Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

PROSES ADAPTASI PSIKOLOGI PADA ANAK SESUAI TAHAP


PERKEMBANGAN

Mata Kuliah: Psikologi Perkembangan


Dosen pengampu: Roslina, S.Psi., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Geby Elsa Silvia Nanda (2015301061)


Shafa Fathia Azzahra (2015301089)
Melda Wandani (2015301069)
Retriasya Aulia Rizqi (2015301099)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Solawat serta salam semoga limpahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaat nya di akhirat nanti. Kami
mengucapkan syukur kepada Allah SWT. karena kami mampu menyeleseaikan
tugas makalah kami yaitu yang berjudul “Proses Adaptasi Psikologi Pada Anak
Sesuai Tahap Perkembangan”.
Dengan terselesaikannya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Roslina, S.Psi., M.Kes selaku dosen pengampu mata
kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas yang telah membimbing dan senantiasa
mendidik kami. Tentunya kami menyadari bahwa makalah ini banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Terima kasih.

Bandar Lampung, Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................6
2.1 Proses Adaptasi Psikologi Pada Anak Sesuai Tahap Perkembangan.............6
2.1.1 Keadaan psikologi pada masa bayi....................................................6
2.1.2 Keadaan psikologi pada masa anak...................................................9
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologi.....................15
2.1.4 Masalah-masalah psikologi pada anak yang sering terjadi..............17
2.1.5 Kebutuhan bimbingan psikologi......................................................20

2.2 Perkembangan Psikologi Pada Anak Sesuai Tahap Perkembangan.............22


2.2.1 Masa prasekolah...............................................................................22
2.2.2 Masa sekolah....................................................................................29
2.2.3 Masa pubertas..................................................................................32

BAB III PENUTUP..............................................................................................35


3.1 Kesimpulan...................................................................................................35
3.2 Saran.............................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam siklus kehidupannya, manusia pasti mengalami proses
perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologinya. Jika, anda melihat
potret diri anda semasa bayi, tahu lah anda bahwa selama ini secara pasti anda
telah berubah.Dari hal ini terlihat bahwa manusia mengalami perkembangan
sejak bayi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, sampai masa tua (Yudrik,
2011).
Dalam proses perkembangan, jelas adanya perubahan-perubahan yang
meliputi aspek fisik, intelektual, sosial, moral, bahasa, emosi, dan perasaan,
minat, motivasi, sikap, kepribadian, bakat, dan kreativitas. Dimana dalam
setiap aspek tersebut pada dasarnya membuat kombinasi-kombinasi atau
hubungan baru yang membentuk spesialisasi fisikdan psikologis yang berbeda
antara manusia yang satu dan lainnya (Yudrik, 2011).
Adanya kombinasi dan perbedaan, menyebabkan adanya persaingan dan
rasa saling membutuhkan antara manusia yang satu dan lainnya. Dengan
demikian, pola perilaku manusia dapat menunjukkan kesempatan apa yang
akan diperoleh untuk mengembangkan kepopulerannya dalam kelompok
terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, sosial, ekonomi, yang
berbeda akan memperbaiki mereka yang mempunyai standar penampilan dan
perilaku yang berbeda (Yudrik, 2011).
Namun sebelum pada penerapannya, adalah lebih baik bagi kita untuk
mengetahui terlebih dahulu pengertian dari aspek-aspek perkembangan
tersebut, beserta konsep-konsep yang melatar belakanginya, serta faktor dan
aspek pendukung teori-teori yang disampaikan oleh para ahli psikologi
(khusunya psikologi perkembangan) (Yudrik, 2011).
Psikologi (dari bahasa yunani kuno; psyche = jiwa dan logos = kata) dalam
arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa /mental.
Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental ini secara langsung karena sifatnya
yang abstrak, tetai psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari
jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya,

4
sehinggaa psikologi dapat di definisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku dan proses mental. Jadi, pengertian psikologi secara
harfiah adalah ilmu tentang jiwa (Yudrik, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana keadaan psikologi pada masa bayi?
2. Bagaimana keadaan psikologi pada masa anak?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologi?
4. Bagaimana dengan masalah-masalah psikologi yang sering terjadi pada
anak?
5. Apa saja kebutuhan bimbingan psikologi?
6. Bagaimana perkembangan psikologi pada anak masa prasekolah?
7. Bagaimana perkembangan psikologi pada anak masa sekolah?
8. Bagaimana perkembangan psikologi pada anak masa pubertas?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui keadaan psikologi pada masa bayi
2. Untuk mengetahui keadaan psikologi pada masa anak
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
psikologi
4. Untuk mengetahui masalah-masalah psikologi yang sering terjadi pada
anak
5. Untuk mengetahui bimbingan psikologi
6. Untuk mengetahui perkembangan psikologi pada anak masa prasekolah
7. Untuk mengetahui perkembangan psikologi pada anak masa sekolah
8. Untuk mengetahui perkembangan psikologi pada anak masa pubertas

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Proses Adaptasi Psikologi Pada Anak Sesuai Tahap Perkembangan


2.1.1 Keadaan psikologi pada masa bayi
Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah
periode bayi baru lahir selama dua minggu. Masa bayi sering di anggap
sebagai keadaan tidak berdaya di mana bayi setiap hari belajar untuk
semakin madiri, sehingga diakhir masa bayi dikenal sebagai anak kecil
yang baru belajar berjalan. Sedangkan anak kecil biasa diasosiasiakan
dengan keadaan anak yang sudah dapat berjalan dan menguasai beberapa
keterampilan mandiri. Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya,
meskipun seluruh masa anak-anak merupakan masa dasar (Yudrik, 2011).
Pada beberapa bulan pertama dari kelahirannya, aspek yang
memegang peranan penting dari bayi adalah sekitar mulutnya. Mulut
bukan hanya alat untuk makan dan minum, tetapi juga alat komunikasi
dengan dunia luar. Bayi mendapatkan beberapa pengalaman dan rasa
senang melalui sentuhan dengan mulutnya. Baru selanjutnya dengan mata,
telinga dan tangan yang berperan sebagai alat penghubung dengan dunia
luar. Dengan berpusat pada mulut, dibantu dan dilengkapi dengan alat-alat
indera dan anggota badan, bayi mengadakan hubungan dan belajar tentang
dunia sekitar (Yudrik, 2011).
Pada tahun kedua, seorang bayi telah mulai belajar berdiri sendiri, di
samping ketergantungannya yang masih sangat besar terhadap orang
tuanya. Bayi berusaha memecahkan beberapa permasalahan yang
dihadapinya. Hal ini sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan
kepribadiannya. Pada tahun berikutnya anak mulai dapat mengontrol cara-
cara buang air, dan ia juga mulai mengadakan eksplorasi terhadap
lingkungannya. Pada tahun keempat dan kelima, anak sudah mecapai
kesempuraan dalam melakukan gerakan seperti berjalan, berlari, meloncat
dan sebagainya (Yudrik, 2011).

6
Ada beberapa tugas perkembangan masa bayi dan awal masa kanak-
kanak yang dikemukakan oleh seorang tokoh psikologi perkembangan
1. Belajar makan makanan padat
2. Belajar berjalan
3. Belajar berbicara
4. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
5. Mempelajari perbedaan peran seks
6. Mempersiapkan diri untuk membaca
7. Belajar membedakan benar dan salah, mengembangkan hati nurani.
Ada beberapa perkembangan pada bayi, yaitu:
1. Perkembangan bicara
Bicara merupakan berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, minimal
ada dua keterampilan yang perlu dikuasai; kemampuan
menangkap‟pesan‟dari orang lain dan kemampuan menyampaikan
“pesan‟ kepada orang lain. Komunikasi ini diungkapkan dalam
berbagai macam bahasa seperti lisan, tertulis, bahasa isyarat tangan,
mimik dan sebagainya.Tugas pertama dalam berkomunikasi adalah
memahami maksud orang lain dan menyampaikan maksud mereka
dalam bentuk kata-kata sesuai dengan tahap perkembangannya.
Sampai dengan usia 18 bulan bayi masih membutuhkan penguatan
bahasa isyarat baik dengan tangan, mimik, muka, serta gerak tubuh
untuk memahami komunikasi.Tugas kedua dalam berkomunikasi
adalah belajar berbicara. Karena belum mampu berbicara, bayi
mengembangkan pola komunikasi dengan cara mereka sendiri yang
disebut dengan bentuk-bentuk prabicara (menangis,mengoceh, isyarat
dan pengungkapan emosi) (Yudrik, 2011).
2. Perkembangan sosialisasi
Pengalaman sosial pada masa ini banyak mempengaruhi pola
hubungan sosial dan pola perilaku di masa depan. Hanya ada sedikit
bukti bahwa sikap sosial dan antisosial merupakan sikap bawaan.
Bahkan seseorang menjadi introvert atau ekstrovet lebih banyak

7
dipengaruhi pengalaman-pengalaman sosial awal, dimana hal ini
banyak terjadi dalam rumah (Yudrik, 2011).
Bayi yang banyak menangis cenderung akan menetap pada masa-
masa berikutnya. Bayi banyak menangis cenderung menjadi anak
yang agresif atau mencari perhatian.Sebaliknya bayi yang ramah dan
bahagia biasanya memiliki penyesuaian sosial yang lebih baik pada
masa besarnya nanti (Yudrik, 2011).
a. Usia 2-3 bulan
Mampu membedakan manusia dan benda mati, tahu bahwa
manusialah yang memenuhi segala kebutuhannya, tidak suka
ditinggal sendiri, tidak menunjukkan rasa suka terhadap satu
orang tertentu.
b. Usia 4-5 bulan
Bayi suka digendong oleh siapa saja, memberi reaksi yang
berbeda terhadap wajah yang tersenyum, suara yang ramah, atau
suara yang menunjukkan kemarahan.
c. Usia 6-7 bulan
Mampu membedakan “teman‟ dan “orang asing‟ sehingga
menunjukkan rasa tersenyum kepada teman, dan menunjukkan
rasa takut kepada orang asing. Sudah ada keterikatan yang kuat
terhadap ibu dan pengganti ibu.
d. Usia 8-9 bulan
Mencoba meniru kata-kata, isyarat atau gerakan sederhana dari
orang lain.
e. Usia 12 bulan
Bayi bereaksi terhadap larangan.
f. Usia 16-18 bulan
Muncul negatif dalam bentuk keras kepala dan tidak mau
mengikuti permintaan atau perintah orang dewasa, bisa berupa
perilaku menarik diri atau ledakan amarah.

8
g. Usia 22-24 bulan
Mulai bekerjasama dalam kegiatan rutin seperti makan,
berpakaian dan mandi.
3. Perkembangan bermain
Ada beberapa pola bermain yang umum dari masa bayi:
a. Sensomotorik, merupakan bentuk permainan yang paling awal
yaitu dengan gerakan mengangkat tubuh, menendang, bergoyang-
goyang, menggerakkan jari-jemari, berceloteh dan berguling.
b. Menjelajah, baik dengan menjelajahi bagian-bagian tubuhnya
maupun benda-benda yang ada disekitarnya.
c. Meniru, menginjak tahun kedua bayi mulai meniru gerakan-
gerakan orang disekitarnya seperti membaca, menyapu, dan lain-
lain.
d. Berpura-pura, pada tahun kedua bayi memberikan sifat hidup pada
benda kesayangan dan mainnya.
e. Permainan, sebelum berusia satu tahun bayi sudah menyukai
permainan sembunyi-sembunyian, cilukba, dan sebagainya, yang
dilakukan dengan orang dewasa atau kakak-kakaknya.
f. Hiburan, bayi senang diceritai, dinyanyikan dan dibacakan
dongeng
2.1.2 Keadaan psikologi pada masa anak
Anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan
belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan kasus, baik,
kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Pasal 1 ayat 1 UU No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
menyatakan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
8 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak adalah
individu yang unik dan bukan orang dewasa mini. Anak juga merupakan
harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi,
melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan secara
individual (Marmi & Margiyati, 2013).

9
Kebutuhan utama seorang anak adalah mendapatkan perhatian dari
orang-orang yang paling dekat dengannya. Karena inilah yang akan
mempengaruhi kehidupan pribadi anak. Peran yang dimainkan juga
menjadi akar untuk pertumbuhan selanjutnya.Orang tua adalah pendidik
utama, pertama, dan terbaik untuk anak. Sebaik apapun tenaga pendidik,
program kegiatan, dan fasilitas yang tersedia di tempat penitipan anak
tidak akan dapat menggantikan sepenuhnya peran orangtua sebagai
pengasuh sekaligus pendidik bagi anak (Marmi & Margiyati, 2013).
1. Prinsip perkembangan anak
Dalam perkembangan anak dikenal prinsip-prinsip perkembangan
sebagai berikut:
a. Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua
aspek. Aspek perkembangan bukan hanya berkenaan dengan
aspek-aspek tertentu tetapi menyangkut semua aspek.
Perekembangan aspek tertentu mungkin lebih terlihat dengan jelas,
sedangkan aspek yang lainnya bersembunyi. Perkembangan
tersebut juga berlangsung terus sampai akhir hayatnya, hanya pada
saat tertentu perkembangannya lambat bahkan sangat lambat,
sedangkan pada saat lain sangat cepat.
b. Setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas
perkembangan berpikir dan membina hubungan sosial yang sangat
tinggi dan tempo perkembangannya dalam segi itu sangat cepat,
sedang dalam aspek lainnya seperti keterampilan atau estetika
kemampuannya kurang dan perkembangannya lambat. Sebaliknya,
ada anak yang keterampilan dan estetikanya berkembang pesat
sedangkan kemampuan berpikir dan hubungan sosialnya agak
lambat.
c. Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola
tertentu. Perkembangan sesuatu segi didahului atau mengdahului
segi yang lainnya. Anak bisa merangkak sebelum kanak bisa
berjalan, anak bisa meraban sebelum anak bisa berbicara, dan
sebagainya.

10
d. Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi
sedikit. Secara normal perkembangan itu berlangsung sedikit demi
sedikit tetapi dalam situasi-situasi tertentu dapat juga terjadi loncat-
loncatan. Sebaliknya dapat juga terjadi kemacetan perkembangan
aspek tertentu.
e. Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum
menuju ke yang lebih khusus, mengikuti proses diferensi dan
integrasi. Perkembangan dimulai dengan dikuasainya kemampuan-
kemampuan yang bersifat umum, seperti kemampuan memegang
dimulai dengan memegang benda besar dengan kedua tangannya,
baru kemudian memegang dengan satu tangan tetapi dengan
kelima jarinya. Perkembangan berikutnya ditunjukkan dengan anak
dapat memegang dengan beberapa jari, dan akhirnya menggunakan
ujung-ujung jarinya.
f. Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase,
tetapi karena faktor-faktor khusus, fase tertentu dilewati secara
cepat, sehingga nampak luar seperti tidak melewati fase tersebut,
sedangkan fase lainnya diikuti dengan sangat lambat, sehingga
nampak seperti tidak berkembang.
g. Sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat
dipercepat atau diperlambat. Perkembangan dipengaruhi oleh
faktor pembawaan dan juga faktor lingkungan. Kondisi yang wajar
dari pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan laju
perkembangana yang wajar pula. Kekurangwajaran baik yang
berlebih atau berkekurangan dari faktor pembawaan dan
lingkungan dapat menyebabkan laju perkembangan yang lebih
cepat atau lebih lambat.
h. Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau
berkolerasi dengan aspek lainnya. Perkembangan kemampuan
sosial berkembang sejajar dengan kemampuan berbahasa,
kemampuan motorik sejajar dengan kemampuan pengamatan dan
lain sebagainya.

11
i. Pada saat-saat tertentu dalam bidang-bidang tertentu
perkembangan pria berbeda dengan wanita. Pada usia 12-13 tahun,
anak wanita lebih cepat matang secara sosial dibandingkan dengan
laki-laki. Fisik laki-laki umumnya tumbuh lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita. Laki-laki lebih kuat dalam
kemampuan berbahasa dan estetikanya (Marmi & Margiyati,
2013).
2. Tugas perkembangan masa anak-anak
Tugas-tugas perkembangan anak usia 4-5 tahun adalah sebagai
berikut:
a. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan
yang umum.
b. Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai mahluk
yang sedang tumbuh.
c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya.
d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk
membaca, menulis, dan berhitung.
f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari.
g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tingkatan nilai.
h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan
lembaga-lembaga.
3. Aspek perkembangan anak
Perkembangan kejiwaan pada masa anak-anak, terkadang disebut
dengan masa anak kecil atau juga dengan masa menjelang sekolah,
sebab masa-masa ini saat-saat anak senang mempersiapkan diri untuk
bersekolah. Demikian pula masa ini ada yang menyebut dengan masa
estetis, dikarenakan anak mulai mengenal dunia sekitarnya terasa indah.
Pada pembahasan ini akan dijelaskan antaralain:
a. Perkembangan fisik

12
Pertumbuhan fisik masa ini lambat dan relatif
seimbang.Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada
panjang badannya.Peningkatan berat badan anak terjadi terutama
karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran
beberapa organ tubuh lainnya (Marmi & Margiyati, 2013).
b. Perkembangan motorik
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus
dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak-
anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta
menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus
keterampilan-keterampilan motorik, anak-anak terus melakukan
berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam
bentuk permainan (Marmi & Margiyati, 2013).
Beberapa perkembangan motorik, (kasar maupun halus) selama
periode ini, antara lain:
1) Anak usia 5 tahun :
a) Mampu melompat dan menari.
b) Mengambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan
dan badan.
c) Dapat menghitung jari jarinya.
d) Mendengar dan mengulang hal hal penting dan mampu
bercerita.
e) Mempunyai minat terhadap kata kata baru beserta
artinya.
f) Memprotes bila apa yang diarang menjadi keinginanya.
g) Mampu membedakan besar dan kecil.
2) Anak usia 6 tahun
a) Ketangkasan meningkat.
b) Melompat tali.
c) Bermain sepeda.
d) Mengetahui kanan dan kiri.
e) Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan.

13
f) Mampu menguraikan objek objek dengan gambar.
3) Anak usia 7 tahun
a) Mulai membaca dengan lancar.
b) Cemas terhadap kegagalan.
c) Peningkatan minat pada bidang spiritual.
d) Kadang malu atau sedih.
4) Anak usia 8-9 tahun
a) Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat.
b) Mampu menggunakan peralatan rumah tangga.
c) Keterampilan lebih individual.
d) Ingin terlibat dalam sesuatu.
e) Menyukai kelompok dan mode.
f) Mencari teman secara aktif.
5) Anak usia 10-12 tahun
a) Perubahan sikap berkaitan dengan berubahnya postur
tubuh yang berhubungan dengan pubertas mulai tampak.
b) Mampu melakukan aktifitas rumah tangga, seperti
mencuci, menjemur pakaian sendiri dll.
c) Adanya keinginan anak untuk menyenangkan dan
membantu orang lain.
d) Mulai tertarik dengan lawan jenis.
c. Perkembangan kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak
berkembang secara berangsur-angsur.Jika pada periode
sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan
egosentris, maka periode ini daya pikir anak sudah berkembang
kearah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya
menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada stadium
belajar (Marmi & Margiyati, 2013).
Dalam masa ini, anak telah mengembangkan tiga macam
proses yang disebut operasi-operasi, yaitu:

14
1. Negasi, yaitu pada masa konkrit operasional, anak
memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan
yang satu dengan benda atau keadaan yang lain.
2. Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah
mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
3. Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu
deretan benda-benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula
untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa
perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi pada tahap ini anak telah
memiliki struktur kognitif yang memungkinkannya dapat
berpikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri
bertindak secara nyata (Marmi & Margiyati, 2013).

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologi


Pola perkembangan dapat dipengaruhi oleh keadaan atau kondisi di
dalam diri si anak itu sendiri, ataupun oleh keadaan atau kondisi di luar si
anak. Secara umum perkembangan anak selama masa perkembangannya
akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terangkum dalam dua faktor
yakni faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah segala sesuatu yang ada dalam diri individu
yang keberadaannya mempengaruhi dinamika perkembangan.
Termasuk ke dalam faktor-faktor internal tersebut adalah faktor
jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kematangan fisik (genetic)
dan psikis, maupun perbedaan ras/etnik.
2. Faktor Eskternal
Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berada di luar diri
individu yang keberdaannya mempengaruhi terhadap dinamika
perkembangan. Yang termasuk faktor eksternal antara lain: faktor
sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan faktor lingkungan
non fisik.

15
Dengan demikian perkembangan tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor
saja, melainkan dari banyak faktor yang saling berhubungan dan saling
bergantung. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan individu :
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk
perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga
merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak (Marmi &
Margiyati, 2013).
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian
anak lebih banyak ditemukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika
berinteriksa dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga
(Marmi & Margiyati, 2013).
2. Kematangan
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan
fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial,
memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa
juga sangat menentukan (Marmi & Margiyati, 2013).
3. Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi
keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak
memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh
keluarganya (Marmi & Margiyati, 2013).
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif,
anak memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat
dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang (Marmi & Margiyati,
2013).
5. Kapasitas mental

16
Emosi dan intelegensi kemampuan berfikir dapat banyak,
mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan
masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi berpengaruh sekali
terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan
intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh
karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat
menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak (Marmi &
Margiyati, 2013)
2.1.4 Masalah-masalah psikologi pada anak yang sering terjadi
Gangguan psikologis di dunia saat ini sangat luas, dan begitu juga
jumlah anak-anak yang terkena gangguan tersebut setiap hari. Ada juga
berbagai gejala untuk setiap gangguan. Sangat penting bagi orangtua untuk
mengetahui tentang gangguan psikologis yang dapat mempengaruhi anak-
anak dan gejala untuk mengidentifikasi mereka, sehingga mereka dapat
membantu anak-anak mereka dengan cara yang cepat dan efisien.
Berikut ini adalah masalah psikologi anak berupa perubahan emosi:
1. Gangguan Kecemasan
Kecemasan adalah jenis yang paling umum dari gangguan
psikologis yang mempengaruhi anak-anak. Gejala utama dari gangguan
kecemasan adalah kekhawatiran yang berlebihan, ketakutan atau
kegelisahan. Ada berbagai jenis gangguan kecemasan, seperti ketakutan
yang tidak beralasan situasi, paling sering disebut sebagai fobia,
gangguan kecemasan umum, yang cenderung membuat anakanak
khawatir berlebihan tentang hal-hal yang tidak realistis, serangan panik,
gangguan obsesif kompulsif, yang menyebabkan anak-anak mengulangi
pola pikiran dan perilaku, seperti mencuci tangan, dan gangguan stres
pasca-trauma, yang biasanya terjadi pada anak-anak yang mengalami
peristiwa traumatis dalam hidup. Gangguan stres pasca-trauma
menyebabkan kilas balik yang menyakitkan dan menakutkan dari
peristiwa traumatik.
2. Depresi parah

17
Depresi adalah gangguan psikologis lain yang sangat umum pada
anak-anak. Depresi mempengaruhi emosi anak, membuat mereka
merasa sedih atau tidak berharga. Mereka mungkin kehilangan motivasi
untuk kegiatan yang mereka gunakan untuk sangat menikmati, dan
mungkin memiliki perubahan nafsu makan dan pola tidur. Mereka
mungkin mulai melihat dunia sebagai tempat yang putus asa, dan
mereka tampaknya tidak peduli tentang apa pun. Semua gejala ini
penting untuk menyadari karena ketika mereka menggabungkan,
seorang anak dapat mempertimbangkan bunuh diri dan hidupnya
mungkin dalam bahaya.
3. Bipolar Disorder
Gangguan bipolar sering terlihat pada gejala perubahan suasana
hati berlebihan yang tampaknya berubah dengan cepat dan pergi dari
rendah ke tinggi dengan cepat. Saat-saat perubahan suasana hati
berlebihan kadang-kadang dimoderatori oleh suasana hati biasa di
antara, tapi selama periode suasana hati yang intens, anak-anak
mungkin menunjukkan tanda-tanda seperti berbicara non-stop,
menunjukkan penilaian buruk dan tidak tampak membutuhkan sangat
banyak tidur. Jika tidak diobati tanpa obat, gangguan bipolar dapat
menyebabkan depresi berat.
4. Hiperaktif
Sebuah gangguan psikologi anak yang cukup sering terjadi.
Seorang anak akan mendapatkan sebuah gangguan perilaku dimana
mereka cenderung bergerak aktif bahkan super aktif di dalam rumah
atau di lingkungan permainan bersama dengan teman-temannya. Anak-
anak yang hiperaktif bisa membahayakan teman-temannya akibat
perilaku yang terjadi secara spontan dan tanpa pikir panjang.
5. Pemurung dan penyendiri
Ketika kita telah membahas mengenai anak-anak yang ceria
bahkan hiperaktif, ada pula anak yang berperilaku sebaliknya. Mereka
sangat sulit bergaul dan cenderung merasa malu dengan keadaan
mereka sendiri. Anak-anak seperti ini juga tidak boleh dibiarkan

18
berlarut karena jiwa sosial mereka tidak bisa berkembang jika selalu
dibiarkan.

Selain itu, masalah psikologi pada anak berupa perilaku dalam


kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut:
1. Anak suka berbohong
Kemungkinan besar anak berbohong disebabkan oleh karena orang
tua acap kali melarang anak untuk mengatakan atau menceritakan
sesuatu peristiwa atau kejadian yang benar. Sebagai ilusterasi, "Jagad
secara terus terang mengatakan kepada ibunya bahwa ia pernah
mencubit adiknya sampai menangis meraung-raung." Mendengar
pernyataan ini Ibunya langsung mencubit paha Jagad bahkan
menampar pihinya hingga memar memerah.
Suatu ketika Jagad marah pada adiknya karena mengganggu saat ia
sedang belajar, ibunya datang, hati Jagad masih bergolak menahan rasa
marahnya, akan tetapi Jagad mengatakan pada ibunya itu, bahwa ia
sangat menyayangi adiknya. Mendengar penuturan ini ibunya langsung
merangkul Jagad dengan mencium pipinya dan mengusap-usap
kepalanya.
Solusi : Berkait dengan masalah tersebut di atas, jika orang tua
menginginkan anak-anaknya bersikap jujur, dan tidak berbohong,
maka sebaiknya harus bersedia untuk mendengarkan suatu kebenaran
baik kebenaran itu terasa manis atau pahit, baik ataupun buruk yang
dinyatakan oleh seorang anak. Jangan sampai anak merasa takut untuk
mengungkapkan segala isi hatinya.
2. Anak suka berkelahi
Berdasarkan studi Gentile dan Bushman mengatakan, ada enam
faktor yang dapat menyebabkan anak menjadi pengganggu atau
bullying terhadap temannya. “Ketika semua faktor-faktor risiko
dialami oleh anak-anak, risiko agresi dan perilaku intimidasi akan
tinggi. 1-2 faktor risiko bukanlah masalah besar bagi anak-anak, tetapi
orangtua masih membutuhkan bantuan untuk mengatasi,” kata Gentile.

19
Solusi : memberi teguran dan nasihat yang baik. Ini termasuk
metode pendidikan yang sangat baik dan bermanfaat untuk meluruskan
kesalahan anak.
3. Anak suka mencuri
Kadang-kadang orang tua merasa terkejut dan bingung sewaktu
pertama kali mengetahui anaknya mencuri. Orang tua lantas mungkin
berpikir bahwa ini merupakan hal yang wajar dalam perkembangan
anak. Anggapan ini tentu saja tidak benar. Jadi, sekecil apa pun
pencurian yang dilakukan anak, orang tua harus melarang dan
menghentikannya. Boleh dikata hal ini kerap kali terjadi, terutama
dalam keluarga yang memiliki anak berusia empat sampai tujuh tahun.
Pada usia ini anak cenderung untuk mengambil apa yang bukan
haknya.
Sebenarnya, perbuatan mencuri yang dilakukan anak-anak balita
bukanlah tingkah laku yang menyimpang. Tetapi bila orang tua tidak
menanganinya dengan benar, tingkah laku yang tidak berbahaya itu
dapat mengarah menjadi perbuatan yang berakibat lebih jauh.Mencuri
di kalangan anak-anak balita sering terjadi. Ini disebabkan karena
mereka belum mempunyai konsep kemilikan. Anak-anak belum
mempunyai batas yang tegas antara milik sendiri dan milik orang lain.
Bila mereka melihat sesuatu yang disukainya, mereka akan mengam-
bilnya. Bagi mereka seolah berlaku prinsip: “Aku lihat, aku suka, aku
mau, aku ambil. Anak kecil belum mengerti bahwa dengan mengambil
benda yang dinginkan tanpa izin si pemilik, ia melanggar hak milik
teman tersebut dan akan merugikan si teman itu. Pada umumnya,
orangtua pasti akan merasa kaget, kecewa, dan malu bila mengetahui
bahwa anak mereka telah mencuri sesuatu milik orang lain. Namun,
janganlah orangtua bertindak tergesa-gesa, langsung marah-marah
kepada anak, apalagi menghukumnya dengan cara yang berlebihan.
Sebab, tidak semua anak mencuri karena niat yang sudah
direncanakan.

20
2.1.5 Kebutuhan bimbingan psikologi
Pendekatan-pendekatan digunakan dalam layanan bimbingan untuk
memenuhi kebutuhan bimbingan psikolog pada anak. Menurut Myrick
(dalam Muro & Kottman, 1995) ada empat pendekatan yang dapat
dirumuskan sebagai suatu pendekatan dalam bimbingan, yaitu :
1. Pendekatan krisis
Dalam pendekatan krisis layanan bimbingan dilakukan bilamana
ditemukan adanya suatu masalah yang krisis yang harus segera
ditanggulangi, dan guru atau pembimbing bertindak membantu anak
yang menghadapi masalah tersebut untuk menyelesaikannya. Teknik
yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknik teknik yang
secara “pasti” dapat mengatasi krisis tersebut. Contoh : seorang anak
menangis ketika anak bermain di luar kelas karena tangannya
berdarah dilempar batu oleh teman sebayanya. Guru atau pembimbing
yang menggunakan pendekatan krisis akan meminta anak untuk
membicarakan penyelesaian masalahnya dengan teman yang telah
melukainya. Bahkan mungkin guru atau pembimbing segera
memanggil anak yang telah bersalah tersebut untuk menghadap dan
membicarakan penyelesaian masalah yang telah dilakukannya.
2. Pendekatan Remidial
Dalam pendekatan remedial, guru atau pembimbing akan
memfokuskan bantuannya kepada upaya penyembuhan atau perbaikan
terhadap kelemahan-kelemahan yang ditampakkan anak. Tujuan
bantuan dari pendekatan ini adalah untuk menghindarkan terjadinya
krisis yang mungkin dapat terjadi. Berbagai strategi dapat digunakan
untuk membantu anak, seperti mengajarkan kepada anak keterampilan
belajar, keterampilan bersosial dan sejenisnya yang belum dimiliki
anak sebelumnya. Guru atau pembimbing yang menggunakan
pendekatan remedial untuk contoh kasus di atas, akan mengambil
tindakan mengajarkan anak keterampilan berdamai sehingga anak
dapat memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah-masalah
hubungan antar pribadi. Misal guru atau pembimbing meminta anak

21
yang telah melempar temannya dengan batu untuk meminta maaf atas
perbuatannya, dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Mereka
diminta untuk bersalaman dan bermain kembali.
3. Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang mencoba
mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin akan muncul pada
anak dan mencegah terjadinya masalah tersebut. Masalah-masalah
pada anak taman kanak-kanak dapat berupaperkelahian, pencurian,
merusak, menyerang dan sebagainya. Pendekatan preventif didasarkan
pemikiran bahwa jika guru atau pembimbing dapat membantu anak
untuk menyadari bahaya dari berbagai aktivitas itu maka masalah
dapat dihindari sebaik-baiknya. Pendekatan preventif ini dapat
dilakukan dengan cara menyampaikan informasi kepada anak tentang
akibat dari suatu tindakan tertentu. Dalam contoh kasus di atas, guru
yang menggunakan pendekatan preventif akan mengajak anakuntuk
mendengarkan cerita guru atau pembimbing yang memuat pesan
untuk menjaga atau mencegah terjadinya suatu tindakan yang akan
merugikan diri sendiri dan orang lain dan belajar untuk bersikap
toleran dan memahami orang lain.
4. Pendekatan Perkembangan
Dalam pendekatan perkembangan, kebutuhan akan layanan
bimbingan di taman kanak-kanak muncul dari karakteristik dan
permasalahan perkembangan anak didik, baik permasalahanyang
berkenaan dengan perkembangan fisik motorik, kognitif, sosial,
emosi, maupun bahasa. Pendekatan perkembangan dalam bimbingan
lebih berorientasi pada bagaimanamenciptakan suatu lingkungan yang
kondusif agar anak didik dapat berkembang secara optimal. Berbagai
teknik dapat digunakan dalam pendekatan ini seperti mengajar, tukar
informasi, bermain peran, melatih, tutorial dan konseling

22
2.2 Perkembangan Psikologi Pada Anak Sesuai Tahap Perkembangan
2.2.1 Masa prasekolah
Perkembangan adalah suatu proses yang berkelanjutan yang
membutuhkan stimulasi dan dorongan yang konstan agar kehidupan dapat
terus berlanjut. Perkembangan manusia terjadi secara alami karena ia
memiliki komponen psikologis yang membantu perkembangannya.
Hurlock (2013) menyatakan bahwa komponen kognitif, motorik, dan
afektif, sosial, emosional, bahasa, moral, dan agama semuanya berperan
dalam perkembangan manusia sejak bayi hingga tua.
1. Perkembangan Kognitif
Perkembangan manusia sebagian besar dipengaruhi oleh faktor
kognitif, menurut Piaget. Kognitif adalah kemampuan untuk
memahami, mengenali, dan memahami melalui penggunaan
pengamatan dan pengamatan. Kemampuan individu untuk
mempersepsikan dan mengetahui dirinya dan lingkungannya dalam
suatu proses, atau suatu perkembangan pemikiran dan pengenalan
individu untuk mengkonstruksi atau mengelola dunia dengan caranya
sendiri, disebut sebagai kognitif.
Perkembangan kognitif anak-anak berada dalam tahap pra-
operasional selama tahun-tahun pra-sekolah. Cara berpikir anak tetap
egosentris, dan dia hanya mampu mendekati situasi dari satu
perspektif. Anak-anak prasekolah dengan cepat memahami gagasan
berhitung dan mulai bermain game atau berfantasi tentangnya. Mereka
tidak percaya bahwa pikirannya kuat, imajinasi yang diinduksi oleh
pemikiran magis yang membantu anak-anak prasekolah membuat
ruang di lingkungan nyata mereka.
Dari segi persepsi kognitif pada masa prasekolah antara lain: mulai
meniru gambar meskipun dalam bentuk coretan yang tidak sempurna,
memainkan peran dengan peran yang realistis, mulai dapat
mendengarkan cerita dengan baik, terdapat komentar ketika
mendengarkan cerita, dan mulai bisa menghitung dan memberi warna.
tepat pada objek gambar.

23
2. Perkembangan Sosial
Menurut Erikson, anak-anak prasekolah berada dalam tahap
perkembangan sosial Inisiatif versus Rasa Bersalah. Benda-benda di
sekitarnya akan menjadi mainan dalam mengisi kegiatan sehari-
harinya selama ini, karena anak akan sangat aktif dan banyak
mengajukan pertanyaan kritis. Dalam kontak sosial, inovasi dan daya
cipta anak-anak prasekolah tampak sangat tinggi. Anak-anak mudah
untuk berteman, tetapi mereka juga mudah bermusuhan dengan teman
sebayanya, karena egosentrisitas mereka yang tinggi pada usia ini.
Anak-anak mulai menunjukkan kemampuan untuk
mengembangkan diri melalui hubungan dengan orang lain dari
keluarga, teman, dan sekolah mereka saat komponen ini berkembang.
Pertumbuhan perilaku anak dalam skenario inilah yang pentingAdalah
tumbuhnya tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan yang berlaku dimanapun anak berada dalam keadaan ini.
Perkembangan sosial ini berasal dari kombinasi kematangan dan
kesempatan belajar yang dihasilkan dari respon yang bervariasi
terhadap anak di lingkungan. Anak-anak sering dianggap keras kepala
sebagai akibat dari perkembangan ini karena mereka sudah mulai
mendefinisikan identitas mereka dan selalu bersemangat untuk
menunjukkan kemauan dan kemampuan mereka dengan mengajukan
berbagai pertanyaan.
Perkembangan sosial anak prasekolah meliputi:
a. Mampu membantu dan berpartisipasi dalam kegiatan teman
sebayanya.
b. Mengamati anak-anak lain dan menjalin persahabatan dengan
mereka
c. Mampu berkomunikasi dengan bahasa yang sederhana
d. Kenali pentingnya bergiliran saat bermain dengan teman sebaya.
e. Mengkomunikasikan ide dan perasaan melalui ekspresi
3. Perkembangan Emosional

24
Anak-anak prasekolah cenderung menunjukkan emosi yang intens.
Mereka sangat gembira, senang, dan bingung pada satu saat, dan
kemudian sangat tidak puas pada saat berikutnya. Imajinasi anak-anak
prasekolah sangat jelas, dan kekhawatiran mereka cukup nyata.
Mayoritas anak usia ini sudah menguasai pengendalian diri. Mereka
dapat menamai emosi mereka sehingga mereka dapat
menindaklanjutinya. Tanah liat, permainan air, sketsa atau lukisan,
atau permainan dramatis dengan boneka semuanya dapat digunakan
untuk menyampaikan emosi yang kuat. Anak-anak prasekolah sedang
membentuk rasa diri mereka, menyadari apakah mereka laki-laki atau
perempuan. Mereka sadar bahwa mereka adalah anggota keluarga,
komunitas, atau budaya tertentu (Kyle, 2012).
a. Perkembangan Emosional Anak Prasekolah (3-4 tahun)
Anak-anak dapat mengekspresikan emosi dasar seperti
kesedihan, kebahagiaan, kemarahan, dan kegembiraan melalui
bahasa. Meskipun Anda mungkin perlu memberikan banyak
pengingat, anak muda itu dapat merasa bersalah dan memahami
bahwa ia harus meminta maaf jika ia telah melakukan kesalahan.
Anak muda itu murah hati dan menunjukkan bahwa dia mengerti
bahwa kita harus berbagi dengan orang lain dalam hidup, tetapi
jangan berharap dia melakukannya sepanjang waktu.
b. Perkembangan Emosional Anak Prasekolah (4-5 tahun)
Anak dapat mengekspresikan emosi yang lebih rumit seperti
frustrasi/gagal, jengkel, dan malu menggunakan bahasa. Jika
seorang anak merasa bersalah, malu, atau takut, ia dapat
menyembunyikan kebenaran tentang sesuatu. Anak-anak memiliki
lebih sedikit kemarahan dan lebih baik dalam mengelola emosi
yang intens seperti kemarahan, ketidaksabaran, dan kekecewaan.
c. Perkembangan emosi anak prasekolah (5 tahun)
Anak-anak menjadi lebih sadar akan perasaan mereka terhadap
orang lain dan bertindak berdasarkan perasaan itu, seperti bersikap
ramah kepada teman dan keluarga dan ingin lebih banyak

25
membantu Anda. Untuk menghindari masalah, anak-anak akan
melakukan segala upaya untuk mengikuti aturan (Pemerintah
Negara Bagian Victoria, 2018)
4. Perkembangan Bahasa
Anak-anak prasekolah berkembang dalam interaksi satu lawan satu
dengan orang tua mereka. Anak-anak belajar untuk mengekspresikan
perasaan dan ide mereka melalui komunikasi interaktif. Komunikasi
interaktif tidak hanya mempromosikan perkembangan emosional dan
moral, tetapi juga meningkatkan harga diri dan pertumbuhan kognitif.
Ketika Anda mengajukan pertanyaan kepada anak prasekolah, dia
dipaksa untuk mempertimbangkan maksud atau alasannya sendiri,
yang mendorong perkembangan bahasa. Komunikasi individu dapat
digunakan oleh orang tua untuk memeriksa baik dan salah, sehingga
berkontribusi pada perkembangan moral. Ketika orang tua mereka
memperhatikan kata-kata dan pikiran mereka, mereka akan merasa
dihargai.
Anak usia prasekolah mampu berbicara dan menggunakan kata-
kata untuk merepresentasikan benda. Namun, mentalitas mereka
masih egois. Ini menunjukkan bahwa mereka masih berada di dalam
tubuh mereka sendiri. Akibatnya, terlepas dari kemampuannya
menggunakan kata-kata untuk menandakan objek, dia tidak menyadari
bahwa suatu objek dapat dijelaskan dengan lebih dari satu
kata/konsep, dan bahwa kata/konsep ini dapat diterapkan pada objek
lain.
Bahasa adalah alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan
pesan internal seperti pikiran dan perasaan. Bahasa juga merupakan
ciri dan indikator kemampuan seseorang untuk menerima atau
menolak informasi atau isyarat dari orang lain.
Teori bahasa Wundt menyatakan bahwa gerak fisik merupakan
ekspresi dari gerak psikis (Baraja, 2005: 179). Antara fenomena
mental dan fisik, ada hubungan serupa. Tujuan dan tuntutan psikologis
seseorang dapat terlihat dari ekspresi wajah dan perilakunya. Menurut

26
hipotesis ini, perkembangan bahasa anak-anak prasekolah dapat dibagi
menjadi dua tahap:
a. Tahap Pertama (2.0-2.6), yang didefinisikan sebagai berikut:
1) Anak mampu menyusun kalimat tunggal tanpa cela.
2) Anak sudah mulai memahami konsep perbandingan.
3) Anak memiliki banyak pertanyaan tentang nama dan tempat,
seperti apa, dari mana, dan dari mana asalnya.
4) Anak-anak telah menggunakan banyak kata awal dan akhir.
b. Tahap kedua (2,6-6,0) didefinisikan sebagai berikut:
1) Anak dapat memahami dan menggunakan frasa majemuk dan
klausa bawahan.
2) Tingkat berpikir anak telah meningkat, dan dia banyak
mengajukan pertanyaan sebab akibat waktu dalam bentuk
pertanyaan kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.

5. Perkembangan Moral dan Spiritual


Perkembangan moral merupakan perluasan, modifikasi, dan
reinterpretasi dari teori Piaget, berdasarkan ide Kohlberg. Kohlberg
membagi perkembangan moral menjadi tiga tahap, yang kemudian
diperluas menjadi enam tahap. Sikap moral, menurut Kohlberg, tidak
terbentuk sebagai hasil sosialisasi atau pelajaran hidup. Tahapan
pertumbuhan moral, di sisi lain, dipicu oleh perilaku spontan anak.
Moral muncul melalui interaksi sosial anak yang unik, di mana faktor
pribadi seperti aktivitas anak memainkan pengaruh penting (Desmita:
2016). Semakin maju perkembangan moral seseorang maka akan
semakin stabil dan bertanggung jawab moralitasnya.
Anak-anak prasekolah mulai memahami konsep baik dan salah,
serta perkembangan hati nurani. Selama tahun-tahun prasekolah,
suara-suara batin yang memperingatkan atau mengancam muncul.
Kohlberg menyebut periode ini, yang terjadi antara usia 2 dan 7 tahun,

27
tahap pra-konvensional, karena ditandai dengan sikap hukuman dan
kepatuhan (Kohlberg, 1984). Perkembangan moral dan spiritual anak
prasekolah meliputi:
a. Anak akan merasa bersalah dan sebagai akibatnya
mengembangkan hati nuraninya.
b. Anak prasekolah akan bersikap hormat dan patuh pada otoritas
orang tuanya.
c. Anak akan belajar bagaimana mengelola amarahnya.
d. Anak prasekolah selalu berfantasi dan berimajinasi
e. Anak akan memperoleh rasa moralitas, atau nilai-nilai yang
memandu bagaimana dia memperlakukan orang lain dan
memandang keadilan.

Perkembangan moral anak prasekolah berada pada tingkat yang


paling dasar, yang disebut dengan moralitas pra-konvensional. Anak
mempersepsikan moralitas pada tahap ini tergantung pada dampak
dari suatu kegiatan, seperti menyenangkan (reward), menyakitkan
(punishment), dan sebagainya (punishment). Karena mereka takut
dihukum oleh pihak berwenang, anak-anak tidak melanggar aturan.
Akibatnya, sangat penting untuk memiliki orientasi kepatuhan pada
tahap ini, dan otoritas menentukan konsep anak tentang hukuman
yang baik dan buruk. Tujuan dari mengikuti peraturan adalah untuk
menghindari hukuman dari pihak yang berwenang. Akibatnya, dalam
penyelidikan psikologis, Kohlberg mengklasifikasikan moral sebagai
fenomena kognitif. Sudut pandang moralnya merupakan bagian dari
penalarannya (Desmita, 2016: 262).
Fowler (Desmita, 2016:279) memberikan tahapan perkembangan
spiritual dan keyakinan berdasarkan teori perkembangan Kohlberg,
Piaget, Erikson, Levinson, Perry, dan Gilligan. Spiritualitas dan
kepercayaan, menurut Fowler, hanya dapat muncul seiring dengan
kemajuan perkembangan intelektual dan emosional seseorang.
Menurut Dacey & Kenny (1997), ada tujuh tahap perkembangan
spiritual:

28
1. Primal Religion;
2. keyakinan intuitif-proyektif;
3. keyakinan literal mitos;
4. pandangan sintetik-konvensional;
5. keyakinan individu-reflektif;
6. keyakinan konjungtif; dan
7. universalisasi iman.

Tahap keyakinan intuitif-proyektif adalah tahap kedua


perkembangan spiritual pada anak-anak prasekolah. Karena
kepercayaan yang dibangun adalah kombinasi dari efek instruksi dan
contoh-contoh utama dari orang dewasa, kepercayaan anak-anak
meniru pada titik ini. Melalui pengawasan orang dewasa Bayi
kemudian berhasil membangunkan, membimbing, dan mengarahkan
perhatian spontan, serta citra intuitif dan proyektifnya kepada Tuhan,
melalui sarana kepercayaan (otoritas) orang dewasa.

2.2.2 Masa sekolah


Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada
kualitas fungsi organ-organ jasmaniah, dan bukan pada organ jasmani
tersebut, sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada
penyempurnaan fungsi psikologis yang termanisfestasi pada kemampuan
organ fisiologis. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai terjadinya
perubahan-perubahan aspek psikologis dan aspek sosial. Masa sekolah
bisa juga disebut sebagai masa akhir kanak-kanak. Dalam pembahasan
mengenai pada masa usia sekolah dapat dimulai dengan fase TK yang
menjadi jembatan antara rumah dan sekolah. TK merupakan transisi dalam
proses pendidikan anak. Di TK anak di bimbing untuk melepaskan dirinya
dari kebiasaan di rumah. Banyak aturan yang harus ditaati dan
dilaksanakan. Di TK pula lebih diutamakan kegiatan bermain dari pada
belajar. Dengan demikian mereka lebih banyak mengenal benda-benda,
bergaul dengan teman sebaya, dan saling menghargai.

29
Setelah anak mencapai usia 6-7 tahun, perkembangan jasmani dan
rohaninya mulai sempurna, dan mulai keluar dari lingkungan keluarga
menuju lingkungan sekolah. Yaitu lingkungan yang besar pengaruhnya
terhadap perkembangan jasmani dan rohani. Aspek-aspek tersebut meliputi
aspek bahasa, aspek fantasi, aspek berfikir, aspek perasaan, aspek rasa
sosial, aspek emosional, aspek moral, dan aspek kognitif.

1. Perkembangan bahasa
Anak memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami dan
menginterpretasikan komunakasi lisan dan tulis. Pada masa
perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata
dan tata bahasa. Anak semakin banyak menggunakan kata kerja yang
tepat untuk menjelaskan satu tindakan seperti makan, minum, tidur dan
mandi. Mereka belajar tidak hanya untuk menggunakan banyak kata
lagi, tetapi juga memilih kata yang tepat untuk penggunaan tertentu.
Area utama dalam pertumbuhan bahasa adalah pragmatis, yaitu
penggunaan praktis dari bahasa komunikasi.

2. Perkembangan Fantasi
Fantasi yang senantiasa hidup akan mencari lapangan penyaluran
lain, misalnya hiburan seperti membaca buku-buku, mendengarkan
cerita, dan sebagainya.
a. Beberapa masa fantasi, mencangkup: masa dongeng (4-8 tahun),
masa Robinson Crusoe (8-12 tahun), masa pahlawan (12-15 tahun).
b. Beberapa nilai fantasi, diantaranya: fantasi dapat digunakan sebagai
hiburan, fantasi dapat mempermudah anak dalam menerima
pelajaran, fantasi membentuk budi pekerti anak.
c. Beberapa keburukan berfantasi, diantaranya: anak sering tenggelam
kedunia fantasinya, dan takut menghadapi kenyataan, dia menjadi
orang pemalu.
3. Perkembangan Berpikir
Istilah yang biasa digunakan dalam psikologi ialah intelek dan
intelegensi. Yang dimaksud intelek adalah kemampuan berpikir,

30
sedangkan yang dimaksud intelegensi adalah kemampuan kecerdasan.
Perbedaannya hanya terletak dalam waktu saja. Di dalam kata berpikir
terkandung perbuatan menimbang-nimbang, menguraikan,
menghubung-hubungkan sampai akhirnya mengambil keputusan,
sedangkan dalam kata kecerdasan terkandung kemampuan seseorang
dalam memecahkan masalahnya dengan cepat. Dalam fase ini anak
tidak lagi bersifat egosentris, artinya anak tidak lagi memandang diri
sendiri sebagai pusat lingkungannya. Anak mulai memperhatikan
keadaan sekelilingnya dengan objektif. Karena timbul keinginannya
untuk mengetahui kenyataan, keinginan itu akan mendorongnya untuk
menyelidiki segala sesuatu yang ada dilingkungannya.
4. Perkembangan Perasaan
a. Perasaan Intelek
Ialah perasaan yang menyertai perbuatan berpikir. Perasaan
intelek erat hubungannya dengan dapat atau tidaknya
menyelesaikan soal-soal matematika, IPA, IPS, dan sebagainya.
Pada waktu mereka mulai mengerjakan soal-soal itu, mereka
merasa tegang, merasa tidak enak. Akan tetapi setelah soal-soal itu
terselaikan mereka merasa puas dan lega. Karena itu mereka suka
belajar dan memecahkan soal matematika.
b. Perasaan Seksual
Sebelum anak mencapai usia 12 tahun perasaan seksualnya
belum berkembang. Demikian juga perbedaan dalam
perkembangan jasmani atau rohaniah belum jelas kelihatan antara
laki-laki dan perempuan sampai mereka mencapai usia 12 tahun.
c. Perasaan Keindahan
Adalah perasaan yang timbul ketika individu menghayati
sesuatu yang ada hubungannya dengan Indah atau buruk. Untuk
dapat menentukan mana yang indah atau buruk diperlukan alat
ukur yang disebut “cita rasa”. Dalam hal ini faktor pembawaan dan
faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan perasaan keindahan pada anak sekolah.

31
d. Perasaan Keagamaan
Adalah perasaan yang menyertai individu ketika menghayati
hubungan dengan Tuhan. Perasaan Keagamaan termasuk bentuk
perasaan yang luhur dalam jiwa manusia. Perasaan keagamaan
menggerakkan hati manusia agar ia lebih banyak melakukan
perbuatan yang baik.
5. Perkembangan Rasa Sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan
dalam hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai
proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma
kelompok, tradisi, dan moral agama. Perkembangan sosial anak
dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya, dan guru.
6. Perkembangan Emosi
Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan
dan latihan atau pembiasaan. Emosi-emosi yang secara umum dialami
pada tahap perkembangan usia sekolah adalah marah, takut, cemburu,
irihati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dankegembiraan.
7. Perkembangan Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar, salah, baik
atau buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan
konsep moral sejak dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya,
karena informasi yang diterima anak mengenai benar, salah, atau baik
buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya dikemudian hari.
8. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan
berpikiran berkembang dan berfungsi. Kemampuan kognitif dapat
dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks,
serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah.
Kemampuan berpikir anak berkembang dari tingkat yang sederhana dan
kongkrit ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak.

32
2.2.3 Masa pubertas
Remaja atau adolescence diambil dari bahasa latin yang memiliki arti
tumbuh menjadi dewasa (Sari, 2017). Masa remaja merupakan masa
dimana anak-anak mengalami transisi menjadi. Banyak perubahan yang
terjadi di periode ini, mulai dari hormonal, social, fisik, dan juga
psikologis (Pediatri, 2010). Dengan demikian, dapat disimpulkan bagwa
remaja merupakan masa peralihan dimana sebelumnya berada di masa
kanak-kanak hingga tumbuh dan berkembang menjadi dewasa.
Perkembangan yang dimaksud meliputi aspek fisik atau tubuh, aspek
kejiwaan atau psikologis serta kondisi hormon dalam dirinya.
Menurut pendapat Hurlock, dilihat dari sisi psikologis, masa remaja
adalah masa dimana di usia tersebut manusia merasa bahwa dirinya sudah
berada pada tingkatan yang sama dengan individu dewasa (Hurlock,
1980). Dari sisi psikologis dapat dikatakan, remaja merupakan satu tahap
usia ketika anak tidak lagi merasa dirinya ada di bawah tingkat orang yang
lebih tua darinya, mereka merasa ada di tingkat yang sama, atau paling
tidak ada di tingkat yang sejajar (Ramanda, Akbar, & Wirasti, 2019).
Dimana masa remaja adalah tahapan usia dimana ia berfikir bahwa dirinya
merasa tidak ada dibawah orang yang lebih tinggi usianya. Pada tahapan
ini, remaja merasa bahwa kedudukannya dengan orang yang lebih tinggi
itu berada di posisi yang sama ataupun sejajar.
Menurut pendapat Hurlock (1980), ada beberapa bahaya psikologis
yang dapat dialami remaja ketika pubertas, diantarannya adalah:
1. Konsep diri yang tergolong buruk atau kurang baik,
2. Tingkat prestasi yang rendah,
3. Persiapan yang kurang untuk menghadapi perubahan-perubahan di
masa,
4. Pematangan seksual yang menyimpang (Fhadila, 2017).

Karena remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju


masa dewasa, banyak sekali sifat yang berubah pula, tak terkecuali pada
saat mengalami pubertas. Pada masa ini, terdapat masalah dan bahaya yang
cukup signifikasi terjadi, seperti konsep dalam penguasaan diri yang dirasa

33
kurang dalam aspek baik, dari segi Pendidikan dimana prestasi yang
rendah. Kemudian tidak atau kurangnya diri dalam kesiapan dalam
perubahan pada masa remaja, serta sifat-sifat yang tentu berubah dari masa
kanak-kanak.
Remaja belum bisa menguasai penuh fungsi-fungsi yang dialami fisik
dan psikisnya. Gejala dari sisi psikologis, dimana remaja belum menjadi
dewasa, namun mereka tidak lagi dapat dikatakan anak-anak (Jannah,
2016). Pada masa ini, remaja masih belum mengetahui dan belum mampu
dalam mengendalikan dirinya, termasuk secara fungsi fisik dan psikisnya
karena pada masa ini merupakan suatu masa transisi.
Sesuai dengan beberapa pernyataan diatas, dapat disimpulkan
bahwasanya remaja merupakan masa peralihan periode anak-anak menuju
masa dewasa. Perubahan yang terjadi tidak hanya pada tahapan usianya
saja yang berubah, namun juga pada segi fisik, hormon serta psikologisnya.
Di masa perkembangan remaja, terdapat beberapa aspek yang terlihat
sangat menonjol perkembangannya. Antara lain adalah (Fatmawaty, 2017) :
1. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik di masa remaja bertumbuh dan berkembang dengan
cepat. Keadaann fisik merupakan suatu hal yang penting dalam diri
remaja (Astuti & Ahyani, 2018).

2. Perubahan Eksternal
Di masa remaja, remaja akan mengalami beberapa perubahan, mulai
dari tinggi badan, berat badan, hingga organ seks (Fatmawaty, 2017).
3. Perubahan Internal
Perubahan dalam internal ini seperti perubahan pada sistem pencernaan,
system peredaran darah, jaringan tubuh, system pernafasan (Fatmawaty,
2017).
4. Perkembangan Emosi
Masa remaja umumnya memiliki energi yang terbilang besar, emosi
yang berkobar, tetapi pengendalian diri belum mencapai sempurna.

34
Remaja juga acap kali mengalami perasaan yang tidak aman, tidak
tenang, serta khawatir dan kesepian (Endah Sary, 2017).
5. Perkembangan Kognisi
Aktivitas kognitif pada remaja, umumnya digunakan untuk memperluas
pengetahuan yang didapatkan di lingkungan sosialnya, yaitu berwujud
pengetahuan yang mempunyai kaitan dengan pembentukan identitas
seorang remaja (Shidiq & Raharjo, 2018).
6. Perkembangan Sosial
7. Para remaja kerap menggunakan cara mencontoh kepada orang-orang
yang mereka anggap sebagai idola. Kehidupan sosial seorang anak
remaja pun berkembang sangat luas dan berakibat remaja menjadi
berusaha melepaskan diri dan terbebas dari aturan-aturan orang tua
(Ahyani & Astuti, 2018).

Dapat disimpulkan bahwa pada masa remaja, terdapat beberapa aspek


yang ada dalam diri remaja. Aspek-aspek ini menonjol dalam
perkembangannya dan berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa aspek
yang ada adalah perkembangan fisik, perubahan eksternal dan internal,
perkembangan emosi, kognisi, dan sosial.

35
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkembangan psikologi pada bayi berlangsung selama dua tahun pertama
kehidupan setelah periode bayi baru lahir selama dua minggu. Masa bayi sering
di anggap sebagai keadaan tidak berdaya di mana bayi setiap hari belajar untuk
semakin mandiri, sehingga diakhir masa bayi dikenal sebagai anak kecil yang
bru belajar berjalan. Sedangkan anak kecil biasa diasosiasiakan dengan
keadaan anak yang sudah dapat berjalan dan menguasai beberapa keterampilan
mandiri.Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya, meskipun seluruh
masa anak-anak merupakan masa dasar. Ada beberapa perkembangan pada
bayi, yaitu:
1) Perkembangan bicara.
2) Perkembangan sosialisasi.
3) Perkembangan bermain.
Perkembangan psikologi pada anak diartikan sebagai seseorang yang
berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan
kebutuhan kasus, baik, kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologi,yaitu;
keluarga, kematangan, status sosial ekonomi, pendidikan, kapasitas mental.
Masalah-masalah psikologi pada anak yang sering terjadi, Berikut ini
adalah masalah psikologi anak yaitu: gangguan kecemasan, depresi parah,
bipolar disorder, hiperaktif, pemurung dan penyendiri.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan agar penulis dapat meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman untuk perbaikan makalah proses adaptasi
psikologi pada anak sesuai tahap perkembangan kedepannya.

36
DAFTAR PUSTAKA

Pieter, H.Z & Lubis N.L. 2011. “Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan”. Jakarta:
Kencana Predana Media Group.

Jhaquin, A. 2010. “Psikologi Untuk Kebidanan”. Yogyakarta: Nuha Medika.

Dahro, A. 2012. “Psikologi Kebidanan” : Jakarta: Salemba Medika.

Desmita. (2008). “Psikologi Perkembangan”. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Marmi, & Margiyati. (2013). “Pengantar Psikologi Kebidanan”. Jakarta: Pustaka


Pelajar

Papalia, Diane E, & Etc. (2008). “Psikologi Perkembangan”. Jakarta: Kencana


Predana Media Grup.

Yudrik, J. (2011). “Psikologi Perkembangan”. Jakarta: Kharisma Putra Utama

Bethsaida & Herri. 2012. “Pendidikan Psikologi untuk Bidan”. Yogyakarta:


Penerbit Andi

Andi Chamidah, Atien Nur. 2009. “Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak”. Jurnal Pendidikan Khusus. Volume 5, No. 2 .
Universitas Negeri Yogyakarta

Mansur. 2011. “Pendidikan Anak Usia Dini”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Pieter, H.Z & Lubis N.L. 2011. “Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan”. Jakarta:
Kencana Predana Media Group.

37

Anda mungkin juga menyukai