Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemilihan Masalah


Menurut Hasan (2009:15) Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah
jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu
upaya pembinaan yang ditunjukkan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan
pada jalur: formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki peran penting dan strategis
dalam meletakkan dasar pendidikan bagi generasi mendatang, karena merupakan
tahap awal proses pendidikan yang diselenggarakan secara terstruktur dalam
upaya pembentukan bangsa yang handal sehingga dapat mandiri dan mampu
bersaing dengan bangsa-bangsa lain di era globalisasi. Pendidikan Anak Usia Dini
harus dilakukan melalui tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah, dan organisasi.
Menurut Luther (dalam Jamal, 2009:75) menyatakan Keluarga adalah
pihak paling penting dalam pendidikan anak, karena di keluarga anak
mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Bagian terpenting dari keluarga
adalah orang tua, karena orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi
anak, pendidikan dari orang tua menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak
dikemudian hari.
Gaya pengasuhan yang diberikan orang tua sangatlah penting untuk anak.
Karena gaya pengasuhan merupakan bentuk-bentuk perlakuan orangtua ketika
berinteraksi dengan anak (Baumrind, 2008:78).
Casmini (dalam Marlina, 2014:10)) menyebutkan bahwa gaya pengasuhan
sendiri memiliki definisi bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik,
membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses
kedewasaan, sehingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan
oleh masyarakat pada umumnya.
2

Menurut Jaines (dalam Israfil, 2015:176) gaya pengasuhan orang tua


merupakan konstruk psikologis yang ditunjukan dengan cara-cara orang tua dalam
pengasuhan anak-anaknya. Hal itu mencakup seluruh aktifitas dalam pengasuhan,
baik yang dilakukan secara individu maupun secara bersama-sama. Santrock
(2002:166) mengatakan yang dimaksud dengan pola asuh orang tua adalah cara
atau metode pengasuh yang di terapkan oleh orang tua agar anak-anaknya dapat
tumbuh dan berkembang menjadi individu-individu yang dewasa secara sosial.
Gaya pengasuhan orang tua merupakan interaksi antara orang tua dan anak
dalam berkomunikasi,mendidik,mengasuh, dan terus berkelanjutan dari waktu
kewaktu. Dengan gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua anak dapat
berinteraksi dengan lingkungan mengenai dunia sekitar serta mengenal pergaulan
hidup yang berlaku di lingkungannya. Menurut Baumrind ada empat jenis gaya
pengasuhan orang tua : Otoritarian, otoritatif, mengabaikan dan menuruti.
Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku
individu dalam hubungan dengan kelompok sosial dan masyarakat. Moral
merupakan standar baik-buruk yang ditentukan bagi individu oleh nilai-nilai
sosial budaya dimana individu sebagai anggota sosial (Rogers dalam Ali dan
Ansori, 2009:136). Tahap-tahap perkembangan moral ada 3 yaitu tingkat
perkembangan prakonvesional pada tahap ini baik dan buruk diinterpretasikan
melalui reward (imbalan) dan punishment (hukuman), tingkat konvesional pada
tahap ini individu memberlakukan standar tertentu, tetapi standar ini ditetapkan
oleh orang lain (orang tua atau pemerintah), tahap pascakonvesional pada tahap
ini individu telah menyadari adanya jalur moral alternatif, mengeksplorasi pilihan
ini, lalu memutuskan berdasarkan kode moral personal (Santrock, 2007:119).
Pada kenyataan seperti pengamatan yang dilakukan peneliti di lapangan
dalam perkembangan moral anak usia 5-7 tahun di TKIT Permata Mandiri Billah
2, mengalami perkembangan yang beragam. Akan tetapi 40 % dari 43 anak yang
diteliti mengalami perkembangan moral yang baik.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan di TKIT Permata Mandiri Billah
2 Kabupaten Banyuwangi bahwasanya anak mampu berperilaku baik terhadap
teman, anak berani tampil di depan kelas, anak mampu bermain bersama dan mau
3

berbagi mainan bersama teman. Prilaku yang dilakukan oleh anak, dilakukan oleh
mereka tanpa paksaan oleh guru maupun teman mereka.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh gaya pengasuhan orang tua terhadap perkembangan
moral anak usia 5-7 tahun pada semester 2 tahun ajaran 2016/2017 di TKIT
Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten Banyuwangi.

1.2 Rumusan dan Ruang Lingkup Masalah


1.2.1 Rumusan Masalah
Adakah Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua terhadap Perkembangan
Moral Anak Usia 5-7 tahun semester 2 Tahun ajaran 2016/2017 di TKIT Permata
Mandiri Billah 2 Kabupaten Banyuwangi Tahun 2017.

1.2.2 Ruang Lingkup Masalah


Untuk memperjelas arah penyelesaian masalah perlu dipertegas ruang
lingkup masalah yaitu tentang:
1. Gaya Pengasuhan
Casmini (dalam Marlina, 2014:10)) menyebutkan bahwa gaya
pengasuhan sendiri memiliki definisi bagaimana orang tua memperlakukan
anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak
dalam mencapai proses kedewasaan, sehingga kepada upaya pembentukan
norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya.
2. Perkembangan Moral
Menurut Santrock (2007:117) menyatakan bahwa perkembangan
moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan prilaku standar mengenai
benar dan salah.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah ingin mengetahui adakah pengaruh gaya pengasuhan orang
tua terhadap perkembangan moral anak usia 5-7 tahun pada semester 2 Tahun
Ajaran 2016/2017 di TKIT Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten Banyuwangi.
4

1.4 Manfaat Penelitian


Dalam penelitian ini manfaat yang dapat penulis peroleh antara lain :
1. Bagi peneliti dapat mengamalkan dan mengembangkan ilmu yang penulis
peroleh selama kuliah di Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan
Anak Usia Dini.
2. Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian ini merupakan umpan balik yang dapat
dipakai sebagai pertimbangan membantu meningkatkan sistem pembelajaran
khususnya Fakultas Ilmu Pendidikan Studi PAUD.
3. Bagi para guru Paud Terpadu Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten
Banyuwangi, yang menangani masalah pendidikan, hasil ini merupakan
masukan yang diharapkan dapat membantu usaha meningkatkan
perkembangan moral anak menjadi lebih baik.
4. Bagi masyarakat, yang dalam hal ini berkaitan erat atau sebagai wali murid,
penelitian ini sangat bermanfaat guna meningkatkan perkembangan moral
putra–putrinya menjadi lebih baik dengan menggunakan gaya pengasuhan yang
baik untuk anak.
5

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN HIPOTESIS

2.1 Dasar Teori Gaya Pengasuhan Orang Tua


2.1.1 Definisi Gaya Pengasuhan
Menurut Hasan (2009:21) menyatakan bahwa Pengasuhan berasal dari
kata “asuh” yang artinya pemimpin, pengelola, pembimbing sehingga “pengasuh”
adalah orang yang melaksanakan tugas membimbing, memimpin, atau mengelola.
Gaya pengasuhan orangtua, atau parenting style, adalah cara yang khas
dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam berinteraksi antara orangtua dan
anak. Damon (dalam Luluk, 2015:12) menjelaskan bahwa gaya pengasuhan
adalah sekumpulan (a constellation) sikap orangtua yang dikomunikasikan kepada
anak, dan orangtua menciptakan suasana emosional tentang perilaku-perilaku
yang akan diekspresikan oleh anak. Gaya pengasuhan merupakan bentuk-bentuk
perlakuan orangtua ketika berinteraksi dengan anak atau remaja, yang mencakup 4
aspek gaya pengasuhan, yaitu: pengasuhan otoritarian, pengasuhan otoritatif,
pengasuhan yang mengabaikan dan pengasuhan yang menuruti Baumrind (dalam
Santrock, 2007:167). Keempat aspek gaya pengasuhan tersebut memiliki khasnya
masing-masing dan memberikan efek yang berbeda terhadap perilaku anak.
Menurut Baumrind (Dalam Santrock, 2007:167) menyatakan jenis gaya
pengasuhan ada empat yaitu :
a. Santorck (2007:167) mengemukan pendapat Hart (2003), bahwa
pengasuhan otoritarian adalah gaya yang membatasi dan
menghukum,dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan
mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Orang tua yang
otoriter menerapkan batas dan kendali yang tegas pada anak dan
meminimalisir perdebatan verbal.
Sebagai contohnya, orang tua yang otoriter mungkin berkata, ‘’lakukan
dengan caraku atau tak usah’’. Orang tua yang otoriter mungkin juga
sering memukul anak. Memaksakan aturan secara kaku tanpa
menjelaskannya, dan menunjukkan amarah pada anak. Anak dari orang tua
yang otoriter sering kali tidak bahagia, ketakutan, minder ketika
6

membandingkan diri dengan orang lain, tidak mampu memulai aktifitas,


dan memiliki kemampuan komunikasi yang lemah. Anak dari orang tua
yang otoriter mungkin berperilaku agresif.
Ubaedy (2009:45) menyatakan bahwa Authoritarian ( menguasai)
adalah Orang tua yang berusaha membentuk anak, mengontrol seluruh
aktivitas anak berdasarkan nilai tradisional yang berlaku dalam keluarga,
dan memberikan standar perilaku yang baku. Orang tua lebih sering
memberikan tekanan, kewajiban, dan ancaman. Orang tua melihat anaknya
adalah makhluk yang dimiliki sepenuhnya dan ingin dibentuk sesuai
dengan keinginannya. Gaya pengasuhan ini kerap menimbulkan
ketegangan
b. Gaya pengasuhan otoritatif adalah mendorong anak untuk mandiri namun
masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Tindakan
verbal memberi dan menerima dimungkinkan, dan orang tua bersikap
hangat dan penyayang terhadap anak. Orang tua yang otoritatif mungkin
merangkul anak dengan mesra dan berkata,’’Kamu tahu kamu tidak
seharusnya melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana kamu bisa
menangani situasi tersebut lebih baik lain kali.’’
Orang tua yang otoritatif menunjukkan kesenangan dan dukungan sebagai
respons terhadap perilaku konstruktif anak. Mereka juga mengharapkan
perilaku anak yang dewasa, mandiri, dan sesuai dengan usianya. Anak
yang memiliki orang tua otoritatif sering kali ceria, bisa mengendalikan
diri dan mandiri, dan berorientasi ; mereka cenderung untuk mempertahan
kan hubungan yang ramah dengan teman sebaya, bekerja sama dengan
orang dewasa, dan bisa mengatasi stress dengan baik.
Ubaedy (2009:45) menyatakan bahwa Authoritatif (memandirikan) adalah
Orang tua yang memberikan arahan yang kuat pada seluruh aktivitas anak,
namun tetap memberikan wilayah yang bebas ditentukan anak. Mekanisme
kontrol yang dipakai tidak kaku, tidak mengancam dengan hukuman, dan
menghilangkan batasan-batasan yang tidak terlalu penting. Gaya
pengasuhan ini dipandang sebagai yang terbaik dari yang lainnya.
7

c. Gaya pengasuhan yang mengabaikan adalah gaya di mana orang tua


sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak yang memiliki orang tua
yang mengabaikan merasa bahwa aspek lain kehidupan orang tua lebih
penting dari pada diri mereka. Anak-anak ini cenderung tidak memiliki
kemampuan sosial. Banyak diantaranya memiliki pengendalian diri yang
buruk dan tidak mandiri.Mereka sering kali memiliki harga diri yang
rendah, tidak dewasa dan mungkin terasing dari keluarga.Dalam masa
remaja, mereka mungkin menunjukkan sikap suka membolos dan nakal.
MenurutUbaedy (2009:45) berpendapat bahwa Neglectful(mengabaikan)
adalah Orang tua disini derajatnya lebih permisif. Kalau dipermisif masih
ada keterlibatan interaksi, tetapi untuk yang neglectful ini, orang tua sama
sekali tidak terlibat kecuali sebatas memberikan kebutuhan fisik lahiriyah
kepada anak, seperti makan, minum, pakaian, atau obat-obatan. Gaya
neglectful ini sangat mudah diterapkan oleh orang tua yang bercerai atau
yang sudah tidak harmonis lagi. Ayah atau ibu hanya berpatokan pada
bukti transfer uang atau kirim wesel ke pesantren, kakek-nenek atau ke
asmara.
d. Gaya pengasuhan yang menuruti adalah gaya pengasuhan dimana orang
tua sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut atau
mengontrol mereka. Orang tua macam ini membiarkan anak melakukan
apa yang ia inginkan. Hasilnya, anak tidak pernah belajar mengendalikan
perilakunya sendiri dan selalu berharap mendapatkan keinginannya.
Beberapa orang tua sengaja membesarkan anak mereka dengan cara ini
karena mereka percaya bahwa kombinasi anatara keterlibatan yang hangat
dan sedikit batasan akan menghasilkan anak yang kreatif dan percaya diri.
Namun, anak yang memiliki arang tua yang selalu menurutinya jarang
menghormati orang lain dan mengalami kesulitan untuk mengendalikan
perilakunya. Mereka mungkin mendominasi, egosentris, tidak mengikuti
aturan dan kesulitan dalam hubungan dangan teman sebaya ( Peer ).
Permissive ( membolehkan) yaitu Orang tua yang cenderungh mencari
aman, menghindari hal-hal yang sulit, menerima atau mengikuti apa
kemauan anak secara utuh. Orang tua permisif membolehkan apa yang
8

diinginkan anak. Anak diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk


mengontrol tindakannya. Posisi orang tua sebagai penegas saja atau apa
yang dikonsultasikan anak. Pola asuh ini kebablasan. (Ubaedy 2009:45)

2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Gaya Pengasuhan


Gaya pengasuhan sendiri terdapat banyak faktor yang mempengaruhi serta
melatarbelakangi orang tua dalam menerapkan gaya pengasuhan pada anak-
anaknya. Menurut Manurung (dalamAgustiawati,2014: 17) beberapa faktor yang
mempengaruhi dalamgaya pengasuhan orang tua adalah:
a. Latar belakang pola pengasuh orang tua
Maksudnya para orang tua belajar dari metode pola pengasuh yang
pernahdidapat dariorang tuamereka sendiri.
b. Tingkat Pendidikan orang tua
Orang tua yang memilki tingkat pendidikan tinggi berbeda gaya
pengasuhanya dengan orang tua yang hanya memiliki tingkat
pendidikan yang rendah.
c. Status ekonomi serta pekerjaan orang tua
Orang tua yang cenderung sibuk dalam urusan pekerjaanya terkadang
menjadi kurang memperhatikan keadaan anak-anaknya. Keadaan ini
mengakibatkan fungsi atau peran menjadi “orang tua” diserahkan
kepada pembantu, yang pada pada akhinya pola pengasuh yang
diterapkan pun sesuai dengan pengasuh yang diterapkan oleh
pembantu.
Sedangkan Santrock (dalamAgustiawati, 2014:18) menyebutkan ada
beberapa faktor yang mempengaruhi dalam gaya pengasuhan antara lain:
a. Penurunan metode pola asuh yang didapat sebelumnya. Orang tua
menerapkan gaya pengasuhan kepada anak berdasarkan gaya
pengasuhan yang pernah didapat sebelumnya.
b. Perubahan budaya, yaitu dalam hal nilai, norma serta adat istiadat
antara dulu dan sekarang.
9

Pendapat diatas juga di dukung Mindel (dalam Agustiawati, 2014:18)


yang menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya
pola asuh orang tua dalam keluarga, diantaranya
a. Budaya setempat
Mencakup segala aturan, norma adat dan budaya yang berkembang
didalamnya.
b. Ideologi yang berkembang dalam diri orang tua
Orang tua yang mempunyai keyakinan dan ideologi tertentu
cenderung untuk menurunkan kepada anak-anaknya dengan harapan
bahwa nantinya nilai dan ideologi tersebut dapat tertanam dan
dikembangkan oleh anak dikemudian hari.
c. Letak geografis dan norma etis
Penduduk pada dataran tinggi tentu memiliki perbedaan katakteristik
dengan penduduk dataran rendah sesuai tuntunan dan tradisi yang
dikembangkan pada tiap-tiap daerah.
d. Orientasi religius
Orang tua yang menganut agama dan keyakinan religius tertentu
senantiasa berusaha agar anak pada akhirnya nanti juga dapat
mengikutinya.
e. Status ekonomi
Perekonomian yang cukup, kesempatan dan fasilitas yang diberikan
serta lingkungan material yang mendukung cenderung mengarahkan
pola asuh orang tua menuju perlakuan tertentu yang dianggap orang
tua sesuai.
f. Bakat dan kemampuan orang tua
Orang tua yang memiliki kemampuan komunikasi dan berhubungan
dengan cara yang tepat dengan anaknya cenderung akan
mengembangkan pola asuh yang sesuai dengan diri anak.
g. Gaya hidup
Gaya hidup masyarakat didesa dan dikota besar cenderung memiliki
ragam dan cara yang berbeda dalam mengatur interaksi orang tua dan
anak. Penduduk pada dataran tinggi tentu memiliki perbedaan
10

karakteristik dengan penduduk dataran rendah sesuai tuntunan dan


trdisi yang dikembangkan pada tiap-tiap daerah.

2.2 Dasar Teori Perkembangan Moral


2.2.1 Definisi Perkembangan Moral
Menurut Sudarna (2014:2) menyatakan bahwa perkembangan anak adalah
hasil dari interaksi kematangan biologis dan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial dimana dia hidup.
Menurut Ibung (2009:3) menyatakan bahwa moral adalah suatu keyakinan
tentang benar, salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan kesepakatan sosial, yang
mendasari tindakan atau pikiran.
Menurut Santrock (2007:117) menyatakan bahwa perkembangan moral
adalah perubahan penalaran, perasaan, dan prilaku standar mengenai benar dan
salah.

2.2.2 Tahap-Tahap Perkembangan Moral


Menurut Gunarsa (dalam Fatimah, 2008:126) menyatakan tahap-tahap
perkembangan moral terjadi dari aktivitas spontan pada masa anak-anak.
Penalaran perkembangan moral anak dibagi menjadi 3 tingkatan dan setiap
tingkatan maemiliki 2 tahapan Kohlberg (dalam Santrock, 2007:119-120).
Penalaran perkembangan moral yaitu :
1. Penalaran Prakonvesional adalah tingkat terendah dari penalaran moral. Pada
tingkat ini, baik dan buruk diinterpretasikan melalui reward (imbalan) dan
punishment (hukumsn) eksternal.
a. Tahap 1. Moralitas Heternom adalah tahap pertama pada tingkat penalaran
prakonvesional. Pada tahap ini penalaran moral terkait dengan punishment.
b. Tahap 2. Individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran adalah tahap
kedua dari penalaran prakonvesional. Pada tahap ini, penalaran individu
yang memikirkan kepentingan diri sendiri adalah hal yang benar dan hal ini
juga berlaku untuk orang lain.
11

2. Penalaran Konvesional adalah tingkat kedua atau menengah dalam teori


perkembangan Kohlberg. Pada tingkat ini, individu memberlakukan standar
tertentu, tetapi standar ini ditetapkan oleh orang lain.
a. Tahap 3. Ekspektasi interpersonal mutual, hubungan dengan orang lain, dan
konformitas interpersonal merupakan tahap ketiga dari perkembangan moral
menurut Kohlberg. Pada tahap ini, individu menghargai kepercayaan,
perhatian, dan kesetiaan terhadap orang lain sebagai dasar dari penilaian
moral.
b. Tahap 4. Moralitas sistem sosial adalah tahap keempat menurut Kohlberg.
Pada tahap ini, penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang
keteraturan dimasyarakat.
3. Penalaran Pascakonvesional adalah tingkatan tertinggi dalam teori kohlbberg.
Pada tingkatan ini, individu menyadari adanya jalur moral alternatif,
mengeksplorasi pilihan ini, lalu memutuskan berdasarkan moral personal.
a. Tahap 5. Kontrak atau utilitas sosial dan hak individu. Pada tahap ini
individu menalar bahwa nilai, hak, dan prinsip lebih utama atau lebih luas
dari pada hukum.
b. Tahap 6. Prinsip etis universal adalah tahapan tertinggi dalam
perkembangan menurut Kohlberg. Pada tahap ini, seseorang telah
mengembangkan standar moral berdasarkan hak asasi manusia universal.
Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagi macam
prilaku yang harus dipatuhi (Shaffer dalam Ali dan Ansori, 2009:136). Dasar-
dasar prilaku moral pada anak terbagi dalam tiga tahapan usia Erik Erikson
(Dalam Ibung, 2009:5-6)
1. Usia 0-2 tahun
Pada tahap ini seorang anak sepenuhnya bergantung pada ibu atau figur ibu.
2. Usia 2-4 tahun
Pada tahap ini, anak sudah menyakini adanya hubungan erat dengan ibu atau
figur pengganti ibu. Anak mulai mandiri dalam batasan tertentu.
3. Usia 4-6 tahun
Pada tahap ini anak sudah mempunyai kepercayaan diri dan sadar dengan
eksistensinya sendiri.
12

4. Usia 6-8 tahun


Pada tahap ini, anak mulai belajar banyak hal disekolah.

2.2.3 Keluarga
Menurut Luther (dalam Jamal 2009: 75) Menyatakan Keluarga
merupakan pihak paling penting dalam pendidikan anak. Orang tua sebagai
penanggung jawab utama pertumbuhan dan perkembangan anak jelas memegang
kendali dari pendidikan anak usia dini, bahkan pada seluruh proses pendidikan
anak pada semua jenjangnya. Orang tua dapat memberikan contoh dan teladan
yang baik bagi anak-anaknya, maka sikap anak tidak jauh beda dari orang tua
(Asmani, 2009:74-75).
Menurut Yusuf (2008:133-134) menyatakan Sikap-sikap orang tua yang
mempengaruhi perkembangan moral anak yaitu :
1. Konsisten dalam mendidik anak
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang
dan membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak.
2. Sikap orang tua dalam keluarga
Secara tidak langsung, sikap orang tua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu
atau sebaliknya dapat mempenaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui
proses peniruan (imitasi). Sikap orang tua yang keras (otoriter) cenderung
melahirkan anak yang disiplin semu pada anak, sedangkan sikap yang acuh tak
acuh, atau sikap yang masa bodoh, cenderung mengembangkan sikap kurang
bertanggung jawab dan kurang mempedulikan norma pada diri anak. Sikap
yang sebaiknya dimiliki orangtua adalah sikap keterbukaan, kasih sayang,
musyawarah dan konsisten.
3. Penghayatan dan pengamalan yang dianut
Orangtua merupakan penuntun (teladan) bagi anak, termasuk disini penuntun
dalam mengamalkan ajaran agama.
4. Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma
Orangtua yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak
jujur, maka mereka harus menjauhkan dirinya dari berlaku tidak jujur.
13

Perkembangan moral anak akan lebih baik ketika ada kewajiban mutual
orang tua-anak yang melibatkan kehangatan dan tanggung jawab, ketika orang tua
menggunakan strategi proaktif dan ketika orang tua melakukan dialog
konversasional dengan anak (Santrock, 2007:135) . Menurut Yusuf (2008:134)
perkembanagn moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, sebagai
berikut.
1. Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman pengertian dan keteladanan
tentang tingkah laku yang benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orangtua,
guru, atau orang dewasa lainnya.
2. Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau
tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya ( seperti orangtua, guru,
artis atau orang dewasa lainnya)
3. Proses coba-coba, yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku moral
secara coba-coaba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan
akan terus dikembangkan, sementara tingkah laku yang mendatangkan
hukuman atau celaan akan dihentikan.

2.3 Keterkaitan Gaya Pengasuhan Orang Tua Terhadap Perkembangan


Moral Anak
Menurut Gibbs, 1993 (dalam Santrock 2007:125) menyatakan bahwa nilai
moral orang tua mempengaruhi perkembangan penalaran moral anak. Selain itu
orang tua juga dapat mendisiplinkan anak melalui penarikan kasih sayang,
penegasan kekuasaan atau induksi (Hoffman dalam Santrock, 2007:133).
Akan tetapi Kohlberg (dalam Santrock 2007:124) menyatakan bahwa
hubungan orang tua dan anak biasanya tidak memberikan kesempatan kepada
anak untuk membentuk perspektif member dan menerima, hubungan yang bik itu
justru ada pada hubungan anak dan teman sebaya.
Piaget (dalam Santrock 2007:122) menyatakan bahwa hubungan dengan
teman sebaya adalah bagian terpenting dari stimulasi sosial yang akan
memberikan tantangan bagi anak untuk mengembangkan moral mereka.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arifatun Indamah pada
tahun 2013 dengan judul pengaruh gaya pengasuhan orang tua authoritarian
14

terhadap perkembangan moral anak. Penelitian tersebut dilaksanakan di TK


Muslimat NU Bustanus Shibyan Kerangkedewang Mojokerto dengan melibatkan
20 orang didik kelompok B. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil analisis
data dan pengujian hipotesis bahwa nilai x2 hasil penelitian = 6.405 sedangakn x2
dalam table = 3.84 terbukti bahwa x2 hitung lebih besar dari table, yang berarti
ada pengaruh dengan demikian hipotesis nihil yang diajukan ditolak, sebaliknya
hipotesis kerja diterima yang berarti ada pengaruh gaya pengasuhan authoritarian
terhadap perkembangan moral anak pada TK Muslimat NU Bustanus Shibyan
Karangkedawang Mojokerto tahun 2013. Kemudian dari analisis koefisien
kontigensi diperorek koefisien kontingensi = 0.819. hal ini membuktikan bahwa
ada pengaruh yang positif dari variable x terhadap variabel y.
Berdasarkan pendapat tersebut gaya pengasuhan yang dilakukan oleh
orang tua dapat mempengaruhi dan tidak mempengaruhi perkembangan moral
anak..

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu perlu dicantumkan sebagai data pendukung penelitian.
Berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan gaya
pengasuhan otoritafif orang tua dan perkembangan moral pada anak usia dini.
Penelitian yang dilakukan Arifatun Indamah pada tahun 2013 dengan
judul pengaruh gaya pengasuhan orang tua authoritarian terhadap perkembangan
moral anak. Penelitian tersebut dilaksanakan di TK Muslimat NU Bustanus
Shibyan Kerangkedewang Mojokerto dengan melibatkan 20 orang didik
kelompok B. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil analisis data dan
pengujian hipotesis bahwa nilai x2 hasil penelitian = 6.405 sedangakn x2 dalam
table = 3.84 terbukti bahwa x2 hitung lebih besar dari table, yang berarti ada
pengaruh dengan demikian hipotesis nihil yang diajukan ditolak, sebaliknya
hipotesis kerja diterima yang berarti ada pengaruh gaya pengasuhan authoritarian
terhadap perkembangan moral anak pada TK Muslimat NU Bustanus Shibyan
Karangkedawang Mojokerto tahun 2013. Kemudian dari analisis koefisien
kontigensi diperorek koefisien kontingensi = 0.819. Hal ini membuktikan bahwa
ada pengaruh yang positif dari variable x terhadap variabel y.
15

Penelitian Sutriani pada tahun 2014 dengan judul pengaruh pola asuh
orang tua terhadap kemampuan psikomotorik anak usia dini. Penelitian ini
dilaksanakan di TK Tunas Bahagia Mojokumpul Kemlagi Mojokerto dengan
melibatkan 20 siswa. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil analisis data
dan pengujian hipotesis bahwa nilai x2 hasil penelitian = 6.405 sedangakn x2
dalam table = 3.84 terbukti bahwa x2 hitung lebih besar dari table, yang berarti
ada pengaruh dengan demikian hipotesis nihil yang diajukan ditolak, sebaliknya
hipotesis kerja diterima yang berarti ada pengaruh pola pengasuhan orang tua
terhadap kemampuan psikomotorik anak di TK Tunas Bahagia Mojokumpul
Kemlagi Mojokerto TAHU 2014/2015. Kemudian dari analisis koefisien
kontigensi diperorek koefisien kontingensi = 0.819. Hal ini membuktikan bahwa
ada pengaruh yang positif dari variable x terhadap variabel y.
Penelitian Wiwid Wulandari pada tahun 2015 dengan judul pengaruh pola
asuh orang tua terhadp perkembangan emosi anak usia dini. Penelitian ini
dilaksanakan di TK Pertiwi Ledokombo Jember dengan melibatkan 30 siswa usia
5-7 tahun. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil analisis data dan
pengujian hipotesis bahwa nilai x2 hasil penelitian = 8, 231 sedangakn x2 dalam
table = 3.841 terbukti bahwa x2 hitung lebih besar dari table, yang berarti ada
pengaruh dengan demikian hipotesis nihil yang diajukan ditolak, sebaliknya
hipotesis kerja diterima yang berarti ada pengaruh pola pengasuhan orang tua
terhadap perkembangan emosi anak di TK Pertiwi Ledokomdo Jember.
Penelitian Latipa pada tahun 2014 dengan judul Hubungan Pendidikan
orang tua terhadap prilaku moral anak usia dini. Penelitian ini dilaksanakan di TK
Nurul Ulum Karang Manggis Palengaan Pamekasan dengan melibatkan 28 siswa
TK B. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan orang tua
sangat berpengaruh terhadap prilaku moral anak, hal ini ditunjukkan dari nilai
yang diperoleh dari tes sikap yaitu r hitung diperoleh 0.7205 nilai ini lebih besar
dari nilai r table sebesar 0,374.sedangkan dari nilai observasi dan pengamatn r
hitung sebesar 0,829 nilai ini juga lebih besar dari pada nilai r table sebesar 0,374.
16

2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu kesimpulan yang masih bersifat sementara,
karena masih memerlukan pembuktian-pembuktian lebih lanjut. Berdasarkan
data-data yang nyata dan bukti berdasarkan teori. Menurut Sumiharsono
(2009:38), hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau
terkaan tentang apa saja yang diamati dalam usaha untuk memahaminya.
Berdasarkan hasil kajian pustaka diatas, maka dalam penelitian ini
mengajukan hipotesis kerja (Ha) dan Hipotesis Nihil (Ho) sebagai berikut:
1. Hipotesis Kerja (Ha): Ada Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua
terhadap perkembangan Moral Anak usia 5-7 tahun pada semester 2 tahun
ajaran 2016/2017 di TKIT Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2017.
2. Hipotesis Nihil (Ho): Tidak Ada Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua
terhadap perkembangan Moral Anak usia 5-7 tahun pada semester 2 tahun
ajaran 2016/2017 di TKIT Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2017.
17

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif
merupakan penelitian yang dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan
data, penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya. Penelitian ini
menggunakan analisis data chi kuadrat, dimana analisis data chi kuadrat
merupakan penelitian yang dimaksudkan ada tidaknya hubungan antara dua atau
beberapa variabel (Arikunto 2002:239). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mencari hubungan antara pengaruh gaya pengasuhan orang tua terhadap
perkembangan moral anak usia 5-7 tahun pada semester 2 tahun ajaran 2016/2017
di TKIT Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten Banyuwangi.
Tujuan analisis data chi kuadrat adalah untuk melakukan perkiraan ada
tidaknya hubungan antara variasi dari satu atau lebih faktor lain. Penelitian seperti
ini didasarkan pada besar kecilnya koefisiensi korelasi. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode observasi,
metode interview, dan metode dokumentasi metode angket (sumiharsono
2009:15).

3.2 Teknik Penentuan Daerah Penelitian


Daerah penelitian berarti tempat atau lokasi yang menjadi pusat
pelaksanaan suatu kegiatan penelitian. Menurut Hadi (dalam Sholehah M,
2016:31) bahwa tidak terdapat batasan yang mutlak dalam menentukan beberapa
luas dan daerah mana yang harus diteliti, yang terpenting daerah itu sudah
mewakili keadaan popoulasi yang ada. Dalam menentukan daerah penelitian ini,
penulis menunjuk daerah penelitian di TKIT Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten
Banyuwangi yang merupakan tempat beraktivitas sehari-hari peneliti melakukan
kegiatan belajar mengajar, sehingga memudahkan peneliti dalam proses
pengambilan data untuk dijadikan sebagai subjek penelitian.
18

3.3 Teknik Penentuan Responden


Arikunto (dalam rahayu 2016:31) responden adalah sumber dan tentang
variabel yang diteliti dan diperoleh. Responden adalah pihak-pihak yang dapat
memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian.
Metode yang digunakan berdasarkan pendapat diatas dan juga karena
subjek penelitian yang sedikit, maka penelitian menggunakan teknik populasi
penelitian yaitu mengambil 43 siswa yang berusia 5-7 tahun di TKIT Permata
Mandiri Billah 2 Kabupaten Banyuwangi Tahun Ajaran 2016/2017.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Menurut Purnamasari (dalam Rahayu 2016:31) menyatakan ada beberapa
metode dalam pengumpulan data, masing-masing metode mempunyai fungsi yang
berbeda-beda, maksudnya suatu metode hanya dapat digunakan untuk mencari
data tertentu saja. Memilih metode yang tepat merupakan suatu syarat berhasilnya
suatu penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:

1. Metode Observasi
Metode Observasi merupakan cara yang paling efektif untuk
mengumpulkan dan memperoleh data dengan mengambil secara langsung
terhadap objek, kejadian, gerak atau proses yang sedang terjadi.
Berdasarkan pendapat di atas, maka observasi yang akan peneliti lakukan
dalam penelitian ini adalah observasi partisipan. Observasi partisipan merupakan
suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan ikut mengambil
bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan diobservasi. Dalam obsservasi
ini, observer terjun langsung sebagai guru dalam kegiatan yang dilaksanakan di
sekolah yang diteliti. Adapun yang menjadi objek observasi adalah perkembangan
moral anak usia 5-7 tahun yang berjumlah 43 orang di TKIT Permata Mandiri
Billah 2 Kabupaten Banyuwangi Tahun Ajaran 20162017.
19

2. Metode Interview
Menurut Sumiharsono (2009:64) menyatakan bahwa wawancara atau
interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal. Jadi semacam percakapan, yang
bertujuan memperoleh informasi. Biasanya komunikasi ini dilakukan dalam
keadaan temu muka atau melalui telepon. Sering interview dilakukan antar dua
orang atau lebih, dimana hubungan antara penginterview dan yang diinterview
bersifat sementara, yaitu berlangsung dalam waktu yang tertentu dan diakhiri.
Dalam interview peneliti harus menerima segala informasi yang diberikan oleh
informan tanpa membantah, atau tidak menyetujui, dengan tujuan untuk
memperoleh data yang diperoleh untuk memecahkan masalah. Wawancara atau
interview adalah percakapan yang dilakukan oleh 2 pihak yaitu pewawancara
yang memberikan pertanyaan sedang yang diwawancarai yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.
Jadi yang dimaksud metode interview dalam penelitian ini adalah metode
untuk memperoleh data dengan cara Tanya jawab dengan orang-orang yang
berhubungan erat dengan permasalahan yang ada. Data dari interview ini
diharapkan akan lebih memberikan keakuratan hasil penelitian.
Ditinjau dari pelaksanaanya, maka interview di bedakan atas :
a. Interview bebas, dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi
mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.
b. Interview terpimpin, yaitu yang dilakukan oleh pewawancara dengan
membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti di maksud
dalam interview terstruktur.
c. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan
interview terpimpin (Arikunto dalam Rahayu, 2016:34)
Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan yaitu wawancara bebas
terpimpin, karena dalam pelaksanaannya pewawancara akan berpatokan pada data
yang dikumpulkan dengan membawa sederetan pertanyaan. Wawancara ini akan
ditanyakan kepada orang tua, guru kelas dan kepala sekolah. Adapun informasi
yang diperoleh melalui wawancara bebas terpimpin ini yaitu :
a. Kondisi anak yang akan di jadikan objek penelitian.
b. Jenis gaya pengasuhan yang dilakukan orang tua kepada anak.
20

3. Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto (2002:206) Dokumentasi yaitu mencari data mengenai
hal- hal variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebaginya. Data yang diperoleh dari
dokumentasi pada penelitian ini adalah:
a. Stuktur organisasi TKIT Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten
Banyuwangi.
b. Visi dan Misi TKIT Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten Banyuwangi.
c. Data jumlah guru TKIT Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten
Banyuwangi.
d. Data mengenai jumlah dan daftar nama-nama anak usia 5-7 tahun di TKIT
Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten Banyuwangi.
e. Data sarana dan prasarana TKIT Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten
Banyuwangi.

4. Metode Angket (kuesioner)


Sumiharsono (2009:72) mengemukakan bahwa metode angket adalah
salah satu metode dalam penelitian terutama untuk mengumpulkan data. Angket
adalah alat penelitian yang berupa daftar pertanyaan untuk memperoleh data atau
keterangan dari sejumlah responden.
Sedangkan menurut Sugiyono (2015:199) bahwa Metode Angket
(kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan terbuka atau
tertutup, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui
pos, atu internet. Kuesioner penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
terdiri dari 2 kuesioner. Kuesioner pertama mengukur variabel gaya pengasuhan
sebanyak 12 pertanyaan dan kuesioner kedua mengukur variabel perkembangan
emosi dengan 12 pertanyaan.
Penelitian ini penulis menggunakanmetode angket tertutup yaitu
pertanyaan disertai oleh pilihan jawaban yang telah ditempatkan oleh peneliti
dalam hal ini berbentuk alternatif pilihan ganda yang dikirimkan kepada orang tua
21

untuk diisi, selanjutnya angket dikembalikan kepada peneliti. Sedangkan pada


setiap item pertanyaan mempunyai lima alternatif jawaban dan penelitian. Skala
yang digunakan adalah skala likert. Skala likert adalah digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau
gejala sosial. Penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian ( Riduwan 2012:20).
Masing-masing item tersebut memiliki ketentuan sebagai berikut:
1.Untuk jawaban a diberi nilai 5
2.Untuk Jawaban b diberi nilai 4
3.Untuk jawaban c diberi nilai 3
4.Untuk jawaban d diberi nilai 2
5.Untuk jawaban e diberi nilai 1

3.5 Skala Pengukuran


Menurut Sugiyono (2015: 133), Skala pengukuran merupakan kesepakatan
yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval
yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam
pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Sugiyono (2015: 134) menyatakan macam-macam skala pengukuran
antara lain:
1. Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala
likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam
bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
2. Skala Guttman
Skala pengukuran Guttman akan didapat jawaban yang tegas yaitu “ya-tidak”,
“benar-salah”, “pernah tidak pernah”, “positif-negatif”. Penelitian
22

menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang


tegas terhadap suatu permasalahan yang di tanyakan.
3. Semantic Defferensial
Skala pengukuran yang berbentuk semantic defferensial digunakan untuk
mengukur sikap hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist tetapi
tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak
dibagian kanan garis dan jawaban yang “sangat negatif” terletak dibagian kiri
garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval dan biasanya
skala ini digunakan untuk mengukur sikap/ karakteristik tertentu yang
dipunyai oleh seseorang.
4. Rating Scale
Dalam skala model rating scale responden tidak akan menjawab salah satu
jawaban kualitatif yang telah disediakan tetapi menjawab salah satu jawaban
kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu rating scale ini lebih
fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur
persepsi responden terhadap fenomena lainnya seperti skala untuk mengukur
status sosial, ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses
kegiatan dan lain-lain. Yang penting bagi penyusun instrumen dengan rating
scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada
alternative jawaban pada setiap item instrumen.
Menurut Burhan (2009:136) Skala dilihat dari apa yang digunakan oleh
pengajar dalam proses belajar mengajar.
Pada penelitian ini pengajar di TKIT Permata Mandiri Billah 2
menggunakan skala rating scale sebagai berikut:
1. Tidak Baik
2. Cukup Baik
3. Baik
4. Sangat Baik
Menurut Burhan (2009:137) Setiap kategori diberi angka 1,2,3,4 atau di
balik menjadi 4,3,2,1.
23

3.6 Teknik Analisis Data


Dalam penelitian data kuantitatif, analisa data kegiatan setelah dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dari analisis data adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data
tiap variabel dari yang diteiti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan. Sugiyono (dalam Rahayu 2016:35)
Berdasarkan pendapat di atas maka penulis menggunakan analisa
kuantitatif atau statistic yaitu jenis metode yang mengukur secara langsung atau
lebih tepatnya menghitung data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis
kemukakan dalam rumusan masalah.
Setelah rangkaian penelitian di atas dilaksanakan dengan baik, sebagai
langkah terakhir dalam penelitian metode statistik yang digunakan untuk
menganalisis data adalah chi kuadrat, rumus x2 digunakan untuk menguji
signifikansi perbedaan frekuensi yang diobservasi f0 (frekunsi yang di peroleh
berdasarkan data), dengan frekunsi yang diharapkan fh. untuk menghitung
koefisien kontingensi, terlebih dahulu dihitung nilai Chi Kuadrat yang diberi
simbol x2 .
Rumus Menghitung Chi Kuadrat adalah sebagai berikut :
𝑘
2
(𝑓0 − 𝑓ℎ )2
𝑥 =∑
𝑓𝑛
𝑖=1

Keterangan:
x2 = Chi Kuadrat
𝑓0 = frekuensi yang diobservasi
𝑓ℎ = frekuensi yang diharapkan
Menurut Suharsimi (2006:291) menyatakan derajat kebebasan untuk Chi-
kuadrat adalah sebagai berikut:
(baris-1) (kolom-1)
Maka dengan baris sebanyak 2 dan kolom sebanyak 2 derajat kebebasan
(d.b) atau degree off freedom (d.f) diperoleh dari (2-1)(2-1) = 1. Ini berarti bahwa
kita bebas atau hanya perlu menghitung satu sel saja dan sel-sel yang lain akan
terisi dengan sendirinya.
24

BAB IV
HASIL DAN ANALISIS DATA

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Peneliti melakukan observasi, wawancara dan dokumenter diperoleh
hasil gambaran umum tentang TKIT Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten
Banyuwangi sebagai berikut:

1. Profil TKIT Permata Mandiri Billah 2, Kabupaten Banyuwangi.


a. Identitas Sekolah
1. Nama Sekolah : TKIT Permata Mandiri Billah 2
2. Alamat Sekolah : Perumahan Sukowidi
3. Desa : Klatak
4. Kecamatan : Kalipuro
5. Kabupaten : Banyuwangi
6. Provinsi : Jawa Timur
7. Nama penyelenggara : TP PKK Banyuwangi
8. NPSN : 69794051
9. Tahun Berdirinya : 20 Desember 2014
10. Luas/Panjang : 1500 M2

b. Kepala Sekolah/Pengelola
1. Nama Pengelola : Dra. Murni, M.Si
2. Alamat : Kembang
3. Status : PNS
4. Ijazah Terakhir : S2
5. Mulai bekerja : 17 Maret 2012
c. Waktu Kegiatan
1. Pagi : 07.30-11.00
2. Tempat : Ruang kelas
25

2. Sejarah Berdirinya TK Permata Mandiri Billah 2


TKIT Permata Mandiri Billah 2 berada di wilayah Kabupaten Banyuwangi
secara resmi didirikan pada tahun 2014. TKIT Permata Mandiri Billah 2 bernaung
dibawah yayasan Paud Terpadu Permata Mandiri Billah 2 dan Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Banyuwangi. Pada waktu itu pendidikan anak usia
dini sangatlah sedikit. Mengingat kebutuhan pendidikan sangatlah penting dan
banyaknya anak-anak usia dini yang pada waktu itu belum memperoleh tempat
pendidikan. Maka yayasan Paud Terpadu Permata Mandiri Billah 2 merasa
terpanggil untuk menyediakan tempat pendidikan tersebut. Kemudian, beliau
mengajukan syarat permohonan pendirian. Maka dalam tempo yang sangat
singkat, TKIT Permata Mandiri Billah 2 dapat didirikan walaupun dengan jumlah
murid yang masih sedikit. Dari tahun ke tahun TKIT Permata Mandiri Billah 2
mengalami kemajuan baik kualitas mutu pendidikan maupun kualitas jumlah
muridnya.
TKIT Permata Mandiri Billah 2 masih satu lokasi dengan KB dan TPA
Permata Mandiri Billah 2. Pada tahun ajaran 2016-2017 saat ini meruakan tahun
ke-13. Pada saat ini jumlah siswa yang dipercayakan masyarakat untuk di didik di
lembaga ini sebanyak 43 siswa yang terdiri dari 26 siswa kelompok A dan 17
siswa kelompok B. Kelompok belajar siswa terbagi menjadi 3 rombongan belajar
yaitu 2 rombongan belajar kelompok belajar A dan 1 rombongan belajar
kelompok B.

3. Visi dan Misi TKIT Permata Mandiri Billah 2


a. Visi
Terwujudnya Anak Usia Dini yang Beriman, Sehat, Cerdas, Kreatif dan
Berbudi Luhur,
b. Misi
1. Meningkatkan motivasi Orang Tua tentang pentingnya Pendidikan
sejak dini;
2. Memberikan Layanan Mudah, Murah, terjangkau dan bermutu.
3. Memberikan Layanan yang sama pada semua anak, sesuai jenjang
usia.
26

4. Sarana dan Prasarana TKIT Permata Mandiri Billah 2


Adapun sarana dan prasarana TKIT Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten
Banyuwangi Tahun Ajaran 2016 – 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Sarana dan Prasarana TKIT Permata Mandiri Billah 2


No Ruangan Halaman
Nama Jumlah Nama Jumlah
1. Kelas A 2 Jungkat – Jungkit 2
Kelas B 1 Putaran 2
2. Ruang Kantor/ Kepala 1 Ban 1
3. Kamar Mandi/ WC Guru 1 Tangga Majemuk 3
4. Kamar mandi/ WC Siswa 1 Jembatan 1
5. Ruang Musik 1
6. Ruang Kesehatan 1
7. Spilut 1
Sumber Data: TKIT Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten Banyuwangi Tahun
Ajaran 2016 - 2017

5. Data Guru
Jumlah pendidik di lembaga PAUD Terpadu Permata Mandiri Billah 2
Kabupaten Jember yaitu berjumlah 12 orang. Adapun datanya adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Data guru TKIT Permata Mandiri Billah 2
No Nama TTL Jabatan Ijazah
1. Dra. Murni, M.Si Banyuwangi, 11-06-1964 Pengelola S2
2. Linda M., S. Pd. Banyuwangi, 26-04-1984 KS S1
3. Tri Meri S., S.Pd Banyuwangi, 1-05-1978 Guru S1
4. Meylana Banyuwangi, 25-05-1987 Guru SMA
5. Risky Indriani Banyuwangi,14-10- 1981 Guru MA
6 Shinta D.N. Banyuwangi,17-06- 1993 TU SMK
Sumber Data : TKIT Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten Banyuwangi Tahun
Ajaran 2016 - 2017
6. Data Peserta Didik
Ditahun ajaran 2016-2017 jumlah keseluruhan peserta didik PAUD
Terpadu Permata Mandiri Billah 2 berjumlah 43 peserta didik yang terdiri dari 26
27

siswa kelompok A dan 17 siswa kelompok B. Data peserta didik dapat dilihat
pada daftra berikut:

Tabel 3. Data Siswa TKIT Permata Mandiri Billah 2


Jumlah
No Kelompok L P Total
1. TK A1 7 6 13
2. TK A2 7 6 13
3. TK B 7 10 17
Total Keseluruhan 43
Sumber data : TKIT Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten Banyuwangi Tahun
Ajaran 2016 – 2017

4.1.2 Gambaran Umum Responden Penelitian


Dalam penelitian ini responden yang dipilih adalah seluruh siswa usia 5-
7 tahun di PAUD Terpadu Permata Mandiri Billah 2 sebanyak 43 peserta didik
yang terdiri dari 21 anak laki-laki dan 22 anak perempuan. Umumnya responden
berasal dari daerah perumahan disekitar lembaga PAUD Terpadu Permata
Mandiri Billah 2. Kegiatan sehari-hari responden bermain di rumah atau disekitar
rumah bersama keluarga dan teman-teman sebayanya.

Tabel 4. Data nama peserta didik usia 5-7 Tahun TKIT Permata
Mandiri Billah 2.
No Nama Nama Panggilan JK Tempat, Tanggal Lahir
1 Ageng Pamungkas Ageng L Banyuwangi, 15-06-2010
2 Ahmad Dzaki Zaki L Banyuwangi, 16-12-2011
3 Airine Kirana Kiran P Banyuwangi, 04-12-2010
4 Alifa Aiza Ghazany Alif P Banyuwangi, 23-12-2012
5 Alika Ramadhani Agustin Lika P Banyuwangi, 07-08-2011
6 Anindita Erina Ramadhani Erin P Banyuwangi, 24-07-2011
7 Anindita Putri setiowati Anin P Banyuwangi, 27-05-2011
8 Anugrah junuar tyoarta Tyo L Banyuwangi, 01-07-2011
9 Ardiyansah riski Ardi L Banyuwangi, 30-08-2011
28

10 Aurel bahjatus soniah Aurel P Banyuwangi, 26-03-2011


11 Devandi Putra Aadiansah Deva L Banyuwangi, 20-12-2011
12 Dewa Riski Ramayudha Dewa P Banyuwangi, 25-07-2011
13 Diana Veliza Safira Veli P Banyuwangi, 16-04-2011
14 Dinayla Dinovita Ila P Banyuwangi, 10-10-2010
15 Fahira Oksa Kalila Vava P Banyuwangi, 21-10-2011
16 Fauziatul Hasanah Zifa P Banyuwangi, 09-01-2011
17 Felisya Nuril Romadhani Feli P Banyuwangi, 21-07-2011
18 Ihsan Kamil Ami L Banyuwangi, 15-07-2011
19 Khayla Pradja Pramita Kayla P Banyuwangi, 24-07-2011
20 Mahadewa Catra Airlangga Dewa L Banyuwangi, 16-06-2011
21 Malika Dahayu Tiyasa Malika P Banyuwangi, 08-05-2011
22 Marvel Triandika Marvel L Banyuwangi, 22-03-2011
23 Melischa vevita sari Caca P Banyuwangi, 01-07-2010
24 Meyca Qauliyah Qeis Meyca P Banyuwangi, 04-12-2011
25 Mochammad Reza Reza L Banyuwangi, 21-03-2011
26 Muhammad Audric Rafa Rafa L Banyuwangi, 2011-04-09
27 Muhammad Haidar Afif Afif L Banyuwangi, 16-10-2010
28 Muhammad Hasan Hasan L Banyuwangi, 17-02-2012
29 Muhammad Hilal Hilal L Banyuwangi, 25-03-2011
30 Muhammad Rado Rabbani Rado L Banyuwangi, 23-08-2011
31 Nadhif Bafadhal Nadif L Banyuwangi, 26-08-2011
32 Nadin Aurelia Nadin P Banyuwangi, 14-11-2011
33 Nayla syifa Fawwaz Nayla P Banyuwangi, 31-05-2011
34 Odilia Nakheisaha Manek Keisha P Banyuwangi, 10-01-2010
35 Rangga Dwi Saputra Rangga L Banyuwangi, 11-05-2011
36 Safa Nabila Azzahra Safa P Banyuwangi, 19-03-2011
37 Septian Danar Putra Danar L Banyuwangi, 23-09-2011
38 Suci Kurniawati Suci P Banyuwangi, 31-07-2011
39 Tifara Hafisa Nur Alya Tifara P Banyuwangi, 19-06-2011
40 Tifana Mareta Fajaryanti Mareta P Banyuwangi, 11-03-2011
29

41 Vanisa Dini Maulida Vanis P Banyuwangi, 13-02-2011


42 Vian Beni Ismail Vian L Banyuwangi, 17-03-2012
43 Alvin Zidna Vaqih Alvin L Banyuwangi, 28-10-2010
Sumber dara : TKIT Permata Mandiri Billah 2 Kabupaten Banyuwangi Tahun
Ajaran 2016 – 2017.

4.2 Data Utama


4.2.1 Penentuan Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa
statistik, karena datanya berupa angka-angaka. Data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah tentang Gaya Pengasuhan orang tua dengan Perkembangan
Moral peserta didik dapat diperoleh melalui angket dan observasi. Adapun nilai
hasil angket dan observasi peneliti tetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria Penilaian Gaya Pengasuhan Orang Tua
Data hasil penskoran terhadap gaya pengasuhan dapat dilihat pada tabel 1
yang mana menggunakan hasil angket yang terdiri dari 12 item dan
masing-masing item tersebut memiliki ketentuan sebagai berikut
1. Untuk jawaban a diberi nilai 5
2. Untuk jawaban b diberi nilai 4
3. Untuk jawaban c diberi nilai 3
4. Untuk jawaban d diberi nilai 2
5. Untuk jawaban e diberi nilai 1
2. Kriteria Penilaian Perkembangan Moral
b. Jika responden melakukan perilaku baik karena diri sendiri maka
diberi nilai 3.
c. Jika responden melakukan perilaku baik karena peintah teman atau
orang yang lebih tua maka akan diberi nilai 2.
d. Jika responden melakukan perilaku baik karena takut hukuman atau
mendapatkan hadiah maka diberi nilai 1.
Dari hasil nilai yang diperoleh dari responden dengan kriteria diatas,
kemudian dijumlah dan dicari rata-ratanya, sehingga peneliti dapat memberikan
kategori pada responden baik (B) atau kurang (K).
30

4.2.2 Data Hasil Angket Gaya Pengasuhan Orang tua


Data hasil observasi gaya pengasuhan orang tua yang diperoleh dapat dilihat
pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 5. Skoring data hasil observasi gaya pengasuhan orang tua


No Gaya pengasuhan Skor
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 (X)
1 4 4 4 4 5 4 3 3 3 5 5 3 47
2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 45
3 4 4 4 4 3 2 2 4 4 5 5 5 46
4 4 4 4 4 5 3 5 4 3 4 4 4 48
5 4 4 4 4 5 5 3 2 3 4 4 3 45
6 5 4 5 5 5 5 4 2 2 5 2 2 46
7 4 4 3 5 5 4 4 4 2 5 4 4 48
8 4 4 4 4 5 2 3 2 3 4 5 5 45
9 4 5 4 5 4 4 4 2 3 5 4 4 48
10 4 5 2 5 5 4 4 3 2 5 3 3 45
11 5 4 3 4 4 4 3 2 4 5 3 5 46
12 5 5 4 4 4 4 3 3 4 5 4 3 48
13 4 4 5 5 5 3 2 2 4 4 5 4 47
14 5 4 3 3 2 3 3 5 3 5 5 4 45
15 4 4 4 5 4 5 4 2 3 5 5 3 48
16 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 55
17 5 5 3 3 4 4 4 4 4 5 4 3 48
18 4 5 4 4 5 5 4 3 4 4 4 4 50
19 4 4 3 5 5 5 4 3 4 4 4 2 47
20 5 5 4 3 4 4 4 3 3 4 5 3 47
21 4 5 4 4 4 4 4 2 3 4 5 4 47
22 4 4 4 5 5 5 5 3 4 5 5 4 53
23 4 4 5 3 4 4 4 4 3 5 5 3 48
24 4 5 4 4 4 4 5 3 3 5 4 2 47
25 5 5 5 4 3 3 5 3 4 5 5 5 52
26 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 46
27 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 56
28 5 4 4 5 4 4 4 2 3 5 5 5 50
29 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 35
30 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 35
31 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 35
32 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 34
31

33 3 5 3 3 3 5 3 4 3 3 3 4 42
34 4 5 4 4 4 4 4 5 3 4 4 5 50
35 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 48
36 5 5 4 4 3 4 3 4 5 4 5 3 49
37 5 4 4 5 3 4 5 3 3 4 4 4 48
38 5 5 5 3 4 4 4 4 4 3 3 5 49
39 3 4 5 4 4 4 3 3 4 3 5 4 46
40 4 5 5 4 4 5 3 4 5 4 4 3 50
41 5 4 5 4 4 3 4 4 4 5 3 3 48
42 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 43
43 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 5 4 42
Jumlah 180 183 167 171 174 166 159 134 148 183 177 155 1997
Sumber data : data diolah

4.2.3 Data Hasil Perkembangan Moral


Data hasil observasi perkembangan moral yang diperoleh dapat dilihat
sebagai berikut:

Tabel 6. Skoring data hasil observasi perkembangan moral


No. Perkembangan Moral
Skor
Resp 1 2 3
1 2 2
2 3 3
3 2 2
4 2 2
5 3 3
6 2 2
7 2 2
8 3 3
9 3 3
10 3 3
11 3 3
12 3 3
13 3 3
14 3 3
15 3 3
16 3 3
17 2 2
18 3 3
32

19 2 2
20 3 3
21 3 3
22 3 3
23 2 2
24 3 3
25 3 3
26 1 1
27 2 2
28 2 2
29 2 2
30 2 2
31 1 1
32 1 1
33 1 1
34 2 2
35 3 3
36 2 2
37 2 2
38 3 3
39 3 3
40 2 2
41 3 3
42 3 3
43 3 3
Jumlah 4 32 69 105
Sumber data : Data Diolah

4.3 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis


Peneliti menggunakan standart mean (M) dengan perincian sebagai
berikut:
1. Nilai sama atau diatas mean menunjuk kategori baik (B).
2. Nilai dibawah mean menunjukkan pada kategori kurang (K).
33

Pengelolaan kategori tersebut adalah berdasarkan nilai mean (nilai rata-


rata) dari seluruh responden yang diperoleh dengan rumus:

∑𝑋 ∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
𝑀= atau 𝑀=
𝑁 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan:
M = Mean
X = Jumlah nilai
N = Jumlah responden (Sugiono, 2014:49)

4.3.1 Nilai Dari Gaya Pengasuhan Orang Tua


Untuk menentukan mean pada jumlah skor hasil observasi data gaya
pengasuhan orang tua adalah sebagai berikut:

∑𝑋 ∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
𝑀= atau 𝑀=
𝑁 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan:
M = Mean
X = Jumlah nilai
N = Jumlah responden

1997
𝑀= = 45,97
43

Setelah peneliti mengadakan perhitungan dengan rumus mean, maka nilai


rata-rata gaya pengasuhan orang tua diketahui 45,97 dengan demikian peneliti
dapat menetapkan bahwa:
a. Jika nilai responden 45,97 atau lebih dapat dikategorikan baik (B).
b. Jika nilai responden kurang dari 45, dapat dikategorikan kurang (K).
34

Tabel 7. Skoring Data Hasil Angket Gaya Pengasuhan Orang Tua


Gaya pengasuhan Skor Kategori
(X)
No
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 B K
1 4 4 4 4 5 4 3 3 3 5 5 3 47 V
2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 45 V
3 4 4 4 4 3 2 2 4 4 5 5 5 46 V
4 4 4 4 4 5 3 5 4 3 4 4 4 48 V
5 4 4 4 4 5 5 3 2 3 4 4 3 45 V
6 5 4 5 5 5 5 4 2 2 5 2 2 46 V
7 4 4 3 5 5 4 4 4 2 5 4 4 48 V
8 4 4 4 4 5 2 3 2 3 4 5 5 45 V
9 4 5 4 5 4 4 4 2 3 5 4 4 48 V
10 4 5 2 5 5 4 4 3 2 5 3 3 45 V
11 5 4 3 4 4 4 3 2 4 5 3 5 46 V
12 5 5 4 4 4 4 3 3 4 5 4 3 48 V
13 4 4 5 5 5 3 2 2 4 4 5 4 47 V
14 5 4 3 3 2 3 3 5 3 5 5 4 45 V
15 4 4 4 5 4 5 4 2 3 5 5 3 48 V
16 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 55 V
17 5 5 3 3 4 4 4 4 4 5 4 3 48 V
18 4 5 4 4 5 5 4 3 4 4 4 4 50 V
19 4 4 3 5 5 5 4 3 4 4 4 2 47 V
20 5 5 4 3 4 4 4 3 3 4 5 3 47 V
21 4 5 4 4 4 4 4 2 3 4 5 4 47 V
22 4 4 4 5 5 5 5 3 4 5 5 4 53 V
23 4 4 5 3 4 4 4 4 3 5 5 3 48 V
24 4 5 4 4 4 4 5 3 3 5 4 2 47 V
25 5 5 5 4 3 3 5 3 4 5 5 5 52 V
26 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 46 V
27 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 56 V
28 5 4 4 5 4 4 4 2 3 5 5 5 50 V
29 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 35 V
30 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 35 V
31 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 35 V
32 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 34 V
33 3 5 3 3 3 5 3 4 3 3 3 4 42 V
34 4 5 4 4 4 4 4 5 3 4 4 5 50 V
35 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 48 V
36 5 5 4 4 3 4 3 4 5 4 5 3 49 V
37 5 4 4 5 3 4 5 3 3 4 4 4 48 V
35

38 5 5 5 3 4 4 4 4 4 3 3 5 49 V
39 3 4 5 4 4 4 3 3 4 3 5 4 46 V
40 4 5 5 4 4 5 3 4 5 4 4 3 50 V
41 5 4 5 4 4 3 4 4 4 5 3 3 48 V
42 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 43 V
43 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 5 4 42 V
Jumlah 180 183 167 171 174 166 159 134 148 183 177 155 1997 31 12
Sumber data : Data diolah

4.3.2 Nilai Dari Perkembangan Moral


Untuk menentukan mean pada jumlah skor hasil observasi data
perkembangan moral adalah sebagai berikut:
∑𝑋 ∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
𝑀= atau 𝑀=
𝑁 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan:
M = Mean
X = Jumlah nilai
N = Jumlah responden

105
𝑀= = 2,44
43

Setelah peneliti mengadakan perhitungan dengan rumus mean, maka nilai


rata-rata motivasi belajar diketahui 2,44 dengan demikian peneliti dapat
menetapkan bahwa:
a. Jika nilai responden 2,44 atau lebih dapat dikategorikan baik (B).
b. Jika nilai responden kurang dari 2,44 dapat dikategorikan kurang (K).

Tabel 8. Skoring data hasil observasi Perkembangan Moral


Perkembangan Moral Kategori
No.Resp Skor
1 2 3 B K
1 2 2 V
2 3 3 V
3 2 2 V
4 2 2 V
36

5 3 3 V
6 2 2 V
7 2 2 V
8 3 3 V
9 3 3 V
10 3 3 V
11 3 3 V
12 3 3 V
13 3 3 V
14 3 3 V
15 3 3 V
16 3 3 V
17 2 2 V
18 3 3 V
19 2 2 V
20 3 3 V
21 3 3 V
22 3 3 V
23 2 2 V
24 3 3 V
25 3 3 V
26 1 1 V
27 2 2 V
28 2 2 V
29 2 2 V
30 2 2 V
31 1 1 V
32 1 1 V
33 1 1 V
34 2 2 V
35 3 3 V
36 2 2 V
37 2 2 V
38 3 3 V
39 3 3 V
40 2 2 V
41 3 3 V
42 3 3 V
43 3 3 V
Jumlah 4 32 69 105 23 20
Sumber data : Data diolah
37

4.3.3 Rekapitulasi Data Observasi Gaya Pengasuhan Orang Tua (X) dan
Perkembangan Moral (Y)
Setelah dilakukan perhitungan gaya pengasuhan orang tua dan
perkembangan moral, kemudian hasilnya di rekapitulasi menjadi satu. Hasil
rekapitulasi data observasi dapat dilihat pada tabel 5 berikut:

Tabel 9. Rekapitulasi data hasil observasi gaya pengasuhan orang tua (X)
dan perkembangan moral (Y).
Gaya
No Perkembangan
Pengasuhan Keterangan hubungan X - Y
Resp Moral (Y)
Orang Tua (X)
Skor Kategori Skor Kategori B-B B-K K-B K- K
1 47 B 2 K V
2 45 K 3 B V
3 46 B 2 K V
4 48 B 2 K V
5 45 K 3 B V
6 46 B 2 K V
7 48 B 2 K V
8 45 K 3 B V
9 48 B 3 B V
10 45 K 3 B V
11 46 B 3 B V
12 48 B 3 B V
13 47 B 3 B V
14 45 K 3 B V
15 48 B 3 B V
16 55 B 3 B V
17 48 B 2 K V
18 50 B 3 B V
19 47 B 2 K V
20 47 B 3 B V
21 47 B 3 B V
22 53 B 3 B V
23 48 B 2 K V
24 47 B 3 B V
25 52 B 3 B V
26 46 B 1 K V
27 56 B 2 K V
38

28 60 B 2 K V
29 35 K 2 K V
30 35 K 2 K V
31 35 K 1 K V
32 34 K 1 K V
33 42 K 1 K V
34 50 B 2 K V
35 48 B 3 B V
36 49 B 2 K V
37 48 B 2 K V
38 49 B 3 B V
39 46 B 3 B V
40 50 B 2 K V
41 48 B 3 B V
42 43 K 3 B V
43 42 K 3 B V
Jumlah 16 15 7 5
Sumber data : Data diolah

4.3.4 Frekuensi Observasi


Hasil rekapitulasi data yang diperoleh kemudan dimasukkan kedalam tabel
kotigensi sebagai berikut:

Tabel 10. Frekuensi Observasi


Gaya Pengasuhan Perkembangan Moral
Orang Tua Jumlah
Baik Kurang
Baik 16 15 31
Kurang 7 5 12
Jumlah 23 20 43
Sumber data : Data diolah
Untuk mencari besarnya frekuensi harapan (fh) diperoleh dengan
menggunakan rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚


𝑓ℎ =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎
39

fh (BB) = 31 x 23 = 16,58
43
fh (BK) =31 x 20 14,42
43
fh (KB) = 12 x 23 = 6,42
43
fh (KK) = 12 x 20 = 5,58
43
4.3.5 Analisa Data Menghitung Nilai Chi Kuadrat
Untuk menganalisa dan sekaligus pengajuan hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini, digunakan data analisa statistik dengan rumus chi kuadrat
sebagai berikut:
fo − fh²
x2 = 
fh

Tabel 11. Nilai Chi Kuadrat


Gaya
Pengasuhan Perkembangan Fo Fh fo-fh (fo-fh)² (fo-fh)²
Orang Tua Moral Fh
B 16 16,58 -0,58 0,3364 0,020
B K 15 14,42 0,58 0,3364 0,023
B 7 6,42 0,58 0,3364 0,052
K K 5 5,58 -0,58 0,3364 0,060
Total 43 43 0 0,155

Berdasarkan perhitungan tabel kerja x2 diatas maka didapat angka sebesar 0,155.
1. Menentukan derajat kebebasan (db)
Derajat kebebasan untuk chi kuadrat adalah db = (baris-1) (kolom-1)
maka dengan baris sebanyak 2 dan kolom sebanyak 2 maka diperoleh nilai:
Db = (baris-1) (kolom-1)
= (2-1) (2-1)
=1
40

4.3.6 Pengujian Hipotesis


Dari hasil perhitungan maka diketahui nilai x2 hitung adalah 0,155
sedangkan nilai x2 tabel dengan db = 1 dan taraf signifikansi 5% =3,84. Dengan
demikian nilai x2 hitung lebih besar dari x2 tabel sehingga hipotesis kerja ditolak
dan hipotesis nihil diterima, yang berarti tidak ada Pengaruh Gaya pengasuhan
orang tua terhadap perkembangan moral anak usia 5-7 tahun di TKIT Permata
Mandiri Billah 2 Kabupaten Banyuwangi tahun 2017.

4.4 Diskusi
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh gaya pengasuhan orang tua
terhadap perkembangan moral anak usia 5-7 tahun di Paud Terpadu Permata
Mandiri Billah 2 Banyuwangi, Tahun ajaran 2016-2017, maka peneliti
menggunakan tekhnik pengumpulan data dengan observasi, angket, wawancara
dan dokumentasi. Dari hasil data angket gaya pengasuhan orang tua dan data
observasi perkembangan moral yang kemudian direkap sehingga mendapatkan
hasil bahwa 37,2 % dari 43 peserta didik mendapatkan kategori BB, hal ini dapat
dilihat pada tabel rekapitulasi data hasil gaya pengasuhan orang tua dan
perkembangan moral.
41

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Gaya pengasuhan orang tua tidak mempengaruhi perkembangan moral
anak. Segala gaya atau model pengasuhan orang tua tidak mempengaruhi
perkembangan moral anak.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan maka dapat
disimpulkan bahwa Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua Terhadap
Perkembangan Moral Anak Usia 5-7 Tahun di TKIT Permata Mandiri Billah 2
Tahun Ajaran 2016-2017.Dengan db = 1 dan taraf signifikansi 5 % didapat maka
x tabel = 3,84 nilai x hitung = 0,155. Dengan demikian nilai x hitung < x tabel
(0,155 < 3,84) sehingga, hipotesis kerja yang diajukan ditolak dan hipotesis nihil
diterima. Jadi Tidak ada Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua Terhadap
Perkembangan Moral Anak Usia 5-7 Tahun di TKIT Permata Mandiri Billah 2
Tahun Ajaran 2016-2017.

5.2 Saran
Dari uraian tersebut terlihat bahwa gaya pengasuhan orang tua tidak
mempunyai pengaruh dalam perkembangan moral anak usa 5-7 tahun. Oleh
karena itu, sebagai bahan pertimbangan penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Guru
a. Dalam penerapan proses belajar mengajar guru harus lebih aktif untuk
mengetahui tumbuh kembang anak.
b. Perlu adanya komunikasi yang baik dengan orang tua mengenai
perkembangan dan pertumbuhan anak.
c. Hendaknya memperhatikan kebutuhan peserta didiknya yang berkaitan
dengan perkembangan moral.
42

2. Bagi Sekolah
a. Pembentukan moral perlu ditingkatkan pada peserta didik sehingga moral
peserta didik berkembang dengan baik.
b. Untuk menambah wawasan guru tentang berbagai metode pembelajaran
hendaknya lembaga memberikan vasilitas seperti, perpustkaan untuk guru
, dengan adanya perpustakaan tersebut dapat membantu guru untuk lebih
kreatif, inovatif dalam memilih metode yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.

3. Bagi Orang Tua


a. Memberi informasi kepada orang tua faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi perkembangan moral anak.
b. Berkonsultasi dengan guru untuk mengetahui perkembangan moral anak
yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
43

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Ansori, Mohammad. (2009). Psikologi Remaja. Jakarta: PT


Bumi Aksara
Agustiawati, Isni. (2014). Pengaruh Pola Asuh Oarang Tua Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akutansi Kelas XI IPS di SMA Negeri
26 Bandung.Universitas Pendidikan Indonesia, Repository. Upi. Edu
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : PT Rineka Cipta
Asmani, Jamal Makmur. (2009). Manajemen Strategis Pendidikan Anak.
Jogjakarta : Diva Press
Asmawati, Luluk. (2015) Gaya Pengasuhan Orangtua Untuk Pembentukan
Karakter Melalui Permainan Tradisional Pada Anak Usia Dini Usia 4-5
Tahun. Bandung : Minda Masagi Press dan UPI Bandung.
Bungin, Burhan. (2009) Metodelogi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Hasan, Maimunah. (2009). PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Jogjakarta :
DIVA Press (Anggota IKAPI)
Ibung, Dian. (2009) Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo
Santrock, John. (2002). Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup).
Jakarta : Erlangga
Santrock, John. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga
Septiawati, Dewi. 2016. Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis Orang Tua
Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Di Tk Aisyiyah
Bustanul Athfal Limpung Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016.
Publikasi Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sudarna. (2014). PAUD Berkarakter. Jogjakarta : Genius Publissher
Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Sumiharsono, Rudy. (2009). Metodologi Penelitian. IKIP PGRI Jember
Yusuf, Samsu. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT
Remaja
Ubaedy,an. 2009. Cerdas Mengasuh Anak. Jakarta : Kinzabook
Wulandari, Wiwid . 2015. Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan Emosi
Anak Usia 5-7 Tahun Di TK Pertiwi Ledokombo Kabupaten Jember Tahun
Pelajaran 2015/2016. S1 Skripsi. IKIP PGRI Jember

Anda mungkin juga menyukai