Anda di halaman 1dari 17

KONSEP TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Hematochezia adalah BAB berdarah yang menyebabkan tinja
menjadi berwarna merah terang akibat darah. Pendarahan dari anus
dengan warna merah segar di namakan hematochezia.
Perdarahan akut saluran cerna bagian bawah atau sering disebut
sebagai hematokezia umumnya didefinisikan sebagai perdarahan yang
berasal dari usus di sebelah bawah ligamentum Treitz.
Berak darah atau sering juga disebut dengan Hematochezia di
tandai dengan keluarnya darah berwarna merah terang di anus, dapat
berbentuk gumpalan atau telah bercampur dengan tinja.
Sebagian besar BAB darah  berasal dari luka di usus besar, rektum,
atau anus. Warna darah pada tinja tergantung dari lokasi perdarahan.
Umumnya, semakin dekat sumber  perdarahan dengan anus, semakin
terang darah yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan di anus, rektum dan
kolon sigmoid cenderung berwarna merah terang dibandingkan dengan
perdarahan di kolon transversal dan kolon kanan (lebih jauh dari anus)
yang berwarna merah gelap atau merah tua. Hematochezia adalah feses
yang berwarna hitam dan berbau busuk karena bercampur produk darah
dari saluran cerna.

2. Anatomi Fisiologi
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkan untuk diserap tubuh dengan jalan
proses pencernaan ( pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan
enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus
(Syaifuddin, 2018).
1. Oris (mulut)

Mulut merupakan jalan dalam sistem pencernaan dan merupakan


suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut terdiri
atas 2 bagian yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang
diantara gusi, gigi, bibir dan pipi dan bagian rongga mulut bagian
dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris,
palatum dan mandibularis. Di sebelah belakang bersambung dengan
faring. Selaput lendir mulut di tutupi oleh epitalium yang berlapis-
lapis, dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan
lendir. Struktur anatomi dalam mulut terdiri dari:
a. Gigi terbagi atas 2 macam yaitu:
a. Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-8 bulan
dan berjumlah 20 buah dengan rincian : 8 buah gigi seri, 4
buah gigi taring, 8 buah gigi geraham.
b. Gigi tetap ( Gigi permanen ) tumbuh pada umur 6-18 tahun
dan berjumlah 32 buah.
b. Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,
kerja otot lidah ini dapat di gerakkan ke seluruh arah. Lidah dibagi
3 bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung
lidah), dan apeks lingua (ujung lidah).
2. Faring (tekak)
Faring merupakan organ menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkunng faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, faring terletak di
belakang rongga hidung dan rongga mulut, di depan ruas tulang
belakang.
3. Esofagus (kerongkongan)
Esofagus merupakan sebuah ruang berupa tabung yang terletak setelah
mulut. Makanan yang telah di cerna secara mekanis akan melewati
saluran esofagus untuk memasuki lambung.
4. Ventrikulus (lambung)

Lambung merupakan organ berbentuk “j” yang terletak di bagian atas


abdomen yang panjangnya 20 cm, diameternya 15 cm dengan pH
lambung 1-3,5. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak di
bagian bawah diafragma di depan pankreas dan limfa, menempel di
sebelah kiri fundus uteri.
Bagian lambung terdiri dari :
1) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak di
sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
2) Korpus ventrikuli, setnggi osteum kardium, suatu lekukan pada
bagian bawah kurvatura minor.
3) Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai
otot yang tebal membentuk sfingter pilotus, merupakan muara
bagian distal, berlanjut ke duodenum.
4) Kurvatura minor, terdapat di sebelah kanan lambung terbentang
dari osteum kardiak sampai kapilorus.
5) Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang
dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus ventrikuli menuju ke
kanan sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastrolieanalis
terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limfa.
6) Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen
masuk ke lambung.
5. Usus Halus

Intestinum minor (usus halus) bagian dari sistem pencernaan makanan


yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjang
kurang lebih 6 m. Merupakan saluran yang paling panjang tempat
proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari
lapisan usus halus, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang
dan lapisan serosa.
Usus halus di bagi atas 3 bagian yaitu :
a. Duodenum disebut juga usus 12 jari, panjang kurang lebih 25 cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini
terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum ini terdapat
selaput lendir yang membukit disebut papila vateri. Dinding
duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung
kelenjar. Kelenjar ini disebut dengan kelenjar brunner berfungsi
untuk memproduksi getah intestinum.
b. Jejenum dan ileum mempunyai panjang sekitar kurang lebih 6
meter. Dua per lima atas adalah jejeum dengan panjang kurang
lebih 23 meter dan ileum dengan panjang 4-5 meter. Lekukan
jejenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior
dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas di
kenal sebagai mesenterium.
6. Intestinum mayor ( usus besar)

Intestinum mayor merupakan saluran yang berhubung dengan bagian


usus    halus (ileum) dan berakhir dengan anus dengan panjang
sekitar 1,5 m dan diameternya kurang lebih 6,3 cm. Usus besar di
bedakan menjadi 5 bagian yaitu :
a. Sekum merupakan pembatas antara ileum dengan kolon. Di
bawah sekum terdapat appendiks verniformis yang berbentuk
seperti cacing sehingga disebut umbai cacing. Seluruhnya
ditutupi oleh peritonium mudah bergerak dan dapat diraba
melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
b. Kolon asendens dengan panjang 13 cm, terletak di bawah
abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah
hati. Di bawah hati membengkok ke kiri, lengkungan ini disebut
fluksura hepatika, dilanjutkan sebagai kolon transversum.
c. Kolon tranversum panjangnya kurang lebih 38 cm. Membujur
dari kolon asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah
abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah
kiri terdapat fleksura lienalis.
d.  Kolon desendens panjangnya kurang lebih 25 cm. Terletak di
bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari
fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri bersambung dengan
kolon sigmoid.
e. Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens,
terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya
menyerupai huruf S , ujung bawahnya berhubungan dengan
rektum.
7. Rektum dan anus
Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di
depan os sakrum dan os koksigis (Syaifuddin, 2018)

3. Etiologi atau Faktor Risiko


Penyebab dari hematochezia adalah trauma yang berasal dari saluran
cerna bagian bawah, dan benda asing yang dimasukkan ke dalam lekukan
rektum dapat menimbulkan perforasi di samping perdarahan rektum yang
akut. Penyakit yang mendasarinya adalah hemoroid (wasir), infeksi kuman
seperti amuba, tifus, disentri yang berat, kanker usus besar, radang usus
besar menahun oleh sebab penyakit autoimun (inflammatory bowel
disease).
a. Upper GI saluran (biasanya kotoran hitam):
1) Pendarahan lambung atau ulkus duodenum
2) Gastritis
3) Varises esophageal
4) Mallory-Weiss air mata (air mata di kerongkongan dari muntah
kekerasan)
5) Trauma atau asing tubuh
6) Usus iskemia (kurangnya aliran darah yang tepat ke usus)
7) Vascular malformasi
b. GI rendah saluran (biasanya merah atau bangku merah, berdarah):
1) Wasir
2) Anal fissures
3) BB Divertikular pendarahan
4) Infeksi usus (seperti enterokolitis bakteri)
5) Vascular malformasi
6) Radang usus
7) Tumor
8) Colon polip atau kanker usus besar
9) Trauma atau asing tubuh

4. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar
mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya
terbentuk saluran kolateral dalam submukosa esopagus dan rektum serta
pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari sirkulasi
splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya teklanan dalam vena ini,
maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh
darah (disebut varises). Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan
gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah
tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah
jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah
jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba
mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan
gejala-gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume
darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan
disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolsime anaerobi, dan
terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada
seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem
tersebut akan mengalami kegagalan (NANDA, 2015)

5. Manifestasi Klinis
Menurut Inayah (2010), adapun tanda dan gejala dari perdarahan
saluran cerna bagian bawah adalah sebagai berikut :
a. Syok (denyut Jantung, Suhu Tubuh),
b. Penyakit hati kronis (sirosis hepatis),
c. Demam ringan 38-39°C,
d. Nyeri di perut,
e. Hiperperistaltik
f. Penurunan Hb dan Hmt yang terlihat setelah beberapa jam,
g. Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan
protein darah oleh bakteri usus.
6. Pathway

Proses regenerasi sel hati dalam bentuk yang terganggu

Kegagalan perikim Hipertensi Portal Enselfalopati Asites

hati

Varise Esofagus Penekanan


diafragma

Mual-Muntah

Tekanan Ruang Paru menyempit

Nafsu makan

Pembuluh darah pecah Sesak Napas

Cepat lelah

Perdarahan dilambung Gangguan


Pola Napas
Perubahan
Nutrisi
Muntah darah dan berak darah

Merangsang nosi Volume intravaskuler


reseptor
Kurangnya informasi
Hemoglobin menurun anemis
yang didapat Kurang
Volume
Agen cidera biologis Cairan
Ansietas
Transpot O2

Nyeri akut

Cepat Lelah

Intoleransi
Aktivitas
SUMBER : (NANDA, 2015)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium (pemeriksaan darah)
1) Hitung darah lengkap: penurunan Hb, Hmt, peningkatan leukosit.
2) Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa
serum dan laktat.
b. Radiologi
1) Barrium Foloow through.
2) Barrium enema.
c. Colonoscopy
Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan
kolon.

8. Penatalaksanaan
Menurut Murdani (2013), prinsip-prinsip penatalaksaan yang perlu
diperhatikan pada diagnosa perdarahan saluran cerna bagian bawah yaitu :
1. Resusitasi
Resusitasi pada perdarahan saluran cerna bagian bawah yang akut
mengikuti protokol yang juga dianjurkan pada perdarahan saluran cerna
bagian atas, dengan langkah awal menstabilkan hemodinamik.
2. Medikamentosa
Hemoroid, fisura ani, dan ulkus rectum dapat diobati dengan bulk
forming agent, sitz baths, dan menghindari mengedan.
3. Terapi Endoskopi
Colonoscopic bipolar cautery, monopolar cautery, argon plasama
caogulatioan dapat bermanfaat untuk mengobati angiodisplasia dan
perubahan vaskuler pada colitis radiasi.
4. Terapi Bedah
Pada beberapa keadaan, bedah merupakan pendekatan utama setelah
keadaan pasien stabil. Bedah emergensi dapat menyebabkan morbiditas
dan mortalitas yang tinggi dan dapat memperburuk keadaan klien. Pada
kasus-kasus dengan perdarahan berulang tanpa diketahui sumber
perdarahannya maka hemikolektomi kanan atau hemikolektomi subtotal
dapat dipertimbangkan dan memberikan hasil yang baik.

9. Komplikasi
a. Encelofati
b. Asites
c. Sirosis Hepatis

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Anamnese
1) Identitas klien.
2) Riwayat kesehatan.
3) Keluhan utama : feses semakin cair, muntah bila kehilangan banyak
air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun,
tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lender mulut dan bibir
kering., frekuensi BAB lebih dari 4x dengan konsistensi encer.
4) Riwayat kesehatan masa lalu.
5) Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
6) Riwayat psikosisal keluarga.
7) Kebutuhan dasar.
1) Pola eliminasi
Perubahan BAB lebih dari 4x sehari. BAK sedikit atau jarang.
2) Pola nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
3) Pola istirahat/tidur
Terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
4) Pola hygiene
Kebiasaan mandi setiap harinya.
5) Pola aktivitas
Terganggu karena kondisi tubuh yang melemah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan
lemah, pernafasan agak cepat.
2) Pemeriksaan sistematik.
a) Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lender, mulut
dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
b) Perkusi : adanya distensi abdomen.
c) Palpasi : turgor kulit kurang elastis.
d) Auskultasi : terdengarnya bising usus.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola Napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru
b. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
d. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake asupan yang tidak adekuat.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
f. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan
penyakitnya
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA
O KEPERAWAT TUJUAN NOC NIC
AN
1 Pola Napas tidak Setelah dilakukan a) Tanda-tanda vital a) Observasi tanda-
efektif tindakan dalam keadaan tanda vital.
berhubungan keperawatan selama normal b) Berikan posisi yang
dengan ekspansi ... x24 jam di b) Agar pasien tidak nyaman bagi pasien.
paru harapkan pola napas menggunakan O2 c) Kolaborasi dengan
tidak efektif dapat dokter dalam
teratasi pemberian obat.

2 Defisit volume Setelah dilakukan a) Tanda-tanda Vital a) Observasi tanda-


cairan dan tindakan dalam keadaan tanda vital.
elektrolit keperawatan selama normal b) Observasi tanda-
kurang dari ... x24 jam di b) Tanda-tanda tanda dehidrasi.
kebutuhan harapkan defisit dehidrasi tidak ada c) Hitung input dan
tubuh volume cairan dan c) Mukosa mulut dan output cairan
berhubungan elektrolit kurang bibir lembab, (balance cairan).
dengan output dari kebutuhan d) Balance cairan d) Kolaborasi dengan
cairan yang tubuh berhubungan seimbang. dokter dalam
berlebihan. dengan output pemberian therapi
cairan yang cairan, pemeriksaan
berlebihan dapat lababoratorium
teratasi. elektrolit.
e) Kolaborasi dengan
tim gizi dalam
pemberian cairan
rendah garam.

3 Gangguan rasa Setelah dilakukan a) Tanda-tanda vital a) Observasi tanda-


nyaman nyeri tindakan dalam keadaan tanda vital.
berhubungan keperawatan selama normal b) Kaji tingkat rasa
dengan distensi ... x24 jam di b) Nyeri dapat nyeri.
abdomen harapkan gangguan berkurang / dapat c) Atur posisi yang
rasa nyaman nyeri teratasi (skala=1-0) nyaman bagi klien.
berhubungan c) Eekspresi wajah d) Beri kompres air
dengan distensi tenang. biasa pada daerah
abdomen dapat abdomen.
teratasi e) Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian terapi
analgetik sesuai
indikasi.
4 Gangguan Setelah dilakukan a) Tanda-tanda vital a) Kaji pola nutrisi
kebutuhan tindakan dalam keadaan klien dan perubahan
nutrisi kurang keperawatan selama normal yang terjadi.
dari kebutuhan ... x24 jam di b) Intake nutrisi b) Timbang berat
tubuh harapkan gangguan meningkat badan klien.
berhubungan kebutuhan nutrisi c) Makan habis 1 porsi c) Kaji faktor penyebab
dengan intake kurang dari yang disediakan gangguan
asupan yang kebutuhan tubuh d) Mual, muntah tidak pemenuhan nutrisi.
tidak kuat. berhubungan ada. d) Berikan diet dalam
dengan intake kondisi hangat dan
asupan yang tidak porsi kecil tapi
kuat dapat teratasi. sering.
e) Kolaborasi dengan
tim gizi dalam
penentuan diet klien.

5 Intoleransi Setelah dilakukan a) Tanda-tanda vital a) Observasi tanda-


Aktivitas tindakan dalam keadaan tanda vital.
berhubungan keperawatan selama normal b) menyebabkan
dengan ... x24 jam di b) Mampu melakukan kelelahanAtur posisi
kelemahan harapkan Intoleransi aktivitas sehari hari yang nyaman bagi
aktifitas dapat tanpa bantuan orang klien.
teratasi lain. c) Monitor pola tidur
dan lamanya
tidur/istirahat pasien
d) Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat.
6 Ansietas Setelah dilakukan a) Klien dapat a) Awasi respons
berhubungan tindakan menyatakan tentang fisiologis, misal :
dengan kurang keperawatan selama perasaan yang tepat takipneu, palpitasi,
pengetahuan ... x 24 jam b) Klien terlihat rileks pusing, sakit kepala,
tentang diharapkan ansietas c) Klien tidak cemas sensasi kesemutan.
perawatan dapat teratasi (klien b) Catat petunjuk
penyakitnya tenang) prilaku atau gelisah,
mudah terangsang,
kurang kontak mata,
perilaku melawan.
c) Dorong pernyataan
takut dan ansietas,
berikan umpan
balik.
d) Tunjukkan teknik
relaksasi, contoh
latihan nafas dalam,
bimbingan imajinasi

DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin, (2018). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, FKUI.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai