DOSEN PENGAMPU:
Gangsar Indah Lestari, S.ST.,M.Kes
Sumiyati, S.Pd.,M.Pd
DISUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul Perkembangan Anak Usia Sekolah dapat
selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari pada mata kuliah Psikologi.
Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang
Produk/kegiatan/aktivitas untuk stimulasi perkembangan pada anak usia dini secara tertulis
maupun verbal.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen Pengampu pada mata kuliah
Psikologi. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan kami berkaitan dengan
topik yang diberikan. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu kami memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Kami juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
Judul......................................................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...............................................................................................................14
B. Saran.........................................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan motorik anak semakin meningkat seiring dengan makin aktifnya mereka
dalam aktivitas permainan bersama teman-teman sebayanya, namun seiring dengan
perkembangan teknologi banyak juga anak yang menghabiskan waktunya untuk bermain
game ataupun menonton TV saja sehingga kegiatan bergerak secara aktif menjadi berkurang.
Masalah kesehatan yang umum muncul di usia sekolah adalah masalah kegemukan karena
kegiatan yang lebih bersifat pasif atau kurang bergerak dan banyaknya makanan cepat saji
yang dikonsumsi. Selain itu kecelakaan serta sakit karena kurang menjaga kebersihan dan
kesehatan juga banyak dialami anak usia sekolah.
1
Perkembangan kognitif anak usia sekolah berada pada tahap operasional konkret
menurut Piaget. Piaget berpendapat bahwa anak-usia sekolah sudah mulai bisa berpikir logis,
sudah mampu menggunakan operasi mentalnya untuk memecahkan masalah konkret atau
aktual, namun begitu mereka berpikirnya masih konkret pada hal yang ia ketahui dan alami
saja. Kemampuan berpikir kognitifnya sudah mengalami peningkatan dibandingkan usia
sebelumnya. Mereka sudah berkembang kemampuan berpikirnya tentang konsep spasial,
kausalitas, kategorisasi, penalaran konduktif dan induktifnya, kemampuan konservasi, dan
penalaran moralnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anak usia sekolah?
2. Bagaimana perubahan psikologis pada anak usia sekolah?
3. Bagaimana jika perkembangan tidak sesuai dengan yang seharusya?
4. Bagaimana cara menstimulasi perkembangan yang tidak sesuai?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anak usia sekolajh.
2. Untuk mengetahui perubahan psikologis pada anak usia sekolah.
3. Untuk mengetahui bagaimana jika perkembangan tidak sesuai dengan yang
seharusnya.
4. Untuk mengetahui cara menstimulasi perkembangan yang tidak sesuai.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
dalam hal non akademik. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu gaktor
gen dan faktor lingkungan (Mthiyane & Hugo, 2019).
3
B. Perubahan Psikologis Pada Anak Usia Sekolah
1. Perkembangan Biologis
Saat umur 6-12 tahun, pertumbuhan serata 5 cm pertahun untuk tinggi badan
dan meningkat 2-3 kg pertahun untuk berat badan. Selama usia tersebut anak laki-laki
dan perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak laki- laki cenderung kurus
dan tinggi, anak perempuan cendrung gemuk. Pada usia ini, pembentukan jaringan
lemak lebih cepat perkembangannya dari pada otot. (Cahyaningsih, Dwi Sulistyo.,
2021).
2. Perubahan Proporsional
Anak-anak usia sekolah lebih anggun daripada saat mereka usia pra sekolah,
dan mereka dapat berdiri tegak diatas kaki mereka sendiri. Proporsi tubuh mereka
tampak lebih ramping dengan kaki yang lebih panjang, proporsi tubuh bervariasi dan
pusat gaya berat mereka lebih rendah, Postur lebih tinggi daripada anak usia pra
sekolah untuk memfasilitasi lokomotor dan efisiensi dalam menggunakan lengan
tubuh. Proporsi ini memudahkan anak untuk beraktifitas seperti memanjat,
mengendari sepeda dan aktifitas lainnya. Lemak berkurang secara bertahap dan pola
distribusi lemak berubah, menye- babkan penampakan tubuh anak yang lebih ramping
selama tahun-tahun pertengahan.
Perubahan yang paling nyata dan dapat menjadi indikasi terbaik peningkatan
kematangan pada anak-anak adalah penurunan lingkar kepala dalam hubunganya
terhadap tinggi tubuh saat berdiri, penurunan lingkar pinggang dalam hubunganya
dengan tinggi badan dan peningkatan panjang tungkai dalam hubunganya dengan
tinggi badan. Observasi ini sering memberikan petunjuk terhadap tingkat kematangan
fisik anak yang terbukti berguna dalam memprediksi kesiapan anak untuk memenuhi
tuntutan sekolah.
Perubahan wajah, karakteristik fisik dan anatomi tertentu adalah khas pada
masa anak-anak pertengahan. Proporsi wajah berubah pada saat wajah tumbuh lebih
cepat terkait dengan pertumbuhan tulang tengkorang yang tersisa. Tengkorak dan otak
tumbuh sangat lambat selama peride ini dan setelah itu, ukurannya bertambah sedikit.
Karena semua gigi primer (gigi susu) telah tanggal selama usia ini, masa kanak-
kanak pertengahan kadang kala dikenal sebagai usia tanggalnya gigi dan awal masa
4
kanak-kanak pertengahan di kenal sebagai tahap anak itik yang buruk, yaitu saat gigi
sekunder yang baru tampak terlalu besar di bandingkan wajah. (Cahyaningsih, Dwi
Sulistyo., 2021).
4. Prapubertas
Pra remaja adalah periode yang di mulai menjelang akhir masa kanak-kanak
pertengahan dan berakhir pada ulang tahun ke tiga belas. Tidak ada usia universal saat
anak mendapatkan karakteristik prapubertas Tanda Fisilogis pertama muncul kira-kira
saat berumur 9 tahun (terutama pada anak perempuan) dan biasanya tampak jelas
pada umur 11-12 tahun. Walaupun anak-anak praremaja tidak ingin di bedakan,
keberagaman pertumbuhan fisik dan perubahan fisiologis diantara anak-anak dengan
berjenis kelamin sama ataupun yang berlainan jenis, Keberagaman ini terutama terkait
dengan karakteristik seks sekunder, penampakan karakteristik ini yang terlalu awal
atau terlalu lambat me- rupakan sumber rasa malu dan kekhawatiran bagi kedua jenis
kelamin. (Cahyaningsih, Dwi Sulistyo., 2021).
5. Perkembangan Psikososial
5
Masa kanak-kanak pertengahan adalah periode perkem- bangan psikoseksual
yang dideskripsikan oleh Freud sebagai periode laten, yaitu waktu tenang antara fase
odipus pada masa kanak kanak awal dan erotisme masa remaja.
Selama waktu ini, anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya
sesama jenis setelah pengabaian pada tahun- tahun sebelumnya dan didahului
ketertarikan pada lawan jenis yang menyertai pubertas.
Pada masa ini terjadi perkembangan rasa industri yaitu dicapal antara usia 6
tahun dan masa remaja. Anak anak usia sekolah ingin sekali mengembangkan
keterampilan dan berpartisipasi dalam pekerjaan yang berarti dan berguna secara
sosial. Mereka mendapatkan rasa kompetensi personal dan interper sonal, menerima
instruksi sistematik yang digambarkan oleh budaya individual mereka, dan
mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi orang yang berguna,
yang mereka konstribusi dalam komunikasi sosial mereka. (Cahyaningsih, Dwi
Sulistyo., 2021).
6. Perkembangan Kognitif
Ketika anak memasuki masa sekolah, mereka mulai mem- peroleh
kemampuan untuk menghubungkan serangkaian kejadian untuk menggambarkan
mental anak yang dapat di ungkapkan secara verbal atau pun simbolik.
Tahap ini diistilahkan sebagai operasional konkret oleh Piaget, ketika anak
mampu menggunakan proses berpikir untuk mengalami peristiwa dan tindakan.
Pemikiran egosen- tris yang kaku pada tahun tahun prasekolah digantikan dengan
proses pikiran yang memungkinkan anak melihat sesuatu dari sudut pandang orang
lain. Selama tahap ini, anak mengembangkan pemahaman mengenai hubungan antara
sesuatu hal dengan ide. Anak mengalami kemajuan dari membuat penilaian
berdasarkan apa yang dia lihat (pemikiran perceptual) sampai penilaian berdasarkan
alasan mereka (pemikiran konseptual). Kemapuan anak meningkat dalam menguasai
simbol-simbol dan menggunakan simpanan memori mengenai pengalaman masa lalu
mereka untuk mengevaluasi dan mengintreper- tasikan masa kini. (Cahyaningsih, Dwi
Sulistyo., 2021).
7. Perkembangan Moral
6
Pada saat pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme kepola pikir lebih
logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan standar
moral. Walaupun anak usia 6 sampai 7 tahun mengetahui peraturan dan perilaku yang
diharapkan dari mereka, mereka tidak mema- hami alasannnya. Penguatan dan
hukuman mengarahkan penilaian meraka; suatu tindakan yang buruk' adalah yang
melanggar peraturan dan membahayakan.
Oleh karena itu anak usia 6-7 tahun kemungkinan mengin- trepretasikan
kecelakaan dan ketidakberuntungan sebagai hukuman atau akibat tindakan "buruk"
yang dilakukan anak. Anak usia sekolah yang lebih besar lebih mampu menilai suatu
tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat yang dihasilkannya. (Cahyaningsih,
Dwi Sulistyo., 2021).
8. Perkembangan Spiritual
Anak-anak usia dini berpikir dalam batasan konkret tetapi merupakan pelajar
yang baik dan memiliki kemuan besar untuk mempelajari Tuhan. Mereka tertarik
pada konsep surga dan neraka, dan dengan perkembangan kesadaran diri dan
perhatian terhadap peraturan, anak takut akan masuk neraka karena kesalahan dalam
berperilaku. Anak-anak usia sekolah ingin dan berharap dihukum jika berperilaku
yang salah dan, jika diberi pilihan, anak cenderung memilih hukuman yang sesuai
dengan kejahatannya. Oleh karenanya, konsep agama harus dijelaskan kepada anak
dalam istilah yang konkret. Mereka merasa nyaman dengan berdoa atau melakukan
ritual agama dan jika aktivitas ini merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari anak,
hal ini dapat membantu anak melakukan koping dalam menghadapi situasi sehari hari.
(Cahyaningsih, Dwi Sulistyo., 2021).
9. Perkembangan Sosial
Salah satu agent sosial penting dalam kehidupan anak usia sekolah adalah
kelompok teman sebaya. Selain orang tua dan sekolah, kelompok teman sebaya
memberi sejumlah hal yang penting kepada anggotanya. Anak-anak memiliki budaya
mereka sendiri, disertai rahasia, adat istiadat, dan kode etik yang meningkatkan rasa
solidaritas kelompok dan melepas- kan diri dari orang dewasa. Melalui hubungan
dengan teman sebaya, anak belajar bagaimana menghadapi dominasi dan
7
permusuhan, berhubungan dengan pemimpin dan pemegang kekuasaan, serta
menggali ide-ide dari lingkungan fisik.
Walaupun kelompok teman sebaya berpengaruh dan penting untuk
perkembangan anak secara normal, orang tua merupakan pengaruh utama dalam
membentuk kepribadian anak, membuat standar perilaku, dan menetapkan sistem
nilai. Nilai yang dianut keluarga biasanya mendominasi ketika terjadi konflik antara
sistem nilai orang tua dan teman sebaya. Walaupun anak-anak mungkin tampak
menolak nilai- nilai orang tua pada saat mencoba nilai baru dari kelompok teman
sebaya, pada akhirnya anak akan mempertahankan dan memasukan sistem nilai dari
orang tua kedalam sistem nilai mereka sendiri. (Cahyaningsih, Dwi Sulistyo., 2021).
11. Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan fisiologis
Selama bermain anak mengembangakan berbagai keterampilan sosial sehingga
memungkinkannya untuk menikmati keanggotaan kelompok dalam masyarakat anak-
anak. Bentuk permainan yang sering diminati pada usia ini : (Cahyaningsih, Dwi
Sulistyo., 2021).
a. Bermain konstruktif membuat sesuatu hanya untuk bersenang-senang saja tanpa
memikirkan manfaatnya, seperti menggambar, melukis dan membentuk sesuatu.
b. Menjelajah: Ingin bermain jauh dari lingkungan rumah.
c. Mengumpulkan : benda-benda yang menarik perhatian dan minatnya, membawa
benda ke rumah, menyimpan dalam laci, dan tidak memperlihatkan koleksinya
dalam laci.
d. Permainan dan olahraga cenderung ingin memainkan permainan anak besar (bola
basket dan sepak bola), dan senang pada permainan yang bersaing.
8
e. Hiburan: anak ingin meluangkan waktu untuk membaca, mendengar radio,
menonton atau melamun.
9
Penyakit infeksi pada usia sekolah jarang sekali terjadi dengan adanya
kekebalan yang didapat dari imunisasi yang pernah didapatkan semasa bayi dan
di ulang pada kelas satu atau enam, tetapi yang berbahaya adalah penyakit palsu
atau khayal untuk menghindarkan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Penyakit yang sering ditemui adalah penyakit yang berhubungan dengan
kebersihan diri anak.
b. Kegemukan.
Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada kelenjar, tetapi
akibat banyaknya karbohidrat yang di kon- sumsi. Bahaya kegemukan yang
mungkin dapat terjadi :
1) Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan
untuk mencapai keterampilan yang penting untuk keberhasilan sosial.
2) Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek dengan sebutan-sebutan
"Gendut" atau sebutan lain sehingga anak merasa rendah diri.
c. Kecelakaan.
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan
keterampilan tertentu. Meskipun ti- dak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan
yang dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan
berbahaya bagi Psikologisnya sehingga anak merasa takut terhadap kegiatan fisik.
Bila hal ini terjadi dapat berkem- bang menjadi rasa malu yang mempengaruhi
hubungan sosial.
d. Kecanggungan.
Pada masa ini anak mulai membandingkan kemampuanya dengan teman
sebaya. Bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah
diri.
2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya dalam berbicara.
Ada Empat bahaya yang umum terjadi pada anak usia sekolah :
1) Kosakata yang kurang dari rata-rata yang menghambat tugas-tugas di sekolah
dan menghambat komunikasi dengan orang lain.
2) Kesalahan dalam berbicara seperti salah ucap dan kesalahan tata bahasa,
cacat dalam bicara seperti gagap. akan membuat anak sadar diri sehingga
anak hanya bicara bila perlu.
10
3) Anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan
dalam lingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha berkomunikasi dan
merasa bahwa ia berbeda.
4) Pembicaraan yang bersifat egosentris, yang mengkritik, dan merendahkan
orang lain dan yang bersifat mem- bual akan ditentang oleh temannya.
b. Bahaya Emosi.
Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman sebaya maupun oleh orang
dewasa, bila ia masih menunjukan pola-pola ekspresi emosi yang kurang
menyenangkan, seperti marah yang meledak-ledak sehingga kurang disenangi
oleh orang lain.
c. Bahaya bermain.
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainan dan olahraga yang penting untuk
menjadi anggota kelompok. Anak yang dilarang berkhayal karena membuang
waktu atau dilarang membuat kegiatan kreatif dan berani akan mengem- bangkan
kebiasaan yang penurut dan kaku.
d. Bahaya dalam konsep diri.
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas
pada diri sendiri dan puas pada perlakuan orang lain. Bila konsep sosialnya
didasarkan pada berbagai streotif, ia cenderung berprasangka dan bersikap
diskriminatif dalam memperlakukan oarang lain. Karena konsepnya berbobot
emosi maka itu cenderung menetap dan terus memberikan pengaruh buruk pada
penyesuaian sosial anak.
e. Bahaya moral
Perkembangan kode moral sesuai konsep teman-teman atau berdasarkan
konsep media massa tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode
etik orang dewasa.
Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas dalam terhadap
prilaku.
Disiplm yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang
sebaiknya dilakukan.
Hukuman Fisik merupakan contoh agretivitas anak.
11
Mengangap dukungan teman terhadap prilaku yang salah begitu memuaskan
sehingga prilaku menjadi kebiasaan.
Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.
f. Bahaya yang menyangkut minat
Tidak berminat dalam hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman
sebaya.
Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai
bagi dirinya, seperti kesehatan dan sekolah.
g. Bahaya dalam penggolongan peran seks.
Ada dua bahaya yang umum dalam penggolongan peran seks. Kegagalan
untuk mempelajari organ seks, peran seks yang dianggap pantas oleh teman
sebaya, dan ketidakmauan untuk melakukan peran seks yang disetujui. Bahaya
yang pertama.
Cenderung berkembang bila anak dibesarkan oleh keluarga ketika orang
tuanya melakukan peran seks yang berbeda dengan orang tua teman-temannya.
Bahaya yang kedua berkembang bilamana anak perempuan dan laki-laki diharap-
kan melakukan peran-peran tradisional.
h. Bahaya dalam perkembangan kepribadian
Ada dua bahaya yang serius dalam perkembangan kepriba- dian periode ini.
Pertama, perkembangangn konsep diri, dan kedua eosentrisme yang merupakan
lanjutan dari awal masa kanak-kanak. Egosentrisme merupakan yang serius
karena memberikan rasa penting dari yang palsu.
i. Bahaya hubungan keluarga
Pertentangan dengan anggota-anggota keluarga meng- akibatkan dua hal:
melemahkan ikatan keluarga dan menimbulkan kebiasaan pola penyesuaian yang
buruk, serta masalah-masalah yang dibawa keluar rumah.
12
d. Memberi dukungan terhadap aktifitas anak.
e. Bantu anak dalam menyelesaikan tugasnya sendiri. Bantu dalam mengembangkan
hobi dan koleksi anak.
f. Dorong keingintahuan anak dan merefleksikannya selama waktu senggang.
g. Dorong pengalaman keluarga dan rekreasi ke tempat-tempat yang menarik.
h. Dorong anak untuk bertanya dan bantu anak menemukan sumber-sumber
informasi untuk tempat bertanya dan men- cari tahu.
i. Stimulasi anak berpikir kreatif dan menyelesaikan masalah, bantu anak mencoba
solusi yang baru untuk menangani masalah tanpa rasa takut berbuat kesalahan.
j. Berikan makanan yang seimbang guna mendukung pertumbuhan.
k. Ingatkan anak akan waktu tidur.
l. Perhatikan kebersihan gigi anak.
2. Pedoman Khusus :
a. Temui guru pada awal masuk sekolah dan merencanakan untuk mengunjungi
sekolah untuk melihat apa yang diajarkan dan diharapkan.
b. Dorong anak pergi ke sekolah setiap hari.
c. Tunjukan ketertarikan terhadap apa yang anak pelajari.
d. Manfaatkan situasi yang mendukung dan menguatkan proses belajar di sekolah.
e. Berbagi informasi dengan guru akan membantu guru memahami anak lebih baik.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan motorik anak semakin meningkat seiring dengan makin aktifnya
mereka dalam aktivitas permainan bersama teman-teman sebayanya, namun seiring
dengan perkembangan teknologi banyak juga anak yang menghabiskan waktunya untuk
bermain game ataupun menonton TV saja sehingga kegiatan bergerak secara aktif
menjadi berkurang. Masalah kesehatan yang umum muncul di usia sekolah adalah
masalah kegemukan karena kegiatan yang lebih bersifat pasif atau kurang bergerak dan
banyaknya makanan cepat saji yang dikonsumsi. Selain itu kecelakaan serta sakit karena
kurang menjaga kebersihan dan kesehatan juga banyak dialami anak usia sekolah.
Perkembangan kognitif anak usia sekolah berada pada tahap operasional konkret
menurut Piaget. Piaget berpendapat bahwa anak-usia sekolah sudah mulai bisa berpikir
logis, sudah mampu menggunakan operasi mentalnya untuk memecahkan masalah
konkret atau aktual, namun begitu mereka berpikirnya masih konkret pada hal yang ia
ketahui dan alami saja. Kemampuan berpikir kognitifnya sudah mengalami peningkatan
dibandingkan usia sebelumnya. Mereka sudah berkembang kemampuan berpikirnya
tentang konsep spasial, kausalitas, kategorisasi, penalaran konduktif dan induktifnya,
kemampuan konservasi, dan penalaran moralnya.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangan. Maka dari itu penulis
sangat mengharapkan masukan dan kritikan yang sifatnya membangun untuk perbaikan
makalah yang akan datang, agar lebih dapat membantu kita dalam referensi pembelajaran.
14
DAFTAR PUSTAKA
Cahyaningsih, Dwi Sulistyo. (2021). Pertumbuhan Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta:
Trans info media
Indrayati, N., & PH, L. (2019). Gambaran Verbal Abuse Orangtua pada Anak Usia Sekolah.
Jurnal Ilmu Keperawatan Anak, 2(1), 9. https://doi.org/10.32584/jika.v2i1.220
Mthiyane, M. N., & Hugo, A. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tahap
Perkembangan Keluarga Dengan Anak Usia Remaja. Tjyybjb.Ac.Cn, 3(2252), 58–
66.http://www.tjyybjb.ac.cn/CN/article/downloadArticleFile.do?
attachType=PDF&id=9987
Yenawati, S. (2018). Stimulasi Tumbuh Kembang Anak. Psympathic : Jurnal Ilmiah
Psikologi, 3(1), 121–130. https://doi.org/10.15575/psy.v3i1.2181
15