Disusun Oleh :
Kelompok 1
BK Reguler C 2019
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penulis ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok
mengenai Bagaimana perkembangan social anak usia 5-6 tahun saat kini, menurut sudut
pandang dari antropologi pendidikan.
1. Bapak Ishac Matondang S.Psi., M.Psi. Selaku dosen mata kuliah Sosio Antropologi
Pendidikan yang telah memberikan ilmu kepada kami.
2. Teman-teman yang telah membantu kami langsung ataupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
3. Orang tua kami, berkat dorongan dan semangat yang telah diberikan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tugas kelompok ini telah disusun dengan maksimal dan sesuai dengan kemampuan
penulis. Terlepas dari itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki tugas
ini.Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
LATAR BELAKANG MASALAH................................................................................1
A. TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN...........................3
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL
ANAK USIA 5-6 TAHUN.........................................................................................5
C. KRITERIA PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN....................7
D. ASPEK-ASPEK PEKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN.............11
E. KOMPONEN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN..............13
F. PENELITIAN RELEVAN TERKAIT PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA
5-6 TAHUN..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................17
ii
iii
LATAR BELAKANG MASALAH
1
mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara sosial.
Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa peka yaitu masa terjadinya fungsi-
fungsi pematangan fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan
oleh lingkungan. Masa ini adalah masa untuk meletakkan dasar pertama dalam
mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep
diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama (Yamin dan Sabri
Sanan, 2013:3).
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Kematangan sosial anak akan mengarahkan pada keberhasilan
anak untuk lebih mandiri dan terampil dalam mengembangkan hubungan
sosialnya. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan
atau bimbingan orang tua di keluarga dan guru, kepala sekolah serta tenaga
kependidikan lain di sekolah dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan
sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat atau mendorong dan
memberikan contoh kepada anak bagaimana menerapakan norma-norma
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.
Hanya saja, dalam praktik pendidikan sehari-hari, tidak selalu demikian yang
terjadi. Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orang tua dan masyarakat
pada umummnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat
perkembangananya. Di dalam keluarga orang tua sering memaksakan
keinginannya sesuai kehendaknya, di sekolah guru sering memberikan tekanan
(preasure) tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak, di berbagai media
cetak/elektronika tekanan ini lebih tidak terbatas lagi, bahkan cenderung
ekstrim. Untuk mengatasi hal tersebut, maka sangat penting bagi orangtua dan
masyarakat yang terlibat harus memahami bagaimana perkembangan anak
dengan memberikan pendidikan sejak usia dini yang layak dan sesuai dengan
aspek perkembangannya. Melalui Taman Kanak-Kanak (TK) dapat menjadi
salah satu bentuk pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal yang
memberikan layanan pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun, untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak, agar kelak siap memasuki pendidikan
lebih lanjut (Dirjen PAUDNI, 2012: 6). Fungsi pendidikan Taman Kanak-kanak
adalah membina, menumbuhkan, mengembangkan seluruh potensi anak secara
optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap
2
perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan
selanjutnya.
3
diartikan perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial yang diperoleh melalui
kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons.
2. Pengertian Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau
bimbingan orang tua terhadap anak dalam berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-
norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada
anaknya bagaimana menerapkan norma-norma ini dalam kehidupan sehari-hari. Dapat
juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral dan tradisi, meleburkan dirimenjadi satu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan bekerjasama. (Susanto, 2011: 40).
Menurut Hurlock (2011: 250), perkembangan sosial adalah perolehan perilaku
yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat
(sozialized) memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat berbeda
satu sama yang lain, tapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan
menurunkan kadar sosialisasi inividu.
Menurut Hurlock (2000: 251) untuk mencapai perkembangan sosial dan mampu
bermasyarakat, seorang individu memerlukan tiga proses. Ketiga proses tersebut saling
berkaitan, jadi apabila terjadi kegagalan dalam salah satu proses akan menurunkan
kadar sosialisasi individu. Ketiga proses ini yaitu:
a. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial.
Setiap kelompok sosial mempunyai standar masing-masing bagi para
anggotanya mengenai perilaku yang dapat diterima. Agar dapat diterima
dalam suatu kelompok sosial, seorang anak harus mengetahui perilaku
seperti apa yang dapat diterima. Sehingga mereka dapat berperilaku sesuai
dengan patokan yang dapat diterima.
b. Belajar memainkan peran sosial yang dapat diterima.
Setiap kelompok sosial memiliki pola ke biasaan yang telah ditentukan
oleh para anggotanya. Pola kebiasaan tersebut tentu saja harus dipatuhi oleh
setiap anggota kelompok. Misalnya kesepakatan bersama untuk kebiasaan di
kelas antara guru dan murid.
c. Perkembangan proses sosial, untuk bersosialisasi dengan baik, anak harus
menyukai orang dan kegiatan sosial dalam kelompok. jika mereka dapat
4
melakukannya, maka mereka akan dengan mudah menyesuaikan diri dan
dapat diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka bergabung.
Proses perkembangan sosial anak menurut Moh Padil dan Triyo Supriyatno
(2007: 84) dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu pertama, proses belajar sosial, yang
sering disebut dengan istilah sosialisasi, dan kedua, melalui pembentukan loyalitas
sosial. Menurut Masitoh dkk (2009:2.14) perkembangan sosial adalah perkembangan
perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak
itu berada. Perkembangan sosial diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan
belajar dari berbagai respons terhadap dirinya. Sedangkan Muhbin (dalam Nugraha dan
Rachmawati 2004 : 1.13) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses
pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga,
budaya, bangsa, dan seterusnya.
Dari pengertian diatas perkembangan sosial anak sangat tergantungpada
individu anak, peran orang tua, orang dewasa, lingkungan masyarakat dan termasuk
Taman Kanak-kanak. Adapun yang dimaksud dengan perkembangan sosial anak adalah
bagaimana anak usia dini berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa dan
masyarakat luas agar dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Ciri-ciri perkembangan sosial anak usia 5-6 tahun (Sujiono: 2009)
a. Menyatakan gagasan yang kaku peran jenis kelamin
b. Memiliki teman baik, meskipun untuk jangka waktu yang pendek
c. Sering bertengkar tetapi dalam waktu yang singkat
d. Dapat berbagi dan mengambil giliran
e. Ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan pengalaman disekolah
f. Mempertimbangkan setiap guru merupakan hal yang sangat penting
g. Ingin menjadi yang nomor satu
h. Menjadi lebih posesif terhadap barang-barang kepunyaannya.
5
Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara
menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui
kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya, baik orang
tua, saudara, teman sebaya ataupun orang dewasa lainnya. Dan lingkungan keluarga
adalah lingkungan yang pertama akan dikenal anak.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan
orangtua terhadap anak dalam mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-
norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada
anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Proses bimbingan orangtua ini lazim disebut sosialisasi.
Banyak developmentalis yang bekerja dibidang kebudayaan dan pembangunan
menemukan dirinya sepaham dengan Vygotsky, yang berfokus pada konteks
pembangunanan sosial budaya. Mengatakan manusia sebagai sesuatu yang tidak
terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Dan juga menekankan anak
berkembang sosialnya dibantu, dibimbing oleh orang yang terampil dalam bidang
sosial tersebut (Ayuningsih,2010).
Perkembangan sosial dilingkungan keluarga juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
a. Hubungan antar orangtua, antar saudara antar anak dengan orangtua
Hubungan anak dengan orangtua ataupun saudara akan terjalin rasa
kasih sayang, dimana anak akan lebih terbuka dalam melakukan interaksi
karena terjalinnya hubungan yang baik yang ditunjang oleh komunikasi
yang tepat. Peran orangtua akan membimbing sang anak untuk mengenal
lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
b. Urutan anak dalam keluarga (sulung/tengah/bungsu)
Urutan posisi anak dalam keluarga berpengaruh pada anak misalnya
sang anak merupakan anak terakhir maka dipastikan sang anak selalu
bergantung pada orangtua dan saudaranya. Jika hal ini terjadi akan
berpengaruh pada tingkat kemandirian anak tersebut.
c. Jumlah keluarga
Pada dasarnya jumlah anggota yang besar berbeda dengan jumlah
anggota yang sedikit. Jika dalam suatu keluarga mempunyai anak yang
sedikit, maka perhatian, waktu dan kasih sayang lebih banyak tercurahkan,
6
dimana segala bentuk aktifitas dapat di temani ataupun dibantu, Hal ini
berbeda dengan anak dengan keluarga yang besar.
d. Perlakukan keluarga terhadap anak
Adanya perlakuan keluarga terhadap anak prasekolah secara langsung
mempengaruhi pribadi dan gerakan sang anak, dimana dalam keluarga
tertanam rasa saling perhatian, tidak kasar dan selalu merespon setiap
kegiatan anak, maka dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak yang
lebih baik dan terarah.
e. Harapan orangtua terhadap anak
Setiap orangtua memiliki harapan mempunyai anak yang baik, cerdas
dan terarah dalam masa depannya. Harapan orang tua adalah mempunyai
anak yang memiliki perkembangan sesuai dengan pertumbuhannya. Artinya
bahwa perkembangan anak pra sekolah yang sekolah bertujuan mempunyai
arah sesuai perkembangannya.
2. Faktor di Luar Lingkungan Keluarga
a. Interaksi dengan teman sebaya
Setiap anak jika mempunyai perkembangan yang baik, maka secara
alami dapat berinteraksi dengan temannya tanpa harus disuruh atau ditemani
keluarga karena anak memiliki arahan yang jelas.
b. Hubungan dengan orang dewasa diluar rumah
Jika seorang anak selalu diperkenalkan dengan lingkungan luar dan
diberi arahan bergaul dengan siapa saja maka sang anak dapat menyesuaikan
lingkungan orang dewasa dimana anak tanpa malu-malu berinteraksi dengan
orang yang lebih dewasa darinya.
7
5. Membiasakan diri berperilaku baik
A. Motorik Kasar
B. Motorik Halus
2. Menjiplak bentuk
8
6. Memahami berbagai alarm bahaya (kebakaran, banjir, gempa)
III. KOGNITIF
1. Mengenal benda berdasarkan fungsi (pisau untuk memotong, pensil untuk menulis)
5. Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri yang terkait dengan berbagai
pemecahan masalah
B. Berpikir Logis
C. Berpikir Simbolik
IV. BAHASA
A. Memahami Bahasa
9
1. Menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya)
4. Mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani,
baik, jelek, dsb)
B. Mengungkapkan Bahasa
4. Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit, baik hati,
berani, baik, jelek, dsb)
C. Keaksaraan
1. Mengenal simbol-simbol
V. SOSIAL EMOSIONAL
A. Kesadaran Diri
2. Mengendalikan perasaan
10
3. Menunjukkan rasa percaya diri
C. Perilaku Prososial
VI. SENI
2. Bernyanyi sendiri
5. Menggunakan dialog, perilaku, dan berbagai materi dalam menceritakan suatu cerita
8. Membentuk berdasarkan objek yang dilihatnya (mis. dengan plastisin, tanah liat)
11
9. Mendeskripsikan sesuatu (seperti binatang) dengan ekspresif yang berirama (contoh,
anak menceritakan gajah dengan gerak dan mimik tertentu)
12
Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca dan
menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan
membaca anak juga semakin banyak menambah kosakata. Anak dapat belajar bahasa
melalaui membaca buku cerita dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan
anak tentang bunyi bahasa.
4. Aspek Perkembangan Sosio-Emosional
Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada
masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu:
kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empat,
ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku
kelekatan. Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli
psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak:Initiative vs Guilt (berinisiatif
vs bersalah), usia 4-5 tahun. Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas
dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan
lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif,
sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah; dan Tahap 4 : industry vs inferiority
(percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas. Anak telah dapat
melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa
dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu
keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak
menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.
13
anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam
masyarakat di mana anak berada.
Tingkah laku sosialisasi adalah sesuatu yang dipelajari, bukan sekedar hasil
dari kematangan. Perkembangan sosial seorang anak diperoleh selain dari proses
kematangan juga melalui kesempatan belajar dari respons terhadap tingkah laku
anak (Patmonodewo, 2003). Perkembangan sosial emosional dapat meliputi
kompetensi sosial (menjalin hubungan dengan kelompok sosial), kemampuan
sosial (perilaku yang digunakan dalam situasi sosial), kognisi sosial
(pemahaman terhadap tujuan dan perilaku diri sendiri dan orang lain), perilaku
prososial (kesediaan untuk berbagi, membantu, bekerjasama, merasa nyaman
dan aman, dan mendukung orang lain) serta penguasaan terhadap nilai-nilai
kemanusiaan dan moralitas (perkembangan dalam menentukan standar baik dan
buruk). Perkembangan sosialisasi dan emosi pada anak tidak terlepas dengan
kondisi emosi dan kemampuan anak merespon lingkungannya di usia
sebelumnya.
Kemampuan sosialisasi dan emosi anak akan berkembang seiring dengan
penambahan usia dan pengalaman yang diperolehnya. Aspek kognitif juga
berperan penting dalam hal ini dimana dengan kematangan di segi kognitif, anak
dapat membedakan hal yang baik dan buruk berdasarkan nilai-nilai yang ada di
masyarakat. Tingkat pencapaian perkembangan sosial emosional anak usia 5- 6
tahun menurut Peraturan Menteri Nomor 58 Tahun 2009 yaitu, bersikap
kooperatif dengan teman, menunjukkan sikap toleran, mengekspresikan emosi
yang sesuai dengan kondisi yang ada, mengenal tata krama dan sopan santun
sesuai dengan nilai sosial budaya setempat, memahami peraturan dan disiplin,
menunjukkan rasa empati, memiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah),
bangga terhadap hasil karya sendiri, dan menghargai keunggulan orang lain.
Berdasarkan hal tersebut, yang termasuk tingkat pencapaian perkembangan
anak pada usia 5-6 tahun dalam aspek sosial di antaranya seperti bersikap
kooperatif dengan teman, menunjukkan sikap toleran, serta menunjukkan rasa
empati. Bersikap kooperatif ditunjukkan dengan kemauan anak untuk ikut
bekerja sama dalam melakukan kegiatan bersama teman-temannya.
Menunjukkan sikap toleran terlihat ketika anak mau berbagi dengan teman-
temannya tanpa membedakan satu sama lain. Sedangkan menunjukkan rasa
empati terlihat dari kesediaan anak untuk menolong temannya yang memerlukan
14
bantuan atau menunjukkan rasa kepeduliannya dengan terlibat dalam kegiatan
bermain atau kegiatan lainnya.
Diantara beberapa aspek perkembangan sosial emosional tersebut dibatasi
beberapa point yang akan dibahas, yaitu: bersikap kooperatif dengan teman,
bersikap toleran dengan teman, anak mengekspresikan emosinya, mengenal tata
krama dan menunjukkan rasa empati dengan teman. Alasan penulis membatasi
aspek perkembangan sosial emosional tersebut karena aspek-aspek tersebut
sangat perlu dikembangkan oleh anak. Menurut Suyadi, ada beberapa strategi
yang dapat digunakan guru untuk menstimulasi perkembangan sosial emosi
anak, yaitu : 1) Menjadi contoh yang baik, 2) Mengajarkan pengenalan emosi,
3) Memahami dan menanggapi perasaan anak, 4) Melatih pengendalian diri dan
mengelola emosi, 5) Menerapkan disiplin dengan konsep empati, 6) Melatih
keterampilan komunikasi sosial, 7) Tidak mudah marah, sedih, dan cemas, 8)
Melatih empati dan peduli pada orang lain, 9) Mengajari akibat perilaku
(Suyadi, 2013).
2. Skripsi dari Indah Puspita Sari tahun 2015 yang berjudul “Perilaku dan
Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 tahun yang Tinggal di Panti Asuhan”
memberikan hasil penelitian bahwa perilaku sosial anak yang tinggal di panti
15
asuhan SOS Desa Taruna Semarang yaitu dapat menyelesaikan tugas bersama
dengan baik, bangga terhadap hasil yang diperoleh, berbagi, ikut serta dalam
kegiatan, peduli dengan orang lain, menolong terhadap sesama, mandiri, sopan
santun, sabar dalam menunggu gilira, mengikuti perbuatan yng baik, dan tidak
pilih-pilih teman. Adapun interaksi sosial anak usia 5-6 tahun yang tinggal di
panti asuhan SOS Desa Taruna Semarang adalah beradaptasi dengan lingkungan
sekitar, mampu menceritakan suatu kejadian yang dialami, dapat memberikan
nasehat, tidak pilih-pilih teman, anak mau bergabung dengan teman saat
bermain, berbagu pengalaman, mau menerima saran, dan dapat bercerita tentang
topik.
4. Jurnal penelitian dari Sri Wahyuni, M. Syukri, Dian Miranda tahun yang
berjudul “ Peningkatan perkembangan social emosional melalui perkembangan
tugas kelompok pada anak usia 5-6 tahun”. Memberikan hasil penelitian bahwa
perkembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal pada anak
merupakan dasar perkembangan sosial emosional. Jadi, indikator keberhasilan
seorang anak dalam kehidupannya tidak dilihat dari nilainya di sekolah tetapi
kemampuannya menggunakan kecerdasan interpersonal dan intrapersonal dalam
beradaptasi dengan lingkungan hidupnya, menikmati masa kecil dan
berinteraksi dengan teman sebaya secara nyaman, serta menjadi orang dewasa
16
yang bertanggung jawab. Idealnya anak usia 5-6 tahun di TK Busthanul Athfal
Aisyiyah Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu seharusnya anak sudah
mengalami perkembangan sosial emosional baik, yang meliputi mampu
bersikap koperatif dengan teman, mampu menunjukkan sikap toleran dalam
belajar, dan bertanggung jawab dalam membereskan alat permainan yang
digunakan dalan belajar. perkembangan kecerdasan interpersonal dan
kecerdasan intrapersonal pada anak merupakan dasar perkembangan sosial
emosional.
Jadi, indikator keberhasilan seorang anak dalam kehidupannya tidak dilihat
dari nilainya di sekolah tetapi kemampuannya menggunakan kecerdasan
interpersonal dan intrapersonal dalam beradaptasi dengan lingkungan hidupnya,
menikmati masa kecil dan berinteraksi dengan teman sebaya secara nyaman,
serta menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Idealnya anak usia 5-6
tahun di TK Busthanul Athfal Aisyiyah Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu
seharusnya anak sudah mengalami perkembangan sosial emosional baik, yang
meliputi mampu bersikap koperatif dengan teman, mampu menunjukkan sikap
toleran dalam belajar, dan bertanggung jawab dalam membereskan alat
permainan yang digunakan dalan belajar. Adapun upaya yang akan dilakukan
peneliti adalah dengan menerapkan metode pemberian tugas kelompok dalam
kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
17
Tri A, Fajar. (2016). Perilaku social anak usia dini di lingkungan lokalisasi Guyangan
2016. Jurnal Pendidikan Usia Dini. Volume 10 (Edisi 1), 121-134.
Rohayati,Titing. (2013). Pengembangan perilaku social anak usia dini. Jurnal cakrawala
dini. Volume 4 (2), 131-137.
18