Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK

PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN MENURUT


SUDUT PANDANG DARI SOSIO-ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosio Antropologi Pendidikan)
Dosen Pengampu : Ishaq Matondang, S.Psi., M.si

Disusun Oleh :
Kelompok 1
BK Reguler C 2019

1. Nurul Lisya (1191151011)


2. Rut Malem Br Ginting (1192451011)
3. Edy Andriarto Habib (1193151022)
4. Lidya Munawarah Siregar (1193151026)
5. Putri Tasya Muri Handayani (1193351031)
6. Luluwyna Febaruwita (1193351070)

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penulis ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok
mengenai Bagaimana perkembangan social anak usia 5-6 tahun saat kini, menurut sudut
pandang dari antropologi pendidikan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Ishac Matondang S.Psi., M.Psi. Selaku dosen mata kuliah Sosio Antropologi
Pendidikan yang telah memberikan ilmu kepada kami.
2. Teman-teman yang telah membantu kami langsung ataupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
3. Orang tua kami, berkat dorongan dan semangat yang telah diberikan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Tugas kelompok ini telah disusun dengan maksimal dan sesuai dengan kemampuan
penulis. Terlepas dari itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki tugas
ini.Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Medan, April 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
LATAR BELAKANG MASALAH................................................................................1
A. TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN...........................3
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL
ANAK USIA 5-6 TAHUN.........................................................................................5
C. KRITERIA PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN....................7
D. ASPEK-ASPEK PEKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN.............11
E. KOMPONEN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN..............13
F. PENELITIAN RELEVAN TERKAIT PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA
5-6 TAHUN..............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................17

ii
iii
LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan dianggap sebagai tempat anak-anak bisa berkembang sesuai


kebutuhan dan potensi unik mereka. Anak dilahirkan belum bersifat sosial.
Dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain.
Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar cara menyesuaikan diri
dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan
atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik orang tua,
saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya. Sehingga pendidikan menjadi
salah satu arti terbaik dalam mencapai kesetaraan sosial yang lebih tinggi.
Pendidikan harus mampu membekali anak didik sesuai dengan kebutuhan yang
ada pada lingkungan sosialnya. Sehingga, apabila anak didik tersebut telah lulus
dari lembaga sekolah, ia bisa beradaptasi dengan masyarakatnya.
Menurut S. Nasution, sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berusaha
untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik. Definisi ini
menginginkan pendidikan sebagai aktivitas sosial agar dapat mencetak generasi
yang memiliki kepribadian, karakter, dan moral yang baik. Pendidikan
berkenaan dengan pengembangan pengetahuan, perilaku, dan sikap anak didik.
Pendidikan berkaitan erat dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keterampilan, dan aspek-aspek kelakukan lainnya kepada generasi muda.
Dalam sosiologi, pendidikan bukan sekedar berfungsi sebagai alih
pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga memegang fungsi social
screening and selection. Artinya, proses pendidikan itu akan menyaring dan
menyeleksi anak didik untuk bisa mengemban beban sosial. Screening
(penyaringan) ini tentu berdasar dari kemampuan anak atas penguasaan ilmu
pengetahuan, kompetensi, termasuk di dalamnya adalah moral. Ini berarti makin
tinggi jenjang pendidikan seseorang, ia akan terseleksi dan tersaring pada kasta
sosial yang tinggi juga, sebab beban sosialnya juga tinggi.
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menjelaskan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentang usia 0
tahun yaitu sejak lahir sampai 6 tahun. Hurlock (1978:38) mengemukakan
bahwa anak usia prasekolah atau prakelompok disebut juga masa kanak-kanak
dini yaitu anak yang berumur 2-6 tahun. Pada masa ini anak berusaha

1
mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara sosial.
Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa peka yaitu masa terjadinya fungsi-
fungsi pematangan fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan
oleh lingkungan. Masa ini adalah masa untuk meletakkan dasar pertama dalam
mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep
diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama (Yamin dan Sabri
Sanan, 2013:3).
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Kematangan sosial anak akan mengarahkan pada keberhasilan
anak untuk lebih mandiri dan terampil dalam mengembangkan hubungan
sosialnya. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan
atau bimbingan orang tua di keluarga dan guru, kepala sekolah serta tenaga
kependidikan lain di sekolah dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan
sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat atau mendorong dan
memberikan contoh kepada anak bagaimana menerapakan norma-norma
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.
Hanya saja, dalam praktik pendidikan sehari-hari, tidak selalu demikian yang
terjadi. Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orang tua dan masyarakat
pada umummnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat
perkembangananya. Di dalam keluarga orang tua sering memaksakan
keinginannya sesuai kehendaknya, di sekolah guru sering memberikan tekanan
(preasure) tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak, di berbagai media
cetak/elektronika tekanan ini lebih tidak terbatas lagi, bahkan cenderung
ekstrim. Untuk mengatasi hal tersebut, maka sangat penting bagi orangtua dan
masyarakat yang terlibat harus memahami bagaimana perkembangan anak
dengan memberikan pendidikan sejak usia dini yang layak dan sesuai dengan
aspek perkembangannya. Melalui Taman Kanak-Kanak (TK) dapat menjadi
salah satu bentuk pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal yang
memberikan layanan pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun, untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak, agar kelak siap memasuki pendidikan
lebih lanjut (Dirjen PAUDNI, 2012: 6). Fungsi pendidikan Taman Kanak-kanak
adalah membina, menumbuhkan, mengembangkan seluruh potensi anak secara
optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap

2
perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan
selanjutnya.

A. TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN


1. Pengertian Perkembangan
Menurut Jahja (2011: 28-29) perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Menurut Hartinah (2008: 24) terdapat berbagai macam definisi yang berkaitan
dengan perkembangan. Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang
mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani
tersebut sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi
psikologis yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis. Proses perkembangan
akan berlangsung sepanjang kehidupan manusia, sedangkan proses pertumbuhan
seringkali akan berhenti jika seorang telah mencapai kematangan fisik.
Perkembangan pada anak usia dini atau yang disebut dengan “The Golden Age”,
yang artinya perkembangan pada usia inilah yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pada periode berikutnya hingga anak berada pada masa dewasa
(Sulistiani, 2009). Pada usia ini anak mampu menyerap informasi yang sangat banyak
dan merupakan tahap terpenting bagi perkembangan inteligensi permanen anak. Masa
ini merupakan periode kritis bagi anak. Periode kritis yang dimaksud adalah apabila
pada periode perkembangan ini, anak mengalami hambatan atau kesalahan maka hal ini
akan memberikan pengaruhnya pada perkembangan anak di kemudian hari hingga masa
depan anak.
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial penyesuaian diri terhadap
norma-norma yang didasari atas adanya peran dan dorongan hasil dari proses
kematangan fisik melalui pembentukan fungsi organ jasmani dan rohani. Dapat juga

3
diartikan perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial yang diperoleh melalui
kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons.
2. Pengertian Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau
bimbingan orang tua terhadap anak dalam berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-
norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada
anaknya bagaimana menerapkan norma-norma ini dalam kehidupan sehari-hari. Dapat
juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral dan tradisi, meleburkan dirimenjadi satu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan bekerjasama. (Susanto, 2011: 40).
Menurut Hurlock (2011: 250), perkembangan sosial adalah perolehan perilaku
yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat
(sozialized) memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat berbeda
satu sama yang lain, tapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan
menurunkan kadar sosialisasi inividu.
Menurut Hurlock (2000: 251) untuk mencapai perkembangan sosial dan mampu
bermasyarakat, seorang individu memerlukan tiga proses. Ketiga proses tersebut saling
berkaitan, jadi apabila terjadi kegagalan dalam salah satu proses akan menurunkan
kadar sosialisasi individu. Ketiga proses ini yaitu:
a. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial.
Setiap kelompok sosial mempunyai standar masing-masing bagi para
anggotanya mengenai perilaku yang dapat diterima. Agar dapat diterima
dalam suatu kelompok sosial, seorang anak harus mengetahui perilaku
seperti apa yang dapat diterima. Sehingga mereka dapat berperilaku sesuai
dengan patokan yang dapat diterima.
b. Belajar memainkan peran sosial yang dapat diterima.
Setiap kelompok sosial memiliki pola ke biasaan yang telah ditentukan
oleh para anggotanya. Pola kebiasaan tersebut tentu saja harus dipatuhi oleh
setiap anggota kelompok. Misalnya kesepakatan bersama untuk kebiasaan di
kelas antara guru dan murid.
c. Perkembangan proses sosial, untuk bersosialisasi dengan baik, anak harus
menyukai orang dan kegiatan sosial dalam kelompok. jika mereka dapat

4
melakukannya, maka mereka akan dengan mudah menyesuaikan diri dan
dapat diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka bergabung.

Proses perkembangan sosial anak menurut Moh Padil dan Triyo Supriyatno
(2007: 84) dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu pertama, proses belajar sosial, yang
sering disebut dengan istilah sosialisasi, dan kedua, melalui pembentukan loyalitas
sosial. Menurut Masitoh dkk (2009:2.14) perkembangan sosial adalah perkembangan
perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak
itu berada. Perkembangan sosial diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan
belajar dari berbagai respons terhadap dirinya. Sedangkan Muhbin (dalam Nugraha dan
Rachmawati 2004 : 1.13) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses
pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga,
budaya, bangsa, dan seterusnya.
Dari pengertian diatas perkembangan sosial anak sangat tergantungpada
individu anak, peran orang tua, orang dewasa, lingkungan masyarakat dan termasuk
Taman Kanak-kanak. Adapun yang dimaksud dengan perkembangan sosial anak adalah
bagaimana anak usia dini berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa dan
masyarakat luas agar dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Ciri-ciri perkembangan sosial anak usia 5-6 tahun (Sujiono: 2009)
a. Menyatakan gagasan yang kaku peran jenis kelamin
b. Memiliki teman baik, meskipun untuk jangka waktu yang pendek
c. Sering bertengkar tetapi dalam waktu yang singkat
d. Dapat berbagi dan mengambil giliran
e. Ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan pengalaman disekolah
f. Mempertimbangkan setiap guru merupakan hal yang sangat penting
g. Ingin menjadi yang nomor satu
h. Menjadi lebih posesif terhadap barang-barang kepunyaannya.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN


SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial AUD (Anak Usia
Dini) Usia 5-6 Tahun (Hurlock, 1998) adalah sebagai berikut:
1. Faktor Lingkungan Keluarga

5
Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara
menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui
kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya, baik orang
tua, saudara, teman sebaya ataupun orang dewasa lainnya. Dan lingkungan keluarga
adalah lingkungan yang pertama akan dikenal anak.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan
orangtua terhadap anak dalam mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-
norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada
anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Proses bimbingan orangtua ini lazim disebut sosialisasi.
Banyak developmentalis yang bekerja dibidang kebudayaan dan pembangunan
menemukan dirinya sepaham dengan Vygotsky, yang berfokus pada konteks
pembangunanan sosial budaya. Mengatakan manusia sebagai sesuatu yang tidak
terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Dan juga menekankan anak
berkembang sosialnya dibantu, dibimbing oleh orang yang terampil dalam bidang
sosial tersebut (Ayuningsih,2010).
Perkembangan sosial dilingkungan keluarga juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
a. Hubungan antar orangtua, antar saudara antar anak dengan orangtua
Hubungan anak dengan orangtua ataupun saudara akan terjalin rasa
kasih sayang, dimana anak akan lebih terbuka dalam melakukan interaksi
karena terjalinnya hubungan yang baik yang ditunjang oleh komunikasi
yang tepat. Peran orangtua akan membimbing sang anak untuk mengenal
lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
b. Urutan anak dalam keluarga (sulung/tengah/bungsu)
Urutan posisi anak dalam keluarga berpengaruh pada anak misalnya
sang anak merupakan anak terakhir maka dipastikan sang anak selalu
bergantung pada orangtua dan saudaranya. Jika hal ini terjadi akan
berpengaruh pada tingkat kemandirian anak tersebut.
c. Jumlah keluarga
Pada dasarnya jumlah anggota yang besar berbeda dengan jumlah
anggota yang sedikit. Jika dalam suatu keluarga mempunyai anak yang
sedikit, maka perhatian, waktu dan kasih sayang lebih banyak tercurahkan,

6
dimana segala bentuk aktifitas dapat di temani ataupun dibantu, Hal ini
berbeda dengan anak dengan keluarga yang besar.
d. Perlakukan keluarga terhadap anak
Adanya perlakuan keluarga terhadap anak prasekolah secara langsung
mempengaruhi pribadi dan gerakan sang anak, dimana dalam keluarga
tertanam rasa saling perhatian, tidak kasar dan selalu merespon setiap
kegiatan anak, maka dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak yang
lebih baik dan terarah.
e. Harapan orangtua terhadap anak
Setiap orangtua memiliki harapan mempunyai anak yang baik, cerdas
dan terarah dalam masa depannya. Harapan orang tua adalah mempunyai
anak yang memiliki perkembangan sesuai dengan pertumbuhannya. Artinya
bahwa perkembangan anak pra sekolah yang sekolah bertujuan mempunyai
arah sesuai perkembangannya.
2. Faktor di Luar Lingkungan Keluarga
a. Interaksi dengan teman sebaya
Setiap anak jika mempunyai perkembangan yang baik, maka secara
alami dapat berinteraksi dengan temannya tanpa harus disuruh atau ditemani
keluarga karena anak memiliki arahan yang jelas.
b. Hubungan dengan orang dewasa diluar rumah
Jika seorang anak selalu diperkenalkan dengan lingkungan luar dan
diberi arahan bergaul dengan siapa saja maka sang anak dapat menyesuaikan
lingkungan orang dewasa dimana anak tanpa malu-malu berinteraksi dengan
orang yang lebih dewasa darinya.

C. KRITERIA PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN


Berikut ini disajikan daftar standar kriteria pencapaian perkembangan anak
untuk usia 4-5 tahun.

I. NILAI-NILAI AGAMA DAN MORAL

1. Mengetahui agama yang dianutnya

2. Meniru gerakan beribadah dengan urutan yang benar

3. Mengucapkan doa sebelum dan/atau sesudah melakukan sesuatu

4. Mengenal perilaku baik/sopan dan buruk

7
5. Membiasakan diri berperilaku baik

6. Mengucapkan salam dan membalas salam

II. FISIK MOTORIK

A. Motorik Kasar

1. Menirukan gerakan binatang, pohon tertiup angin, pesawat terbang, dsb

2. Melakukan gerakan menggantung (bergelayut)

3. Melakukan gerakan melompat, meloncat, dan berlari secara terkoordinasi

4. Melempar sesuatu secara terarah

5. Menangkap sesuatu secara tepat

6. Melakukan gerakan antisipasi

7. Menendang sesuatu secara terarah

8. Memanfaatkan alat permainan di luar kelas

B. Motorik Halus

1. Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan, miring kiri/kanan, dan


lingkaran

2. Menjiplak bentuk

3. Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit

4. Melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan


menggunakan berbagai media

5. Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media

6. Mengontrol gerakan tangan yang meggunakan otot halus (menjumput, mengelus,


mencolek, mengepal, memelintir, memilin, memeras)

C. Kesehatan dan Perilaku Keselamatan

1. Berat badan sesuai tingkat usia

2. Tinggi badan sesuai tingkat usia

3. Berat badan sesuai dengan standar tinggi badan

4. Lingkar kepala sesuai tingkat usia

5. Menggunakan toilet (penggunaan air, membersihkan diri) dengan bantuan minimal

8
6. Memahami berbagai alarm bahaya (kebakaran, banjir, gempa)

7. Mengenal rambu lalu lintas yang ada di jalan

III. KOGNITIF

A. Belajar dan Pemecahan Masalah

1. Mengenal benda berdasarkan fungsi (pisau untuk memotong, pensil untuk menulis)

2. Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik (kursi sebagai mobil)

3. Mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari (gerimis, hujan, gelap,


terang, temaram, dsb)

4. Mengetahui konsep banyak dan sedikit

5. Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri yang terkait dengan berbagai
pemecahan masalah

6. Mengamati benda dan gejala dengan rasa ingin tahu

7. Mengenal pola kegiatan dan menyadari pentingnya waktu

8. Memahami posisi/kedudukan dalam keluarga, ruang, lingkungan sosial (misal:


sebagai peserta didik/anak/teman)

B. Berpikir Logis

1. Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi, bentuk atau warna atau ukuran

2. Mengenal gejala sebab-akibat yang terkait dengan dirinya

3. Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang


sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi

4. Mengenal pola (misal, AB-AB dan ABC-ABC) dan mengulanginya

5. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna

C. Berpikir Simbolik

1. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh

2. Mengenal konsep bilangan

3. Mengenal lambang bilangan

4. Mengenal lambang huruf

IV. BAHASA

A. Memahami Bahasa
9
1. Menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya)

2. Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan

3. Memahami cerita yang dibacakan

4. Mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani,
baik, jelek, dsb)

5. Mendengar dan membedakan bunyi- bunyian dalam Bahasa Indonesia (contoh,


bunyi dan ucapan harus sama)

B. Mengungkapkan Bahasa

1. Mengulang kalimat sederhana

2. Bertanya dengan kalimat yang benar

3. Menjawab pertanyaan sesuai pertanyaan

4. Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit, baik hati,
berani, baik, jelek, dsb)

5. Menyebutkan kata-kata yang dikenal

6. Mengutarakan pendapat kepada orang lain

7. Menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan

8. Menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah didengar

9. Memperkaya perbendaharaan kata

10. Berpartisipasi dalam percakapan

C. Keaksaraan

1. Mengenal simbol-simbol

2. Mengenal suara–suara hewan/benda yang ada di sekitarnya

3. Membuat coretan yang bermakna

4. Meniru (menuliskan dan mengucapkan) huruf A-Z

V. SOSIAL EMOSIONAL

A. Kesadaran Diri

1. Menunjukkan sikap mandiri dalam memilih kegiatan

2. Mengendalikan perasaan

10
3. Menunjukkan rasa percaya diri

4. Memahami peraturan dan disiplin

5. Memiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah)

6. Bangga terhadap hasil karya sendiri

B. Rasa Tanggungjawab Diri Sendiri dan Orang lain

1. Menjaga diri sendiri dari lingkungannya

2. Menghargai keunggulan orang lain

3. Mau berbagi, menolong, dan membantu teman

C. Perilaku Prososial

1. Menunjukan antusiasme dalam melakukan permainan kompetitif secara positif

2. Menaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan

3. Menghargai orang lain

4. Menunjukkan rasa empati

VI. SENI

A. Anak mampu menikmati berbagai alunan lagu atau suara

1. Senang mendengarkan berbagai macam musik atau lagu kesukaannya

2. Memainkan alat musik/instrumen/benda yang dapat membentuk irama yang teratur

B. Tertarik dengan kegiatan seni

1. Memilih jenis lagu yang disukai

2. Bernyanyi sendiri

3. Menggunakan imajinasi untuk mencerminkan perasaan dalam sebuah peran

4. Membedakan peran fantasi dan kenyataan

5. Menggunakan dialog, perilaku, dan berbagai materi dalam menceritakan suatu cerita

6. Mengekspresikan gerakan dengan irama yang bervariasi

7. Menggambar objek di sekitarnya

8. Membentuk berdasarkan objek yang dilihatnya (mis. dengan plastisin, tanah liat)

11
9. Mendeskripsikan sesuatu (seperti binatang) dengan ekspresif yang berirama (contoh,
anak menceritakan gajah dengan gerak dan mimik tertentu)

10. Mengkombinasikan berbagai warna ketika menggambar atau mewarnai

D. ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN


Adapun aspek perkembangan anak usia 5-6 tahun terdiri dari beberapa aspek,
antara lain:
1. Aspek Perkembangan Kognitif
Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget adalah: (1) Tahap
sensorimotor, usia 0 – 2 tahun. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-
gerak refleks, bahas awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat saja; (2) Tahap pra-
operasional, usia 2 – 7 tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang
terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya
masih statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih
terbatas.
2. Aspek Perkembangan Fisik
Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah
melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi (Hurlock: 1998).
Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan
motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang
pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun baru.terjadi perkembangan motorik halus.
Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-
jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari, hanya demi kegiatan itu sendiri tapi
mereka sudah berani mengambil resiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat
tangga dengan satu kaki pada setiap tiang anak tangga untuk beberapa lama, mereka
baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama. Pada usia 5 tahun, anak-anak
bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun.
Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat
suatu obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan
orangtuanya (Santrock,1995: 225)
3. Aspek Perkembangan Bahasa
Hart & Risley (Morrow, 1993) mengatakan umur 2 tahun, anak-anak memproduksi
rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam setiap jam, cakupan lebih luas
adalah antara rentangan 42 sampai 672. 2 tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan
kira-kira 134 kata-kata pada jam yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286.

12
Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca dan
menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan
membaca anak juga semakin banyak menambah kosakata. Anak dapat belajar bahasa
melalaui membaca buku cerita dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan
anak tentang bunyi bahasa.
4. Aspek Perkembangan Sosio-Emosional
Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada
masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu:
kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empat,
ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku
kelekatan. Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli
psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak:Initiative vs Guilt (berinisiatif
vs bersalah), usia 4-5 tahun. Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas
dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan
lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif,
sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah; dan Tahap 4 : industry vs inferiority
(percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas. Anak telah dapat
melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa
dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu
keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak
menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.

E. KOMPONEN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN


Kemampuan sosial emosional anak usia dini perlu dikembangkan karena
sosial emosional merupakan kemampuan awal bagi anak untuk berinteraksi
dengan lingkungannya yang lebih luas. Hal ini sesuai dengan pendapat Rita Eka
dkk bahwa banyak keluarga dan pendidik anak usia dini menekankan
pentingnya perkembangan sosial emosional selama masa kanak-kanak awal atau
tahun-tahun prasekolah (Rita Eka dkk, 2008). Berdasarkan pendapat tersebut,
pengembangan sosial emosional anak pada waktu awal sekolah perlu
dikembangkan karena sebelum memasuki lingkungan sekolah anak hanya
mengenal lingkungan keluarga. Oleh sebab itu saat anak memasuki lingkungan
sekolah anak sudah memiliki dasar kemampuan sosial emosional sehingga dapat
menyesuikan diri dengan lingkungan yang baru. Patmonodewo mengungkapkan
bahwa perkembangan sosial dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah laku

13
anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam
masyarakat di mana anak berada.
Tingkah laku sosialisasi adalah sesuatu yang dipelajari, bukan sekedar hasil
dari kematangan. Perkembangan sosial seorang anak diperoleh selain dari proses
kematangan juga melalui kesempatan belajar dari respons terhadap tingkah laku
anak (Patmonodewo, 2003). Perkembangan sosial emosional dapat meliputi
kompetensi sosial (menjalin hubungan dengan kelompok sosial), kemampuan
sosial (perilaku yang digunakan dalam situasi sosial), kognisi sosial
(pemahaman terhadap tujuan dan perilaku diri sendiri dan orang lain), perilaku
prososial (kesediaan untuk berbagi, membantu, bekerjasama, merasa nyaman
dan aman, dan mendukung orang lain) serta penguasaan terhadap nilai-nilai
kemanusiaan dan moralitas (perkembangan dalam menentukan standar baik dan
buruk). Perkembangan sosialisasi dan emosi pada anak tidak terlepas dengan
kondisi emosi dan kemampuan anak merespon lingkungannya di usia
sebelumnya.
Kemampuan sosialisasi dan emosi anak akan berkembang seiring dengan
penambahan usia dan pengalaman yang diperolehnya. Aspek kognitif juga
berperan penting dalam hal ini dimana dengan kematangan di segi kognitif, anak
dapat membedakan hal yang baik dan buruk berdasarkan nilai-nilai yang ada di
masyarakat. Tingkat pencapaian perkembangan sosial emosional anak usia 5- 6
tahun menurut Peraturan Menteri Nomor 58 Tahun 2009 yaitu, bersikap
kooperatif dengan teman, menunjukkan sikap toleran, mengekspresikan emosi
yang sesuai dengan kondisi yang ada, mengenal tata krama dan sopan santun
sesuai dengan nilai sosial budaya setempat, memahami peraturan dan disiplin,
menunjukkan rasa empati, memiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah),
bangga terhadap hasil karya sendiri, dan menghargai keunggulan orang lain.
Berdasarkan hal tersebut, yang termasuk tingkat pencapaian perkembangan
anak pada usia 5-6 tahun dalam aspek sosial di antaranya seperti bersikap
kooperatif dengan teman, menunjukkan sikap toleran, serta menunjukkan rasa
empati. Bersikap kooperatif ditunjukkan dengan kemauan anak untuk ikut
bekerja sama dalam melakukan kegiatan bersama teman-temannya.
Menunjukkan sikap toleran terlihat ketika anak mau berbagi dengan teman-
temannya tanpa membedakan satu sama lain. Sedangkan menunjukkan rasa
empati terlihat dari kesediaan anak untuk menolong temannya yang memerlukan

14
bantuan atau menunjukkan rasa kepeduliannya dengan terlibat dalam kegiatan
bermain atau kegiatan lainnya.
Diantara beberapa aspek perkembangan sosial emosional tersebut dibatasi
beberapa point yang akan dibahas, yaitu: bersikap kooperatif dengan teman,
bersikap toleran dengan teman, anak mengekspresikan emosinya, mengenal tata
krama dan menunjukkan rasa empati dengan teman. Alasan penulis membatasi
aspek perkembangan sosial emosional tersebut karena aspek-aspek tersebut
sangat perlu dikembangkan oleh anak. Menurut Suyadi, ada beberapa strategi
yang dapat digunakan guru untuk menstimulasi perkembangan sosial emosi
anak, yaitu : 1) Menjadi contoh yang baik, 2) Mengajarkan pengenalan emosi,
3) Memahami dan menanggapi perasaan anak, 4) Melatih pengendalian diri dan
mengelola emosi, 5) Menerapkan disiplin dengan konsep empati, 6) Melatih
keterampilan komunikasi sosial, 7) Tidak mudah marah, sedih, dan cemas, 8)
Melatih empati dan peduli pada orang lain, 9) Mengajari akibat perilaku
(Suyadi, 2013).

F. PENELITIAN RELEVAN TERKAIT PERKEMBANGAN ANAK USIA 5-6


TAHUN
1. Jurnal penelitian dari Fajar Luqman tahun 2016 yang berjudul “Perilaku
Sosial Anak Usia Dini di Lingkungan Lokalisasi Guyangan” menunjukkan hasil
penelitian bahwa bentuk perilaku sosial positif yang berkembang pada subjek
penelitian yaitu kerjasama, kemurahan hati, kepedulian, dan mudah adaptasi
dengan orang baru. Selain itu ada juga perilaku sosial negatif yaitu perilaku
penguasa, ketergantungan akan kasih sayang perhatian dari orang lain dan
antagonisme jenis kelamin. Proses internalisasi perilaku sosial diantaranya
terbentuk melalui pemberian hadiah, hukuman, dan proses imitasi. Pola
pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua subjek penelitian menggunakan gaya
pengasuhan otoriter dan permisif disertai dengan kekerasan dalam menerapkan
aturan yang ada.

2. Skripsi dari Indah Puspita Sari tahun 2015 yang berjudul “Perilaku dan
Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 tahun yang Tinggal di Panti Asuhan”
memberikan hasil penelitian bahwa perilaku sosial anak yang tinggal di panti

15
asuhan SOS Desa Taruna Semarang yaitu dapat menyelesaikan tugas bersama
dengan baik, bangga terhadap hasil yang diperoleh, berbagi, ikut serta dalam
kegiatan, peduli dengan orang lain, menolong terhadap sesama, mandiri, sopan
santun, sabar dalam menunggu gilira, mengikuti perbuatan yng baik, dan tidak
pilih-pilih teman. Adapun interaksi sosial anak usia 5-6 tahun yang tinggal di
panti asuhan SOS Desa Taruna Semarang adalah beradaptasi dengan lingkungan
sekitar, mampu menceritakan suatu kejadian yang dialami, dapat memberikan
nasehat, tidak pilih-pilih teman, anak mau bergabung dengan teman saat
bermain, berbagu pengalaman, mau menerima saran, dan dapat bercerita tentang
topik.

3. Jurnal penelitian dari Titing Rohayati tahun 2013 yang berjudul


“Pengembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini”. Kemampuan berperilaku
sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial
anak sejak kecil dapat menimbulkan kesulitan bagi anak tersebut dalam
mengembangkan dirinya dikemudian hari. Tidak semua anak mampu
menunjukkan perilaku sosial seperti yang diharapkan. Upaya untuk membantu
pengembangan sosial anak, selayaknya ada kerjasama antara orangtua dan guru.
Karena melalui mereka perkembangan sosial anak dapat berkembang dengan
baik. Dalam perkembangan sosial anak, teman sebaya memberikan pengaruh
yang kuat sekali bagi pembentukan perilaku sosial anak. Oleh karena itu, peran
aktif orangtua dan guru dalam memperhatikan kebutuhan dan perkembangan
anak sangat dibutuhkan agar mereka memiliki perilaku sosial yang sesuai
dengan apa yang diharapkan.

4. Jurnal penelitian dari Sri Wahyuni, M. Syukri, Dian Miranda tahun yang
berjudul “ Peningkatan perkembangan social emosional melalui perkembangan
tugas kelompok pada anak usia 5-6 tahun”. Memberikan hasil penelitian bahwa
perkembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal pada anak
merupakan dasar perkembangan sosial emosional. Jadi, indikator keberhasilan
seorang anak dalam kehidupannya tidak dilihat dari nilainya di sekolah tetapi
kemampuannya menggunakan kecerdasan interpersonal dan intrapersonal dalam
beradaptasi dengan lingkungan hidupnya, menikmati masa kecil dan
berinteraksi dengan teman sebaya secara nyaman, serta menjadi orang dewasa

16
yang bertanggung jawab. Idealnya anak usia 5-6 tahun di TK Busthanul Athfal
Aisyiyah Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu seharusnya anak sudah
mengalami perkembangan sosial emosional baik, yang meliputi mampu
bersikap koperatif dengan teman, mampu menunjukkan sikap toleran dalam
belajar, dan bertanggung jawab dalam membereskan alat permainan yang
digunakan dalan belajar. perkembangan kecerdasan interpersonal dan
kecerdasan intrapersonal pada anak merupakan dasar perkembangan sosial
emosional.
Jadi, indikator keberhasilan seorang anak dalam kehidupannya tidak dilihat
dari nilainya di sekolah tetapi kemampuannya menggunakan kecerdasan
interpersonal dan intrapersonal dalam beradaptasi dengan lingkungan hidupnya,
menikmati masa kecil dan berinteraksi dengan teman sebaya secara nyaman,
serta menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Idealnya anak usia 5-6
tahun di TK Busthanul Athfal Aisyiyah Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu
seharusnya anak sudah mengalami perkembangan sosial emosional baik, yang
meliputi mampu bersikap koperatif dengan teman, mampu menunjukkan sikap
toleran dalam belajar, dan bertanggung jawab dalam membereskan alat
permainan yang digunakan dalan belajar. Adapun upaya yang akan dilakukan
peneliti adalah dengan menerapkan metode pemberian tugas kelompok dalam
kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Maksum,Ali. 2013. Sosiologi Pendidikan. Buku Perkuliahan Program S-1. Fakultas


Tarbiyah dan Keguruan. UIN Sunan Ampel Surabaya.

Musyarofah.2017. Pengembangan Aspek Sosial Anak Usia Dini di Taman Kanak-


Kanak ABA IV MANGLI JEMBER TAHUN 2016. INJECT : Interdisciplinary Journal of
Communication. Volume.2,No.1.Hal 99-122.
https://media.neliti.com/media/publications/223896-pengembangan-aspek-sosial-anak-
usia-dini.pdf . Diakses pada tanggal 24 April 2021.

“Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini” belajar psikologi.com. 20 Desember


2015. 24 April 2021. https://alazhar-sbp.sch.id/aspek-aspek-perkembangan-anak-usia-
dini/

17
Tri A, Fajar. (2016). Perilaku social anak usia dini di lingkungan lokalisasi Guyangan
2016. Jurnal Pendidikan Usia Dini. Volume 10 (Edisi 1), 121-134.

Rohayati,Titing. (2013). Pengembangan perilaku social anak usia dini. Jurnal cakrawala
dini. Volume 4 (2), 131-137.

18

Anda mungkin juga menyukai