Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA KELUARGA DENGAN


ANAK USIA REMAJA

Disusun Oleh :
Kelompok V
(Kelas Sakura)

1. FARY SUTAMA (2016.050)


2. FELIYANA (2016.051)
3. I PUTU YOGA PERMADI (2016.054)
4. INALDIN R. (2016.056)
5. YULI YANTI SALAHUDDIN (2016.078)

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN BUTON


TAHUN AKADEMIK
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah dengan judul
Asuhan Keperawatan keluarga pada anak remaja ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
penyempurnaan pada tugas pembuatan berikutnya.
Semoga makalah ini dapat diterapkan sehingga berguna bagi mahasiswa
keperawatan secara umum, terutama mahasiswa AKPER Pemkab Buton pada
khususnya.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................... 2
1. Tujuan Umum .............................................................................. 2
2. Tujuan Khusus ............................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Medis DEPRESI ................................................................... 3
1. Definisi ......................................................................................... 3
2. Etiologi ......................................................................................... 3
3. Klasifilasi ..................................................................................... 4
4. Manifestasi Klinis ........................................................................ 7
5. Penatalaksanaan Medis ................................................................ 8
B. Konsep Asuhan Keperawatan DEPRESI........................................... 10
1. Pengkajian .................................................................................... 10
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 11
3. Intervensi Keperawatan ................................................................ 12
4. Implementasi Keperawatan .......................................................... 14
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................. 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ....................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki
karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap perkembangan
lainnya, karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan dari masa anak-
anak ke dewasa. Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas atau
pencarian identitas diri. Karakteristik psikososial remaja yang sedang berproses
untuk mencari identitas diri ini sering menimbulkan banyak masalah pada diri
remaja. Transisi dari masa anak-anak dimana selain mneingkatnya kesadaran diri
(self consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, kognitif, sosial maupun
emosional pada remaja sehingga remaja cenderung mengalami perubahan emosi
ke arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung bahkan agresif.
Perubahan-perubahan karakteristik pada masa remaja tersebut, ditambah dengan
faktor-faktor eksternal seperti kemiskinan, pola asuh yang tidak efektif dan
gangguan mental pada orang tua diprediksi sebagai penyebab timbulnya masalah-
masalah remaja (Pianta, 2005 dalam Santrock, 2007).
Laporan situasi Kependudukan Dunia Tahun 2012 pada peluncurannya,
disebutkan bahwa jumlah penduduk dunia terus tumbuh dan telah mencapai 7
miliar. Sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia atau hampir 1 dari 5 orang di dunia
berusia 10-19 tahun. Adapun 900 juta orang di antaranya tinggal di negara
berkembang. Negara Indonesia sendiri, hasil sensus penduduk tahun 2010
menunjukkan 1 dari 4 orang penduduk Indonesia merupakan kaum muda berusia
10-24 tahun, dari 240 juta penduduk Indonesia, jumlah remaja terbilang besar,
mencapai 63,4 juta atau sekitar 26,7 % dari total penduduk (BKKBN, 2012).
Peran perawatn dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia
remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas
perawatan kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program
asuhan kesehatan secara mandiri, dan masalah yang timbul bisa teratasi.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penyusunan makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah konsep medis anak remaja, yang meliputi : definisi,
karakteristik perkembangan remaja, tugas perkembangan remaja, keluarga,
tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja , masalah pada tahap
perkembangan anak usia remaja ?
2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan anak remaja, yang meliputi :
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memperoleh informasi tentang konsep asuhan
keperawatan keluarga pada anak remaja.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :
a. Mengetahui konsep medis depresi, yang meliputi : definisi, karakteristik
perkembangan remaja, tugas perkembangan remaja, keluarga, tugas
perkembangan keluarga dengan anak remaja , masalah pada tahap
perkembangan anak usia remaja ?
b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan keluarga pada anak remaja, yang
meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi,
dan evaluasi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep keluarga dengan anak usia remaja


1. Definisi
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata
bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi
dewasa. Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara
fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan
kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu
fase ke fase lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung
setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2006).

2. Tahap perkembangan remaja


Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran
akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis,
dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh
lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan
ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini
menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang
menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri
sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang
sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan
karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli,

3
ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau meterialis,
dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes
Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak)
dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa
dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain
dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan
orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)
dan masyarakat umum (the public).

3. Karakteristik perkembangan remaja


Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan
menjadi :
a. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong
(2009), menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja
menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai
dengan awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik
yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini,
remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus pengasingan
diri.
1) Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok
semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah
hal yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari

4
kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status. Ketika remaja
mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan, gaya mereka
segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja terhadap kelompok
teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok orang dewasa
memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat
memerankan penonjolan diri mereka sendiri sementara menolak
identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi individu yang berbeda
mengakibatkan remaja tidak diterima dan diasingkan dari kelompok.
2) Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan yang
mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di
masa lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu
dilakukan di masa yang akan datang. Proses perkembangan identitas
pribadi merupakan proses yang memakan waktu dan penuh dengan
periode kebingungan, depresi dan keputusasaan. Penentuan identitas
dan bagiannya di dunia merupakan hal yang penting dan sesuatu yang
menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika setahap demi setahap
digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang
positif pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran
terjadi jika individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas
dari berbagai aspirasi, peran dan identifikasi.
3) Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran
seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai
mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan
heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja
dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang
matang yang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa.
Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara daerah
geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis.
4) Emosionalitas

5
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja
akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional,
dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih
kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa
remaja akhir. Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional,
remaja akhir dapat mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat
untuk mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk
mengekspresikan dirinya dapat diterima masyarakat. Mereka masih
tetap mengalami peningkatan emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan,
perilaku mereka menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan
kebimbangan.
b. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009),
remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri
periode berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan
yang akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa
memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan
suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah
dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah
di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan
mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara mental mampu
memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada waktu yang bersamaan.
Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubungan antara kecepatan,
jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat
mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok
pernyataan dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam
perilaku yang lebih dapat dianalisis.
c. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009),
masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai
moral dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain.
Mereka memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik

6
dengan orang lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak
dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau
penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun
demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah
ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu
peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak
mematuhi peraturan tersebut.
d. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain,
beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga
mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini
sebagai elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang
melawan konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak
aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual
dengan privasi dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan
eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan agama
mereka dengan orang lain dapat menyebabkan mereka mempertanyakan
kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan perumusan
dan penguatan spiritualitas mereka.
e. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan
diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang
mandiri dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan
ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan
ingin bebas dari kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka
mencoba untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan
kemandirian.
1) Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari
menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering
kali melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua
maupun remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan

7
menjalankannya sampai selesai, sementara pada saat bersamaan,
penyelesaian sering kali merupakan rangkaian kerenggangan yang
menyakitkan, yang penting untuk menetapkan hubungan akhir. Pada
saat remaja menuntut hak mereka untuk mengembangkan hak-hak
istimewanya, mereka sering kali menciptakan ketegangan di dalam
rumah. Mereka menentang kendali orang tua, dan konflik dapat muncul
pada hampir semua situasi atau masalah.
2) Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam
sebagian besar kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya
dianggap lebih berperan penting ketika masa remaja dibandingkan masa
kanak-kanak. Kelompok teman sebaya memberikan remaja perasaan
kekuatan dan kekuasaan.
a) Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka
berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki
evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan
kelompok, remaja awal berusaha untuk menyesuaikan diri secara
total dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut,
selera musik, dan tata bahasa, sering kali mengorbankan
individualitas dan tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja diukur
oleh reaksi teman sebayanya.
b) Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang
berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan
ini lebih dekat dan lebih stabil daripada hubungan yang dibentuk
pada masa kanak-kanak pertengahan, dan penting untuk pencarian
identitas. Seorang sahabat merupakan pendengar terbaik, yaitu
tempat remaja mencoba kemungkinan peran-peran dan suatu peran
bersamaan, mereka saling memberikan dukungan satu sama lain.

8
4. Tugas perkembangan remaja
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock, 2001)
antara lain :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar
dalam sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki
dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugastugas
tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya
terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa
remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan
pola perilaku.
b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita
Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan
seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul
dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-
tugas perkembangan dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat
perubahan usia kematangan yang menjadi delapan belas tahun,
menyebabkan banyak tekanan yang menganggu para remaja.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya
bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka
tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu
untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara
memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang
dicita-citakan.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah
mempunyai banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan
diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak
perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong
untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari

9
peran feminin dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran
tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan
penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya pertentangan
dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa kanak-
kanak dan masa puber, makan mempelajari hubungan baru dengan lawan
jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui lawan
jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan
pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya
sesama jenis juga tidak mudah.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk
mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain
merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi
tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin
mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari
ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal
ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya tidak
meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan yang akrab dengan
anggota kelompok.
f. Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih
pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih
pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada
jaminan untuk memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka
secara resmi menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih
harus tergantung selama beberapa tahun sampai pelatihan yang
diperlukan untuk bekerja selesai dijalani.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan
perkawinan merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam
tahuntahun remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang

10
berangsur-ansur mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan
dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit
yang dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu
penyebab dari masalah yang tidak terselesaikan, yang oleh remaja dibawa
ke masa remaja.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilai
yang sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam
perkembangan ini. Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan
teman sebaya, masa remaja harus memilih yang terakhir bila mengharap
dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan sosial mereka.
Sebagian remaja ingin diterima oleh teman-temannya, tetapi hal ini
seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap
tidak bertanggung jawab.

5. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak
belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya
anak melakukan interaksi yang intim. Menurut Slameto (2006) keluarga
adalah lembaga pendidikan yang yang pertama dan utama bagi anak-anaknya
baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik
anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut
Mubarak, dkk (2009) keluarga adalah perkumpulan dua orang atau lebih yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis (Duval,
1972 dalam Setiadi 2008), yaitu :
a. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.
b. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya
terdiri dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.

11
c. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari
ayah, ibu dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada
orang tuanya.

6. Tugas perkembangan keluarga pada anak usia remaja


Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anakterakhir meninggalkan rumah.Lamanya tahapan ini tergantung jumlah
anak dan adaatau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua.Tugas perkembangan :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orang tua memasuki masa tua.
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

7. Masalah - masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap


Perkembangan Anak Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh
adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus
mengritik atau buat komentar-komentar yang merendahkan tentang
penampilan atau perilaku anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun
awal masa remaja. Pada saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada
titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada
setiap usia, terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki
dan perempuan sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada
keluarga untuk memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka
memerlukan bimbingan atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan
masa remaja. Kalau hubungan-hubungan keluarga ditandai dengan
pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman berlangsung lama, dan remaja
kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku yang
tenang dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik

12
juga dapat mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang diluar
rumah. Meskipun semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam
masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun orang ang selalu
mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain dianggap tidak matang
dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang
baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan
penuh romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh
dengan kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan
lingkungan sosial. Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan
disatu pihak masih anak-anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku
seperti orang dewasa. Situasi ini membuat mereka dalam kondisi konflik,
sehingga akan terlihat bertingkah laku aneh, canggung dan kalau tidak
dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kenakalan. Dalam usahanya
mencari identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya, karena
memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang
berbeda dengan orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun
sebenarnya mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang
yang dianggap penting dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka
berusaha untuk mengikitu pendapat dan gaya teman-temannya karena
dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya. Karenanya sering kali remaja
terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi anggota geng mereka akan saling
memberi dan mendapat dukungan mental. Beberapa kasus terakhir seperti
geng-geng motor yang terlibat kegiatan merupakan bentuk dari
kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakan-tindakan
kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan berani
melakukannya secara individual. Masalah lain yang sering mengganggu anak
remaja adalah masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi (seksual).
Satu sisi mereka sudah mencapai kematangan seksual, yang menyebabkan
mereka memiliki dorongan untuk pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan
norma sosial melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar pernikahan.

13
Padahal untuk menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi, bukan
hanya kemampuan dalam melakukan hubungan seksual, tetapi diperlukan
ekonomi, kematangan psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat
dan mungkin belum dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para remaja
mencari kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton
film porno. Meskipun tingkah laku ini sebenarnya tetap melanggar norma
masyarakat, tetapi mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam
menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control
secara bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi
diri sendiri secara bertahap sampai akhirnya dewasa.

14
B. Askep keluarga dengan anak usia remaja
1. Pengkajian
Tahap pertama pada asuhan keperawatan keluarga, yaitu perawat melakukan
pengkajian dengan menggunakan formulir yang dapat digunakan pada semua
tahap perkembangan keluarga ( Suprajitno, 2004, hal. 37 ).
Menurut Suprajitno ( 2004, hal. 38 ) meskipun demikian perawat perlu
melakukan pengkajian fokus pada tiap perkembangan yang didasarkan oleh:
a. Dalam tiap tahap perkembangan keluarga, karakteristik keluarga akan
berbeda karena adda perubahan anggota keluarga ( dapat bertambah atau
berkurang )
b. Pada tiap tahap perkembangan, keluarga mempunyai tugas perkembangan
keluarga yang harus dilakukan.
c. Pada tiap tahap perkembangan keluarga, kewajiban keluarga berbeda.

Pengkajian data fokus keluarga dengan anak usia remaja dalam Suprajitno (
2004, hal. 37 ) meliputi:
a. Bagaimana karakteristik teman disekolah atau di lingkungan rumah
b. Bagaimana kebiasaan anak menggunakan waktu luang
c. Bagaimana perilaku anak selama dirumah
d. Bagaimana hubungan antara anak remaja dengan adiknya, dengan teman
sekolah atau bermain
e. Siapa saja yang berada dirumah selama anak remaja dirumah
f. Bagaimana prestasi anak disekolah dan prestasi apa yang pernah
diperoleh anak
g. Apa kegiatan diluar rumah selain disekolah, berapa kali, berapa lama, dan
dimana
h. Apa kebiasaan anak dirumah
i. Apa fasilitas yang digunakan anak secara bersamaan atau sendiri
j. Berapa lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak
k. Siapa yang menjadi figur bagi anak
l. Seberapa peran yang menjadi figur bagi anak
m. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

15
2. Diagnosa Keperawatan

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah proses kegiatan mental yang memberi pedoman atau
pengarahan secara tertulis kepada perawat atau anggota tim kesehatan lainnya
tentang intervensi/tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien.
Rencana keperawatan merupakan rencana tindakan keperawatan tertulis yang
menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan,
tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah
atau untuk memenuhi kebutuhan klien (Nursalam, 2001).

Adapun intervensi keperawatan pada pasien DEPRESI, berupa :

Intervensi Keperawatan Pasien lansia(depresi)


Diagnosa Tujuan dan Rencana Asuhan Keperawatan
No
Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Mencederai diri Tujuan ; 1. Bina hubungan 1. hubungan saling


berhubungan dengan saling percaya percaya dapat
KH :
depresi. dengan lansia. mempermudah
1. Lansia dapat
2. Lakukan interaksi dalam mencari
mengungkapkan
dengan pasien data-data tentang
perasaanya.
sesering mungkin lansia.
2. Lansia tampak
dengan sikap 2. Dengan sikap sabar
lebih bahagia.
empati dan dan empati lansia
3. Lansia sudah bisa
Dengarkan akan merasa lebih
tersenyum ikhlas.
pemyataan pasien diperhatikan dan
dengan sikap berguna.
sabar empati dan 3. Meminimalkan
lebih banyak terjadinya perilaku
memakai bahasa mencederai diri
non verbal.

16
Misalnya:
memberikan
sentuhan,
anggukan.
3. Pantau dengan
seksama resiko
bunuh
diri/melukai diri
sendiri. Jauhkan
dan simpan alat-
alat yang dapat
digunakan olch
pasien untuk
mencederai
dirinya/orang lain,
ditempat yang
aman dan
terkunci.
2. Gangguan alam Tujuan : 1. Kaji dan 1. Lansia tidak
perasaan: depresi manfaatkan merasa sendiri
KH :
berhubungan dengan sumber-sumber 2. Prinsip 5 benar
1. Klien dapat
koping maladaptif. ekstemal individu dapat
meningkatkan
(orang-orang memaksimalkan
harga diri
terdekat, tim fungsi obat secara
2. Klien dapat
pelayanan efektif
menggunakan
kesehatan, 3. Lansia merasa
dukungan sosial
kelompok dirinya lebih
3. Klien dapat
pendukung, berharga
menggunakan obat
agama yang 4. Untuk memberi
dengan benar dan
dianut). pemahaman
tepat
2. Bantu kepada lansia
menggunakan tentang obat
obat dengan
prinsip 5 benar
(benar pasien,
obat, dosis, cara,
waktu).
3. Beri

17
reinforcement
positif bila
menggunakan
obat dengan benar
4. Diskusikan
tentang obat
(nama, dosis,
frekuensi, efek
dan efek samping
minum obat).

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau
melaksanakan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2001).
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan
intervensi keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah
dituliskan dalam rencana keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut
bahwa pelaksanaan adalah peletakan suatu rencana menjadi tindakan yang
mencakup :
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan
d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan
respon pasien terhadap intervensi keperawatan

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Nursalam, 2001).

18
Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang
dapat digunakan perawat untuk memutuskan/menilai sejauh mana tujuan
yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai, yaitu :
a. Tujuan tercapai.
b. Tujuan sebagian tercapai.
c. Tujuan tidak tercapai.

Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :


a. Evaluasi Proses (Formatif)
Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisis perawat
terhadap respon klien segera stelah tindakan. Evaluasi formatif dilakukan
secara terus menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
b. Evaluasi Hasil (sumatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan
selesai dilakukan. Menggambarkan rekapitulasi dan kesimpulan dari
observasi dan analisis status kesehatan klien sesuai dengan kerangka
waktu yang ditetapkan. Evaluasi sumatif bertujuan menjelaskan
perkembangan kondisi klien dengan menilai dan memonitor apakah
tujuan telah tercapai.
Evaluasi pencapaian tujuan memberikan umpan balik yang penting bagi
perawat untuk mendokumentasikan kemajuan pencapaian tujuan atau
evaluasi dapat menggunakan kartu/format bagan SOAP (Subyektif, Obyektif,
Analisis dan Perencanaan).
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien ispa harus sesuai
dengan rencana tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
a. Nyeri (akut) yamg dirasakan berkurang
b. Risiko tinggi terhadap infeksi dapat teratasi
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
mencukupi
d. Ketakutan/ansietas dapat teratasi

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota
keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau
kurun waktu tertentu.Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat

B. Saran
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan keluarga melalui
penyuluhan mengenai peran anggota keluarga dan perkembangan keluarga sesuai
jenjang merupakan langkah yang tepat dilakukan guna mencapai kebutuhan
kesehatan keluarga yang optimal.Upaya ini perlu dikembangkan dan
ditingkatkan, untuk itu perlu dukungan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan keluarga.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://.scribd.com/document/40447044/asuhan-keperawatan-lansia-dengan-depresi

https://pinkersya.wordpress.com/2012/11/24/askep-lansia-dengan-gangguan-

psikologis-depresi/

http://www.academia.edu/14546510/ASUHAN_KEPERAWATAN_LANSIA_DEN

GAN_DPRESI

21

Anda mungkin juga menyukai