Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASKEP MANAJEMEN KELUARGA TIDAK EFEKTIF

OLEH :
ADE FERDINA ADY
GUSTIA HASTUTI

S1 KEPERAWATAN TRANSFER

STIKES YARSI BUKITTINGGI

TA 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A.    KONSEP DASAR KELUARGA


1.      Pengertian Keluarga
Friedman (1998) mendefinisikan keluarga sebagai kumpulan dua orang atau lebih
yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai
peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Pengertian keluarga yang
lain sebagaimana dinyatakan oleh Suprajitno (2004) yaitu suatu ikatan/ persekutuan hidup
atas dasar perkawinan antar orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik
anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Sementara itu Effendi (1998:30) mendefinisikan keluarga sebagai perkumpulan dua
atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan.
Berdasarkan ketiga pengertian tersebut diambil kesimpulan (Suprajitno, 2004:14)
bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih
yang tinggal disuatu tempat atau rumah dan berinteraksi satu sama lain, mempunyai
perannya masing-masing-masing-masing dan mempertahankan suatu kebudayaan.
Maka untuk itu indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi adat
ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan,
seperti yang tertulis dalam peraturan pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994 bahwa keluarga
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1      Tipe – tipe keluarga menurut suprajinto (2004:2)


a.       Keluarga inti ( Nuclear family )
Adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
b.      Keluarga besar ( Exstended family )
Adalah keluarga inti ditambah   dengan  sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, atau bibi.  
c.       Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan
pasangannya
d.      Orang tua tunggal (single parent family) yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu
orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal pasangannya,
e.       Ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (the unmarried teenage mother)
f.       Orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah
(the single adult living alone)
g.      Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital heterosecual
cohabiting family)
h.      Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian
family).

2.2.      Tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan menurut Suprajitno


(1004:3)
Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembangan, keluargapun
memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas perkembangan masing-masing.
Tahap–tahap perkembangan  itu antara lain:
a.       Tahap perkembangan keluarga baru menikah
-        Tugas ini dimulai dengan membina hubungan intim yang memuaskan pasangannya
-        Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan keluarga sosial.
-        Membina rencana memiliki anak
b.      Keluarga dengan anak baru lahir
-        Dimulai dengan  mempersiapkan menjadi orang tua
-        Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan
seksual dan kegiatan
-        Mempertahankan hubungan dalam rangka  memuaskan pasangannya
c.       Keluarga dengan anak usia pra sekolah
-        Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi
dan rasa aman
-        Membantu anak untuk bersosialisasi
-        Beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain yang
lebih tua juga harus terpenuhi,
-        Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar keluarga
-        Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
-        Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
-        Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
d.      Keluarga dengan anak usia sekolah.
-        Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas
-        Mempertahankan keintiman pasangan
-        Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan
anggota keluarga.
e.       Keluarga dengan anak remaja.
-        Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat anak
remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi
-        Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
-        Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,hindarkan
terjadinya perdebatan kecurigaan dan permusuhan
-        Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f.       Keluarga mulai melepaskan anak sebagai dewasa
-        Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjelaskan keluarga besar
-        Mempertahankan keintiman pasangan
-        Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
-        Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan dirumah.
g.      Keluarga dengan usia pertengahan.
-        Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan
-        Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan
sebaya
-        Meningkatkan keakraban pasangan.
h.      Keluarga usia tua.
-        Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan
pasangan
-        Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi, kehilangan pasangan, kekuatan fisik
dan penghasilan keluarga
-        Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
-        Melakukan life review masa lalu.

2.3.      Struktur Keluarga menurut Suprajino (2004:7)


Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga  melaksanakan fungsi
keluarga di masyarakat, antara lain:
a.       Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan
perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal
b.      Nilai dan norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya
yang berhubungan dengan kesehatan
c.       Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu, orang tua dengan anak,
anak dengan anak dan anggota keluarga lain dengan keluarga inti.
d.      Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan
orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.

2.4.      Fungsi keluarga menurut Friedman (1998)


Secara umum fungsi keluarga (friedman, 1998) adalah:
a.       Fungsi afektif
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain
b.      Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah
c.       Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d.      Fungsi ekonomi
Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga
e.       Fungsi pemerliharaan kesehatan 
Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi

2.5.      Lima tugas keluarga dibidang kesehatan menurut Suprajitno (2004:4)


keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan antara
lain:
a.       Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu akan tidak berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga akan habis.
b.      Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
c.       Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga itu sendiri
d.      Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
e.       Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar keluarga.
B.     PROSES KEPERAWATAN KELUARGA
Menurut Friedman (1998:54), Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua
tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka
referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah.
Friedman dalam Proses keperawatan keluarga juga membagi dalam lima tahap proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga, identifikasi masalah keluarga
dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana perawatan, implemntasi rencana
pengerahan sumber-sumber dan evaluasi perawatan.
Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut Effendi (2004)
dengan melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan
mengadakan kontrak dengan keluarga, menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat
untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga, menyatakan
kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan yang dirasakan
keluarga dan membina komunikasi dua arah dengan keluarga.
Friedman (1998: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari
lima langkah dasar meliputi :
1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang
perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya.
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat
diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan
sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan
cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan
dianalisa (Friendman, 1998: 56)
a.1. Pengumpulan data
1)      Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan  tipe
keluarga.
2)      Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a.       Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh Keluarga. Untuk
penderita stroke biasanya mengkonsumsi makanan yang bayak menandung garam, zat
pengawet, serta emosi yang tinggi.
b.      Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang
penting dalam penggelolaan penyakit stroke fase rehabilitasi terutama ahli fisiotherapi.

c.       Pengobatan tradisional
Karena penderita stroke memiliki kecenderungan tensi tinggi, keluarga bisa
memanfaatkan pengobatan tradisional dengan minum air ketimun yang dijus sehari dua
kali pagi dan sore.
3)      Status Sosial Ekonomi
a.       Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal hipertensi beserta
pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola pikir  dan kemampuan untuk mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b.      Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan
pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan
karena hipertensi. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena
tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga.
4)      Tingkat perkembangandan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk
riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan
dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi
berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan.
5)      Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan darah.
Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti
olah raga (Friedman, 1998:9).
6)      Data Lingkungan
a.       Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan dan
fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada penderita
stroke fase rehabilitasi.
b.      Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan.
Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada
hipertensi
7)      Struktur Keluarga
a.       Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah berdasarkan
komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha
mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut
mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian
yang tinggi.
b.      Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang
otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan darah
pasien stroke.
c.         Struktur peran
Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang
dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam
peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan
maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga.
8)      Fungsi Keluarga
a.       Fungsi afektif
         Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita hipertensi,
maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan
suatu keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi serangan hipertensi karena
kurangnya partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman,
1998).
b.      Fungsi sosialisasi      .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita stroke dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada
anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini
mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.
c.        Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
9)      Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah yang
belum terselesaikan.
10)  Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga dilakukan
menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua anggota keluarga. Setelah
ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih terfokuskan.
11)  Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga tidak efektif,
maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan.
2.      Diagnosa keperawatan
Diagnosa  keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia atas
perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat
mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaburasi dan
koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari
kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan.
Dalam diagnosa  keperawatan stroke atau cerebro vasculer accident didapatkan
diagnosa  keperawatan sebagai berikut :
a.       Perubahan perfusi jaringan cerebral (Doengoes, 2000)
b.      Kerusakan mobilitas fisik ( Doengoes, 2000)
c.       Komunikasi, kerusakan verbal dan tertulis (Doengoes, 2000)
d.      Perubahan persepsi sensori (Doengoes, 2000)
e.       Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (Lynda Juall, 2001)
f.       Ketidakmampuan merawat diri (Lynda Juall, 2001)
g.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan (Doengoes, 2000)
3.      Intervensi Keperawatan
a.       Menyusun prioritas
Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi bersama yang
dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas perasaan peka terhadap
klien dan efek terpeutik terhadap tindakan dimasa mendatang.
b.      Menyusun tujuan
Friedman (1998:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan tujuan yang
berorientasi kepada klien kemungkinan sumber-sumber penggambaran pendekatan
alternatif untuk memenuhi tujuan dan operasional perencanaan.
Ada 3 kegiatan menurut Friedman (1998:64) yaitu:
1.      Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik
2.      tujuan jangka menengah
3.      tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan
c.       Menentukan kriteria dan standar evaluasi.
Kriteria yang akan dicapai adalah respon verbal, afektif dan psikomotor keluarga
mengenai penjelasan tentang masalah kesehatan (Friedman:1998:71)

4.      Implementasi keperawatan
Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat masalah dan sumber-sumber
yang tersedia.
a.       Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah post stroke.
Intervensi:
1)      Berikan informasi kepada keluarga mengenai: pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, komplikasi, cara perawatan, penanganan dan pencegahan stroke
2)      Motivasi keluarga untuk mengenal masalah stroke
b.      Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang dapat mengenai tindakan
kesehatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita post stroke
Intervensi:
1)      Memberikan informasi tentang alternatif pencegahan dpat diambil untuk mengatasi
pasien stroke, seperti menjaga kesehatan lingkungan, menghindari faktor pencetus, serta
minum obat secara teratur
2)      Mendiskusikan akibat bila tidak melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi
stroke
3)      Memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan tentang tindakan kesehatan
yang diambil pada anggota keluarga yang terkena stroke
c.       Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit atau perawatan
post stroke
Intervensi :
1)      Sarankan atau anjurkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan secara teratur,
jaga diet penderita stroke.
2)      Demonstrasikan teknik latihan tentang gerak dirumah
d.      Ketidakmampuan keluarga untuk memelihara lingkungan yang dapat menyebabkan
atau mempengaruhi kesehatan
Intervensi :
1)      Memberikan semangat pada penderita terutama yang berasal dasri keluarga itu
sendiri atau melalui orang atau sumber-sumber yang dipercaya mempunyai pengaruh
terhadap proses penyembuhan
2)      Modifikasi lingkungan yang dapat mendukung proses penyembuhan klien
e.       Ketidakmampuan keluarga untuk mengenal sumber-sumber pelayanan kesehatan
terhadap perawatan post stroke
Intervensi :
1)      Memberikan informasi tentang sumber-sumber yang dapat digunakan utnuk
memperoleh pelayanan kesehatan misalnya rujukan kontrol, perawatan fisiotherapi dan
sumber-sumber lain.
2)      Memberikan motivasi agar keluarga memanfaatkan sumber-sumber yang ada secara
berkesinambungan.
5.      Evaluasi
Friedman (1998:71) menjelaskan bahwa evaluasi didasarkan pada seberapa efektifnya
intervensi yang dilakukan keluarga, perawat dan yang lainny. Keefektifan dilihat dari
respon keluarga bukan intervensi yang diimplementasikan. Modifikasi dlam asuhan
keperawatan mengikuti perencanaan evaluasi dan mulai dengan proses siklus kembali ke
pengkajian dengan memberikan informasi yang diperoleh dari pertemuan sebelumnya
dan diteruskan dengan revisi setiap fase dalam siklus bila dibutuhkan.
Evaluasi dalam asuhan keperawatan keluarga dengan stroke post rehabilitasi berdasarkan
respon keluarga terhadap implementasi yang kita lakukan sesuai dengan kriteria evaluasi
yaitu mengetahui pengertian stroke, mengetahui gangguan pada penderita stroke dan
mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan bagi penderita stroke post rehabilitasi.
           
ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa : D.0115 - Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif.

Pengertian : Pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan


untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga.
Masalah ini dapat disebabkan oleh:

1. Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan


2. Kompleksitas program perawatan/pengobatan
3. Konflik pengambilan keputusan
4. Kesulitan ekonomi
5. Konflik keluarga/banyak tuntutan

Gejala dan tanda yang ditimbulkan :

1. Tidak memahami masalah kesehatan yang diderita


2. Kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan
3. Penyakit anggota keluarga semakin memberat
4. Keluarga gagal mengurangi faktor risiko

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
- Mengungkapkan tidak memhami masalah kesehatan yang diderita.
- Mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan yang diterapkan. 
Objektif
- Gejala penyakit anggota keluarga semakin memberat.
- Aktivitas keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan tidak tepat.

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
(tidak tersedia). 
Objektif
Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko.

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawata
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
n
Manajemen Manajemen kesehatan keluarga Dukungan Koping Keluarga
kesehatan Observasi:
keluarga tidak  Identifikasi respon emosional
efektif terhadap kondisi saat ini
 Identifikasi beban prognosis
D.0115 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 secara psikologis
jam diharapkan manajemen kesehatan keluarga meningkat
 Identifikasi pemahaman
Pengertian : Kriteria Hasil: tentang keputusan perawatan
setelah pulang
Pola Menurun Cukup Sedan Cukup Meningkat
Terapeutik:
penanganan menurun g Meningka
 Dengarkan masalah, perasaan
masalah t
dan pertanyaan keluarga
kesehatan 1 Kemampuan menjelaskan maslah kesehatan yang  Terima nilai-nilai keluarga
dalam dialami dengan cara yang tidak
keluarga tidak menghakimi
memuaskan   1 2 3 4 5
 Diskusikan rencana medis dan
untuk 2 Aktivitas keluarga mengatasi masalah kesehatan tepat perawatan
memulihkan
 Fasilitasi memperoleh
kondisi   1 2 3 4 5
pengetahuan, keterampilan
kesehatan
3 Partisipasi dalam program kesehatan komunitas dan peralatan yang diperlukan
anggota
untuk mempertahankan
keluarga 1 2 3 4 5
keputusan perawatan pasien
menurun Cukup sedang Cukup menurun  Hargai dan dukukng
meningkat menurun mekanisme koping adaptif
yang digunakan
19 Verbalisasi kesulitan menjalankan perawatan yang
Edukasi
ditetapkan
 Informasikan kemajuan pasien
1 2 3 4 5 secara berkala
 Informasikan fasilitas perawatan
kesehatan yang tersedia
Kolaborasi
Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu
Kondisi Klinis Terkait

1. PPOK.
2. Sklerosis multipel.
3. Arthritis rheumatoid.
4. Nyeri Kronis.
5. Penyalahgunaan zat.
6. Gagal ginjal/hati tahap terminal.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan manajemen


kesehatan keluarga meningkat

Intervensi :

Dukungan Koping Keluarga Observasi:

 Identifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini

 Identifikasi beban prognosis secara psikologis

 Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah pulang


BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan keluarga dan
komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tujuan
keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.

Perawat memiliki  peranan penting dalam meningkatkan dan membantu masalah


kesehatan yang dialami dalam keluarga, untuk itulah penegakan diagnosis keperawatan sangat
perlu diperhatikan, berikut ini adalah daftar diagnosis keperawatan keluarga yang sering
ditegakkan dalam pemberian asuhan atau pelayanan keperawatan keluarga.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi
pembaca dan menentukan asuhan keperawatan yang bisa diterapkan salah satunya diagnosa
keperawatan manajemen keluarga tidak efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.


Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosa. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester. (2001).
Jakarta: EGC

Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Monica
Ester. Jakarta: EGC

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC

Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC

Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting
Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2000. Jakarta: EGC

http://snars.web.id/sdki

Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah R. Karnaen, Et. All,
Edisi ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.

Zendy. George. L. Pengelolaan Mutahir Stroke. 1992


Shepherd., Robert. B. M. Motor Relearning Programme for Stroke
Suyono, Haryono, 2006. Meningkatnya Penduduk Rawan Stroke, (Online),
(http://www.cybermed.cbn.net.id. Diakses 2 November 2007)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Stroke, (Online), (http://


depkes.co.id/stroke.html)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
: PPNI

Anda mungkin juga menyukai