Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PSIKOLOGI

PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH

DOSEN PENGAMPU:
Gangsar Indah Lestari, S.ST.,M.Kes

Sumiyati, S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH:

LENI ANGGREINI (2115371006)

RATU SHOFIA ARFIYANI (2115371020)

AMMAR MUNA PAKAS (2115371026)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN SARJANA TERAPAN KEBIDANAN METRO
TAHUN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul Perkembangan Anak Usia Sekolah dapat
selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari pada mata kuliah Psikologi.
Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang
Produk/kegiatan/aktivitas untuk stimulasi perkembangan pada anak usia dini secara tertulis
maupun verbal.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen Pengampu pada mata kuliah
Psikologi. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan kami berkaitan dengan
topik yang diberikan. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu kami memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Kami juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Lampung, Januari 2022

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

Judul......................................................................................................................................i

Kata Pengantar ...................................................................................................................ii

Daftar Isi...............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Anak Usia Sekolah...................................................................................................2


B. Perubahan Psikologis Pada Anak Usia Sekolah...................................................4
C. Perkembangan Tidak Sesuai Dengan Usia Yang Seharusnya.............................9
D. Menstimulasi Perkembangan Yang Tidak Sesuai................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................................14
B. Saran.........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak usia sekolah adalah anak dengan usia 6-12 tahun, dimana pada usia inianak
memperoleh dasar pengetahuan dan keterampilan untuk keberhasilanpenyesuaian diri anak
pada kehidupan dewasanya. Sekolah menjadipengalaman inti pada anak, karena dianggap
mulai bertanggung jawab atasperilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua, teman
sebaya, danorang lainnya (Wong,et all, 2009). Orang tua mempunyai harapan agar anaknya
mempunyai pengetahuan(intelektual), keterampilan serta kemampuan prilaku yang baik yang
akanberguna untuk mengatasi persoalan dalam kehidupannya sehari-hari, dimulaidengan
memiliki pengetahuan kognitif (membaca dan menulis), danpengetahuan eksistensial
pragmatis (Leksono, 2013).

Menurut Supariasa (2013), metode simulasi adalah permainanyang direncanakan yang


maknanya dapat diambil untuk kepentingansehari-hari. Metode simulasi dapat dilaksanakan
untuk memaknai masalah hubungan antar-manusia. Keunggulan metode simulasiadalah
partisipasi peserta dalam suatu kegiatan, peserta langsungmengalami dan berbuat, suasana
lebih santai dan peserta dapatmemahami permasalahan dalam kehidupan sehari-hari,
daripermainan dalam sidang peserta dapat menarik makna sesuai denganpermasalahan dalam
kehidupan sehari-hari, dan permainan akanmenimbulkan kesan yang mendalam. Kelemahan
dari metode simulasiadalah apabila topik permainan tidak tepat, tujuan simulasi tidak
akantercapai, membutuhkan alat-alat untuk mendukung permainan,kadang-kadang peserta
sulit ditunjuk dan menolak menjadi pemaindalam simulasi, dan umumnya berhenti pada
permainan dan maknaatau manfaatnya tidak dapat digali.

Perkembangan motorik anak semakin meningkat seiring dengan makin aktifnya mereka
dalam aktivitas permainan bersama teman-teman sebayanya, namun seiring dengan
perkembangan teknologi banyak juga anak yang menghabiskan waktunya untuk bermain
game ataupun menonton TV saja sehingga kegiatan bergerak secara aktif menjadi berkurang.
Masalah kesehatan yang umum muncul di usia sekolah adalah masalah kegemukan karena
kegiatan yang lebih bersifat pasif atau kurang bergerak dan banyaknya makanan cepat saji
yang dikonsumsi. Selain itu kecelakaan serta sakit karena kurang menjaga kebersihan dan
kesehatan juga banyak dialami anak usia sekolah.

1
Perkembangan kognitif anak usia sekolah berada pada tahap operasional konkret
menurut Piaget. Piaget berpendapat bahwa anak-usia sekolah sudah mulai bisa berpikir logis,
sudah mampu menggunakan operasi mentalnya untuk memecahkan masalah konkret atau
aktual, namun begitu mereka berpikirnya masih konkret pada hal yang ia ketahui dan alami
saja. Kemampuan berpikir kognitifnya sudah mengalami peningkatan dibandingkan usia
sebelumnya. Mereka sudah berkembang kemampuan berpikirnya tentang konsep spasial,
kausalitas, kategorisasi, penalaran konduktif dan induktifnya, kemampuan konservasi, dan
penalaran moralnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anak usia sekolah?
2. Bagaimana perubahan psikologis pada anak usia sekolah?
3. Bagaimana jika perkembangan tidak sesuai dengan yang seharusya?
4. Bagaimana cara menstimulasi perkembangan yang tidak sesuai?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anak usia sekolajh.
2. Untuk mengetahui perubahan psikologis pada anak usia sekolah.
3. Untuk mengetahui bagaimana jika perkembangan tidak sesuai dengan yang
seharusnya.
4. Untuk mengetahui cara menstimulasi perkembangan yang tidak sesuai.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Anak Usia Sekolah


1. Definisi
Menurut Buku Data Penduduk yang ditebirkan oleh Kementerian Kesehatan
Indoneisa (2011), anak usia sekolah adalah anak-anak yang berusia 7-12 tahun
(Depkes, 2011), periode pubertas sekitar usia 12 tahun merupakan tandaakhir masa
kanak-kanak menengah (Potter & Perry, 2005; Wong, HockenberryEaton, Wilson,
Winkelstein, & Schwartz, 2009). Menurut Wong (2009), anak usia sekolah atau anak
yang sudah sekolah akan menjadi pengalaman inti anak.Periode ini anak-anak
dianggap mulai bertanggungjawab atas perilakunya sendiridalam hubungan dengan
orangtua mereka, teman sebaya, dan orang lain. Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengatahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu (Wong, Hockenberry-
Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009). Periode pra-remaja atau pra-pubertas
terjadi pada tahap perkembangan usia sekolah, periode pra-remaja atau pra-pubertas
menandakan berakhirnya periode usia sekolah dengan usia kurang lebih 12 tahun,
ditandai dengan awitan pubertas (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
Anak usia sekolah adalah masa dimana anak rentan bersikap egois, keras
kepala, emosi yang masih labil, melawan dan memberontak dari peraturan-peraturan
yang diberikan orang tua dengan tujuan memperoleh kebebasan serta rasa ingin tahu
yang tinggi. Tahap perkembangan anak usia sekolah merupakan waktu yang sangat
penting bagi kelangsungan perkembangan anak. Dukungan orang tua, guru, dan
masyarakat merupakan hal yang sangat penting. Karakteristik utama usia sekolah
adalah mereka menampilkan perbedaaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan
bidang, diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam berbahasa,
perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik. Semua anak memiliki aspek
perkembangan yang jumlahnya sama tetapi memiliki kemampuan pengembangan
aspek perkembangan yang berbeda-beda. Setiap anak memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, ada yang unggul dalam hal akademik tetapi rendah

2
dalam hal non akademik. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu gaktor
gen dan faktor lingkungan (Mthiyane & Hugo, 2019).

2. Tahap Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah


Masa pertengahan dan akhir anak berlangsung daei usia 6-12 tahun yaitu
dimulai dengan masuknya anak kesekolah dasar dan diakhiri dengan masuknya masa
remaja yang ditandai dengan kematangan secara sexual. Pada masa ini disebut usia
sekolah dasar, anak diharapkan mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca,
menulis, dan berhitung juga belajar mengembangkan atau mengorganisasikan
pengetahuan realita, fisik, dan sosial, belajar bekerjasama dengan baik dalam
kelompok teman sebaya (diistilahkan usia gang).
Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (berperan sexual identifyyang
tepat) menjadi individu yang mandiri, disini terjadi proses penting yaitu identifikasi
konsep dan peran sesuai jenis kelamin figure otoritas. Pada masa ini disebut latency,
dorongan sexual dan agresif untuk sementara berhenti. Tahap ini paling menentukan
untuk pertumbuhan ego, untuk itu penting bagi anak menguasai kognitif dan
keterampilan sosial.
Konflik atau krisis pada tahap ini adalah industry vs inferiority anak ini
merupakan harapan yang selalu dimainkan didalam keluarganya, belajar
menggunakan alat dan keterampilan yang bermanfaat. Anak mulai pergi ke sekolah
dengan harapan dapat lebih menguasai kecakapan otaknya, dapat membaca, menulis,
dan berhitung. Di lain pihak mereka juga belajar dan bekerjasama dengan teman
sebaya. Jika orang dewasa memberi tugas-tugas yang dikenal dan menarik serta
dilengkapi dengan pedoman-pedoman yang diperlukan, maka anak mempunyai
kesempatan yang baik untuk melalui periode ini dengan rasa industry (giat, tekun).
Jika keluarga belum mempersiapkannya untuk bersekolah, maka periode ini akan
mengahsilkan perasaan in adequate (tidak sesuai) dan perasaan in priority (rendah
diri) atau perasaan bersalah yang berlebihan. Perasaan rendah diri juga bisa terjadi
bila apa yang telah dikerjakan anak sebaik-baiknya, dipandang tidak berarti oleh guru
dan teman sebayanya. Cara mengatasinya yaitu diperlukan pemberian kesempatan
penghargaan dan pengakuan dari orang tua maupun guru yang baik agar dapat
membantu menstimulasi mendorong potensi yang dimiliki anak agar berkembang
dan terbangkitkan semangat bakatnya yang terpendam (Yenawati, 2018).

3
B. Perubahan Psikologis Pada Anak Usia Sekolah
1. Perkembangan Biologis
Saat umur 6-12 tahun, pertumbuhan serata 5 cm pertahun untuk tinggi badan
dan meningkat 2-3 kg pertahun untuk berat badan. Selama usia tersebut anak laki-laki
dan perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak laki- laki cenderung kurus
dan tinggi, anak perempuan cendrung gemuk. Pada usia ini, pembentukan jaringan
lemak lebih cepat perkembangannya dari pada otot. (Cahyaningsih, Dwi Sulistyo.,
2021).

2. Perubahan Proporsional
Anak-anak usia sekolah lebih anggun daripada saat mereka usia pra sekolah,
dan mereka dapat berdiri tegak diatas kaki mereka sendiri. Proporsi tubuh mereka
tampak lebih ramping dengan kaki yang lebih panjang, proporsi tubuh bervariasi dan
pusat gaya berat mereka lebih rendah, Postur lebih tinggi daripada anak usia pra
sekolah untuk memfasilitasi lokomotor dan efisiensi dalam menggunakan lengan
tubuh. Proporsi ini memudahkan anak untuk beraktifitas seperti memanjat,
mengendari sepeda dan aktifitas lainnya. Lemak berkurang secara bertahap dan pola
distribusi lemak berubah, menye- babkan penampakan tubuh anak yang lebih ramping
selama tahun-tahun pertengahan.
Perubahan yang paling nyata dan dapat menjadi indikasi terbaik peningkatan
kematangan pada anak-anak adalah penurunan lingkar kepala dalam hubunganya
terhadap tinggi tubuh saat berdiri, penurunan lingkar pinggang dalam hubunganya
dengan tinggi badan dan peningkatan panjang tungkai dalam hubunganya dengan
tinggi badan. Observasi ini sering memberikan petunjuk terhadap tingkat kematangan
fisik anak yang terbukti berguna dalam memprediksi kesiapan anak untuk memenuhi
tuntutan sekolah.
Perubahan wajah, karakteristik fisik dan anatomi tertentu adalah khas pada
masa anak-anak pertengahan. Proporsi wajah berubah pada saat wajah tumbuh lebih
cepat terkait dengan pertumbuhan tulang tengkorang yang tersisa. Tengkorak dan otak
tumbuh sangat lambat selama peride ini dan setelah itu, ukurannya bertambah sedikit.
Karena semua gigi primer (gigi susu) telah tanggal selama usia ini, masa kanak-
kanak pertengahan kadang kala dikenal sebagai usia tanggalnya gigi dan awal masa

4
kanak-kanak pertengahan di kenal sebagai tahap anak itik yang buruk, yaitu saat gigi
sekunder yang baru tampak terlalu besar di bandingkan wajah. (Cahyaningsih, Dwi
Sulistyo., 2021).

3. Kematangan Sistem Gastrointestinal


Sistem Gastrointestinal: Direfleksikan dengan masalah lam- bung yang lebih
sedikit, mempertahankan kadar glukosa darah darah dengan lebih baik, dan
peningkatan kapasitas lambung yang memungkinkan retensi makanan lebih lama.
Kebutuhan kalori anak lebih sedikit di bandingkan usia pra sekolah. Pertumbuhan
anak tidak banyak mengalami perubahan yang berarti sehingga kebutuhan kalori anak
usia sekolah adalah 85 kkal per kg BB. Kapasitas Kandung Kemih : Umumnya lebih
besar pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki. Denyut jantung dan
frekuensi pernapasan akan terus-menerus menurun dan tekanan darah meningkat
selama usia 6-12 Tahun. Sistem imun menjadi lebih kom- peten untuk melokalisasi
infeksi dan menghasilkan respon antigen dan antibodi. Tulang terus mengalami
pengerasan selama masa kanak-kanak tetapi kurang dapat menahan dan tarikan otot
dibandingkan tulang yang sudah matur. (Cahyaningsih, Dwi Sulistyo., 2021).

4. Prapubertas
Pra remaja adalah periode yang di mulai menjelang akhir masa kanak-kanak
pertengahan dan berakhir pada ulang tahun ke tiga belas. Tidak ada usia universal saat
anak mendapatkan karakteristik prapubertas Tanda Fisilogis pertama muncul kira-kira
saat berumur 9 tahun (terutama pada anak perempuan) dan biasanya tampak jelas
pada umur 11-12 tahun. Walaupun anak-anak praremaja tidak ingin di bedakan,
keberagaman pertumbuhan fisik dan perubahan fisiologis diantara anak-anak dengan
berjenis kelamin sama ataupun yang berlainan jenis, Keberagaman ini terutama terkait
dengan karakteristik seks sekunder, penampakan karakteristik ini yang terlalu awal
atau terlalu lambat me- rupakan sumber rasa malu dan kekhawatiran bagi kedua jenis
kelamin. (Cahyaningsih, Dwi Sulistyo., 2021).

5. Perkembangan Psikososial

5
Masa kanak-kanak pertengahan adalah periode perkem- bangan psikoseksual
yang dideskripsikan oleh Freud sebagai periode laten, yaitu waktu tenang antara fase
odipus pada masa kanak kanak awal dan erotisme masa remaja.
Selama waktu ini, anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya
sesama jenis setelah pengabaian pada tahun- tahun sebelumnya dan didahului
ketertarikan pada lawan jenis yang menyertai pubertas.
Pada masa ini terjadi perkembangan rasa industri yaitu dicapal antara usia 6
tahun dan masa remaja. Anak anak usia sekolah ingin sekali mengembangkan
keterampilan dan berpartisipasi dalam pekerjaan yang berarti dan berguna secara
sosial. Mereka mendapatkan rasa kompetensi personal dan interper sonal, menerima
instruksi sistematik yang digambarkan oleh budaya individual mereka, dan
mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi orang yang berguna,
yang mereka konstribusi dalam komunikasi sosial mereka. (Cahyaningsih, Dwi
Sulistyo., 2021).

6. Perkembangan Kognitif
Ketika anak memasuki masa sekolah, mereka mulai mem- peroleh
kemampuan untuk menghubungkan serangkaian kejadian untuk menggambarkan
mental anak yang dapat di ungkapkan secara verbal atau pun simbolik.
Tahap ini diistilahkan sebagai operasional konkret oleh Piaget, ketika anak
mampu menggunakan proses berpikir untuk mengalami peristiwa dan tindakan.
Pemikiran egosen- tris yang kaku pada tahun tahun prasekolah digantikan dengan
proses pikiran yang memungkinkan anak melihat sesuatu dari sudut pandang orang
lain. Selama tahap ini, anak mengembangkan pemahaman mengenai hubungan antara
sesuatu hal dengan ide. Anak mengalami kemajuan dari membuat penilaian
berdasarkan apa yang dia lihat (pemikiran perceptual) sampai penilaian berdasarkan
alasan mereka (pemikiran konseptual). Kemapuan anak meningkat dalam menguasai
simbol-simbol dan menggunakan simpanan memori mengenai pengalaman masa lalu
mereka untuk mengevaluasi dan mengintreper- tasikan masa kini. (Cahyaningsih, Dwi
Sulistyo., 2021).

7. Perkembangan Moral

6
Pada saat pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme kepola pikir lebih
logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan standar
moral. Walaupun anak usia 6 sampai 7 tahun mengetahui peraturan dan perilaku yang
diharapkan dari mereka, mereka tidak mema- hami alasannnya. Penguatan dan
hukuman mengarahkan penilaian meraka; suatu tindakan yang buruk' adalah yang
melanggar peraturan dan membahayakan.
Oleh karena itu anak usia 6-7 tahun kemungkinan mengin- trepretasikan
kecelakaan dan ketidakberuntungan sebagai hukuman atau akibat tindakan "buruk"
yang dilakukan anak. Anak usia sekolah yang lebih besar lebih mampu menilai suatu
tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat yang dihasilkannya. (Cahyaningsih,
Dwi Sulistyo., 2021).

8. Perkembangan Spiritual
Anak-anak usia dini berpikir dalam batasan konkret tetapi merupakan pelajar
yang baik dan memiliki kemuan besar untuk mempelajari Tuhan. Mereka tertarik
pada konsep surga dan neraka, dan dengan perkembangan kesadaran diri dan
perhatian terhadap peraturan, anak takut akan masuk neraka karena kesalahan dalam
berperilaku. Anak-anak usia sekolah ingin dan berharap dihukum jika berperilaku
yang salah dan, jika diberi pilihan, anak cenderung memilih hukuman yang sesuai
dengan kejahatannya. Oleh karenanya, konsep agama harus dijelaskan kepada anak
dalam istilah yang konkret. Mereka merasa nyaman dengan berdoa atau melakukan
ritual agama dan jika aktivitas ini merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari anak,
hal ini dapat membantu anak melakukan koping dalam menghadapi situasi sehari hari.
(Cahyaningsih, Dwi Sulistyo., 2021).

9. Perkembangan Sosial
Salah satu agent sosial penting dalam kehidupan anak usia sekolah adalah
kelompok teman sebaya. Selain orang tua dan sekolah, kelompok teman sebaya
memberi sejumlah hal yang penting kepada anggotanya. Anak-anak memiliki budaya
mereka sendiri, disertai rahasia, adat istiadat, dan kode etik yang meningkatkan rasa
solidaritas kelompok dan melepas- kan diri dari orang dewasa. Melalui hubungan
dengan teman sebaya, anak belajar bagaimana menghadapi dominasi dan

7
permusuhan, berhubungan dengan pemimpin dan pemegang kekuasaan, serta
menggali ide-ide dari lingkungan fisik.
Walaupun kelompok teman sebaya berpengaruh dan penting untuk
perkembangan anak secara normal, orang tua merupakan pengaruh utama dalam
membentuk kepribadian anak, membuat standar perilaku, dan menetapkan sistem
nilai. Nilai yang dianut keluarga biasanya mendominasi ketika terjadi konflik antara
sistem nilai orang tua dan teman sebaya. Walaupun anak-anak mungkin tampak
menolak nilai- nilai orang tua pada saat mencoba nilai baru dari kelompok teman
sebaya, pada akhirnya anak akan mempertahankan dan memasukan sistem nilai dari
orang tua kedalam sistem nilai mereka sendiri. (Cahyaningsih, Dwi Sulistyo., 2021).

10. Perkembangan Konsep Diri


Istilah konsep diri merujuk pada pengetahuan yang disadari mengenai
berbagai persepsi diri, seperti karakteristik fisik, kemampuan, nilai, ideal diri dan
pengharapan serta ide-ide dirinya sendiri dalam hubunganya dengan orang lain, kon-
sep diri juga termasuk citra tubuh, seksualitas dan harga diri seseorang. Konsep diri
yang positif membuat anak merasa senang, berharga dan mampu memberikan
kontribusi dengan baik. Perasaan seperti itu menyebabkan penghargaan, diri,
kepercayaan diri, dan parasaan bahagia secara umum. Pera- saan negatif
menyebabkan keraguan terhadap diri sendiri. Anak usia sekolah memiliki presepsi
yang cukup akurat dan positif tentang keadaan fisik mereka sendiri. (Cahyaningsih,
Dwi Sulistyo., 2021).

11. Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan fisiologis
Selama bermain anak mengembangakan berbagai keterampilan sosial sehingga
memungkinkannya untuk menikmati keanggotaan kelompok dalam masyarakat anak-
anak. Bentuk permainan yang sering diminati pada usia ini : (Cahyaningsih, Dwi
Sulistyo., 2021).
a. Bermain konstruktif membuat sesuatu hanya untuk bersenang-senang saja tanpa
memikirkan manfaatnya, seperti menggambar, melukis dan membentuk sesuatu.
b. Menjelajah: Ingin bermain jauh dari lingkungan rumah.
c. Mengumpulkan : benda-benda yang menarik perhatian dan minatnya, membawa
benda ke rumah, menyimpan dalam laci, dan tidak memperlihatkan koleksinya
dalam laci.
d. Permainan dan olahraga cenderung ingin memainkan permainan anak besar (bola
basket dan sepak bola), dan senang pada permainan yang bersaing.

8
e. Hiburan: anak ingin meluangkan waktu untuk membaca, mendengar radio,
menonton atau melamun.

Tabel 1.Kondisi Psikologis Anak Usia Sekolah


Fisik Sosial Emosi Kognitif
Proporsi dan  Generosity  Emosi anak  Anak masih belum
Kandangan (murah hati) atau sering merasa belajar itu
bentuk tubuh sikap altruism meluapkan penting.
kurang yaitu kepedulian tanpa kendali,  Bermain lebih penting
seimbang terhadap berlangsung dan mengasikan
Anak suka kesejahteraan relatif lebih  Anak sudah dapat
melakukan orang lain mulai singkat atau berfikir dalam simbol
berbagai berkembang. sebentar. mengenai sebuah
aktivitas fisik  Anak yang tidak  Kesadaran benda namun belum
daripada mau ditinggal untuk dapat menggunakan
berdiam diri. ketika sekolah menunggu logika
Perkembangan  Kecenderungan giliran masih  Pemahan terhadap
fisik adalah: anak membuat susah konsep besar, kecil,
berjingkrak- geng diterapkan paling besar, paling
jingkrak,  Kepedulian dan kecil, penjumlahan
melompat, ego sentris tingkat dasar cukup
berlari ke  Tidak dimengerti anak.
sana-ke mari, mengindahkan
memanjat aturan
suatu objek,
berlari dll.

C. Perkembangan Tidak Sesuai Dengan Yang Seharusnya


Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik dan
Psikologis.
1. Bahaya Fisik
a. Penyakit.

9
Penyakit infeksi pada usia sekolah jarang sekali terjadi dengan adanya
kekebalan yang didapat dari imunisasi yang pernah didapatkan semasa bayi dan
di ulang pada kelas satu atau enam, tetapi yang berbahaya adalah penyakit palsu
atau khayal untuk menghindarkan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Penyakit yang sering ditemui adalah penyakit yang berhubungan dengan
kebersihan diri anak.
b. Kegemukan.
Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada kelenjar, tetapi
akibat banyaknya karbohidrat yang di kon- sumsi. Bahaya kegemukan yang
mungkin dapat terjadi :
1) Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan
untuk mencapai keterampilan yang penting untuk keberhasilan sosial.
2) Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek dengan sebutan-sebutan
"Gendut" atau sebutan lain sehingga anak merasa rendah diri.
c. Kecelakaan.
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan
keterampilan tertentu. Meskipun ti- dak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan
yang dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan
berbahaya bagi Psikologisnya sehingga anak merasa takut terhadap kegiatan fisik.
Bila hal ini terjadi dapat berkem- bang menjadi rasa malu yang mempengaruhi
hubungan sosial.
d. Kecanggungan.
Pada masa ini anak mulai membandingkan kemampuanya dengan teman
sebaya. Bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah
diri.

2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya dalam berbicara.
Ada Empat bahaya yang umum terjadi pada anak usia sekolah :
1) Kosakata yang kurang dari rata-rata yang menghambat tugas-tugas di sekolah
dan menghambat komunikasi dengan orang lain.
2) Kesalahan dalam berbicara seperti salah ucap dan kesalahan tata bahasa,
cacat dalam bicara seperti gagap. akan membuat anak sadar diri sehingga
anak hanya bicara bila perlu.

10
3) Anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan
dalam lingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha berkomunikasi dan
merasa bahwa ia berbeda.
4) Pembicaraan yang bersifat egosentris, yang mengkritik, dan merendahkan
orang lain dan yang bersifat mem- bual akan ditentang oleh temannya.
b. Bahaya Emosi.
Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman sebaya maupun oleh orang
dewasa, bila ia masih menunjukan pola-pola ekspresi emosi yang kurang
menyenangkan, seperti marah yang meledak-ledak sehingga kurang disenangi
oleh orang lain.
c. Bahaya bermain.
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainan dan olahraga yang penting untuk
menjadi anggota kelompok. Anak yang dilarang berkhayal karena membuang
waktu atau dilarang membuat kegiatan kreatif dan berani akan mengem- bangkan
kebiasaan yang penurut dan kaku.
d. Bahaya dalam konsep diri.
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas
pada diri sendiri dan puas pada perlakuan orang lain. Bila konsep sosialnya
didasarkan pada berbagai streotif, ia cenderung berprasangka dan bersikap
diskriminatif dalam memperlakukan oarang lain. Karena konsepnya berbobot
emosi maka itu cenderung menetap dan terus memberikan pengaruh buruk pada
penyesuaian sosial anak.
e. Bahaya moral
 Perkembangan kode moral sesuai konsep teman-teman atau berdasarkan
konsep media massa tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode
etik orang dewasa.
 Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas dalam terhadap
prilaku.
 Disiplm yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang
sebaiknya dilakukan.
 Hukuman Fisik merupakan contoh agretivitas anak.

11
 Mengangap dukungan teman terhadap prilaku yang salah begitu memuaskan
sehingga prilaku menjadi kebiasaan.
 Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.
f. Bahaya yang menyangkut minat
 Tidak berminat dalam hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman
sebaya.
 Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai
bagi dirinya, seperti kesehatan dan sekolah.
g. Bahaya dalam penggolongan peran seks.
Ada dua bahaya yang umum dalam penggolongan peran seks. Kegagalan
untuk mempelajari organ seks, peran seks yang dianggap pantas oleh teman
sebaya, dan ketidakmauan untuk melakukan peran seks yang disetujui. Bahaya
yang pertama.
Cenderung berkembang bila anak dibesarkan oleh keluarga ketika orang
tuanya melakukan peran seks yang berbeda dengan orang tua teman-temannya.
Bahaya yang kedua berkembang bilamana anak perempuan dan laki-laki diharap-
kan melakukan peran-peran tradisional.
h. Bahaya dalam perkembangan kepribadian
Ada dua bahaya yang serius dalam perkembangan kepriba- dian periode ini.
Pertama, perkembangangn konsep diri, dan kedua eosentrisme yang merupakan
lanjutan dari awal masa kanak-kanak. Egosentrisme merupakan yang serius
karena memberikan rasa penting dari yang palsu.
i. Bahaya hubungan keluarga
Pertentangan dengan anggota-anggota keluarga meng- akibatkan dua hal:
melemahkan ikatan keluarga dan menimbulkan kebiasaan pola penyesuaian yang
buruk, serta masalah-masalah yang dibawa keluar rumah.

D. Menstimulasi Perkembangan Yang Tidak Sesuai


Pedoman Bagi Orang Tua Dalam Menghjadapi Anak Usia Sekolah
1. Pedoman Umum
a. Bersikap sportif-melalui dampingan, berbagi ide dan pikiran.
b. Bersikap positif setiap anak harus mengalami beberapa keberhasilan setiap hari.
c. Berbagi minat dalam membaca, mendiskusikan buku yang mereka baca.

12
d. Memberi dukungan terhadap aktifitas anak.
e. Bantu anak dalam menyelesaikan tugasnya sendiri. Bantu dalam mengembangkan
hobi dan koleksi anak.
f. Dorong keingintahuan anak dan merefleksikannya selama waktu senggang.
g. Dorong pengalaman keluarga dan rekreasi ke tempat-tempat yang menarik.
h. Dorong anak untuk bertanya dan bantu anak menemukan sumber-sumber
informasi untuk tempat bertanya dan men- cari tahu.
i. Stimulasi anak berpikir kreatif dan menyelesaikan masalah, bantu anak mencoba
solusi yang baru untuk menangani masalah tanpa rasa takut berbuat kesalahan.
j. Berikan makanan yang seimbang guna mendukung pertumbuhan.
k. Ingatkan anak akan waktu tidur.
l. Perhatikan kebersihan gigi anak.

2. Pedoman Khusus :
a. Temui guru pada awal masuk sekolah dan merencanakan untuk mengunjungi
sekolah untuk melihat apa yang diajarkan dan diharapkan.
b. Dorong anak pergi ke sekolah setiap hari.
c. Tunjukan ketertarikan terhadap apa yang anak pelajari.
d. Manfaatkan situasi yang mendukung dan menguatkan proses belajar di sekolah.
e. Berbagi informasi dengan guru akan membantu guru memahami anak lebih baik.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan motorik anak semakin meningkat seiring dengan makin aktifnya
mereka dalam aktivitas permainan bersama teman-teman sebayanya, namun seiring
dengan perkembangan teknologi banyak juga anak yang menghabiskan waktunya untuk
bermain game ataupun menonton TV saja sehingga kegiatan bergerak secara aktif
menjadi berkurang. Masalah kesehatan yang umum muncul di usia sekolah adalah
masalah kegemukan karena kegiatan yang lebih bersifat pasif atau kurang bergerak dan
banyaknya makanan cepat saji yang dikonsumsi. Selain itu kecelakaan serta sakit karena
kurang menjaga kebersihan dan kesehatan juga banyak dialami anak usia sekolah.
Perkembangan kognitif anak usia sekolah berada pada tahap operasional konkret
menurut Piaget. Piaget berpendapat bahwa anak-usia sekolah sudah mulai bisa berpikir
logis, sudah mampu menggunakan operasi mentalnya untuk memecahkan masalah
konkret atau aktual, namun begitu mereka berpikirnya masih konkret pada hal yang ia
ketahui dan alami saja. Kemampuan berpikir kognitifnya sudah mengalami peningkatan
dibandingkan usia sebelumnya. Mereka sudah berkembang kemampuan berpikirnya
tentang konsep spasial, kausalitas, kategorisasi, penalaran konduktif dan induktifnya,
kemampuan konservasi, dan penalaran moralnya.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangan. Maka dari itu penulis
sangat mengharapkan masukan dan kritikan yang sifatnya membangun untuk perbaikan
makalah yang akan datang, agar lebih dapat membantu kita dalam referensi pembelajaran.

14
DAFTAR PUSTAKA

Cahyaningsih, Dwi Sulistyo. (2021). Pertumbuhan Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta:
Trans info media
Indrayati, N., & PH, L. (2019). Gambaran Verbal Abuse Orangtua pada Anak Usia Sekolah.
Jurnal Ilmu Keperawatan Anak, 2(1), 9. https://doi.org/10.32584/jika.v2i1.220
Mthiyane, M. N., & Hugo, A. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tahap
Perkembangan Keluarga Dengan Anak Usia Remaja. Tjyybjb.Ac.Cn, 3(2252), 58–
66.http://www.tjyybjb.ac.cn/CN/article/downloadArticleFile.do?
attachType=PDF&id=9987
Yenawati, S. (2018). Stimulasi Tumbuh Kembang Anak. Psympathic : Jurnal Ilmiah
Psikologi, 3(1), 121–130. https://doi.org/10.15575/psy.v3i1.2181

15

Anda mungkin juga menyukai