembiasaan dan Keteladanan. ThufuLA: Jurnal
Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 8(2), 260–275.
https://doi.org/10.21043/thufula.v8i2.8429
Sari, D. P., Bakara, D. M., & Sutriyanti, Y. (2016). HUBUNGAN TINGKAT
PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA
USIA BALITA. Jurnal Kesehatan, 5(2), Article 2.
https://doi.org/10.26630/jk.v5i2.57
Shofa, M. N. (2017). Penanaman Pendidikan Karakter untuk Anak Usia Dini.
ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 5(1), 64–80.
https://doi.org/10.21043/thufula.v5i1.2408
Suhenda, D., Nurfauziah, R., & Kusyanti, T. (2020). PARTICIPATION OF FAMILY
DEVELOPMENT PROGRAM FOR FAMILY IN CHILDREN’S CARE
AND GROWTH IN WEST JAVA. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes
Bandung, 12(1), 80–93. https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v12i1.817
Yusvika, I. A. (2016). Gambaran Pengetahuan Ibu Multigravida tentang Sibling
Rivalry (Kecemburuan) di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kedaton
Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan, 7(1), 81–84.
https://doi.org/10.26630/jk.v7i1.122

Anda mungkin juga menyukai