OLEH :
ADE FERDINA ADY
NIM. 2013142010080
1. DEFINISI
Typoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
2. ETIOLOGI
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan
carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
3. PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5
F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui
Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke
dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Minggu I, pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan
keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis,
obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
Minggu II, pada minggu ini gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas
(putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang
spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada
orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah
untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa,
makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah
sembuhnya typhoid.
6. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur
saring. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. Dilanjutkan dengan
nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
Pemberian antibiotic; untuk menghentikan dan memusnakan penyebaran kuman. Antibiotik yang
dapat digunakan :
1. Klorampenikol
Kloramfenikoldosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama demam
dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 250 mg selama
5 hari kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk di RSUP Persahabatan), penggunaan
kloramfenikol masih memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat-obat terbaru
dari jenis kuinolon.
1. Tiampenikol
2. Kotrimoxazol
1. Sefalosporin
Sefalosporin generasi II dan III. Di Sub bagian Penyakit Tropik dan Infeksi FKUI RSCM,
pemberian sefalosporin berhasil mengatasi demam tipoid dengan baik. Demam pada umumnya
mengalami reda pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan
prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
Pola nutrisi dan metabolisme : Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan
pada usus halus
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada perutnya,
mual, muntah, kadang diare.
1. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar – tidak sadar (composmentis – coma) untuk mengetahui
berat ringannya prognosis penyakit pasien.
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien /
kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-
prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk
mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga
dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan.
B. MASALAH KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
Intervensi:
3. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti
katun
2. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
Intervensi :
Intervensi :
Ruangan :
1. BIODATA
2. Identitas Klien
Nama : An. A
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : P——-
1.
1. Ibu
Nama : NY. A
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : P———–
1. Ayah
Nama : Tn.A
Usia : 40 tahun
Pendidikan : S1
1. KELUHAN UTAMA
2. Keluhan utama
Demam
Klien masuk rs dengan keluhan demam yang dialami sejak 6 hari sebelum masuk rs.
1. RIWAYAT KESEHATAN
2. Riwayat kesehatan sekarang
1. Penyakit yang pernah dialami klien yaitu demam
2. Riwayat obat 6 bulan
3. Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
4. Klien biasa mengkonsumsi parasetamol jika demam
5. Pertumbuhan dan perkembangan anak disbanding saudaranya sama
6. Saat dikaji, pasien Nampak lemah
7. Ibu klien mengatakan anaknya demam
Genogram :
11thn
G II : –
G III : pasien dengan penyakit typoid
1. RIWAYAT IMUNISASI
1. BCG 1X –
2. DPT 3X DEMAM
3. POLIO 4X –
4. CAMPAK 1X DEMAM
5. HEPATITIS B 3X –
1. Berguling : 3 bulan
2. Duduk : 4 bulan
3. Merangkak : lupa
4. Berdiri : 8 bulan
5. Senyum kepada orang lain pertama kali : lupa
6. Bicara pertama kali : 12 bulan
7. Berpakaian tanpa bantuan : 9 bulan
3. RIWAYAT NUTRISI
Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui sejak 2 hari lahir karena asi ibu belum ada
2. Lama pemberian : 1 tahun 8 bulan
3. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : asi ibu belum keluar
2. Jumlah pemberian : 4 gelas sehari
3. Cara pemberian dengan sendok
4. RIWAYAT PSIKOLOGI
1. Lingkungan rumah berada dikota
2. Tidak ada tetangga yang berbahaya
3. Hubungan dengan anggota keluarga harmonis
4. Anak diasuh oleh orang tua
5. RIWAYAT SPIRITUAL
6. REAKSI HOSPITALISASI
Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Nutrisi
5 Makanan pantangan – –
6 Pembatasan pola – –
Cairan
Eliminasi (BAB/BAK)
1 Tempat pembuangan Wc Wc Wc Wc
4 Kesulitan – – – –
5 Obat pencahar – – – –
Istirahat tidur
Olah raga
1 Mandi 2x sehari –
Mandi sendiri
Frekuensi
Cara Sabun+air
Alat mandi
Rekreasi
8. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital
1.Suhu : 38
2.Nadi : 104 x/ i
3.Respirasi : 24 x/i
System pernafasan
1. Hidung
Inspeksi
Palpasi
2. Leher
Inspeksi
Palpasi
3. Dada
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
4. System kardiovaskuler
Konjungtiva tampak pucat
Suara jantung
5. System pencernaan
Skelera tidak ikterus
Mulut : tidak stomatitis,
Tonsil T2-T2
Nyeri tekan pada abdomen kuadran kiri atas
Peristaltik usus menurun
Jumlah gigi
6. System indra
Mata
Inspeksi
Palpasi
Hidung
1. Penciuman baik
2. Tampak adanya secret
3. Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba massa
Telinga
Inspeksi
Palpasi
7. System saraf
Fungsi cerebral
1. Status mental :
2. Kesadaran : compos mentis dgn GCS 15 ( E4 M6 V5)
Fungsi cranial
Nervus IV (troclearis )
Nervus V ( trigeminus)
Sensorik
Motorik
Klien dapat tersenyum, menutup mata dengan rapat, mengangkat kedua alis dan mampu
mengembangkan pipinya
Nervus VI ( abdusen)
Motorik
Klien dapat tersenyum, menutup mata dengan rapat, mengangkat kedua alis, mengembangkan
pipinya.
Nervus IX ( glosofaringeus )
Nervus X ( vagus )
Nervus XI ( aksesorius )
1. Fungsi motorik
Keterangan :
5 : normal
Tonus otot
5 5
5 5
Fungsi sensorik
Fungsi cerebellum
1. Reflex
1. Bisep ka/ki : +/+ (normal )
2. Trisep ka/ki : +/+ ( normal)
3. Patella ka/ki :+/+ (normal )
1. System musculoskeletal
1. Inspeksi
Bentuk kepala hormocepal
Tidak Nampak skoliosis, dordosis, maupun kepotis
Tidak Nampak pembengkakan pada lutut dan kaki
Tidak terdapat pembengkakan pada tangan
1. Palpasi
1. System integument
1. Warna rambut hitam merata
2. Warna kulit sawo matang
3. Turgor kulit kering
4. Suhu 38
5. System endokrin
1. Eksresi urine tidak berlebih
2. Tidak ada bekas air seni dikelilingi semut
3. System perkemihan
1. Tidak Nampak udeme palpebral
2. Tidak teraba distensi kandung kemih
3. System imun
1. Tidak ada riwayat alergi
2. Penyakit yang berhubungan dengan cuaca adalah flu
1. Pemeriksaan nyeri
1. Klien mengatakan bahwa dia merasa nyeri pada kepala
2. Lama nyeri : hilang timbul
3. Pencetus yang memperburuk nyeri : pada saat beraktivitas
4. Intensitas nyeri : sedang
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8. TEST DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Laboratorium
– PB Negatif Negatif
– PH Negatif Negatif
– Bilirubin – –
– Urobilin – –
– Lekosit – –
– Eritrosit –
– Silinder
– Epitel
– Kristal
– Lain-lain
1. PENGOBATAN
DATA SUBJEKTIF:
DATA OBJEKTIF
BB: 20 kg
TB: 120 cm
Suhu : 38
Nadi : 104 x/
Respirasi : 24 x/i
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
Pada lambung
BB: 20 kg
TB: 120 cm Peningkatan HCl
lambung
IMT= 13,8 ( =gizi kurang )
Merangsang N. Vagal
Makanan tidak dihabiskan
Klien Nampak lemah
Merangsang CTZ di
hypothalamus
Mual / muntah
Merangsang pengeluaran
P : 24 x/i
/ sintesis zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan
TD : 100/60 mmhg
yang meradang
Mencapai hypothalamus
hipertermi
Menghasilkan mediator
kimia (histamine,
DO: bradikinin & serotonin)
Suhu : 38 Nyeri
Nadi : 104 x/
Respirasi : 24 x/i
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
TTV panas
Anjurkan
Suhu : 38 keluarga untuk
memakaikan pakaian
Nadi : 104 x/ yang dapat menyerap
keringat seperti katun
Respirasi : 24 x/i
Kolaborasi
dengan dokter dalam
TD : 100/60
pemberian obat anti
mmhg
piretik
menget
Klien Nampak
ahui perubahan suhu
lemah
tubuh.
melanc
arkan aliran darah
dalam pembuluh darah
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
Klien nampak
lemah