Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Anak dengan Masalah Sosial Emosional, Fisik Motorik dan Bahasa”

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Muthia Nur Fadhilah, M.Pd

Oleh

Nama : Desi Fadilah Ramadhani

Nim : 19010105005

Kelas :A

Semester : V (Lima)

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa


Ta’ala. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul "Anak dengan Masalah Sosial Emosional, Fisik Motorik dan
Bahasa" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Pendidikan Anak


Berkebutuhan Khusus. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
Anak dengan Masalah Sosial Emosional, Fisik Motorik dan Bahasa bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Muthia Nur Fadhilah, M.Pd.
selaku dosen Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Baruga, 29 September 2021

Desi Fadilah Ramadhani

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosial Emosional, Fisik Motorik dan Bahasa.................................3

B. Anak dengan Masalah Sosial Emosial, Fisik Motorik dan Bahasa..................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan menunjukkan bahwa ada


permasalahan yang dialami oleh anak usia dini seperti Sosial dan emosional. Di taman
penitipan anak dari jumlah 38 anak, ada 10 anak yang memiliki hambatan dalam
aspek perkembangan sosial emosi dan di kelompok bermain dari jumlah 20 anak, ada
7 orang anak yang memiliki hambatan dalam aspek perkembangan sosial emosi.
Kemudian peneliti melakukan observasi kembali secara mendalam yang dilakukan di
taman penitipan anak (TPA) terdeteksi 9 anak yang memiliki permasalahan dalam
aspek social emosi, dan di kelompok bermain (KOBER) terdeteksi 5 anak yang
memiliki permasalahan dalam aspek sosial emosi. Seperti yang terjadi di mana anak
belum bisa menyapa sesama teman yang baru datang ke Yayasan PAUD, anak belum
bisa bersabar menunggu giliran dan belum bisa mengungkapkan keinginginan yang
seharusnya pada saat usia anak sudah mulai bisa.

Tujuan penelitian: Untuk mengidentifikasi permasalahan anak usia dini di


aspek sosial emosi, untuk mengetahui dan memahami faktor penyebab permasalahan
Anak usia dini terhadap aspek perkembangan sosial emosi,untuk mengetahui peran
guru dalam menghadapi permasalahan anak usia dini terhadap aspek perkembangan
social emosi, dan untuk mendapatkan dan mengetahui solusi atau penyelesaian yang
dilakukan pihak Guru PAUD dalam menghadapi permasalahan anak usia dini
terhadap aspek perkembangan sosial emosi.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Sosial Emosional, Fisik Motorik dan Bahasa anak?
2. Tujuan Mempelajari Masalah Sosial Emosional, Fisik Motorik dan Bahasa
anak?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Sosial Emosional, Fisik Motorik dan Bahasa anak
2. Mengetahui Masalah Sosial Emosional, Fisik Motorik dan Bahasa anak

BAB II

PEMBAHASAN

1
A. Pengertian Sosial Emosional, Fisik Motorik, dan Bahasa Anak
Pengertian Sosial Emosional
1. Pengertian Sosial Emosional Anak
American Academy of Padiatrics 2012 dalam Maria dan Amalia
(2016) menjelaskan perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah
kemampuan anak dalam mengelola dan mengekspresikan emosi secara
lengkap baik emosi positif maupun negatif. Anak mampu berienteraksi
dengan teman sebayanya atau orang dewasa disekitarnya secara aktif
belajar dengan mengeksplorasi lingkungannya. Perkembangan sosial
emosional adalah proses belajar anak dalam menyesuaikan diri untuk
memahami keadaan serta perasaan ketika berinteraksi dengan orang-orang
di lingkungannya yang diperoleh dengan cara mendengar, mengamati dan
meniru hal- hal yang dilihatnya.
Menurut Nurjannah (2017) perkembangan sosial emosional anak
usia dini merupakan proses belajar pada diri anak tentang berinteraksi
dengan orang disekitarnya yang sesuai dengan aturan sosial dan anak lebih
mampu dalam mengandalikan perasaannya yang sesuai dengan
kemampuannya dalam mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya
yang diperoleh secara bertahap dan melalui proses penguatan dan
modeling.
Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan
perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah proses
perkembangan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
kepada orang tua, teman sebaya dan orang dewasa. Serta proses
perkembangan keadaan jiwa anak dalam memberikan respon terhadap
keadaan dilingkungannyan yang sesuai dengan aturan sosial yang
diperoleh melalui mendengar, mengamati, meniru dan dapat distimulasi
melalui penguatan dan modeling (contoh).
Hurlock (1993) perkembangan emosi terjadi sangat kuat pada usia
2,5- 3,5 dan 5,5 – 6,4 tahun. Reaksi emosi anak sangat kuat, anak akan
merespon peristiwa dengan kadar emosi yang sama. Semakin bertambah
usia anak samakin mampu untuk mengontrol emosinya.

2. Pengertian Fisik Motorik


Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan
motorik anak. Apabila fisik mengalami gangguan atau hambatan dalam
perkembangannya, maka kemampuan motorik pun akan ikut terhambat.

2
Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek yaitu sistem syaraf,
otot, kelenjar endokrin, dan struktur tubuh atau fisik. Sistem syaraf sangat
mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi. Otot-otot
mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik.
Kelenjar endokrin menyebabkan munculnya tingkah laku baru. Struktur
fisik atau tubuh meliputi tinggi, berat, dan proporsi. Aspek fisik yang
paling penting adalah otak sebagai pusat atau sentral perkembangan dan
fungsi perkembangan. Otak mempunyai pengaruh yang sangat
menentukan bagi perkembangan individu lainnya. Motorik merupakan
perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinir antara susunan saraf, otot, dan otak. Perkembangan motorik
meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan
tubuh yang menggunakan otot –otot besar, sedangkan motorik halus
adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagai anggota
tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih
Perkembangan motorik anak:
a. Keterampilan atau gerakan kasar (motorik kasar) seperti berjalan,
berlari, melompat, naik turun tangga.
b. Keterampilan motorik halus (motorik halus) atau keterampilan
manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan
menagkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak
lah yang mengontrol setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin
matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot
memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik
anak. Sebaliknya, jika susunan syaraf otak mengalami gangguan, maka hal
tersebut berdampak pula pada kemampuan koordinasi fisik motorik anak.
Gangguan perkembangan fisik motorik berarti ketidakwajaran yang terjadi
pada bagian-bagian tubuh dan menjadi hambatan dalam perkembangan
pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan
otot-otot yang terkoordinasi.
Dalam perkembangan motorik anak, perkembangan motorik yang
mengalami gangguan berarti perkembangan motorik yang berada di bawah
normal umur anak. Akibatnya, pada umur tertentu anak tidak menguasai
tugas perkembangan yang diharapkan kelompok sosialnya. Banyak
penyebab terjadinya gangguan perkembangan motorik, sebagian dapat
dikendalikan dan sebagian tidak. Hal itu dapat timbul dari kerusakan otak
pada waktu lahir atau kondisi pralahir yang tidak menguntungkan, Akan
tetapi, gangguan lebih sering disebabkan kurangnya keterampilan motorik.
Proses perkembangan seorang anak tidak berarti bertambah besar atau

3
bertambah usia saja, akan tetapi juga bertambah berat, pandai dan
terampil. Aktifitas bermainnya pun bertambah, melalui bermain anak dapat
belajar, untuk melakukan aktivitas bermain ia perlu gerak, karena itu
kemampuan gerak merupakan aspek penting yang merupakan pendukung
bagi perkembangan anak secara keseluruhan. Apabila anak mengalami
gangguan dalam perkembangan motoriknya, akan mengakibatkan anak
akan mengalami gangguan dalam melakukan gerak dan juga gangguan
pada perkembangan motorik anak akan menghambat akses pada sumber-
sumber eksternal serta regulasi emosi dan kecerdasan.
3. Pengertian Bahasa Anak
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan bahasa, seseorang dapat menyampaikan ide, pikiran,
perasaan kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan.
Tidak menutup kemungkinan ditemukannya anak usia dini yang
mengalami kesulitan berbicara, tidak mampu memahami bahasa lisan,
tidak mampu mengungkapkan perasaannya dengan kalimat, berbicara
tidak jelas, gagap, dll. Berkaitan dengan permasalahan di atas, penulis
mencoba membahas perkembangan bahasa pada usia dini, seperti yang
kita ketahui bersama bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang
penting bagi setiap orang. Seorang anak akan mengembangkan
keterampilan sosial dengan orang lain. Penguasaan keterampilan sosial
dalam lingkungan sosial diawali dengan penguasaan keterampilan
berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi
dengan orang lain.Anak dapat mengungkapkan pikirannya dengan
menggunakan bahasa, sehingga orang lain dapat menangkap apa yang
sedang dipikirkan oleh anak tersebut.

B. Masalah Sosial Emosional, Fisik Motorik dan Bahasa anak


1. Masalah Sosial Emosional Anak
Sosial emosional anak usia dini adalah proses perkembangan anak
dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya kepada orang tua, teman
sebaya dan orang dewasa. Serta proses perkembangan keadaan jiwa anak
dalam memberikan respon terhadap keadaan dilingkungannyan yang
sesuai dengan aturan sosial yang diperoleh melalui mendengar,
mengamati, meniru dan dapat distimulasi melalui penguatan dan modeling
(contoh).
Hurlock (1993) perkembangan emosi terjadi sangat kuat pada usia
2,5- 3,5 dan 5,5 – 6,4 tahun.

4
a. Reaksi emosi anak sangat kuat, anak akan merespon peristiwa dengan
kadar emosi yang sama. Semakin bertambah usia anak samakin
mampu untuk mengontrol emosinya.
b. Reaksi emosi muncul setiap peristiwa dengan cara yang
diinginkannya dan dengan waktu yang diinginkannya pula.
c. Emosi mudah berubah dan memperlihatkan reaksi spontanitas atau
kondisi asli dan anak sangat terbuka dengan pengalaman-pengalaman
hatinya.
d. Reaksi emosi berdsifat individual dan pemicu emosi yang sama,
namun reaksi yang ditimbulkan berbeda-beda. Hal ini diakibatkan
oleh factor pemicu emosi
e. Keadaan emosi anak dikendalikan dengan gejala tingkah laku yang
ditampilkan dan anak sulit mengungkapkan emosi secara verbal dan
emosi mudah dikenali melalui tingkah laku yang ditunjukkan.

Hurlock (1978) perilaku prososial yang umum terjadi pada diri


anak diantaranya:
a) Meniru : melakukan perilaku orang dewasa disekitarnya
b) Persaingan : keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang
lain
c) Kerja sama : bermain koperatif bersama teman
d) Simpati : menggambarkan perasaan belas kasih atas kesedihan orang
lain (KBBI)
e) Empati : menempatkan diri pada posisi kesedihan orang tersebut
(KBBI)
f) Dukungan sosial : dukungan dari orang sekitar
g) Berbagi : memberikan miliknya kepada teman atau orang dewasa
sebagai bentuk keperdulian
h) Perilaku akrab : hubungan erat dan personal dengan orang lain atau
teman sebaya.
i) Selain perilaku prososial anak juga memiliki perilaku anti sosial:
j) Negatifisme : perilaku melawan otoritas orang dewasa
k) Agresif : perilaku menyerang jika diganggu orang lain
l) Perilaku berkuasa : menganggap semua benda miliknya
m) Memikirkan diri sendiri : mementingkan keinginan sendiri
5
n) Merusak : membanting atau menghancurkan barang-barang.

Selanjutnya Campos dalam Nurmalitasari (2015) mendefinisikan


emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul saat seseorang berada
dalam suatu keadaan yang dianggap penting. Emosi diwakilkan oleh
perilaku yang mengekspresikan kenyamanan dan ketidaknyamanan
terhadap situasi yang dialami. Emosi tersebut dapat berupa rasa senang,
takut, marah dsb. Adapun karakteristik emosi pada anak usia dini:
berlangsung secara singkat dan berakhir tiba-tiba, terlihat lebih kuat dan
hebat dan berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba. Emosi dikategorikan
menjadi dua yakni emosi positif dan emosi negatif. Santrock
mengungkapkan sebagian besar dipengaruhi oleh dasar bilologis dan
pengalaman masa lalu.
Ada dua faktor yang mempengaruhi permasalahan pada anak yakni
factor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri individu atau anak sedangkan faktor eksternal
adalah faktor-faktor yang berasal dari luar, seperti lingkungan tempat anak
berada. Faktor internal secara umum mempengaruhi perkembangan anak
antara lain : kesehatan menurun yang memiliki resiko terhadap
perkembangan fisik motorik anak, kelainan pada system otak, genetic dan
saraf, dan terakhir kecerdasan.
Permasalahan pada anak digolongkan menjadi tiga yaitu masalah
fisik, psiko-social dan masalah belajar, Saomah (2004).
1. Permasalahan Fisik : terkait dengan keutuhan dan kemampuan fungsi
panca indra anak, kemampuan melakukan gerakan gerakan sesuai
perkembangan usianya serta kemampuan mengontrol pembuangan.
Anak yang mengalami hambatan dalam hal hal tersebut dapat
dikatakan mengalami masalah secara fisik. Lebih lanjut permasalahan
fisik tersebut adalah sebagai berikut : (a) Gangguan fungsi pancaindera
(b) Cacat tubuh (c) Kegemukan (obesitas) (d) Gangguan gerak
peniruan (stereotipik (e) Kidal (f) Gangguan Kesehatan (penyakit) (g)
Hiperaktif (h) Neuropati (i) Ngompol (enuresis) (j) Buang air besar di
sembarang tempat (encopresis) (k) Gagap (l) Gangguan perkembangan
bahasa.
2. Permasalahan Psikis anak terkait dengan kemampuan psikologis yang
dimiliki atau ketidakmampuan mengekspresikan dirinya dalam kondisi
yang tidak normal. Beberapa permasalahan psikis yang seringkali di
alami anak adalah sebagai berikut: (a) Gangguan konsentrasi (b)
Inteligensi baik tinggi maupun rendah (c) Berbohong (d) Emosi dalam
perasaan takut, cemas, marah, sedih dan lainnya.

6
3. Permasalahan belajar, yang diungkapkan oleh Saomah (2004)
berkaitan dengan kesulitan belajar. Permasalahan belajar bukan hanya
mengenai kesulitan belajar atau ketidakmampuan anak dalam
mencapai atau mengikuti taraf belajar yang telah ditentukan tetapi juga
mengenai Giftedness (keberbakatan). Atas dasar itu perlu
pengembangan suatu program pendidikan yang dapat memenuhi
kebutuhan personal masing-masing siswa dengan sebaik-baiknya.
sifat-sifat pembelajar yang nampak sangat menjanjikan bagi
peningkatan pemahaman kita mengenai kesulitan belajar adalah: (a)
Masalah-masalah bahasa (language program), (b) Masalah-masalah
perhatian dan aktivitas (Attention and Activity Problem), (c) Masalah-
masalah Daya Ingat (Memory Problems), (d) Masalah-masalah
kognitif (Cognitive problem) :
4. Masalah Sosial dan Emosi (Social and Emotional Problem) :
perkembangan sosial anak berhubungan dengan kemampuan anak
dalam berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa, atau
lingkungan pergaulan yang lebih luas. Dengan pergaulan atau
hubungan sosial, yang meliputi perilaku sebagai berikut: (a) Tingkah
laku agresif, (b) Daya ingat kurang, (c) Pemalu, (d) Anak manja, (e)
Negativisme, (f) Perilaku berkuasa, (g) Perilaku merusak.

2. Masalah Fisik Motorik Anak


Gangguan Perkembangan Fisik Motorik yang Sering di alami
Anak:
a) Gangguan dalam Perkembangan Fisik Anak
Menurut Rusda Koto dan Sri Maryati (1994). [4] dalam
perkembangannya mungkin ditemukan beberapa gangguan fisik pada
anak diantaranya adalah:
1. Gangguan Fungsi Pancaindra
Gangguan fungsi pada pancaindra yang banyak
menimbulkan masalah pada anak adalah gangguan pada indra
penglihatan dan pendengaran. Kekurangan daya penglihatan
maupun mendengar dapat di ketahui bila derajat
penyimpangannya sedah cukup besar dari yang normal.
Sebaliknya, apabila taraf kekurangannya masih ringan, cukup
sulit untuk mendeteksi kesulitan yang di hadapi anak.
2. Cacat Tubuh

7
Cacat tubuh umumnya terdapat pada tangan, kaki atau
wajah. Apabila seorang anak mengalami cacat tubuh pada tangan
atau kaki maka perkembangannya akan mengalami gangguan
karena pada masa usia dini kemampuan tubuh sangat penting
untuk menunjang perkembangannya.
3. Kegemukan (Obesitas)
Kegemukan sering kita temui pada anak usia dini, dan
orang tua kadang kala membiarkan atau bahkan senang dengan
kegemukan anak karena anak tampak lucu dan menggemaskan.
Kegemukan anak sejak dini perlu diwaspadai karena berbahaya
bagi perkembangan selanjutnya. Kegemukan dapat
membahayakan kesehatan yang dapat berakibat penyakit jantung,
diabetes (kencing manis ), dan tekanan darah tinggi. Cara terbaik
yang biasa dilakukan ialah dengan mengatur pola makan dan rajin
olah raga.
4. Gangguan gerakan peniruan (stereotipik)
Gejala yang tampak pada dari gangguan stereotipik adalah
gerakan motorik kasar (gross motor movement ) yang tidak wajar.
Gerakan yang disebabkan karena kebiasaan tetapi mempunyai
akibat yang tidak baik
5. Malnutrisi (Kurang gizi)
Pendapat popular menyatakan bahwa masalah kurang gizi
biasa ditemui pada anak- anak di dunia ketiga/negara miskin.
Pendapat ini tidak sesungguhnya tepat, karena di negara yang
telah majupun masih juga ditemui masalah anak yang kekurangan
gizi. Semua ini ternyata lebih kepada pola pengaturan makanan
yang sehat dan seimbang. Anak yang mengalami malnutrisi akan
tampak pada penampilan fisiknya. Dibutuhkan kombinasi antara
pengaturan pola makan dan asupan makanan serta kepedulian
orang tua untuk melihat adanya tanda- tanda kekurangan gizi pada
anak. Di Indonesia pemerintah telah menggalang program
gerakan “4 sehat 5 sempurna”, serta program pemberian makanan

8
tambahan bagi anak di puskesmas. Posyandu serta sekolah-
sekolah.

b) Gangguan dalam Perkembangan Motorik Anak


1. Gangguan dalam Motorik Kasar
Ketidak mampuan mengatur keseimbangan. Anak- anak yang
mengalami kesulitan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya
biasanya juga memiliki kesulitan dalam mengontrol gerakan
anggota tubuh sehingga terkesan gerakannya ragu- ragu dan tampak
canggung. Diketahui kurang lebih 80% dari jumlah anak yang
memiliki gangguan perkembangan juga mengalami kesulitan pada
pengaturan keseimbangan tubuh. Masalah pengaturan
keseimbangan tubuh ini berhubungan dengan sistem vestibular atau
sistem yang mengatur keseimbangan di dalam tubuh. Jika tidak
segera ditangani, kesulitan ini akan dibawa terus oleh anak sampai
saat mereka sekolah dan akan mengakibatkan masalah lain, yaitu
dalam hal membaca dan menulis.
Reaksi kurang cepat dan koordinasi kurang baikØ
Salah satu perkembangan motorik pada anak yang perlu
diperhatikan adalah kemampuan bereaksi yang semakin cepat,
koordinasi mata-tangan yang semakin baik, dan ketangkasan serta
kesadaran terhadap tubuh secara keseluruhan. Namun, ada anak
yang lambat dalam bereaksi. Koordinasi gerakannya juga tampak
kacau sehingga sering kali disebut “ceroboh” dan menjadi bahan
ejekan temannya. Hal yang menyebabkan masalah tersebut ada 2
yaitu karena anak kurang diberi kesempatan untuk berlatih dan ada
kemungkinan anak mempunyai masalah dalam syaraf motoriknya.
Untuk alasan yang terakhir ini orang tua perlu
mengkonsultasikannya dengan dokter.

2. Gangguan dalam Motorik Halus


Belum bisa menggambar bentuk bermakna. Kegiatan
menggambar merupakan hal yang menyenangkan bagi sebagian

9
besar anak. Namun yang perlu diwaspadai adalah jika anak belum
dapat menggambar beberapa bentuk yang tergabung dengan baik
menjadi satu bentuk yang lebih bermakna. Maka kemampuan anak
dalam mempersepsi apa yang ada di sekitarnya perlu
dipertanyakan.
Belum bisa mewarnai dengan rapi. Salah satu cara untuk
melatih motorik halus anak ialah dengan member gambar menarik
untuk diwarnai. Biasanya anak akan menyukai kegiatan ini dan
bereksperimen dengan menggunakan berbagai macam warna yang
disediakan.bagi beberapa anak pekerjaan mewarnai memang bukan
pekerjaan yang menyenangkan. Apalagi jika hasilnya dibandingkan
dengan temannya yang lebih bagus. Hal yag perlu diperhatikan
yaitu jika anak enggan untuk mewarnai, cobalah melatih
kesabarannya dalam menyelesaikan satu pekerjaan hingga tuntas,
sebelum beralih ke pekerjaan lain.

3. Masalah Bahasa Anak


1. Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah bahasa pada anak
Menurut Syamsu Yusuf (2004) faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan bahasa anak adalah kesehatan,
kecerdasan, status sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan
keluarga, yaitu:
a) Faktor kesehatan.
Kesehatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
perkembangan bahasa anak, terutama pada usia dini. Jika anak
pada usia dua tahun pertama sering menderita sakit, maka
kemungkinan besar anak akan mengalami keterlambatan atau
kesulitan dalam perkembangan bahasa.
b) Kecerdasan.
Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat
kecerdasannya, anak yang perkembangan bahasanya cepat,
umumnya memiliki kecerdasan yang normal atau di atas normal.
c) Status sosial ekonomi keluarga.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak dari keluarga
miskin mengalami perkembangan bahasa yang lebih lambat
dibandingkan anak dari keluarga dengan status ekonomi yang lebih

10
baik, hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau
ketidakmampuan belajar (keluarga miskin dianggap kurang
memperhatikan perkembangan bahasa anaknya), atau keduanya.
d) Jenis Kelamin
Pada tahun pertama tidak ada perbedaan vokalisasi antara
perempuan dan laki-laki, tetapi pada usia dua tahun anak
perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih cepat daripada
anak laki-laki.

e) Hubungan keluarga.
Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak (penuh
perhatian dan kasih sayang dari orang tua) memudahkan
perkembangan bahasa anak, dan sebaliknya hubungan yang tidak
sehat dapat menyebabkan perkembangan bahasa anak cenderung
mandek atau abnormal, seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas
dalam berekspresi. kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan
pendapat, dan mengatakan hal-hal yang kasar atau tidak sopan.
2. Keterlambatan dan bahaya (gangguan) dalam perkembangan bicara
pada anak.
Jika tingkat perkembangan bicara di bawah tingkat kualitas
perkembangan Bicara anak umumnya sama yang dapat diketahui dari
ketepatan penggunaan kosakata (bahasa) anak ketika dengan teman
sebayanya berbicara/berbicara menggunakan kata-kata terus dianggap
muda diajak bermain dengan kata-kata. Keterlambatan bicara tidak
hanya mempengaruhi penyesuaian akademik dan pribadi anak,
pengaruh yang paling serius adalah pada kemampuan membaca anak
sejak dini di sekolah. Banyak penyebab retardasi bicara pada anak
umumnya adalah tingkat kecerdasan yang rendah sehingga tidak
memungkinkan anak untuk belajar berbicara sebaik teman sebayanya,
yang kecerdasannya normal atau tinggi kurang termotivasi karena
anak mengetahui bahwa mereka dapat berkomunikasi secara memadai
dengan dorongan orang tua/orang. orang dewasa,

Salah satu penyebab paling umum dan paling serius tidak


diragukan lagi adalah ketidakmampuan untuk mendorong/memotivasi
anak untuk berbicara, bahkan ketika anak mulai mengoceh. Jika anak
tidak diberikan stimulus (rangsangan) yang mendorong untuk

11
berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan bahasa/kosakata
yang baik dan benar.

Kurangnya dorongan merupakan penyebab serius dari


keterlambatan bicara anak dapat dilihat dari kenyataan bahwa jika
orang tua tidak hanya berbicara kepada anak-anaknya tetapi juga
menggunakan kosakata yang lebih luas dan lebih bervariasi,
kemampuan berbicara anak berkembang sangat pesat dan cepat,
misalnya: anak-anak dari kelas atas atau menengah yang orang tuanya
sangat ingin menyuruh mereka (anak- anak) untuk belajar berbicara
lebih awal (lebih cepat) dan lebih baik. Sangat kecil kemungkinannya
untuk mengalami keterlambatan berbicara pada anak. Sedangkan
anak-anak yang berasal dari kelas bawah yang orang tuanya tidak
mampu memberikan dorongan tersebut kepada mereka, entah karena
keterbatasan waktu/karena mereka tidak menyadari betapa pentingnya
suatu perkembangan bicara pada diri siswa.

12
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya maka
dapat disimpulan. Beberapa komponen dan aspek/ indikator yang peneliti ambil untuk
alat mengumpulkan data agar hasil yang di dapat lebih optimal. Yang terdiri dari: (1)
Kesadaran diri; (2) Tanggung jawab diri dan orang lain dan; (3) Perilaku Prososial.

1. Permasalahan yang tergambar di taman penitipan anak (TPA) ialah sebagai


berikut : Hasil pengamatan yang diperoleh untuk menggambarkan dan
menganalisis data di taman penitipan anak ada 9 orang anak sangat yang
terlihat jelas mengalami permasalahan sosial emosi dan harus ditangani
dengan sebaik mungkin oleh para guru. Aspek/ indikator yang ambil untuk
alat mengumpulkan data agar hasil yang di dapat lebih optimal yaitu: (1) taat
peraturan dan mengikuti aturan/ rutinitas kegiatan, yang terjadi di taman
penitipan anak 2 anak belum bisa mengikuti aturan bahkan menolak aturan
yang ditetapkan pihak yayasan; (2) sikap sabar, ada 2 anak yang belum bisa
mengontrol kesabaran, anak usia dini memang harus diajarkan tentang sikap
sabar, pada saat kegiatan misal mencuci
2. tangan, anak belum faham untuk mengantri; (3) kemandirian, ada 3 anak yang
belum mandiri, anak bisa belajar dengan pembiasaan; (4) Ada 4 anak di
taman penitipan anak (TPA) masih belum mengerti tentang tanggung jawab,
salah satu anak tidak sengaja menumpahkan air di lantai, untuk rasa tanggung
jawab anak belum ada seharusnya pada usia tersebut anak sudah mulai bisa
bertanggung jawab; (5) ada 3 anak yang masih belum bisa mengungkapkan
keinginan, seperti pada saat ingin buang air besar anak tidak mengatakan
apapun, anak sudah buang air besar didalam celana sama hal nya dengan
buang air kecil; (6) rasa marah, ada 2 anak yang belum bisa mengontrol emosi
seperti pada saat Ar tidak sengaja memukul F, F langsung bangun dan
mengejar Ar. Jika pembalasannya belum terpenuhi F akan terus mengejar
hingga pembalasan dicapai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
kelompok bermain (KOBER, terdapat permasalahan yang dialami oleh 5 anak
yaitu: (1) taat peraturan dan mengikuti aturan/ rutinitas kegiatan, anak 2 anak
belum bisa mengikuti aturan bahkan menolak aturan yang ditetapkan pihak
yayasan; (2) sikap sabar, anak usia dini memang harus diajarkan tentang sikap
sabar, agar tidak menghambat perkembangan yang lain, ada 3 anak masih
belum faham tentang sikap sabar sehingga anak pada saat kegiatan misal
mencuci tangan anak belum dapat antri sesuai barisan yang sudah ada; (3)

13
kemandirian, contoh pada saat buang sampah pada tempatnya, ada 1 anak
yang memang susah untuk terbiasa membuang sampah pada tempatnya
sehingga guru menerapkan pembiasaan untuk mengajak anak membuang
sampah pada tempatnya; (4) tanggung jawab, ada 3 anak masih belum
mengerti tentang tanggung jawab, salah satu anak tidak sengaja menumpahkan
air di lantai, kemudian anak pergi menjauh dari tempat tersebut tanpa ada
sepatah kata apapun yang diucapkan; (5) ada 2 anak juga masih belum bisa
mengungkapkan keinginan, sehingga pada saat ingin buang air besar atau
ingin sesuatu anak tidak mengatakan apapun, anak hanya menarik baju guru
untuk menunjukkan sesuatu yang anak lihat; (6) rasa marah, ada 2 anak yang
belum bisa mengontrol emosi seperti pada saat R tidak sengaja menyenggul D
sampai jatuh, D langsung bangun dan mengejar R sampai dapat dan memukul
R.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dewi. A.R (2014). Gambaran Keterampilan Sosial Emosi Anak ASD.UPI Bandung

Hurlock, E. B. (1995) Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Masnipal (2013). Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo-Gramedia.

Masnipal (2014). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini; Panduan Bagi Mahasiswa
Calon Guru & Pengelola Paud Profesional. Bandung.

Musbikin, I. (2010). Buku Pintar PAUD (Dalam Perspektif Islami; Laksana:


Jogjakarta

Rahmawati, Y. (2005). Perkembangan Sosial Emosional pada Anak Usia Taman


Kanakkanak. Jogjakarta: Modul 1

Saomah Drs. A. (2004). Makalah Permasalahan- Permasalahan Anak dan Upaya


Penanganannya. Cimahi

Sidiarto L. (2002). Gangguan perkembangan bahasa dan bicara pada keterlambatan


bahasa. Dalam symposium neuropediatri “child who does not speak “.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Smith, J.D (2015). Sekolah Untuk Semua. Bandung: Penerbit Nuansa Cendika

Susanto, A. (2012). Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai


Aspeknya,.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sosanto, A. (2015). Bimbingan dan Konseling Di Taman Kanak-Kanak.


Prenadamedia-Grub

Sukmadinata, N, S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya.

Surya, M. (2013). Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabet, VC.
Bandung.

Susanti, N. (2014). Jurnal “Deteksi Dini Permasalahan perkembangan Anak Taman


kanak-Kanak dengan menggunakan KPSP (Koisioner Pra Skrining
Perkembangan)”. Bandung UPI

Dikutip dari https://rumaysho.com/15948-renungan-15-kalau-ada-yang-marah-


bisabacakan-ayat-ini.html

15
Dikutip dari https://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2015/07/pengertian-karakteristik-
anakusia-dini.html

Dikutip dari http://www.blog-guru.web.id/2012/08/pendidikan-anak-usia-dini-


dalam.html

16

Anda mungkin juga menyukai