Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN ANALISIS KASUS KELUARGA

“POLA ASUH JAWA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Psikologi Keluarga

Dosen Pengampu:

Uswah Wardiana, M.Si

Disusun oleh:

Alvaretha Yuniar An Fataty 126308202094

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

2023
PENDAHULUAN

Menjadi orang tua adalah merupakan kebahagiaan tersendiri bagi orang dewasa yang
telah melakukan pernikahan. Mengemban amanat yang dititipkan oleh Allah SWT yaitu
memiliki seorang anak yang harus dididik dan dikembangkan dengan baik. Banyak faktor yang
mempengaruhi terbentuknya kepribadian pada anak. Menurut Sigmund Freud dalam teori
Psikoanalisa menyebutkan bahwa perkembangan kepribadian seorang anak dipengaruhi oleh apa
yang ia terima pada masa golden age yaitu usia 0-6 tahun pertama kehidupan serta kemampuan
untuk melewati setiap fase perkembangan, apabila seorang anak mendapatkan pendidikan dan
pengasuhan yang baik maka akan mengakibatkan anak memiliki kepribadian yang baik pada saat
dewasa. Sesuai dengan pendapat Hurlock (1978) bahwa orang yang paling penting bagi anak
adalah orang tua, guru, dan teman sebaya (peer group). Melalui merekalah anak mengenal
sesuatu positif dan negatif. Anak mulai belajar dan meniru apa yang dilihatnya, terutama adalah
perilaku orang tua sebab keluaga merupakan salah satu pembentuk karakter anak. Pengasuhan
kelurga sangat penting bagi perkembangan anak. Dengan demikian anak harus diasuh dengan
halhal yang baik, yaitu mulai dengan mengenalkan agama, mengajarkan disiplin, berperilaku
jujur, suka menolong, dan hal-hal yang positif harus diajarkan orang tua kepada anak sedini
mungkin.

Setiap keluarga memiliki pola asuh yang berbeda dalam mendidik seorang anak dan
biasanya diturunkan oleh pola asuh yang diterima dari orang tua sebelumnya. Pola asuh dapat
didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi pemenuhan
kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa
aman, kasih sayang dan lain -lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat
agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya (Latifah, 2011). Dengan kata lain, pola asuh
juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter anak. Jadi
gaya yang diperankan orang tua dalam mengembangkan karakter anak sangat penting, apakah ia
otoriter, demokratis atau permisif. Menurut Megawangi (2003), anak-anak akan tumbuh menjadi
pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga
fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang segara optimal. Mengingat lingkungan
anak bukan saja lingkungan keluarga yang sifatnya mikro, maka semua pihak baik keluarga,
sekolah, media massa, komunitas bisnis, dan sebagainya turut berpengaruh dalam perkembangan
karakter anak. Dengan kata lain, mengembangkan generasi penerus bangsa yang berkarakter baik
adalah tanggung jawab semua pihak. Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa pengasuhan
anak menjadi takap penting dalam membentuk karakter, moralitas, pengetahuan, keterampilan,
dan life skill yang memadai bagi anak. Oleh sebab itu, kerja sama semua agen sosialisasi baik
keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi solusi terbaik demi suksesnya anak. Khusus bagi
keluarga, tugas dan tanggung jawab dalam menyukseskan pengasuhan anak sejak dini sangat
besar, mengingat dari keluargalah seorang anak lahir dan berkembang. Pola asuh dan lingkungan
keluarga sangat menentukan pola pikir, kebiasaan, dan kemampuan memotret kehidupan dunia
yang penuh kompetisi, aktualitas, dan dinamika.

Pola asuh yang diterapkan oleh setiap orang tua dapat berbeda-beda dan juga sama, hal
tersebut dapat di latar belakangi oleh suku dan budaya yang di anut oleh orang tua anak tersebut,
perbedaan sosial ekonomi serta perbedaan dalam pengalaman merawat dan mendidik anak.
Namun, tidak hanya perbedaan, pola asuh orang tua juga dapat di kategorikan sama, hal tersebut
dapat terjadi karena budaya yang di anut orang tua menjadi pola asuh yang di terapkan dalam
mendidik dan mebentuk karakter anak (Satrianingrum and Setyawati 2021). Setiap suku maupun
budaya memiliki pola pengasuhan yang berbeda-beda pula. seperti suku jawa yang memberikan
pendidikan mengenai standard dan ekspetasi berperilaku dalam budayanya. Suku Jawa
menerapkan pola asuh dengan memberiakn pengaaran pada anak-anak mereka tentang sopan
santu (tatakrama) dalam kehidupan sehari-hari, seperti aturan makan yang tidak boleh
mengeluarkan suara keras dan mengutamakan orang yang lebih tua untuk mengambil makanan,
selain itu megucapkan salam, berjabat tangan apabila bertemu dengan orang lain, memanggil
orang lain dengan sebutan yang sesuai tatanan keluarga merupakan bagian dari tata krama yang
di berapkan oleh orang tua suku jawa (Diananda 2021).

Tugas pengasuhan bukan hanya kegiatan memenuhi kebutuhan fisik anak seperti
sandang, pangan dan papan. Tugas pengasuhan juga mencakup pemenuhan kebutuhan psikis
anak dan pemberian stimulasi untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan anak secara
maksimal. Beberapa aspek dalam pola pengasuhan yaitu mencakup pola asuh makan, pola asuh
hidup sehat, pola asuh akademik atau intelektual, pola asuh sosial emosi serta pola asuh moral
dan spiritual (Hastuti, 2008:76). Seorang anak di sebuah keluarga akan diasuh menurut nilai
budaya dan agama yang diyakini oleh kedua orangtuanya. Proses sosialisasi nilai budaya dan
agama tersebut dapat dilakukan melalui komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal
antara orangtua dan anak. Seperti yang dikutip oleh Hastuti (2008:38) mendefinisikan sosialisasi
sebagai proses belajar untuk mengenali nilai-nilai dan ekspetansi kelompok, dan meningkatkan
kemampuan untuk mengikutinya (conform)
HASIL DAN PEMBAHASAN

Masyarakat jawa kental hubungannya dengan adab dan sopan santun. Sehingga banyak
orang tua jawa yang mengajarkan adab sopan santun pada anak-anaknya termasuk keluarga
peneliti. Mulai dari cara bertutur kata, makan, dsb. Orang tua sangat berperan penting dalam
pembentukan karakter anak yang akan mempengaruhi kehidupan sosial anak karena orang tua
adalah orang paling dekat dengan anak. Orang tua memiliki cara dan pola yang berbeda-beda
dalam mendidik anaknya. Setiap cara dan pola asuh pasti akan berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya.

(Diananda 2021) mengungkapkan bahwa terdapat model pengasuhan suku Jawa,


diantaranya adalah : Pertama, menunjukkan sikap tegas dengan mengutamakan pemenuhan
kebutuhan anak dan tidak menuruti atau menunda keinginan anak yang di rasa tidak penting dan
bukan bagian dari kebutuhan. Hal tersebut di lakukan agar anak mengerti bahwa tidak semua hal
yang di inginkan bisa di dapatkan dengan cepat, secara tidak langsung orang tua telah
mengajarkan anaknya sabar. Kedua, mengajarkan anak untuk melakukan setiap hal dengan
penuh kasih sayang, bukan dengan perasaan keterpaksaan dan tekanan. Ketiga, memberikan
acman kepada anak melalui kalimat yang menakutkan tentang nasibnya. Keempat, memberikan
hukuman apabila di perlukan. Kelima, mengajarkan sopan santun (tatakrama) serta patuh
terhadap orang tua. Keenam, memberikan janji hadiah yang menarik apabila ia melakukan hal
yang di perintahkan. Ketujuh, memberikan anak kalimat perintah terhadap hal-hal yang di larang
sebagai anti perangsang. Kedelapan, menerapkan silent treatment atau mendiamkan anak ketika
anak melakukan kesalahan.

Dengan hal ini peneliti menjelaskan bahwa orang tua peneliti mengasuh anak dengan
penuh kasih sayang dengan selalu memberikan arahan menggunakan kalimat lembut kepada
anaknya, tidak pernah menggunakan kata-kata kasar dalam mendidik anaknya, karena berharap
anaknya dapat menjadi orang yang lemah lembut dan tidak suka berkata kasar, menggunakan
kalimat-kalimat yang menakut-nakuti anaknya jika ingin membangun kewaspadaan anaknya.
Seperti kalimat untuk tidak menerima pemberian orang asing, karena bisa jadi orang asing
tersebut memiliki niat jahat. Selaras dengan hasil penelitian (Pertiwi 2021; Ansori 2021) yang
menjelaskan bahwa pendidikan dan pembentukan karakter di mulai sejak usia dini dan di mulai
dari lingkungan terdekat yaitu keluarga terutama orang tua, penting bagi orang tua maupun
keluarga memiliki pemahaman terhadap pendidikan karakter yang dapat enjangkup pengetahuan
tentang kebaikan (knowing the good), kecintaan dan kebaikan (desiring/ loving the good) dan
melakukan tindakan dengan baik (acting the good).

Secara umum yang terjadi adalah, muncul kecenderungan pewarisan model pola asuh
yang diterapkan orang tua kepada anak (ego), yang kemudian akan diwariskan kepada anaknya
(anak, ego). Meskipun tidak semua pola asuh yang diterima akan diterapkan pada diri anaknya.
Dalam masyarakat Jawa, pewarisan nilai budaya dilakukan bersamaan dengan aktifitas
mengasuh anak. Diketahui bahwa orang tua mengaku bahwa model mengasuh anak-anak mereka
tidak jauh berbeda dengan apa yang mereka terima dari orang tua mereka. Mungkin perbedaanya
dari sisi tingkat kepatuhan anak pada orang tuanya.

Kepribadian anak merupakan bentuk dari pola asuh orang tua, jika pola asuhnya baik
maka anak akan berkepribadian baik. Menurut Wan Siti (2022), banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kepribadian anak, faktor yang dapat mempengaruhi pola pengasuhan anak, yaitu
faktor kepribadian orang tua, faktor lingkungan, faktor agama, faktor sosial dan faktor hubungan
orang tua. Faktor. Berdasarkan hasil pada penelitian (Muhammad Idrus, 2005) pentingnya posisi
teman sebaya setelah kedudukan orang tua, hal ini karena interaksi dengan teman sebaya akan
menghasilkan peluang untuk belajar berinteraksi dengan teman seusianya, untuk mengontrol
perilaku sosial, untuk mengembangkan ketrampilan dan minat yang sesuai denga usia dan untuk
saling membagi persoalan atau perasaan yang sama termasuk didalamnya adalah dalam hal
kepercayaan yang dianut mereka.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pola asuh orang tua Jawa adalah proses interaksi orang tua anak yang berkelanjutan yang
bertujuan membentuk “seorang Jawa” yang ideal atau distilahkan dadi wong. Hal ini
menyangkut pemeliharaan anak, perlindungan serta pengarahan orang tua terhadap anak dalam
rangka perkembangan anak dengan memperhatikan situs budaya Jawa. Dengan pengertian lain,
identitas diri anak sebagai wujud pembentukan karakter anak dan perkembangannya akan
dipengaruhi lingkungan sekitarnya, sedangkan lingkungan sekitar terdekat bagi anak adalah
keluarganya.

Saran

Dalam penulisan laporan ini banyak sekali kekurangan yang dilakukan peneliti, maka
dari itu peneliti menerima kritik dan saran yang membantu guna memperbaiki untuk kedepannya
DAFTAR PUSTAKA

Fardhani, L. A. (2015). MAKNA †œDADI WONG†SEBAGAI REFLEKSI DARI


SOSIALISASI PADA POLA PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA JAWA
DI KELURAHAN WANEA KOTA MANADO. HOLISTIK, Journal Of Social and
Culture.

Satrianingrum, A. P., & Setyawati, F. A. (2021). Perbedaan pola pengasuhan orang tua pada
anak usia dini ditinjau dari berbagai suku di Indonesia: kajian literatur. Jurnal Ilmiah
Visi, 16(1), 25-34.

Idrus, M. (2012). Pendidikan karakter pada keluarga Jawa. Jurnal Pendidikan Karakter, 3(2).

Nurfadilla, W. S., Mahmud, A., & Sahar, S. (2022). Pola Pengasuhan dalam Rumah Tangga
Pasangan Etnik Mandar dan Etnik Jawa (Studi Kasus di Desa Sidorejo Kecamatan
Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat). Macora, 1(1), 45-54.

Anda mungkin juga menyukai