Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika,
Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa.
Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan
diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia
menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan
400,000 kematian setiap tahunnya.
Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan
angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh
Salmonella Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan
kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka
kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini
banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa.
Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C.
Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak
dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman
dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk
pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan
kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit
typhus.
Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam
dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada
umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan
pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran usus.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
Anak dengan Demam Tifoid” dengan tujuan agar mahasiswa memahami dan mengetahui
asuhan keperawatan pada klien dengan demam tifoid.

1
B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya demam tifoid serta
mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan.
2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam tifoid
b. Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai konsep dan sesuai
indikasi klien

C. Manfaat Penulisan
1. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam tifoid
2. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan demam
tifoid

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DEMAM TIFOID


1. Pengertian
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan
pencernaan dan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam tifoid adalah
penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan
pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan
ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng, 2002).
Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit
kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari
limpa/hati/kedua-duanya (Djauzi & Sundaru; 2003). Typhus Abdominalis adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala
demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suryadi, 2001).

2. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C.
Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid
dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid
dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama
lebih dari 1 tahun.

3. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas
berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala
Demam Tifoid antara lain sebagai berikut :
Demam > 1 minggu terutama pada malam hari
Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama
peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada
malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus
meningkat dan pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan
kembali normal.

3
Nyeri kepala
Malaise
Letargi
Lidah kotor
Bibir kering pecah-pecah (regaden)
Mual, muntah
Nyeri perut
Nyeri otot
Anoreksia
Hepatomegali, splenomegali
Konstipasi, diare
Penurunan kesadaran
Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler
Epistaksis
Bradikardi
Mengigau (delirium)

4
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat
leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu
pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.
Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang
lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang
digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam
tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh
biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga
biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan
mungkin negatif.

5
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid.
Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid
(Widiatuti, 2001).

5. Penatalaksanaan
a. Perawataan
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi
bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.
c. Obat-obatan
1) Kloramfenikol.
Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral
atau intravena, sampai 7 hari bebas panas

6
2) Tiamfenikol.
Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3) Kortimoksazol.
Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80
mg trimetoprim)
4) Ampisilin dan amoksilin.
Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
5) Sefalosporin Generasi Ketiga.
Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus
sekali sehari, selama 3-5 hari
6) Golongan Fluorokuinolon
a) Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
b) Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
c) Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
d) Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
e) Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
f) Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu
seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah
terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah
selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001).

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang terbanyak
adalah diatas umur lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya demam thypoid
adalah iklim tropis social ekonomi yang rendah sanitasi lingkungan yang kurang.
c. Keluhan utama
Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.
d. Riwayat penyakit sekarang
Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu minggu.
e. Riwayat penyakit dahulu
Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.

7
f. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga ada yang karier
g. Riwayat psiko social dan spiritual
Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta terjadi kecemasan.
h. Riwayat tumbuh kembang
Tidak mengalami gangguan apapun, terkadang hanya sakit batuk pilek biasa
i. Activity Daily Life
1) Nutrisi : pada klien dengan demam tifoid didapatkan rasa mual, muntah,
anoreksia, kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2) Eliminasi : didapatkan konstipasi dan diare
3) Aktifitas : badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah
baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.
4) Istirahat tidur : klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur karena
adanya peningkatan suhu tubuh.
5) Personal hygiene : klien dianjurkan bedrest sehingga mengalami gangguan
perawatan diri. Perlu kaji kebiasaan klien dalam personal hygiene seperti
tidak mencuci tangan sebelum makan dan jajan di sembarang tempat.
j. Pemeriksaan fisik
1) Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa pucat kadang
di dapat anemia ringan.
2) Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap. Terdapat
beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering dilatasi selaput tebal
dibagian ujung dan tepi lidah nampak kemerahan, lidah tremor jarang terjadi.
3) Thorak : jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada komplikasi.
Pada daerah perangsang ditemukan resiola spot.
4) Abdomen : adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan limpa, distensi
abdomen, bising usus meningkat
5) Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella
thypi.
b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, mual, muntah dan anoreksia.

8
c. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.
d. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi
e. Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang
penyakit dan kondisi anaknya

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Peningkatan Tujuan : Observasi tanda- Tanda-tanda vital
suhu tubuh tanda vital berubah sesuai
(Hipertermi) Setelah tingkat
berhubungan diberikan perkembangan
dengan proses tindakan penyakit dan
infeksi keperawatan menjadi indikator
Salmonella selama 3 x untuk melakukan
Typhi. 24 jam, suhu intervensi
tubuh normal. selanjutnya
Pemberian kompres
Kriteria hasil : dapat menyebabkan
peralihan panas
- TTV Beri kompres
secara konduksi dan
dalam pada daerah dahi
membantu tubuh
batas untuk menyesuaikan
normal terhadap panas
- TD : 80- Peningkatan suhu
120/60-80 tubuh
mmhg mengakibatkan
- N : 120- penguapan sehingga
140 x/i perlu diimbangi
(bayi), dengan asupan
100-120 cairan yang banyak
(anak) Anjurkan untuk
banyak minum Mempercepat proses
- S : 36,5- air putih penyembuhan,
370C menurunkan demam.
Pemberian antibiotik
- P : 30-60 menghambat
x/i (bayi), pertumbuhan dan
15-30 x/i proses infeksi dari
(anak) Kolaborasi
bakteri
pemberian
antiviretik,
antibiotik

9
2 Resiko Tujuan : Kaji kemampuan Untuk mengetahui
pemenuhan makan klien perubahan nutrisi
nutrisi kurang Setelah klien dan sebagai
dari kebutuhan dilakukan indikator intervensi
tubuh tindakan selanjutnya
berhubungan keperawatan
dengan intake selama 3 x 24 Berikan makanan Memenuhi
yang tidak jam dalam porsi kebutuhan nutrisi
adekuat, mual, kekurangan kecil tapi sering dengan
muntah dan nutrisi tidak meminimalkan rasa
anoreksia. terjadi. mual dan muntah
Memenuhi
Beri nutrisi kebutuhan nutrisi
Kriteria hasil : adekuat
dengan diet
- Nafsu lunak, tinggi
makan kalori tinggi
meningkat, protein
- Tidak ada Anjurkan kepada Menambah selera
keluhan orang tua makan dan dapat
anoreksia, klien/keluarga menambah asupan
nausea, untuk nutrisi yang
memberikan dibutuhkan klien
- Porsi
makan makanan yang
dihabiskan disukai
Anjurkan kepada
orang tua
klien/keluarga
untuk dapat meningkatkan
menghindari asam lambung yang
makanan yang dapat memicu mual
mengandung dan muntah dan
gas/asam, pedas menurunkan asupan
nutrisi
Kolaborasi.
Berikan
antiemetik,
antasida sesuai
indikasi Mengatasi
mual/muntah,
menurunkan asam
lambung yang dapat
memicu
mual/muntah
3 Resiko defisit Tujuan : Kaji tanda dan Hipotensi, takikardia,
volume cairan gejala dehidrasi demam dapat
berhubungan Setelah hypovolemik, menunjukkan respon
dengan intake dilakukan riwayat muntah, terhadap dan atau
yang tidak tindakan kehausan dan efek dari kehilangan
keperawatan

10
adekuat, selama 3x24 turgor kulit cairan
kehilangan jam, tidak
cairan berlebih terjadi defisit Observasi Agar segera
akibat muntah volume cairan adanya tanda- dilakukan tindakan/
dan diare. tanda syok, penanganan jika
tekanan darah terjadi syok
Kriteria hasil : menurun, nadi
cepat dan lemah
- Tidak
terjadi Berikan cairan Cairan peroral akan
tanda-tanda peroral pada membantu
dehidrasi, klien sesuai memenuhi
kebutuhan kebutuhan cairan
-
Keseimban Anjurkan kepada Asupan cairan secara
gan intake orang tua klien adekuat sangat
dan output untuk diperlukan untuk
dengan urine mempertahanka menambah volume
normal n asupan cairan cairan tubuh
dalam secara dekuat Pemberian intravena
konsentrasi sangat penting bagi
jumlah Kolaborasi
pemberian klien untuk
cairan intravena memenuhi
kebutuhan cairan

4 Gangguan pola Tujuan : Kaji pola Sebagai data dasar


eliminasi BAB eliminasi klien gangguan yang
berhubungan Setelah dialami,
dengan dilakukan memudahkan
konstipasi tindakan intervensi
keperawatan selanjutnya
selama 3 x 24 Auskultasi bising
jam, pola usus Penurunan
eliminasi menunjukkan
kembali adanya obstruksi
normal. statis akibat
inflamasi,
penumpukan fekalit
Kriteria hasil :
Selidiki keluhan Berhubungan dengan
- Klien nyeri abdomen distensi gas
melaporka
n BAB
lancar
Indikator kembalinya
- Konsistensi fungsi GI,
Observasi
lunak mengidentifikasi
gerakan usus,
ketepatan intervensi
perhatikan
warna,
konsistensi, dan
Mengatasi konstipasi

11
jumlah feses yang terjadi

Anjurkan makan
makanan lunak,
buah-buahan
yang
merangsang
BAB Mungkin perlu untuk
merangsang
Kolaborasi. peristaltik dengan
Berikan pelunak perlahan
feses,
supositoria
sesuai indikasi

5 Ansietas Tujuan : Kaji tingkat Untuk


berhubungan kecemasan yang mengeksplorasi rasa
dengan proses Setelah dialami orang cemas yang dialami
hospitalisasi, dilakukan tua klien oleh orang tua klien
kurang tindakan
pengetahuan keperawatan Meningkatkan
tentang penyakit selama 3 x 24 pengetahuan orang
jam, Beri penjelasan tua klien tentang
dan kondisi pada orang tua
anaknya kecemasan penyakit anaknya
teratasi klien tentang
penyakit
anaknya
Kriteria hasil : Mendengarkan
Beri kesempatan keluhan orang tua
- Ekspresi pada orang tua agar merasa lega dan
tenang klien untuk merasa diperhatikan
mengungkap sehingga beban yang
- Orang tua kan perasaan dirasakan berkurang
klien tidak nya
sering Keterlibatan orang
bertanya Libatkan orang tua dalam perawatan
tentang tua klien dalam anaknya dapat
kondisi rencana mengurangi
anaknya keperawatan kecemasan
terhadap
anaknya

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : An. D
Tempat/Tanggal Lahir : Mandailing/04 September 2008
Nama Ayah/ibu : Tn. N/Ny. I
Pekerjaan Ayah : TNI-AD
Pekerjaan Ibu : IRT
Alamat : Asrama 122, Dolok Masihule
Suku : Mandailing
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
2. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari, demamnya naik turun dan tidak
membaik dengan obat penurun panas yang telah diberikan.
3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal
Ibu klien mengatakan tidak ada masalah selama kehamilan An. D, ibu klien
memeriksakan kandungannya ke bidan setempat dan dokter kandungan.
b. Natal
Ibu klien mengatakan kelahiran An. D secara normal dan dibantu oleh bidan
setempat dengan BB An. D adalah 2.8 Kg dan An. D tidak mengalami masalah.
c. Postnatal
Ibu klien mengatakan tidak ada mengalami pendarahan hebat ataupun masalah
lainnya setelah kelahiran An. D
4. Riwayat Masa Lalu
a. Penyakit waktu kecil
Orang tua klien mengatakan sewaktu kecil An. D sering mengalami demam, batuk
dan pilek.

13
b. Pernah dirawat dirumah sakit
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelumnya tidak pernah di rawat di Rumah
Sakit, apabila sakit hanya diberikan obat yang diperoleh dari bidan setempat.
c. Obat-obat yang digunakan
Ibu klien selalu menyediakan obat paracetamol di rumahnya.
d. Tindakan (operasi)
Tidak ada
e. Alergi
Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak ada riwayat alergi baik makanan/pun
minuman.
f. Kecelakaan
Ibu klien mengatakan An. D tidak pernah dan jangan sampai terjadi kecelakaan.
g. Imunisasi
Ibu klien mengatakan bahwa imunisasi An. D sudah lengkap karena sangat penting
bagi anak.
5. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh
Ny. I dan Tn. N
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Terjalin baik, An. D sering bermain dengan abangnya dan bercanda dengan kedua orang
tuanya.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu klien mengatakan An. D sering bermain dengan anak-anak di sekitar rumahnya
d. Pembawaan secara umum
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sangat ceria, baik dan ramah dengan orang yang
sudah dikenalnya.
e. Lingkungan rumah
Ibu klien mengatakan bahwa An. D tinggal di asrama tentara dengan kondisi
rumah bersih, menyatu antara 1 dengan lainnya, komunikasi antar tetangga terjalin
dengan sangat baik.
6. Kebutuhan Dasar
a. Makanan
1) Makanan yang disukai/ tidak disukai

14
Ibu klien mengatakan bahwa sebelum sakit, makanan yang disukai An. D adalah
telur, buah apel, dan jajanan. Selama sakit, An. D masih menyukai telur dan buah
apel, sedangkan ikan, pisang, pepaya An. D kurang suka.
2) Selera
Ibu klien mengatakan bahwa An. D selera makan hanya dengan telur, dan kecap
saja sudah cukup.
3) Alat makan yang dipakai
Piring, sendok, dan cangkir.
4) Pola makan/jam
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit makan 3x/hari dan dihabiskan.
Selama sakit makan 3x/hari itupun tidak dihabiskan.
b. Pola tidur
1) Kebiasaan sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur)
Ibu klien mengatakan bahwa An. D kebiasaan sebelum tidur tidak ada, terkadang
ibu klien harus mengelus-elus punggung An. D karena sakit.
2) Tidur siang
Ibu klien mengatakan bahwa An. D jarang sekali tidur siang karena lebih banyak
dihabiskan untuk bermain.
c. Mandi
Ibu klien mengatakan bahwa An.D mandi 2 x /sehari, pagi sebelum pergi kesekolah,
dan sore hari, sedangkan selama sakit An. D belum pernah mandi.
d. Aktivitas bermain
Ibu klien mengatakan bahwa An. D setelah pulang dari sekolah langsung bermain
bersama teman-teman di sekitar rumah. Selama sakit hanya berbaring di tempat tidur.
e. Eliminasi
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 1 x/hari, dan BAK
tidak tentu, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada
BAB, dan BAK ± 4 x/hari selama di rawat.
7. Keadaan Kesehatan Saat Ini
a. Diagnosa medis : Susp. Typhoid Fever
b. Tindakan operasi : Tidak ada
c. Status cairan : Ringer Laktat
d. Status nutrisi : Diet M2 TKTP

15
e. Obat-obatan :
- Cotrimoxazole 2 x cth I
- PCT 3 x1 tab
- Lactulosa 3 x cth I
f. Aktivitas : An. D terbaring lemah di tempat tidur, aktivitas
dibantu dan klien terpasang infus di kaki kanan.
g. Tindakan keperawatan :
- Melakukan pemeriksaan Tanda-tanda Vital
- Menganjurkan orang tua klien melakukan kompres
hangat
- Menjelaskan pentingnya memakai pakaian yang
tipis dan menyerap keringat
- Menganjurkan An. D untuk banyak istirahat
selama fase akut
h. Hasil lab : Tanggal 28 April 2013
- Haemoglobin : 15.6 g/dl
- Hematokrit : 46,9 %
- Leukosit : 9.800/ml
- Trombosit : 189.000/ml
- LED : 5 mm
- Widal :
O : 1/80 1/80 1/40 1/80
H : 1/40 1/40 1/80 1/80
i. Foto roentgen : Tidak ada
j. Lain-lain : Tidak ada
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah, tingkat kesadaran : Composmentis
b. TB/BB : 118 cm, 27 Kg
c. Lingkar kepala : 49 cm
d. Kepala
Tulang kepala normosefalik, rambut hitam, kulit kepala bersih, tekstur lembut,
distribusi rapat, dan kuat, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), frontal teraba panas.

16
e. Mata
Ketajaman penglihatan baik, sklera putih (tidak ada perdarahan), konjungtiva merah
muda, ptosis (-), refleks cahaya (+ 2), pupil isokor.
f. Leher
Trakea tepat berada di garis tengah, pembesaran tyroid (-), nyeri tekan (-), refleks
menelan (+).
g. Telinga
Ketajaman terhadap suara (+), tidak ada serumen, cairan (-), simetris antara d/s,
kelainan bentuk (-)
h. Hidung
Septum digaris tengah, pernafasan cuping hidung (-), tidak beringus, bersih, dan
tidak ada nyeri tekan.
i. Mulut
Bibir kering, caries gigi (-), beslag (+), gusi merah muda, otot maseter (+), gerakan
lidah baik.
j. Dada
Thorak simetris, ekspansi dada baik, vibrasi dinding dada sama, puting (+2),
deformitas (-), fraktur iga (-), nyeri tekan (-).
k. Paru- paru
Suara napas vesikuler, RR : 32 x/i, bunyi paru resonan
l. Jantung
Bunyi S1 dan S2 terdengar jelas, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, HR : 130
x/i.
m. Perut
Umbilikus simetris, acites (-), suepel (+), nyeri tekan (-), peristaltik usus (+) 8 x/i,
tekstur kulit lembut dan elastis (< 2 detik)
n. Punggung
Massa (-), luka (-), nyeri tekan (-)
o. Genetalia
Bentuk normal, skrotum (+), meatus uretra (+), testis (+2), nyeri tekan (-)
p. Ektremitas
1) Ekstremitas atas : Edema (-), ekstremitas hangat, luka (-), terdapat bekas
pemasangan infus (dekstra), jari lengkap, kekuatan otot (+)

17
2) Ekstremitas bawah : Tidak ada varises, nyeri tekan (-), kekuatan otot (+)
q. Tanda vital
a. RR : 32 x/menit
b. HR : 130 x/menit
c. TD : 85/60 mmHg

0
d. Temp : 38,1 C
10. Pemeriksaan Tinggkat Perkembangan
a. Kemandirian bergaul
An. D mudah berinteraksi dengan orang lain
b. Motorik halus
An. D sudah bisa menggambar, mewarnai dan menjelaskan gambar yang telah dibuatnya
c. Motorik kasar
An. D dapat menangkap bola dan melemparkannya, dapat melompat dan dapat berjalan
dengan 1 kaki
d. Kognitif
An. D dapat mengingat nama ayah dan ibunya, dapat menjumlahkan penjumlahan yang
sederhana (misalnya 1 + 1 = 2)
e. Bahasa :
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh An. D adalah bahasa Indonesia. An. D berbicara
dengan sangat jelas dan mudah dimengerti.
11. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboraturium (terlampir dihalaman 39)

12. Ringkasan Riwayat Keperawatan


Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa An. D demam selama 5 hari, suhu tubuh 38,1 0C,
BAB (-) selama 1 minggu, peristaltik usus 8 x/i, An. D rewel, muntah (-), mual (-), tingkat
kesadaran : composmentis, ekstremitas bawah (+4), An. D terbaring lemah di tempat tidur.
13. Masalah Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh
b. Gangguan pola eliminasi
c. Intoleransi aktivitas

18
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella
Typhi.
2. Gangguan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan konstipasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tirah baring

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1 Ds :
 Ibu klien mengatakan demam ± selama 5 hari Invasi bakteri salmonela Peningkatan suhu
demam bersifat naik turun, ibu klien typhi melalui makanan tubuh (hipertermi)
mengatakan sudah memberi obat penurun atau minuman
panas tetapi tidak membaik
Do : Terjadi peradangan pada
saluran cerna
Teraba panas
An.D rewel
Dilepaskannya zat
T : 38.1 c0 pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang
RR : 32 x/i
HR : 120 x/i
Demam tipoid
Pct 3x1 tab

Peningkatan suhu tubuh


(hipertermi)

2 Ds :
Ibu klien mengatakan bahwa An. D Terjadi peradangan pada Gangguan pola
sebelum sakit BAB sebanyak 2 saluran cerna eliminasi (BAB)
x/hari, sedangkan selama ± 1
minggu sampai sekarang (29 April
2013) belum ada BAB Penurunan kerja motilitas
usus
Ibu klien mengatakan makanan yang
disukai An. D adalah telur, buah
apel, dan jajanan. Sedangkan
pisang, pepaya dan ikan An. D
kurang suka Konstipasi

Do :
Makan nasi + telur + kecap
Makan apel (+)

19
 Peristaltik usus (8 x/i)
BAB (-) Gangguan pola eliminasi
(BAB)
Mual, muntah (-)
Abdomen : Suepel
Suara abdomen : Tympani

3 Ds :
Ibu klien mengatakan badan anaknya lemas Proses infeksi virus Intoleransi
Salmonella Typhi aktivita
Do :
k/u : lemah
Penurunan sistem
Kekuatan otot (+4) metabolisme tubuh

Terbaring di tempat tidur


Kelemahan fisik
Terpasang infus
Aktivitas dibantu Ny. I Imobilisasi

Intoleransi aktivitas

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


N
Keperawat
o Tujuan Intervensi Rasional
an

1 Peningkatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Ukur tanda- 1. Sebagai dasar


suhu tubuh selama 1 x 12 jam, diharapkan suhu tanda vital untuk
(hipertermi) klien menurun. setiap 2/4 menentukan
b/d proses jam intervensi
infeksi
Salmonella 2. Observasi 2. Untuk
KH :
Typhi membran identifikasi
1. Suhu tubuh dalam batas normal mukosa tanda-tanda
(36-37 0C) bibir, dehidrasi
pengisian akibat demam
2. Membran mukosa lembab kapiler dan
turgor kulit 3. Kebutuhan
3. Pengisian kapiler < 2 detik cairan dalam
4. An. D tidak rewel (rileks) 3. Anjurkan tubuh cukup
untuk mencegah
- minum ± 2- terjadinya
2,5 L/menit demam
4. Anjurkan 4. Kompres
kompres hangat

20
hangat pada memberi efek
dahi, ketiak, vasodilatasi
dan lipat pembuluh
paha darah
sehingga
5. Anjurkan mempercepat
untuk tirah penguapan
baring/pem panas
batasan
aktivitas 5. Menurunkan
selama fase kebutuhan
akut metabolisme
tubuh
6. Anjurkan sehingga
untuk menurunkan
menggunak panas
an pakaian
yang tipis
dan
6. Pakaian tipis
menyerap
memudahkan
keringat
penguapan
7. Kolaborasi panas saat
dalam penurunan
pemberian panas klien
terapi sesuai akan banyak
indikasi mengeluarkan
keringat
8. Observasi
hasil 7. Untuk
pemeriksaa menurunkan
n darah dan panas/mengon
feses trol panas,
untuk
9. Observasi mengatasi
adanya infeksi dan
peningkatan mencegah
suhu terus penyebaran
menerus, infeksi, dan
distensi penggantian
abdomen, cairan akibat
dan nyeri penguapan
abdomen panas tubuh
8. Untuk
mengetahui
perkembanga
n penyakit
typus dan
efektifitas
terapi
9. Peningkatan
suhu terus
menerus
setelah
pemberian

21
antipiretik dan
antibiotik
kemungkinan
terjadinya
komplikasi
perforasi usus.

2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji pola 1. Sebagai


pola keperawatan selama 1 x 12 jam, eliminasi data dasar
eliminasi diharapkan pola eliminasi klien klien gangguan
(BAB) b/d kembali normal. yang dialami
konstipasi 2. Asukultas memudahka
i bunyi n intervensi
usus selanjutnya
KH :
3. Kaji 2. Penurunan
1. BAB 1 x/hari adanya menunjukka
2. Konstipasi lunak keluhan n adanya
nyeri obstruksi
3. Warna feces kuning abdomen statis akibat
4. Tidak berlendir 4. Anjurkan inflamasi,
makan- penumpukan
makanan fekalit
yang 3. Menandaka
lunak, n adanya gas
buah- di perut
buahan sehingga
yang mengakibatk
merangsan an terjadinya
g BAB distensi
5. Kolaboras abdomen
i dalam 4. Makanan
pemberian lunak serta
terapi buah-buahan
sesuai yang kaya
indikasi akan serat
dapat
mengatasi
konstipasi
5. Dapat
merangsang
peristaltik
usus secara
perlahan
sehingga
masalah

22
konstipasi
teratasi

3 Intoleransi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji 1. Sebagai


aktivitas keperawatan selama 1 x 12 jam, tingkat dasar untuk
b/d diharapkan klien dapat melakukan toleransi menentukan
kelemahan aktivitas secara bertahap. klien intervensi
fisik, tirah terhadap
baring aktivitas
KH : 2. Kaji 2. Untuk
jumlah mengidentifi
1. TTV dalam batas normal kasi intake
makanan
2. Tidak ada keluhan lelah yang nutrisi klien

3. Kekuatan otot meningkat dikonsumsi


klien setiap
hari
3. Untuk
3. Anjurkan menurunkan
klien untuk metabolisme
tidah tubuh dan
baring mencegah
selama iritasi usus
fase akut
4. Jelaskan 4. Untuk
pentingnya mengurangi
pembatasa peristaltik
n aktivitas usus
selama sehingga
perawatan mencegah
5. Bantu iritasi usus
klien 5. Kebutuhan
melakukan aktivitas
aktivitas klien
sehari-hari terpenuhi
sesuai dengan
kebutuhan energi
6. Libatkan minimal,
keluarga sehinga
dalam mengurangi
pemenuhan peristaltik
kebutuhan usus
aktivitas 6. Partisipasi
sehari-hari keluarga
7. Berikan meningkatka
kesempata n kooperatif

23
n pada klien dalam
klien perawatan
melakukan
aktivitas 7. Meningkatk
sesuai an partisipasi
kondisi klien dapat
klien meningkatka
n harga diri
dan
meningkatka
n toleransi
aktivitas

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna
dan gangguan kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala
sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan
terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan
setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan,
hindari minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah,
rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas.

B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan
adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid
dengan baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Djauzi & Sundaru. 2003. Imunisasi Dewasa. Jakarta : FKUI


Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC
Soegeng, S. 2005. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan Penatalaksanaan”. Jakarta :
Salemba Medika
Suryadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Agung Setia
Syamsuhidayat, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Diposkan oleh Raze Hidoroki di 08.29
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

25

Anda mungkin juga menyukai