Oleh
Nim : 19010105005
Kelas :A
Semester : V (Lima)
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Muthia Nur Fadhilah, M.Pd.
selaku dosen Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Sosial Emosional, Fisik Motorik dan Bahasa anak?
2. Tujuan Mempelajari Masalah Sosial Emosional, Fisik Motorik dan Bahasa
anak?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Sosial Emosional, Fisik Motorik dan Bahasa anak
2. Mengetahui Masalah Sosial Emosional, Fisik Motorik dan Bahasa anak
BAB II
PEMBAHASAN
1
A. Pengertian Sosial Emosional, Fisik Motorik, dan Bahasa Anak
Pengertian Sosial Emosional
1. Pengertian Sosial Emosional Anak
American Academy of Padiatrics 2012 dalam Maria dan Amalia
(2016) menjelaskan perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah
kemampuan anak dalam mengelola dan mengekspresikan emosi secara
lengkap baik emosi positif maupun negatif. Anak mampu berienteraksi
dengan teman sebayanya atau orang dewasa disekitarnya secara aktif
belajar dengan mengeksplorasi lingkungannya. Perkembangan sosial
emosional adalah proses belajar anak dalam menyesuaikan diri untuk
memahami keadaan serta perasaan ketika berinteraksi dengan orang-orang
di lingkungannya yang diperoleh dengan cara mendengar, mengamati dan
meniru hal- hal yang dilihatnya.
Menurut Nurjannah (2017) perkembangan sosial emosional anak
usia dini merupakan proses belajar pada diri anak tentang berinteraksi
dengan orang disekitarnya yang sesuai dengan aturan sosial dan anak lebih
mampu dalam mengandalikan perasaannya yang sesuai dengan
kemampuannya dalam mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya
yang diperoleh secara bertahap dan melalui proses penguatan dan
modeling.
Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan
perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah proses
perkembangan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
kepada orang tua, teman sebaya dan orang dewasa. Serta proses
perkembangan keadaan jiwa anak dalam memberikan respon terhadap
keadaan dilingkungannyan yang sesuai dengan aturan sosial yang
diperoleh melalui mendengar, mengamati, meniru dan dapat distimulasi
melalui penguatan dan modeling (contoh).
Hurlock (1993) perkembangan emosi terjadi sangat kuat pada usia
2,5- 3,5 dan 5,5 – 6,4 tahun. Reaksi emosi anak sangat kuat, anak akan
merespon peristiwa dengan kadar emosi yang sama. Semakin bertambah
usia anak samakin mampu untuk mengontrol emosinya.
2
Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek yaitu sistem syaraf,
otot, kelenjar endokrin, dan struktur tubuh atau fisik. Sistem syaraf sangat
mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi. Otot-otot
mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik.
Kelenjar endokrin menyebabkan munculnya tingkah laku baru. Struktur
fisik atau tubuh meliputi tinggi, berat, dan proporsi. Aspek fisik yang
paling penting adalah otak sebagai pusat atau sentral perkembangan dan
fungsi perkembangan. Otak mempunyai pengaruh yang sangat
menentukan bagi perkembangan individu lainnya. Motorik merupakan
perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinir antara susunan saraf, otot, dan otak. Perkembangan motorik
meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan
tubuh yang menggunakan otot –otot besar, sedangkan motorik halus
adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagai anggota
tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih
Perkembangan motorik anak:
a. Keterampilan atau gerakan kasar (motorik kasar) seperti berjalan,
berlari, melompat, naik turun tangga.
b. Keterampilan motorik halus (motorik halus) atau keterampilan
manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan
menagkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak
lah yang mengontrol setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin
matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot
memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik
anak. Sebaliknya, jika susunan syaraf otak mengalami gangguan, maka hal
tersebut berdampak pula pada kemampuan koordinasi fisik motorik anak.
Gangguan perkembangan fisik motorik berarti ketidakwajaran yang terjadi
pada bagian-bagian tubuh dan menjadi hambatan dalam perkembangan
pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan
otot-otot yang terkoordinasi.
Dalam perkembangan motorik anak, perkembangan motorik yang
mengalami gangguan berarti perkembangan motorik yang berada di bawah
normal umur anak. Akibatnya, pada umur tertentu anak tidak menguasai
tugas perkembangan yang diharapkan kelompok sosialnya. Banyak
penyebab terjadinya gangguan perkembangan motorik, sebagian dapat
dikendalikan dan sebagian tidak. Hal itu dapat timbul dari kerusakan otak
pada waktu lahir atau kondisi pralahir yang tidak menguntungkan, Akan
tetapi, gangguan lebih sering disebabkan kurangnya keterampilan motorik.
Proses perkembangan seorang anak tidak berarti bertambah besar atau
3
bertambah usia saja, akan tetapi juga bertambah berat, pandai dan
terampil. Aktifitas bermainnya pun bertambah, melalui bermain anak dapat
belajar, untuk melakukan aktivitas bermain ia perlu gerak, karena itu
kemampuan gerak merupakan aspek penting yang merupakan pendukung
bagi perkembangan anak secara keseluruhan. Apabila anak mengalami
gangguan dalam perkembangan motoriknya, akan mengakibatkan anak
akan mengalami gangguan dalam melakukan gerak dan juga gangguan
pada perkembangan motorik anak akan menghambat akses pada sumber-
sumber eksternal serta regulasi emosi dan kecerdasan.
3. Pengertian Bahasa Anak
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan bahasa, seseorang dapat menyampaikan ide, pikiran,
perasaan kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan.
Tidak menutup kemungkinan ditemukannya anak usia dini yang
mengalami kesulitan berbicara, tidak mampu memahami bahasa lisan,
tidak mampu mengungkapkan perasaannya dengan kalimat, berbicara
tidak jelas, gagap, dll. Berkaitan dengan permasalahan di atas, penulis
mencoba membahas perkembangan bahasa pada usia dini, seperti yang
kita ketahui bersama bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang
penting bagi setiap orang. Seorang anak akan mengembangkan
keterampilan sosial dengan orang lain. Penguasaan keterampilan sosial
dalam lingkungan sosial diawali dengan penguasaan keterampilan
berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi
dengan orang lain.Anak dapat mengungkapkan pikirannya dengan
menggunakan bahasa, sehingga orang lain dapat menangkap apa yang
sedang dipikirkan oleh anak tersebut.
4
a. Reaksi emosi anak sangat kuat, anak akan merespon peristiwa dengan
kadar emosi yang sama. Semakin bertambah usia anak samakin
mampu untuk mengontrol emosinya.
b. Reaksi emosi muncul setiap peristiwa dengan cara yang
diinginkannya dan dengan waktu yang diinginkannya pula.
c. Emosi mudah berubah dan memperlihatkan reaksi spontanitas atau
kondisi asli dan anak sangat terbuka dengan pengalaman-pengalaman
hatinya.
d. Reaksi emosi berdsifat individual dan pemicu emosi yang sama,
namun reaksi yang ditimbulkan berbeda-beda. Hal ini diakibatkan
oleh factor pemicu emosi
e. Keadaan emosi anak dikendalikan dengan gejala tingkah laku yang
ditampilkan dan anak sulit mengungkapkan emosi secara verbal dan
emosi mudah dikenali melalui tingkah laku yang ditunjukkan.
6
3. Permasalahan belajar, yang diungkapkan oleh Saomah (2004)
berkaitan dengan kesulitan belajar. Permasalahan belajar bukan hanya
mengenai kesulitan belajar atau ketidakmampuan anak dalam
mencapai atau mengikuti taraf belajar yang telah ditentukan tetapi juga
mengenai Giftedness (keberbakatan). Atas dasar itu perlu
pengembangan suatu program pendidikan yang dapat memenuhi
kebutuhan personal masing-masing siswa dengan sebaik-baiknya.
sifat-sifat pembelajar yang nampak sangat menjanjikan bagi
peningkatan pemahaman kita mengenai kesulitan belajar adalah: (a)
Masalah-masalah bahasa (language program), (b) Masalah-masalah
perhatian dan aktivitas (Attention and Activity Problem), (c) Masalah-
masalah Daya Ingat (Memory Problems), (d) Masalah-masalah
kognitif (Cognitive problem) :
4. Masalah Sosial dan Emosi (Social and Emotional Problem) :
perkembangan sosial anak berhubungan dengan kemampuan anak
dalam berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa, atau
lingkungan pergaulan yang lebih luas. Dengan pergaulan atau
hubungan sosial, yang meliputi perilaku sebagai berikut: (a) Tingkah
laku agresif, (b) Daya ingat kurang, (c) Pemalu, (d) Anak manja, (e)
Negativisme, (f) Perilaku berkuasa, (g) Perilaku merusak.
7
Cacat tubuh umumnya terdapat pada tangan, kaki atau
wajah. Apabila seorang anak mengalami cacat tubuh pada tangan
atau kaki maka perkembangannya akan mengalami gangguan
karena pada masa usia dini kemampuan tubuh sangat penting
untuk menunjang perkembangannya.
3. Kegemukan (Obesitas)
Kegemukan sering kita temui pada anak usia dini, dan
orang tua kadang kala membiarkan atau bahkan senang dengan
kegemukan anak karena anak tampak lucu dan menggemaskan.
Kegemukan anak sejak dini perlu diwaspadai karena berbahaya
bagi perkembangan selanjutnya. Kegemukan dapat
membahayakan kesehatan yang dapat berakibat penyakit jantung,
diabetes (kencing manis ), dan tekanan darah tinggi. Cara terbaik
yang biasa dilakukan ialah dengan mengatur pola makan dan rajin
olah raga.
4. Gangguan gerakan peniruan (stereotipik)
Gejala yang tampak pada dari gangguan stereotipik adalah
gerakan motorik kasar (gross motor movement ) yang tidak wajar.
Gerakan yang disebabkan karena kebiasaan tetapi mempunyai
akibat yang tidak baik
5. Malnutrisi (Kurang gizi)
Pendapat popular menyatakan bahwa masalah kurang gizi
biasa ditemui pada anak- anak di dunia ketiga/negara miskin.
Pendapat ini tidak sesungguhnya tepat, karena di negara yang
telah majupun masih juga ditemui masalah anak yang kekurangan
gizi. Semua ini ternyata lebih kepada pola pengaturan makanan
yang sehat dan seimbang. Anak yang mengalami malnutrisi akan
tampak pada penampilan fisiknya. Dibutuhkan kombinasi antara
pengaturan pola makan dan asupan makanan serta kepedulian
orang tua untuk melihat adanya tanda- tanda kekurangan gizi pada
anak. Di Indonesia pemerintah telah menggalang program
gerakan “4 sehat 5 sempurna”, serta program pemberian makanan
8
tambahan bagi anak di puskesmas. Posyandu serta sekolah-
sekolah.
9
besar anak. Namun yang perlu diwaspadai adalah jika anak belum
dapat menggambar beberapa bentuk yang tergabung dengan baik
menjadi satu bentuk yang lebih bermakna. Maka kemampuan anak
dalam mempersepsi apa yang ada di sekitarnya perlu
dipertanyakan.
Belum bisa mewarnai dengan rapi. Salah satu cara untuk
melatih motorik halus anak ialah dengan member gambar menarik
untuk diwarnai. Biasanya anak akan menyukai kegiatan ini dan
bereksperimen dengan menggunakan berbagai macam warna yang
disediakan.bagi beberapa anak pekerjaan mewarnai memang bukan
pekerjaan yang menyenangkan. Apalagi jika hasilnya dibandingkan
dengan temannya yang lebih bagus. Hal yag perlu diperhatikan
yaitu jika anak enggan untuk mewarnai, cobalah melatih
kesabarannya dalam menyelesaikan satu pekerjaan hingga tuntas,
sebelum beralih ke pekerjaan lain.
10
baik, hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau
ketidakmampuan belajar (keluarga miskin dianggap kurang
memperhatikan perkembangan bahasa anaknya), atau keduanya.
d) Jenis Kelamin
Pada tahun pertama tidak ada perbedaan vokalisasi antara
perempuan dan laki-laki, tetapi pada usia dua tahun anak
perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih cepat daripada
anak laki-laki.
e) Hubungan keluarga.
Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak (penuh
perhatian dan kasih sayang dari orang tua) memudahkan
perkembangan bahasa anak, dan sebaliknya hubungan yang tidak
sehat dapat menyebabkan perkembangan bahasa anak cenderung
mandek atau abnormal, seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas
dalam berekspresi. kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan
pendapat, dan mengatakan hal-hal yang kasar atau tidak sopan.
2. Keterlambatan dan bahaya (gangguan) dalam perkembangan bicara
pada anak.
Jika tingkat perkembangan bicara di bawah tingkat kualitas
perkembangan Bicara anak umumnya sama yang dapat diketahui dari
ketepatan penggunaan kosakata (bahasa) anak ketika dengan teman
sebayanya berbicara/berbicara menggunakan kata-kata terus dianggap
muda diajak bermain dengan kata-kata. Keterlambatan bicara tidak
hanya mempengaruhi penyesuaian akademik dan pribadi anak,
pengaruh yang paling serius adalah pada kemampuan membaca anak
sejak dini di sekolah. Banyak penyebab retardasi bicara pada anak
umumnya adalah tingkat kecerdasan yang rendah sehingga tidak
memungkinkan anak untuk belajar berbicara sebaik teman sebayanya,
yang kecerdasannya normal atau tinggi kurang termotivasi karena
anak mengetahui bahwa mereka dapat berkomunikasi secara memadai
dengan dorongan orang tua/orang. orang dewasa,
11
berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan bahasa/kosakata
yang baik dan benar.
12
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya maka
dapat disimpulan. Beberapa komponen dan aspek/ indikator yang peneliti ambil untuk
alat mengumpulkan data agar hasil yang di dapat lebih optimal. Yang terdiri dari: (1)
Kesadaran diri; (2) Tanggung jawab diri dan orang lain dan; (3) Perilaku Prososial.
13
kemandirian, contoh pada saat buang sampah pada tempatnya, ada 1 anak
yang memang susah untuk terbiasa membuang sampah pada tempatnya
sehingga guru menerapkan pembiasaan untuk mengajak anak membuang
sampah pada tempatnya; (4) tanggung jawab, ada 3 anak masih belum
mengerti tentang tanggung jawab, salah satu anak tidak sengaja menumpahkan
air di lantai, kemudian anak pergi menjauh dari tempat tersebut tanpa ada
sepatah kata apapun yang diucapkan; (5) ada 2 anak juga masih belum bisa
mengungkapkan keinginan, sehingga pada saat ingin buang air besar atau
ingin sesuatu anak tidak mengatakan apapun, anak hanya menarik baju guru
untuk menunjukkan sesuatu yang anak lihat; (6) rasa marah, ada 2 anak yang
belum bisa mengontrol emosi seperti pada saat R tidak sengaja menyenggul D
sampai jatuh, D langsung bangun dan mengejar R sampai dapat dan memukul
R.
14
DAFTAR PUSTAKA
Dewi. A.R (2014). Gambaran Keterampilan Sosial Emosi Anak ASD.UPI Bandung
Masnipal (2013). Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo-Gramedia.
Masnipal (2014). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini; Panduan Bagi Mahasiswa
Calon Guru & Pengelola Paud Profesional. Bandung.
Smith, J.D (2015). Sekolah Untuk Semua. Bandung: Penerbit Nuansa Cendika
Surya, M. (2013). Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabet, VC.
Bandung.
15
Dikutip dari https://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2015/07/pengertian-karakteristik-
anakusia-dini.html
16