Effa Rinny Octavia Paidin1 , Abu Yazid Abu Bakar2*) , Kadek Suranata3
3
1,2Universitas Kebangsaan Malaysia, Universitas Pendidikan Ganesha
*Penulis koresponden, email: yazid3338@ukm.edu.my
Diterima 02 Agustus 2021; Abstrak: Perkembangan kecerdasan emosional terbentuk melalui berbagai aspek dan salah
Revisi 31 Agustus 2021; satunya melalui interaksi sosial dalam keluarga.
Diterima 20 September 2021; Penelitian ini bertujuan untuk melihat kecenderungan atau gaya pengasuhan orang tua yang
Diterbitkan Online 2021-10-01
dapat mempengaruhi sikap dan emosi pada siswa pandai. Fokus penelitian ini adalah
mengidentifikasi permasalahan emosi dan sikap siswa pandai, serta mengidentifikasi pola
asuh orang tua yang mempengaruhi emosi dan sikap siswa pandai. Penelitian ini dilakukan
berdasarkan hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat korelasi antara permasalahan
emosi siswa pandai dengan gaya pengasuhan orang tua, dan tidak terdapat korelasi antara
permasalahan sikap siswa pandai dengan gaya pengasuhan orang tua. Penelitian ini
Pengungkapan merupakan penelitian cross-sectional, dengan menggunakan kuesioner non standar yang
Benturan Kepentingan: dibangun oleh peneliti, dimana peneliti memperoleh informasi mengenai gaya pengasuhan
Para penulis menyatakan bahwa orang tua yang mempengaruhi emosi dan sikap pada siswa pandai di tiga sekolah berprestasi
mereka tidak memiliki persaingan di Kuching, Sarawak. Populasi penelitian ini melibatkan 60 siswa dari berbagai tingkatan dari
kepentingan finansial,
tiga berprestasi akademik di Kuching, Sarawak, yang dipilih secara acak. Implikasi dari
profesional, atau pribadi yang signifikan
yang mungkin memengaruhi penelitian ini, orang tua akan dapat melihat dan mendalami setiap pola asuh orang tua yang
kinerja atau presentasi akan mempengaruhi emosi dan sikap anak, sehingga dapat meningkatkan diri dalam
karya yang dijelaskan dalam naskah ini. memberikan kasih sayang yang terbaik kepada anak.
Kata Kunci: Sikap, emosi, siswa berbakat dan berbakat, gaya pengasuhan orang tua
Cara Mengutip: Effa Rinny Octavia Paidin, Abu Yazid Abu Bakar, Kadek Suranata. 2021. Pola Asuh Orang Tua yang
Mempengaruhi Emosi dan Sikap pada Siswa Berbakat dan Berbakat. Bisma, 5 (2): hlm. 64-69, DOI: http://dx.doi.org/10.23887/bisma.v5i2
Perkenalan
Perkembangan remaja dipengaruhi oleh lingkungannya. Menurut Zuria, Razak dan Salleh (2001), lingkungan terdekat dan
terpenting bagi remaja adalah keluarga. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan institusi paling mendasar dalam pembentukan sikap
dan kepribadian remaja. Demikian pula prestasi akademik peserta didik tidak hanya bergantung pada bagaimana proses pembelajaran
di kelas itu dilakukan, tetapi juga bergantung pada bagaimana proses kepribadian individu terbentuk, dan aspek kekeluargaan yang
diterapkan mempengaruhi individu itu sendiri (Amy, 2000).
64
Machine Translated by Google
Effa Rinny Octavia Paidin1 , Abu Yazid Abu Bakar2*) , Kadek Suranata3 65
Keluarga merupakan institusi sosial yang mempunyai peranan sangat penting dalam membentuk emosi, sikap dan perilaku
moral peserta didik. Mustafa (1997) menjelaskan bahwa pembangunan dan pembentukan ummat dimulai dari institusi keluarga.
Semua ajaran agama menuntut ke arah kebaikan dan menolak segala keburukan. Landasan utama yang harus ditekankan
sejak dini adalah tingkat sosialisasi anak melalui aspek keagamaan, sebagaimana pepatah Melayu 'biarkan bambu melentur
dari pucuknya'.
Menurut Rosmah (2004), lembaga keluarga merupakan sekolah pertama bagi seorang anak dalam membentuk kehidupan
bersama orang tua, keluarga juga merupakan guru pertama. Seorang bayi mulai belajar dengan melihat kemudian meniru
tingkah laku dan ucapan orang disekitarnya. Seperti yang dikatakan Zulkifli (2007), orang tua merupakan teladan terbaik bagi anak.
Kimberly (2007) menyatakan bahwa masa remaja seringkali digambarkan sebagai momen paling kritis dan menantang bagi
seorang remaja maupun orang tua. Pendidikan orang tua yang efektif harus memperhatikan seluruh kebutuhan seluruh aspek
perkembangan remaja agar proses penyesuaian diri yang dialami remaja dapat dilalui dengan sebaik-baiknya.
Keluarga memegang peranan penting dalam perkembangan seseorang, baik dari segi emosi, sikap dan perilaku. Orang
tua merupakan pilar utama pembentuk remaja, karena orang tua merupakan individu pertama yang terlibat dalam proses
sosialisasi dan perkembangan anak (Hamidah, 2013; Goleman, 1995; Bowlby, 1982).
Sepanjang tumbuh kembang remaja sangat dipengaruhi oleh orang tua melalui hubungan orang tua dan anak (Salimynezhad,
Poor, & Valizade, 2015). Kegagalan orang tua dalam memenuhi setiap aspek tumbuh kembang anak, akan berdampak besar
pada diri anak itu sendiri. Perkembangan kecerdasan emosional remaja hendaknya difleksikan sejak dini untuk membentuk
kelompok remaja yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Dengan demikian orang tua merupakan pilar utama, karena
orang tua merupakan individu pertama yang terlibat dalam proses sosialisasi dan perkembangan anak (Hamidah, 2013;
Goleman, 1995; Bowlby, 1982).
Ada anggapan bahwa kelompok siswa berbakat ini jarang sekali menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan emosi
dan sikap. Namun faktanya, siswa berbakat ini juga tidak terkecuali menghadapi situasi yang sama seperti siswa lainnya. Oleh
karena itu, ada sebagian orang tua yang seringkali menimbulkan stres pada anaknya, terutama dalam hal peningkatan dan
komitmen yang paling baik dari aspek akademik. Kondisi ini terkadang menimbulkan stres pada jiwa anak, dan pada akhirnya
dapat menimbulkan sikap dan perilaku negatif untuk menyalurkan perasaan stres dari orang tua.
Loeber dan Farrington (2000) serta Loeber dan Stouthamer-Loeber (1986) menemukan bahwa praktik gaya pengasuhan
orang tua penting dalam membentuk perkembangan anak. Noorzihan (2004) menyatakan bahwa moral anak dimulai dari
rumah. Anak-anak sejak usia dini dan sebagian besar waktunya berada dalam lingkaran keluarga. Dengan demikian, setiap
perkembangan kepribadian, mental, fisik, emosional, dan sikap anak berada di bawah kendali orang tua pada khususnya, dan
lembaga keluarga pada umumnya. Efektivitas orang tua dalam menjalankan perannya tergantung pada interaksi dan
komunikasinya dengan anak.
Setiap orang tua ingin anaknya menjadi manusia yang baik dalam segala hal, namun hendaknya orang tua terlebih dahulu
menunjukkan karakter dan teladan yang baik untuk ditiru oleh anak. Di zaman sekarang ini, remaja dihadapkan pada lingkungan
yang dapat membawa remaja pada adegan negatif, jika remaja dibesarkan dalam lingkungan didikan yang timpang di rumah.
Tanpa kematangan pikiran yang diberikan secara memadai oleh orang tua kepada anak, maka akan membuka ruang bagi
anak itu sendiri untuk terjebak dengan gejala-gejala tidak sehat di luar.
Penelitian terdahulu telah dilakukan mengenai hubungan antara gaya pengasuhan orang tua yang mempengaruhi sikap,
kepribadian dan masalah perilaku siswa. Namun peneliti mengabaikan permasalahan serupa, namun juga dihadapi oleh siswa
berbakat, dimana mereka juga menghadapi masalah emosional dan sikap yang dipengaruhi oleh gaya pengasuhan. Dalam
penelitian ini, peneliti akan mempelajari tentang gaya pengasuhan yang mempengaruhi emosi dan sikap pada siswa berbakat
dan berbakat, di tiga sekolah menengah di wilayah Kuching.
metode
Desain penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu survei dengan menggunakan kuesioner yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran
tentang sesuatu yang sedang terjadi. Menurut Azizi dkk. (2006), survei deskriptif bertujuan untuk memperoleh pengukuran atau
gambaran yang berkaitan dengan kondisi atau karakteristik penduduk. Dalam penelitian ini, peneliti ingin memperoleh informasi
tentang gaya pengasuhan yang mempengaruhi emosi dan sikap pada siswa berbakat dan berbakat, di tiga sekolah berprestasi
di Kuching, Sarawak.
Subyek Penelitian
Populasi penelitian melibatkan 60 siswa dari berbagai tingkatan dari tiga sekolah menengah dengan prestasi akademik luar biasa di
Kuching, Sarawak, yang dipilih secara acak. Secara umum, peneliti menggunakan subjek atau sampel apa pun yang tersedia untuk
sebagian besar penelitian atau penelitian yang dilakukan (Mohd Majid, 1993).
Tiga sekolah dengan prestasi akademik yang sangat baik telah dipilih di sekitar Kuching, Sarawak. Setiap sekolah akan ada 20 responden
yang dipilih secara acak dari berbagai tingkatan. Tiga sekolah peraih prestasi akademik terbaik di wilayah sekitar kota Kuching, Sarawak
dipilih sebagai tempat penelitian ini. Sekolah dengan prestasi akademik luar biasa dipilih untuk melakukan penelitian ini karena penelitian
ini ingin melihat gaya pengasuhan orang tua yang mempengaruhi emosi dan sikap pada siswa berbakat dan berbakat.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini melibatkan penyebaran kuesioner karena metode ini lebih mudah dilakukan oleh pihak sekolah dan data yang diperoleh
mudah untuk dianalisis. Penyebaran kuesioner dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh umpan balik atas pertanyaan penelitian
dan informasi yang diperlukan. Dari responden. Instrumen penelitian berupa angket non standar yang dikonstruksi oleh peneliti. Kuesioner
yang diserahkan kepada responden dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian A, B, dan C. Bagian A akan melihat masalah emosi yang paling
dominan pada siswa cerdas. Bagian B akan membahas masalah sikap yang paling dominan di kalangan siswa cerdas. Bagian C akan
membahas gaya pengasuhan yang mempengaruhi emosi dan sikap siswa cerdas.
Bagian B melihat masalah sikap yang paling dominan di kalangan siswa cerdas: 68,3% merasa ingin berteriak sekuat tenaga, 48,3%
merasa ingin meninju sesuatu atau seseorang, 48,3% merasa ingin melakukan sesuatu di luar kebiasaan, 61,7% merasa hidupnya
membosankan, 66,7% yang tiba-tiba merasa marah atau kesal, dan 100% menyatakan tidak suka jika privasinya dilanggar.
(Gaya Pengasuhan Orang Tua yang Mempengaruhi Emosi dan Sikap pada Siswa Berbakat dan Berbakat)
Machine Translated by Google
Effa Rinny Octavia Paidin1 , Abu Yazid Abu Bakar2*) , Kadek Suranata3 67
Bagian C membahas gaya pengasuhan yang mempengaruhi emosi dan sikap siswa berbakat. Butir 1 sampai dengan 5 merupakan ciri-ciri pola
asuh otoriter, butir 6 sampai dengan 10 merupakan ciri-ciri pola asuh otoriter, butir 11 sampai dengan 15 merupakan ciri-ciri pola asuh permisif, dan
butir ke-16 sampai dengan 20 merupakan ciri-ciri pola asuh pengabaian.
Tabel 03. Pola Asuh Orang Tua yang Mempengaruhi Emosi dan Sikap
No Barang Ya TIDAK
Saya merasa masa depan saya ditentukan oleh orang tua saya 30% 70%
1 Saya merasa hidup saya dibingkai dan diarahkan sepenuhnya oleh orang tua saya 21,7% 78,3%
Tidak ada diskusi atau kompromi dalam setiap keputusan orang tua saya 18,3% 81,7%
234 Saya merasa peraturan orang tua saya sangat ketat dan menindas saya 16,7% 83,3%
11 Orang tua saya selalu mendukung segala tindakan saya 12 Orang 63,3% 36,7%
tua saya akan memenuhi apa yang saya inginkan 13 14 30% 70%
Saya tidak merasa terikat untuk mendapatkan apa yang saya inginkan 48,3% 51,7%
Saya tidak mempunyai masalah berkomunikasi dengan orang tua saya 15 Tidak 78,3% 21,7%
pernah ada konflik antara saya dan orang tua saya 16 Saya bebas mengambil setiap keputusan 41,7% 58,3%
dalam hidup 17 Saya Aku bebas bergaul dengan siapa pun 35% 65%
yang kuinginkan 18 Orang tuaku tidak pernah memperhatikanku 43,3% 56,7%
19 Orang tuaku terlalu sederhana ketika aku ingin 11,7% 88,3%
didengarkan 20 Aku merasa tidak diperhatikan oleh orang tuaku 33,3% 66,7%
15% 85%
Dengan analisis berdasarkan tanggapan responden, sebagian besar menjawab gaya pengasuhan otoritatif sebagai gaya pengasuhan yang
diterapkan dalam sistem keluarga masing-masing. Maka dengan pola asuh Authoritative, mampu menunjukkan tidak adanya permasalahan emosi
dan sikap yang dominan pada siswa cerdas tersebut. Permasalahan emosi dan sikap dominan yang coba ditonjolkan peneliti, juga menunjukkan
perbedaan persentase yang sedikit dan hampir tidak signifikan.
Remaja merupakan mereka yang masih menjalani proses perkembangan secara menyeluruh. Sebagai orang tua, sebaiknya pilih pendekatan
gaya pengasuhan yang sesuai dengan tren remaja masa kini. Perolehan keseluruhan temuan penelitian ini akan mampu memberikan informasi yang
dapat dijadikan landasan bagi orang tua untuk lebih fokus dalam proses mendidik anak. Kajian ini juga diharapkan dapat menjadi panduan yang
bermanfaat bagi departemen atau lembaga seperti Kementerian Pendidikan Malaysia dan Kementerian Perempuan, Keluarga.
dan Pengembangan Masyarakat dalam mencari solusi untuk membantu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan
orang tua.
Kesimpulan
Mengingat generasi muda merupakan aset penting negara, maka mereka harus menjadi prioritas dalam efektivitas
pendidikan agar mereka menjadi permata bangsa yang sangat berharga dan mampu menyumbangkan tenaga dan keahliannya
bagi negara. Diharapkan dengan adanya program pendidikan berbasis parenting education diharapkan memberikan dampak
yang maksimal terhadap perkembangan emosi dan sikap positif di kalangan remaja.
Pengakuan
-
Referensi
Amy, Loh Siew Mei (2000). Hubungan Antara Amalan Kekeluargaan Dengan Masalah Sosial Di Kalangan Pelajar Pusat
Pengajian Sains Tulen USM, Pulau Pinang. Tidak dipublikasikan. Tesis Sarjana Muda.
Universitas Teknologi Malaysia, Skudai.
Azizi Yahaya dan Jaafar Sidek Latif (2006). Siri Kaunseling: Membentuk Identitas Remaja. (Cetakan
Kedua). Bentong: PTS Professional Publishing Sdn. Bhd
Azizi Yahaya, Shahrin Hasyim & Mascilla Hamzah (2009). Masalah Salah Laku Agresif dalam Kalangan Pelajar Sekolah Rendah
dan Hubungannya dengan Gaya Keibubapaan. Fakulti Pendidikan, Universiti Teknologi Malaysia, Johor.
Hamidah Sulaiman (2013). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Gaya Asuhan Ibu Bapa Dalam Kalangan Remaja
Sekolah. Universitas Malaya.
Kimberly Kopko. 2007. Pola Asuh dan Remaja. Perpanjangan Koperasi Cornell.
Loeber, R. dan Farrington, DP 2000. Anak Muda yang Melakukan Kejahatan: Epidemiologi, Asal Mula Perkembangan, Faktor
Risiko, Intervensi Dini, dan Implikasi Kebijakan. Perkembangan dan Psikopatologi. 12(4): 737–762
Mohd Majid Konting (1993). Kaedah Penyelidikan Pendidikan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka.
Mustafa Hj. Daud (1997). Institusi Kekeluargaan Islam. (Cetakan Ketiga). Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
dan Pustaka
Noorzihan Mohamed Yin. 2004. Kenakalan Remaja dari Perspektif Islam dan Barat. Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia,
26.06.2004. Diperoleh pada 10 dari http://www.yadim.com.my/Remaja/Remaja
September 2008,
Rosmah Dain. 2004. Personaliti anak - Keluarga kumpulan penting bentuk peribadi. Portal Pendidikan Utusan, 12.08.2004.
Diperoleh pada 5 September 2008, dari http://www.tutor.com.my
Samira Salimynezhad, Nahid Yusef Miskin & Asma Valizade. 2015. Kajian Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kecerdasan
Emosional Siswa Sekolah Dasar MAKOO. Konferensi Dunia ke-6 tentang Konseling dan Bimbingan Psikologi, 14 - 16
Mei 2015
Zulkiple Ibrahim. 2007. Sikap kurang ajar anak: Ibu bapa patut dipersalahkan? mSTAR Online, 14.06.2007.
Diperoleh pada 8 Agustus 2008, dari http://www.mstar.com.my
Z Mahmud, AR Habib & S Amat (2001). Pendedahan Kendiri : Perkara Yang Diceritakan Oleh Remaja Kepada Ibu Bapa. Jurnal
Pendidikan (UKM).
(Gaya Pengasuhan Orang Tua yang Mempengaruhi Emosi dan Sikap pada Siswa Berbakat dan Berbakat)
Machine Translated by Google
Effa Rinny Octavia Paidin1 , Abu Yazid Abu Bakar2*) , Kadek Suranata3 69
Pemegang Hak Cipta: <paidin> <2021> Hak Publikasi Pertama: BISMA The Journal of
Penyuluhan
https://doi.org/10.xxxx/xxxx
Artikel Akses Terbuka | Lisensi Internasional CC-BY Creative Commons Atribusi 4.0.
Jumlah kata: