PESERTA DIDIK
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan
Disusun oleh:
KELAS: 1-D
1. Ibu Arini Alhaq, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Pendidikan yang telah membimbing.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat memberi
sumbangsi yang positif bagi kita semua. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, dan kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Dari berbagai macam karakter setiap kelompok masyarakat pasti ada yang
baik dan tidak baik. Karena seorang anak belum atau bahkan tidak bisa
membedakan mana karakter baik dan tidak baik, peran kita sebagai orang tua
maupun orang yang lebih dewasa harus mampu mengarahkan dan mendidik
seorang anak bisa membedakan karakter baik dan tidak. Proses perkembangan
seorang anak, lingkungan merupakan faktor berperan setelah pembawaan. Tanpa
dukungan faktor lingkungan, proses perkembangan mewujudkan dan
membentuk karakter dan pembawaan menjadi suatu kemampuan tidak akan
terjadi. Pengaruh lingkungan bersifat positif, tetapi dapat bersifat negatif. Jika
seorang anak berada di lingkungan baik, perkembangan dan pembentukan
karakternya menjadi baik, begitu pun. Di sinilah peran kita sebagai orang tua
sangat penting dan diperlukan sekali oleh seorang anak dalam perkembangan dan
pembentukan karakternya.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui lingkungan sekolah, keluarga, sosial, dan pertemanan
mempengaruhi perkembangan kognitif anak didik
2. Untuk mengetahui bagaimana pola asuh orang tua dapat mempengaruhi
tingkat stres atau kecemasan pada anak didik
3. Untuk mengetahui dampak interaksi lingkungan sosial di lingkungan
sekitar terhadap pembentukan keperibadian anak didik
4. Untuk mengetahui bagaimana lingkungan mendukung dan kurang
mendukung dapat mempengaruhi tingkat motivasi belajar ana
5. Untuk mengetahui paparan anak didik terhadap lingkungan digital
berpengaruh pada aspek psikologinya
1.4. Manfaat
Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca
terkait pengaruh lingkungan terhadap psikologi anak didik serta implemntasi
dalam kehidupan sehari-hari dalam memahami dampak baik maupun buruk
lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
Dari sebuah penelitian didapatkan fakta bahwa yang paling utama dalam
mempengaruhi perkembangan sosial personal anak adalah keluarga. Ketika orang
tua memberikan kebebasan kepada anak untuk banyak bergaul dengan teman
sebayanya maka mereka akan lebih terbuka untuk menerima dunia luar, lebih
mandiri, dan mempunyai perkembangan sosial yang lebih baik. sebaliknya jika
orang tua selalu melarang anak dalam melakukan dan mengikuti suatu kegiatan
maka akan menyebabkan anak selalu tergantung dengan keptusan orang tua dan
akan berpengaruh pada perkembangan psikososal anak kearah yang negatif yaitu
makin meningkatnya rasa bersalah yang dialami oleh anak.
Pendidikan anak yang baik dan yang sempurna antara rumah, sekolah
dan di lingkungan masyarakat akan berhasil apabila setiap anak akan
mendapatkan pelayanan pendidikan yang berkesinambungan dengan nilai
pendidikan karakter yang berkepribadian baik dari setiap keluarga/orang
tua, guru dan contoh di masyarakat. Ini merupakan suatu proses yang dapat
membantu anak-anak untuk mengenal diri mereka sendiri dari komunitas di
mana mereka berada. Hal ini memampukan anak untuk dapat membuat
keputusan yang bebas tetapi bertanggung jawab dalam kehidupan pribadinya
yang lebih matang dan tumbuh dewasa yang siap dengan kehidupan di luar
keluarganya. Usia anak-anak adalah masa peka untuk menerima berbagai
macam rangsangan dari lingkungan guna menunjang perkembangan jasmani
dan rohani yang ikut menentukan keberhasilan anak didik mengikuti
pendidikannya di kemudian hari.
Lingkungan sekolah
Lingkungan sosial
Hal terpenting yang harus diingat adalah fakta bahwa kita harus berperan
aktif mengawasi dan membimbing mereka dalam bermain peran, apapun bentuk
peran yang dipilih nantinya. Pengawasan dan bimbingan orang tua dan guru
terhadap perkembangan imajinasi anak nantinya akan membuat sang anak
semakin kreatif dalam mengembangkan bakatnya. Selain itu, orang tua dan guru
juga bisa membantu mengontrol perkembangan emosi anak. Anak-anak adalah
aktor alami dan mereka selalu bisa menciptakan petualangan besar yang mereka
ciptakan untuk diri mereka sendiri. Pada kenyataannya, anak yang kreatif
seringkali tidak memerlukan teman untuk bermain peran. Sebagian dari mereka
malah merasa nyaman saat bermain dengan imajinasinya dan berbicara dengan
teman-teman lain yang ia ciptakan dalam pikirannya sendiri dan diwujudkan
dalam bentuk mainan seperti boneka. Anak seperti ini bahkan bisa merekareka
cerita dan membuat kita sebagai orang tua atau guru merasa takjub. Jika kita
sebagai orang tua atau guru mengalami hal yang sama, bukan berarti tugas kita
untuk mengasah imajinasi anak dengan bermain peran telah usai. Pengawasan kita
tetap diperlukan.
Lingkungan pertemanan
2.2. Bagaimana pola asuh orang tua dapat mempengaruhi tingkat stres atau
kecemasan pada anak didik
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1986: 763) bahwa pola asuh
terbentuk dari dua kata yang saling berhubungan satu sama lain, yang mana
pengertian pola adalah model, contoh, pedoman (rancangan), bentuk dasar kerja,
atau cara kerja. Sedangkan, asuh atau mengasuh adalah menjaga, memelihara,
membimbing, mendidik anak, membantu melatih orang atau anak agar dapat
berdiri sendiri (mandiri). Sedangkan orang tua adalah setiap orang yang
bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga yang dalam
kehidupan sehari-hari lazim disebut bapak ibu. Chabib Thoha mendefinisikan pola
asuh adalah merupakan suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orangtua dalam
mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak
(Mansur, 2009: 350).
a. Pola asuh otoriter Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh
anak dengan aturan-aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku
seperti dirinya (orangtua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri
dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar fikiran dengan orang tua,
orangtua menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu
dipertimbangkan dengan anak. Intinya pada pola asuh otoriter orang tua
mengharapkan kepatuhan mutlak dan melihat bahwa anak butuh untuk dikontrol
(Matsumoto, 2004: 110).
c. Pola asuh permisif Pola di mana orang tua sangat terlibat dengan remaja
tetapi sedikit sekali menuntut dan mengendalikan mereka (Santrock, 2003: 186).
Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas, anak
dianggap sebagai orang dewasa/muda, ia diberikan kelonggaran seluas-luasnya
untuk melakukan apa saja yang dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak
sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya.
d. Pola asuh acuh tak acuh Pola asuh ini di mana orang tua hanya
menyediakan sedikit dukungan emosional terhadap anak (terkadang tidak sama
sekali). Orang tua terkadang tampanya lebih sibuk mengurus masalahmasalahnya
sendiri atau larut dalam kehidupan mereka sendiri. Orang tua menerapkan sedikit
ekspektasi atau standar berperilaku bagi anak, jarang menunjukkan sedikit minat
dalam kehidupan anak. Saat orang tua menggunakan pola asuh ini, anak
cenderung menjadi tidak patuh, banyak menuntut, control diri yang rendah,
kesulitan mengelola perasaan frustasi, kurang memiliki sasaran-sasaran jangka
panjang (Ormrod, 2008: 95)
Cara yang digunakan oleh orang tua untuk membimbing anak-anak mereka dan
tekanan-tekanan yang berasal dari dalam diri seseorang berpengaruh pada
perkembangan kepribadian. Namun, selama pola pengasuhan yang didapatkan
maksimal dan tepat, seseorang akan memiliki tekanan emosional yang minim,
sehingga perkembangan kepribadiannya pun akan baik.
Hal tersebut juga diungkapkan Fatminatun (2010: 24) bahwa faktor yang
mempengaruhi kedisiplinan seseorang salah satunya ialah faktor sosial dan faktor
lingkungan. Faktor sosial mempengaruhi anak dari orang- orang disekitarnya,
anak yang terbiasa bergaul dengan orang- orang yang tidak berdisiplin, maka anak
tersebut akan memiliki kebiasaan hidup yang tidak berdisiplin pula. sementara
faktor lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi anak dari lingkungan
tempat tinggalnya, anak yang hidup dalam lingkungan yang tingkat
kedisiplinannya kurang, maka anak akan memiliki tingkat kedisiplinan yang
kurang pula.
Selain itu faktor dari luar yang tidak kalah penting dalam mempengaruhi
hasil belajar adalah lingkungan belajar. Lingkungan belajar dibagi menjadi dua
yang terdiri dari lingkungan fisik atau tempat dimana pembelajar itu belajar,
apakah tempat belajar itu nyaman atau tidak, pengap atau tidak, teratur atau tidak,
berisik atau tidak dan lingkungan sosial yang terdiri dari lingkungan sepermainan,
lingkungan sebaya dan kelompok belajar (Suradi, 2015:52). Pengalaman telah
banyak membuktikan bahwa lingkungan kelas atau sekolah yang panas
menyebabkan anak didik gelisah hati untuk keluar kelas daripada mengikuti
pelajaran didalam kelas, selain itu lingkungan diluar sekolah juga dapat
mendatangkan masalah tersendiri dalam belajar. Pembangunan sekolah yang
berada pada hiruk pikuk lalu lintas menimbukan kegaduhan suasana kelas
(Djamarah, 2011:178-179).
2.5. Apa paparan anak didik terhadap lingkungan digital berpengaruh pada
aspek psikologinya
Media sosial merupakan bagian dari perkembangan teknologi, yang
banyak menawarkan tentang cara berkomunikasi dan bersosialisai dengan mudah.
Dari penelitian jumlah pengguna media sosial di Indonesia meningkat dan
penggunaan teknologi yang buruk berakibat negatif terhadap diri anak terutama
pada anak remaja (Retnowati, 2015:314). Banyak terjadi di Indonesia bahwa
terjadinya kasus penculikan, pencemaran nama baik dan prostitusi yang di
saksikan oleh anak. Literasi digital dimaknai bukan hanya sebatas proses anak
berinteraksi dengan media digital, di dalam internet, tetapi juga aspek pada proses
perkembangan anak1
1
Nani Pratiwi dan Nola Pritanova, “Pengaruh Literasi Digital Terhadap Psikologis Anak Dan
Remaja,” Semantik 6, no. 1 (2017): 11
2
B Heni Budiwati, “Proses literasi digital terhadap anak: tantangan pendidikan di zaman now”
(n.d.).
Waktu mereka dengan kegiatan bermain game online belajar daring,
menonton film. Survei NeuroSensum Indonesia Consumers Trend 2021: Social
Media Impact on Kids juga melakukan riset pada perasaan orangtua mengenai
keeratan anak dengan media sosial. Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa
konten yang bersifat kekerasan dan seksual menjadi kekhawatiran terbesar para
orangtua yang telah mengenalkan media sosial ke anakanaknya. Hal ini menjadi
perhatian besar bagi 81% orangtua. Adapun perundungan atau bullying di dunia
maya turut menjadi kekhawatiran 56% orang tua di Indonesia. "Hal ini
menunjukkan bahwa dampak negatif media sosial secara psikologis lebih
mengkhawatirkan dibandingkan dengan efek terhadap kesehatan fisik
Oleh sebab itu literasi digital diperlukan di dalam masyarakat terutama pada anak-
anak sampai orang dewasa untuk dapat menyaring informasi. Literasi digital dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk memahami, menganalisis, menilai, mengatur,
mengevaluasi informasi dengan teknologi digital (Maulana, 2015:3). Namun
dengan batasan dan ketentuan sesuai porsi terhadap anak anak di masa
pertumbuhan.
Inikah, S. (2015). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dan Kecemasan Komunikasi
Terhadap Kepribadian Peserta Didik. Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 6(1), 19-40.
Hadayani Ragil Ismati. (2018). Peran lingkungan sosial terhadap perilaku dan
kedisipianan anak usia dasar. Surakarta.
Sholihah, A., & Kurniawan, R. Y. (2016). Analisis pengaruh motivasi belajar dan
lingkungan belajar terhadap hasil belajar. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 4(3).