Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN THYPOID

OLEH :
ADE FERDINA ADY
NIM. 2013142010080

PRODI S1 KEPERAWATAN TRANSFER


STIKES YARSI BUKITTINGGI
T.A 2020/2021
TINJAUAN TEORITIS

1. DEFINISI 

Typoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).

2. ETIOLOGI

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan
carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

3. PATOFISIOLOGI

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5
F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui
Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke
dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

4. TANDA DAN GEJALA

Masa tunas typhoid 10 – 14 hari

Minggu I, pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan
keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis,
obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

Minggu II, pada minggu ini gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas
(putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang
spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada
orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah
untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa,
makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

1. Pemeriksaan SGOT  dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah
sembuhnya typhoid.

1. Pemeriksaan darah tepi : Leukopenia, Limfositosis, Aneosinofilia, Anemia,


Trombositopenia.
2. Pemeriksaan sum-sum tulang : menunjukan gambaran hiperaktif sum-sum tulang.
3. Biakan empedu : terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada
pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella typhosa pada urin
dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh.

6. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan

Istirahat dan perawatan professional; bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat


pertumbuhan. Pasien harus tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam atau
kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan pulihnay kekuatan
pasien. Dalam perawatan perlu sekali dijaga hygiene perseorangan, kebersihan tempat tidur,
pakaian dan peralatan yang dipakai oleh pasien. Pasien dengan kesadaran menurun, posisinya
perlu diubah-ubah untuk mencegah dekubitus dan pneumonia nipostatik. Defekasi dan buang air
kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi abstipasi dan retensi urin. Mobilisasi
bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2. Diet

Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur
saring. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. Dilanjutkan dengan
nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

3. Vitamin dan mineral


4. Pengobatan

Pemberian antibiotic; untuk menghentikan dan memusnakan penyebaran kuman. Antibiotik yang
dapat digunakan :

1. Klorampenikol

Kloramfenikoldosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama demam
dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 250 mg selama
5 hari kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk di RSUP Persahabatan), penggunaan
kloramfenikol masih memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat-obat terbaru
dari jenis kuinolon.

1. Tiampenikol
2. Kotrimoxazol

Kotrimoksasol; 2 x 2 tablet (a tablet mengandung 400 mg sulfametoksasol 80 mg trimetoprim,


diberikan selama 2 minggu pula.

1. Amoxilin dan ampicillin

Ampisilin / Amoksilin; dosis 50 – 150 mg / kg BB, diberikan selama 2 minggu

1. Sefalosporin
Sefalosporin generasi II dan III. Di Sub bagian Penyakit Tropik dan Infeksi FKUI RSCM,
pemberian sefalosporin berhasil mengatasi demam tipoid dengan baik. Demam pada umumnya
mengalami reda pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan
prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.

1. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.

1. Riwayat Kesehatan Keluarga


Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.
2. Riwayat Psikososial
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
3. Pola Fungsi kesehatan

Pola nutrisi dan metabolisme : Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan
pada usus halus

1. Pola istirahat dan tidur

Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada perutnya,
mual, muntah, kadang diare.

1. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar – tidak sadar (composmentis – coma) untuk mengetahui
berat ringannya prognosis penyakit pasien.

2. Tanda – tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki

TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien /
kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-
prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk
mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga
dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan.

B. MASALAH KEPERAWATAN

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.


2. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang
informasi.

C. INTERVENSI
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.

Tujuan : Suhu tubuh normal

Intervensi:

1. observasi suhu tubuh klien

Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.


2. Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila
terjadi panas

Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.

3. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti
katun

Rasional : menjaga kebersihan badan

4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik

Rasional : menurunkan panas dengan obat.

2. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.

Tujuan : Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi

Intervensi :

1. Kaji pola nutrisi klien


Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.
2. Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai
Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian makan yang
tidak disukai.
3. Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut
Rasional : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.
4. Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan.
5. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Rasional : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan yang tidak boleh
dikonsumsi.

3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang


informasi.

Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat

Intervensi :

1. Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya


Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.
2. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien
Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit typhoid.
3. Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum
dimengerti
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di beri
penjelasan tantang penyakitnya.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An “A” DENGAN TYPOID FEVER

DI RUANG PERAWATAN x RSU.x

Tanggal pengkajian    : 2 desember 2013

Ruangan                      :

1. BIODATA
2. Identitas Klien

Nama                : An. A

Tanggal lahir    : 19-09-2002 ( 11 tahun 3 bulan )

Jenis kelamin    : Perempuan

Agama              :  Islam

Pendidikan       :  SD
Alamat             :  P——-

Tanggal masuk :  27-11-2013

Diagnose medic : Typoid

1.
1. Ibu

Nama           :  NY. A

Usia             :  39 tahun

Pendidikan  :  SMA

Pekerjaan     : IRT

Agama         : Islam

Alamat         : P———–

Identitas orang tua

1. Ayah

Nama                  :  Tn.A

Usia                    :  40 tahun

Pendidikan          :  S1

Pekerjaan            :  wiraswasta


Agama                :  Islam

Alamat                :  P——–

1. KELUHAN UTAMA
2. Keluhan utama

Demam

1. Riwayat keluhan utama

Klien masuk rs dengan keluhan demam yang dialami sejak 6 hari sebelum masuk rs.

1. RIWAYAT KESEHATAN
2. Riwayat kesehatan sekarang
1. Penyakit yang pernah dialami klien yaitu demam
2. Riwayat obat 6 bulan
3. Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
4. Klien biasa mengkonsumsi parasetamol jika demam
5. Pertumbuhan dan perkembangan anak disbanding saudaranya sama
6. Saat dikaji,  pasien Nampak lemah
7. Ibu klien mengatakan anaknya demam

1. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram :

11thn

G I    : meninggal karena factor usia

G II   : –
G III : pasien dengan penyakit typoid

1. RIWAYAT IMUNISASI

No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah pemberian

1. BCG 1X –

2. DPT 3X DEMAM

3. POLIO 4X –

4. CAMPAK 1X DEMAM

5. HEPATITIS B 3X –

2. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG ANAK


Pertumbuhan fisik

1. Berat bdan saat lahir : 2.500 gr


2. Tinggi badan             : 48 cm
3. Waktu tumbuh gigi   : 7 bulan
4. Perkembangan tiap tahap

Usia saat anak :

1. Berguling                                                 : 3 bulan
2. Duduk                                                      : 4 bulan
3. Merangkak                                               : lupa
4. Berdiri                                                      : 8 bulan
5. Senyum kepada orang lain pertama kali  : lupa
6. Bicara pertama kali                                   : 12 bulan
7. Berpakaian tanpa bantuan                         : 9 bulan

3. RIWAYAT NUTRISI

Pemberian ASI

1. Pertama kali disusui sejak 2 hari lahir karena asi ibu belum ada
2. Lama pemberian : 1 tahun 8 bulan
3. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : asi ibu belum keluar
2. Jumlah pemberian : 4 gelas sehari
3. Cara pemberian dengan sendok

Pemberian makanan tambahan

1. Pertama kali diberikan , pada usia 6 bulan


2. Jenis : bubur, biskuit
3. Perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai saat ini

No Usia Jenis nutrisi Lama pemberian


0-4 bulan ASI 1 tahun 8 bulan

4-12 bulan ASI, bubur susu, buah-buahan 6 bulan

Sekarang Nasi , sayur, daging, ikan,


buah, susu

4. RIWAYAT PSIKOLOGI
1. Lingkungan rumah berada dikota
2. Tidak ada tetangga yang berbahaya
3. Hubungan dengan anggota keluarga harmonis
4. Anak diasuh oleh orang tua

5. RIWAYAT SPIRITUAL

-Hubungan dengan keluarga harmonis

-Kegiatan keagamaan diselenggarakan dirumah dan dimesjid

6. REAKSI HOSPITALISASI
Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

1. Ibu membawa anaknya ke RS karena demam


2. Perasaan orang tua saat ini cemas
3. Orang tua selalu mengunjungi anaknya di RS
4. Yang tinggal bersama anak adalah ayah, ibu,dan nenek

Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

1. Anak mengerti bahwa ia dibawah dirumah sakit karena sakit


2. Klien belum mengerti apa yang menyebabkan dia sakit
7. AKTIVITAS SEHARI-HARI

Nutrisi

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Selera makan Baik Kurang

2. Menu makan Nasi +sayur+lauk Bubur

3 Frekuensi makan 3 x sehari 1x sehari

4 Makanan yang disukai semua Apel

5 Makanan pantangan – –

6 Pembatasan pola – –

7 Makan Makan sendiri Makan sendiri

8 Cara makan Memakai sendok Memakai sendok

9 Ritual saat makan Berdoa Berdoa

Cairan

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1 Jenis minuman Air putih, susu, teh Air putih, susu

2 Frekuensi minum  6 gelas/hari  4 gelas/hari

3 Kebutuhan cairan 800-1000 cc/hari 800-100 cc/hr


4 Cara pemenuhan Gelas Gelas, cairan infus

Eliminasi (BAB/BAK)

Sebelum sakit Saat sakit


No Kondisi
BAB BAK BAB BAK

1 Tempat pembuangan Wc Wc Wc Wc

2 Frekuensi 1x sehari 3x sehari 1x sehari, 3x sehari

3 Konsistensi Lunak Kuning Lunak Kuning

4 Kesulitan – – – –

5 Obat pencahar – – – –

Istirahat tidur

No Kondisi jam tidur Sebelum sakit Saat sakit

1 Siang 15.00-16.30 wita Tidak teratur

2 Malam 10.30-05.00 wta Tidak teratur

Olah raga

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1 Program olahraga Olahraga disekolah –

2 Jenis dan frekuensi 1x seminggu –

3 Kondisi setelah olahraga Segar –


Personal hygiene

No Kegiatan Sebelum sakit Saat sakit

1 Mandi 2x sehari –
Mandi sendiri
Frekuensi
Cara Sabun+air
Alat mandi

2 Cuci rambut 3x seminggu 1x selama sakit


Shampoo+air
Frekuensi
Cara

3 Gunting kuku 1x seminggu 1 x selam sakit


Pake gunting kuku
Frekuensi
Cara

4 Gosok gigi 2x sehari 2x sehari


Pasta gigi+sikat gigi, Pasta gigi+sikat gigi,
frekuensi
pagi dan malam pagi dan malam
cara
sebelum tidur sebelum tidur

Aktivitas mobilitas fisik

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1 Kegiatan sehari-hari Sekolah, belajar, Baring, nonton tv


makan, main.
2 Pengaturan jadwal harian –

3 Penggunaan alat bantu aktivitas – –

4 Kesulitan pergerakan tubuh – –

Rekreasi

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1 Perasaan saat sekolah Senang –

2 Waktu luang Main, nonton tv, –


belajar

3 Perasaan setelah rekreasi/bermain Senang –

4 Waktu senggang keluarga Nonton tv –

5 Kegiatan hari libur Main, nonton tv –

8. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum klien : Lemah

 Tanda-tanda vital

1.Suhu                 : 38

2.Nadi                  : 104 x/ i

3.Respirasi           : 24 x/i

4.Tekanan darah  : 100/60 mmhg


 Antropometri

1. Tinggi badan            :120 cm


2. Berat badan              : 20 kg
3. Lingkar lengan atas :
4. Lingkar kepala         :
5. Lingkar dada            :
6. Lingkar perut           :

 System pernafasan

1. Hidung

Inspeksi

 Lubang hidung simetris kiri dan kanan


 Tidak tampak polip,epitaksis
 Tidak tampak pernafasan cuping hidung

Palpasi

 Tidak ada nyeri tekan


 Tidak teraba adanya massa

2. Leher

Inspeksi

 Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan limfe


 Jugularis venous Pressure (JVU) 2 cm

Palpasi

3. Dada
Inspeksi

Ø Bentuk dada normal

Ø Selama insipirasi dada mengembang

Ø Tidak Nampak menggunakan otot bantu pernafasan

Ø Frekuensi nafas 24 x/i

Palpasi

 Tidak ada nyeri tekan


 Tidak teraba addanya massa

Auskultasi

 Bunyi nafas bronkovesikuler pada area bronkus


 Bunyi nafas tambahan ronchi

Perkusi

 Resonan pada semua lapang paru

4. System kardiovaskuler
 Konjungtiva tampak pucat
 Suara jantung
5. System pencernaan
 Skelera tidak ikterus
 Mulut : tidak stomatitis,

 Tonsil T2-T2
 Nyeri tekan pada abdomen kuadran kiri atas
 Peristaltik usus menurun
 Jumlah gigi
6. System indra
 Mata

Inspeksi

 Alis dan bulu mata tumbuh merata


 Kelopak mata menutup dengan sempurna
 Skera tidak ikterus
 Lapang pandang baik

Palpasi

 Tidak terdapat massa

 Hidung

1. Penciuman baik
2. Tampak adanya secret
3. Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba massa

 Telinga

Inspeksi

 Daun telinga simetris kiri dan kanan


 Fungsi pendengaran baik

Palpasi

 Tidak ada nyeri tekan


 Tidak terdapat massa

7. System saraf
 Fungsi cerebral
1. Status mental :
2. Kesadaran      : compos mentis dgn GCS 15 ( E4 M6 V5)

 Fungsi cranial

Nervus I  (olfaktorius ) : klien dapat membedakan bau

Nervus II (optikus ) : lapang pandang baik

Nervus III( okulomotorius )

 Klien dapat menggerakkan bola mata ke atas


 Pupil isokor

Nervus IV (troclearis )

Klien mampu menggerakkan bola mata ke bawah

Nervus V ( trigeminus)

 Sensorik

Klien dapat merasakan sensasi pada daerah maksila dan mandibula

 Motorik

Klien dapat tersenyum, menutup mata dengan rapat, mengangkat kedua alis dan mampu
mengembangkan pipinya

Nervus VI ( abdusen)

 Klien mampu menggerakkan bola mata kesamping


 Reflex kornea baik

Nervus VII ( pasialis )


 Sensorik

Klien dapat merasakan rasa asam, manis, asin, dan pahit

 Motorik

Klien dapat tersenyum, menutup mata dengan rapat, mengangkat kedua alis, mengembangkan
pipinya.

Nervus VIII ( akustikus )

Klien dapat mendengar dengan baik

Nervus IX ( glosofaringeus )

Klien dapat merasakan fungsi pengecapan pada 1/3 posterior lidah

Nervus X ( vagus )

 Fungsi menelan baik


 Gerakan ovula simetris dan tertarik ke atas

Nervus XI ( aksesorius )

 Klien dapat mengangkat bahu


 Klien dapat mengalihkan kepala ke samping

Nervus XII ( hypoglosus)

 Klien dapat menggerakkan lidah

1. Fungsi motorik

Keterangan  :
5 : normal

4 : dapat melawan tekanan

3 : dapat menahan berat tapi tidak dapat melawan tekanan

2 : hanya dapat menggerakkan anggota badan

1 : teraba gerakan kontraksi otot, tidak dapat bergerak

0 : tidak ada kontraksi

Tonus otot

5              5

5              5

Fungsi sensorik

Dapat merasakan sensasi panas dan dingin

Fungsi cerebellum

Tidak ada tremor

1. Reflex
1. Bisep ka/ki : +/+ (normal )
2. Trisep ka/ki : +/+ ( normal)
3. Patella ka/ki :+/+ (normal )

1. System musculoskeletal
1. Inspeksi
 Bentuk kepala hormocepal
 Tidak Nampak skoliosis, dordosis, maupun kepotis
 Tidak Nampak pembengkakan pada lutut dan kaki
 Tidak terdapat pembengkakan pada tangan

1. Palpasi

Tidak teraba pembengkakan pada tangan dan kaki

1. System integument
1. Warna rambut hitam merata
2. Warna kulit sawo matang
3. Turgor kulit kering
4. Suhu 38
5. System endokrin
1. Eksresi urine tidak berlebih
2. Tidak ada bekas air seni dikelilingi semut
3. System perkemihan
1. Tidak Nampak udeme palpebral
2. Tidak teraba distensi kandung kemih
3. System imun
1. Tidak ada riwayat alergi
2. Penyakit yang berhubungan dengan cuaca adalah flu

1. Pemeriksaan nyeri
1. Klien mengatakan bahwa  dia merasa nyeri pada kepala
2. Lama nyeri : hilang timbul
3. Pencetus yang memperburuk nyeri : pada saat beraktivitas
4. Intensitas nyeri : sedang

Visual analog scale (VAS)

 
1          1          2          3         4          5        6        7         8         9      10

8. TEST DIAGNOSTIK

1. Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hematologi 11,5 11,4-17,7 g/dl


– Hemoglobin 4.700-10.300/cmm
9600
– Lekosit 37-48%
30,2
– Hematokrit L 4,5-5,5 P4-5
4.780.000
– Eritrosit 150.000-350.000
173.000
– Trombosit

Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Imunologi Negatif Negatif


Imunologi : widal
Negatif Negatif
–O
Negatif Negatif
–H
1/200 Negatif
– PA 8 5,5 7

– PB Negatif Negatif

Urinalisis Negatif Negatif

– PH Negatif Negatif

– Protein Normal Normal

– Glukosa 0-1 0,1/lp

– Bilirubin – –

– Urobilin – –

Sedimen 0,1 1-2/lp

– Lekosit – –

– Eritrosit –

– Silinder

– Epitel

– Kristal

– Lain-lain

1. PENGOBATAN

 Terafi infuse RL 10 tetes/i


KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF:

 Klien mengatakan  nyeri pada kepala


 Klien mengatakan nyeri pada saat menelan
 Klien mengatakan nyeri pada perut jika di tekan
 Ibu klien mengatakan anaknya demam

DATA OBJEKTIF

 BB: 20 kg
 TB: 120 cm

IMT= 13,8 (  =gizi kurang )

 Makanan tidak dihabiskan


 Klien nampak lemah
 Skala nyeri : 5 (nyeri sedang )
 TTV

Suhu           : 38

Nadi           : 104 x/

Respirasi    : 24 x/i

TD             : 100/60 mmhg

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

DS: Salmonella typhosa Nutrisi kurang


dari kebutuhan
Klien mengatakan nyeri Mengkontaminasi
pada saat menelan makanan dan air
Klien mengatan nyeri pada
perut jika di tekan Masuk ke dalam saluran
pencernaan
DO:

Pada lambung
BB: 20 kg
TB: 120 cm Peningkatan HCl
lambung
IMT= 13,8 (  =gizi kurang )

Merangsang N. Vagal
Makanan tidak dihabiskan
Klien Nampak lemah
Merangsang CTZ di
hypothalamus

Mual / muntah

Rasa tidak enak pada


mulut

Nutrisi kurang dari


kebutuhan

DS: Kuman masuk ke Hipertermi


ibu klien mengatakan anaknya jaringan / organ tubuh
demam terutama limpa dan hati
DO: Kuman mengeluarkan
endotoksin
TTV
Proses inflamasi pada
S    : 38
jaringan tempat kuman
berkembangbiak
N    : 104 x/

Merangsang pengeluaran
P     : 24 x/i
/ sintesis zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan
TD  : 100/60 mmhg
yang meradang

Klien Nampak lemah


Melepaskan zat IL-1,
prostaglandin E2 (pirogen
leukosit dan pirogen
endogen)

Mencapai hypothalamus

(merangsang set point)

Reaksi peningkatan suhu


tubuh

hipertermi

3 DS: Proses inflamasi pada Nyeri


jaringan tempat kuman
Klien mengatakan nyeri
berkembangbiak
pada kepala

Menghasilkan mediator
kimia (histamine,
DO: bradikinin & serotonin)

Skala nyeri : 5 (nyeri Merangsang ujung saraf


sedang )
TTV Nyeri pada perabaan

Suhu           : 38 Nyeri

Nadi           : 104 x/

Respirasi    : 24 x/i

TD             : 100/60 mmhg

Klien Nampak lemah

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI

Nutrisi kurang dari Nutrisi sesuai Kaji pola


kebutuhan DS: dengan nutrisi klien pola
kebutuhan makan, kebiasaan
Klien Kaji makan
ditandai dengan makan, keteraturan
mengatakan nyeri pada yang di sukai dan
waktu makan.
saat menelan Berat tidak disukai
menin
Klien mengatan badan normal Anjurkan
gkatkan status
nyeri pada perut jika di Porsi tirah baring /
makanan yang
tekan makanan pembatasan
disukai dan
dihabiskan aktivitas selama fase
menghindari
DO: akut pemberian makan
Timbang yang tidak disukai.
BB: 20 kg berat badan tiap hari pengh
TB: 120 cm Anjurkan ematan tenaga,
klien makan sedikit mengurangi kerja
IMT= 13,8 (  =gizi
tapi sering tubuh.
kurang )
Kolaborasi mengetahui
dengan ahli gizi adanya penurunan
Makanan tidak
untuk pemberian atau kenaikan berat
dihabiskan
diet badan.
Klien Nampak
meng mengurangi
lemah
etahui kerja usus,
menghindari
kebosanan makan.
mengetahui
makanan apa saja
yang dianjurkan dan
makanan yang tidak
boleh dikonsumsi.

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI

Hipertermi Suhu tubuh Observasi suhu .


berhubungan dengan normal. tubuh klien
menjaga
proses inflamasi
Beri kompres kebersihan badan
DS:
dengan air hangat (air
menurunkan
Ibu klien mengatakan biasa) pada daerah
panas dengan obat.
anaknya demam axila, lipat paha,
DO:
temporal bila terjadi

TTV panas
Anjurkan
Suhu           : 38 keluarga untuk
memakaikan pakaian
Nadi           : 104 x/ yang dapat menyerap
keringat seperti katun
Respirasi    : 24 x/i
Kolaborasi
dengan dokter dalam
TD             : 100/60
pemberian obat anti
mmhg
piretik
menget
Klien Nampak
ahui perubahan suhu
lemah
tubuh.
melanc
arkan aliran darah
dalam pembuluh darah

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI

Nyeri berhubungan Nyeri teratasi. Kaji keluhan Mengevaluasi


dengan proses Ditandai nyeri (skala 1-10), perkembangan nyeri
inflamasi dengan perubahan untuk menetapkan
DS: karakteristik nyeri, intervensi selanjutnya
Skala
petunjuk verbal dan Menurunkan
Klien nyeri 0
non verbal tegangan permukaan
mengatakan nyeri pada TTV
Atur posisi abdomen dan
kepala dalam batas
yang nyaman bagi mengurangi nyeri
DO: normal klien, misalnya Meningkatkan
dengan lutut fleksi. relaksasi,
Skala nyeri : 5 Ajarkan mengalihkan fokus
(nyeri sedang ) klien teknik perhatian kliendan
TTV relaksasi dan meningkatkan
distraksi kemampuan koping.
Suhu           : 38
Kolaborasi Analgetik
pemberian obat sebagai agen anti
Nadi           : 104 x/
analgetika dan atau nyeri dan

Respirasi    : 24 x/i antikolinergik sesuai antikolinergik untuk


indikasi menurunkan spasme
TD             : 100/60
mmhg

Klien nampak
lemah

Anda mungkin juga menyukai