Anda di halaman 1dari 19

KONSEP TEORI LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Varicella atau chickenpox atau yang dikenal dengan cacar air
adalah infeksi primer virus varicella zoster (vzv) yang umumnya
menyerang anak dan merupakan penyakit sangat menular. Meskipun
gejala klinis varicella tidak berat namun pada anak, remaja, orang dewasa,
ibu hamil dan orang dengan status imunitas menurun dapat meningkatkan
angka kesakitan dan kematian (Harahap M, 2017).
Varicella Zooster Virus (VZV) menyebabkan dua penyakit dengan
klinis berbeda, yaitu varisela (cacar air) selama infeksi primer dan herpes
zoster (shingles) saat reaktivasi virus pada masa laten (Arif, 2018).

2. Anatomi Fisiologi

Kulit menutupi tubuh dengan sempurna dan merupakan lanjutan


dari membran yang melapisi orifisium tubuh. Kulit melindungi struktur
yang berada di bawahnya dari cedera dan serangan miktroba, dan
mengandung ujung saraf sensoris (somatik) nyeri, suhu dan sentuhan.
Antara kulit dan struktur yang mendasari terdapat lapisan lemak subkutan
(Waugh dkk., 2017).
Lapisan kulit terdiri dari 3 lapisan utama yaitu:
1. Epidermis yaitu lapisan paling luar dari kulit yang menjadi barrier atau
pelindung paling pertama bagi kulit, tempat pigmen, sintesis vit. D. Di
bagian epidermis dibagi menjadi 5 bagian yaitu (Waugh dkk., 2017):
a. Stratum korneum : disini terdapat sel keratinosit yang dapat
mengelupas dan berganti
b. Stratum lusidum : berupa garis translusen, tampak pada telapak atau
bagian kulit yang tebal
c. Stratum granulosum : ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng
dan didalamnya terdapat granula keratohialin yang mengandung
banyak protein kaya akan histidin.
d. Stratum spinosum : terdapat berkas filament yang dinamakan
tinofibril yang berguna untuk mempertahankan kohesi sel dan
melindungi dari efek abrasi.
e. Stratum basale (Stratum Germinativum) : terjadi aktivitas yang
bertanggung jawab untuk pembaharuan sel epidermis.

2. Dermis yaitu jaringan yang berfungsi sebagai penyokong lapisan


epidermis dan sebagai jalur penyalur nutrisi di kulit. Disini
terdapat jaringan kolagen yang berperan dalam keelastisitasan
kulit. Struktur dalam dermis meliputi:
a. Pembuluh darah

b. Pembuluh limfe

c. Ujung saraf sensoris (somatik)

d. Kelenjar keringat dan duktusnya

e. Rambut, Pili arektor, Kelenjar sebasea

3. Subkutis yaitu terdiri dari lapisan lemak, jaringan ini berfungsi


sebagai penghubung jaringan kulit dengan otot. Jaringan ini
berperan sebagai penyalur darah untuk suplai nutrisi ke kulit.
3. Etiologi
Menurut Richar E, varicella disebabkan oleh Herpes virus varicella
atau disebut juga virus varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat
pula menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai
manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak
dengan virus V-Z akan terjadi varicella; kemudian setelah penderita
varicella tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk laten
(tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z diaktivasi oleh
trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat ditemukan
dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita varicella dapat dilihat
dengan mikroskop elektron dan dapat diisolasi dengan menggunakan
biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.

4. Patofisiologi
Cacar air (Varicella) dimulai pada saat varicella-zoster virus
(VZV) masuk ketubuh melalui mukosa saluran nafas atau orofaring. Pada
vase viremia pertama terjadi penyebaran virus dari lokasi masuknya virus
menuju ke pembuluh darah dan limfe. Selanjutnya VZV akan berkembang
biak di sel retikuloedotelial. Pada kebanyakan kasus, virus dapat
mengatasi mekanisme sistem imunitas tubuh non-spesifik seperti
interferon.
Fase viremia ke dua terjadi 14-16 hari kemudian ketika virus
kembali memasuki aliran darah. Pada saat ini akan muncul demam dan
malaise. Terjadi penyebaran virus ke seluruh tubuh, khususnya kulit dan
mukosa. Infeksi VZV pada lapisan Malphigi menghasilkan edema
intraseluler dan edema interseluler yang memberi gambaran khas pada
bentuk vesikel. Pada keadaan normal siklus ini akan berakhir setelah 3 hari
akibat berhasilnya sistem kekebalan humoral dan selular spesifik.
Timbulnya penyulit diakibatkan kegagalan respon imun tubuh mengatasi
replikasi dan penyebaran virus.
Paparan VZV pada individu dengan sistem imunitas yang baik
menghasilkan kekebaran tubuh berupa atibodi immunoglobulin G (IgG),
immunoglobulin M (IgM) dan immunoglobulin A (IgA) yang memberikan
efek proteksi seumur hidup. Pada umumnya individu hanya mengalami
satu kali infeksi varicella sepanjang hidupnya. Jika terjadi infeksi VZV
kembali mungkin berupa penyebaran ke kulit pada herpes zoster.
Setelah infeksi primer, VZV diduga bersembunyi dalam fase
latennya di ganglion dorsalis neuron sensoris. Reaktivasi virus VZV
menimbulkan sekumpulan gejala yang disebut herpes zoster atau ruam
saraf (Shingles), yaitu berupa : lesi vesikuler pada kulit yang terdistribusi
hanya pada dermatom neuron sensoris tertentu. Reaktivitas virus VZV
biasanya terjadi pada usia dewasa dan bertahun-tahun setelah infeksi
pertama cacar air. Penderita herpes zoster juga dapat menularkan cacar air
kepada orang lain, khususnya yang belum pernah menderita cacar air
(Prof.dr. Marwali Harahap, 2017).

5. Manifestasi Klinik
Menurut Prof.dr. Marwali Harahap (2017) Manifestasi Klinis Varicella
yaitu:
1. Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari.
2. Didahului stadium prodromal yang ditandai :
a. Demam
b. Malaise
c. Sakit kepala
d. Anoreksia
e. Sakit punggung
f. Batuk kering
g. Sore throat yang berlangsung 1-3 hari.
3. Stadium : erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula yang
khas, seperti tetesan embun (teardrops) vesikula akan berubah menjadi
pustule, kemudian pecah menjadi kusta, sementara proses ini
berlangsung, timbul lagi vesikel baru sehingga menimbulkan
gambaran polimorfi.

4. Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian menyebar


secara satrifugal ke muka dan ekstremitas.
6. Pathway

Imunitas tubuh Riwayat kontak dg px


varicella

Virus varicella zooster

Invasi virus melalui saluran pernapasan / kontak langsung

Mukosa napas Orofaring

Virus bereplikasi

Virus menyebar melalui

Pembuluh darah Limfe (viremia primer)

Virus bereplikasi ke organ-organ


Pasien tidak mengetahui
penyakitnya
Virus mencapai kulit
Kurang sumber informasi

Varicella
MK : Defisiensi
pengetahuan
Reaksi inflamasi

Pelepasan Kerusakan saraf Replikasi di sel


mediator kimia perifer epidermal
(prostaglandin)
Replikasi di sel
Pelepasan Kerusakan epidermal
mediator kimia saraf perifer
(prostaglandin)
Vakuolisasi sel
MK : Nyeri
Gangguan di dan lisis
akut
hypothalamus
Terjadi makula
Suhu tubuh

Timbul papula
MK :
Vesikula
Hipertermi
Pasien malu
dengan
kondisinya Cairan vesikula mengeruh
menjadi pustula

MK :
Pustula pecah
Gangguan citra
tubuh

Pustula mengering
menjadi krusta

Respon Timbul gatal saat proses


menggaruk penyembuhan

Lesi pada kulit Pasien mengeluh gatal

MK : Kualitas dan kuantitas


Kerusakan tidur
integritas kulit

MK : Gangguan pola
tidur
7. Pemeriksaan Penunjang
Untuk pemeriksaan virus varicella zoster (VZV) dapat dilakukan beberapa
test yaitu :
a. Tzanck smear Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang
masih baru, kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-
eosin, Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue ataupun Papanicolaou’s
Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated
giant cells. Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%. Test ini tidak
dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes simpleks
virus.
b. Direct fluorescent assay (DFA)
1) Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah
berbentuk krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif. Hasil
pemeriksaan cepat.
2) Membutuhkan mikroskop fluorescence.
3) Test ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster.
4) Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes
simpleks virus.
c. Polymerase chain reaction (PCR)
1) Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif.
Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti
scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga
digunakan sebagai preparat,
2) CSF. Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%. Test ini dapat menemukan
nucleic acid dari virus varicella zoster
d. Biopsi kulit Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak vesikel
intraepidermal dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada
dermis bagian atas dijumpai adanya lymphocytic infiltrate. (Nurhayati
R, 2020).
8. Penatalaksanaan
Menurut Maharani, A. (2015) Penanganan awal yang dapat dilakukan pada
penderita varicella zoster (cacar air) adalah sebagai berikut :
1. Istirahat selain memperbaiki daya tahan tubuh, juga untuk mencegah
penularan penyakit.
2. Menjaga kebersihan diri - Mandi akan menbersihkan tubuh dari sel
kulit mati sehingga mencegah infeksi bakteri. - Air mandi bisa
ditambahkan larutan antiseptic seperti larutan PK atau gentian violet. -
Jangan memencet ruam berair ataupun melepas keropeng karena dapat
menimbulkan bekas dan infeksi.
3. Menjaga nutrisi yang cukup.
4. Kenakan pakaian yang ringan dan nyaman untuk menghindari
gesekan dengan ruam.
5. Obat untuk meringankan gejala : - Obat anti demam , bila demam
tinggi. - Obat untuk mengurangi rasa gatal, bisa berupa obat luar
seperti bedak salisil atau sejenisnya.
6. Obat anti-virus - Salep asiklovir, dioleskan pada ruam. - Asiklovir
tablet, asiklovir tablet akan mengurangi jumlah ruam yang muncul
dan memperpendek durasi sakit apabila di berikan paling tidak 24 jam
sebelum muncul ruam.
7. Antibiotika Diberikan bila ada infeksi bakteri.
Menurut (Widagdo, 2012) pencegahan penyakit cacar air) dapat
dilakukan dengan memberikan vaksinasi berupa vaksin varicella pada
anak bayi yang berumur antara 12 sampai 18 bulan. Sedangkan pada
orang dewasa yang belum pernah mengalami penyakit cacar air serta
mempunyai gangguan pada sistem kekebalan tubuh, bisa diberikan
immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella zoster.
8. Komplikasi
a. Infeksi sekunder pada kulit ang disebabkan oleh bakteri. Sering
dijumpai infeksi pada kulit dan timbul pada anak-anak yang berkisar
antara 5-10%.
b. Scar (Jaringan parut). Timbulnya scar yang berhubungan dengan infeksi
staphylococcus atau strepococcus yang berasal dari garukan.
c. Pneumonia. Dapat timbul pada anak-anak dan pada prang dewasa yang
dapat menimbulkan keadaan fatal.
d. Neurologic. Maifestasinya berupa tidak dapat mempertahankan posisi
berdiri sehingga tidak mampu untuk berdiri hingga tidak mampu untuk
berdiri dan tidak adanya koordinasi dan dysarthria.
e. Herpes zoster. Komplikasi yang lambat dari varicella yaitu timbulnya
herpes zoster, timbul beberapa bulan hingga tahun terjadinya infeksi
primer (Dumasari, 2000).

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a) Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
diagnosa medis, no register dan tanggal MRS. Infeksi ini terutama
terserang anak-anak dan bersifat mudah menular
b) Keluhan Utama
Klien datang ke pusat kesehatan dengan keluhan badanya terasa
demam seperti akan flu dan terdapat ruam yang berisi air d sekitar
tubuhnya.
c) Riwayat Penyakit Dahulu.
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit kulit sebelumnya.
d) Riwayat Penyakit Sekarang.
Saaat ini klien merasa badanya terasa panas seperti akan flu dan
terdapat ruam merah pada bagian tubuhnya dan tersa nyeri apabila di
pegang. Sebelumnya klien belum pernah periksa kesehatan ke pusat
kesehatan. Klien mengonsumsi obat dari warung berupa obat flu
karena klien menyangka dirinya akan terkena flu.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Sebelumnya tetengga dari klien pernah mengalami penyakit cacar air
dan klien sering berkunjung ke tetangganya saat cacarnya sudah mulai
kering. Tidak ada anggota keluarganya yang mnegalami keluhan sama
seperti dia.
f) Aktivitas / Istirahat
Tanda : penurunan kekuatan tahanan
g) Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, kekuatan, kecacatan.
Tanda : ansietas, menangis, menyangkal, menarik diri, marah.
h) Makan/cairan
Tanda : anorexia, mual/muntah
i) Neuro sensori
Gejala : kesemutan area bebas
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku kejang (syok listrik),
laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihat
j) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, peruban suhu.
k) Keamanan
Tanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trambus mikrovaskuler pada kulit.
l) Data subjektif
Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit
kepala.
m) Data Objektif :
1) Integumen : kulit hangat, pucat dan adanya bintik-bintik kemerahan
pada kulit yang berisi cairan jernih.
2) Metabolik : peningkatan suhu tubuh.
3) Psikologis : menarik diri.
4)   GI : anoreksia.
5) Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi pada kulit
3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan saraf perifer
4. Gangguan citra tubuh berhubungan denagn timbulnya papula
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan timbul gatal pada saat
penyembuhan
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber
informasi

7. Intervensi

1. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi


Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ... x24 jam
suhu tubuh menurun
Kriteria hasil : suhu tubuh normal 36,5-37,5 0C
Intervensi Rasional

a. Monitor suhu tubuh pasien a. Peningkatan suhu tubuh yang


berkelanjutan pada pasien
varicella akan memberikan
komplikasi pada kondisi penyakit
yang lebih parah (seperti
ensefalitis pascavaricella dan
pneumonia paskavaricella) efek
sekunder dari peningkatan tingkat
metabolisme umum dan dehidrasi
akibat dari hipertermia.

b. Beri kompres dingin di kepala b. Memberikan respons dingin pada


dan aksila pembuluh darah besar
c. Pertahankan tirah baring total c. Mengurangi peningkatan proses
selam fase akut metabolisme umum

d. Pertahankan asupan cairan d. Selain sebagai pemenuhan hidrasi


minimal 2500 ml sehari. tubuh, juga akan meningkatkan
pengeluaran panas tubuh melalui
sistem perkemihan, maka panas
tubuh juga dapat keluar melalui
urin.

e. Kolaborasi pemberian analgetik - e. Analgetik di perlukan untuk


antipiretik . penurunan proses nyeri.
Antipiretik di perlukan untuk
menurunkan panas tubuh dan
memberikan perasaan nyaman
pada pasien.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi pada kulit


Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ... x 24 jam
integritas kulit membaik
Kriteria hasil : tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Intervensi Rasional
a. Kaji kerusakan yang terjadi a. Menjadi data dasar untuk
pada kulit klien memberikan informasi intervensi
perawatan luka
b. Pertahankan jaringan nekrotik b. Mengetahui keadaan integritas
dan kondisi sekitar luka. kulit.
c. Berikan perawatan kulit c. Menghindari gangguan integritas
kulit
d. Kolaborasi dengan dokter untuk d. Mencegah aktivitasi kuman yang
pemberian antibiotik bisa masuk

3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan saraf perifer


Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ... x 24 jam nyeri
berkurang /hilang atau teradaptasi.
Kriteria Hasil :
Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.skala
nyeri 0-1 ( 0-4 ).
Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri.
 Pasien tidak gelisah.

Intervensi Rasional

Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Menjadi parameter dasar untuk


mengetahui sejauh mana intervensi
yang diperlukan dan sebagai
evaluasi keberhahilan dari
intervensi manajemen nyeri
keperawatan.
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan
tindakan pereda nyeri nonfarmakologi relaksasi dan nonfarmakologi
dan non-invasif. lainnya telah menunjukkan
keefektifan dalam mengurangi
nyeri.
Lakukan manajemen nyeri Posisi fisiologis akan meningkatkan
keperawatan asuhan 02 ke jaringan yang
 Atur posisi fisiologis. mengalami iskemia.
 Istirahat klien Istirahat akan menurunkan
kebutuhan 02 jaringan perifer dan
akan meningkatkan suplai darah
pada pada jaringan yang mengalami
peradangan.
Manajemen lingkungan : lingkungan Lingkungan tenang akan
tenang dan batasi pengunjung. menurunkan stimulus nyeri
eksternal dan pembatasan
penunjang akan membantu
meningkatkan kondisi 02ruangan
yang akan berkurang apabila
banyak pengunjung yang ada
diruangan.
Ajarkan teknik relaksasi relaksasi Meningkatkan asupan 02sehingga
pernapasan dalam. akan menurunkan nyeri sekunder
dari iskemia jaringan.
Ajarkan teknik distraksi pada saat Distraksi ( pengalihan perhatian )
nyeri. dapat menurunkan stimulus internal
dengan mekanisme peningkatan
produksi endorfin dan endorfin dan
enkefalin yang dapat memblok
reseptor nyeri untuk tidak
dikirimkan ke korteks serebri
sehingga menurunkan persepsi
nyeri.
Lakukan manajemen sentuhan Menajemen sentuhan pada saat
nyeri berupa sentuhan dukungan
psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri. Masase ringan
dapat meningkatkan aliran darah
dan dengan otomatis membantu
suplai darah dan oksigen ke area
nyeri dan menurunkan sensasi
nyeri.
Tingkatkan pengetahuan tentang Pengetahuan yang akan dirasakan
sebab-sebab nyeri dan membantu mengurangi nyerinya
menghubungkan berupa lama nyeri dan dapat membantu
akan berlangsung. mengembangkan kepatuhan pasien
pasien terhadap rencana terapeutik.
Kolaborasi dengan dokter : Analgetik memblok lintasan nyeri
 Pemberian analgetik. sehingga nyeri akan berkurang.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan denagn timbulnya papula


tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ... x 24 Jam
citra diri pasien meningkat
kriteria Hasil :
 Mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi.
 Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.

Intervensi Rasional

Kaji perubahan dari gangguan persepsi Menentukan bantuan individual


dan sehubungan dengan derajat dalam menyusun rencana perawatan
ketidak manpuan atau atau pemilihan intervensi

Identifikasi arti dari kehilanan atau Beberapa pasien dapat menerima


disfungsi pada pasien secara efektif kondisi perubahan
fungsi yang di alamainya, sedangkan
yang lain mempunyai kesulitan dlam
menerima perubahan fungsi yang di
alamai sehingga memberikan
dampak pada kondisi koping
maladaftif.

Anjurkan orang terdekat untuk Menghidupkan kembali perasaan


mengizinkan pasien melakukan hal-hal kemandirian dan
sebanyak-banyaknya untuk dirinya membantuperkembanan harga
diri,serta mempengaruhi proses
rehabilitasi.

Dukung perilaku atau usaha seperti Pasien dapat beradaptasi terhadap


peningkatan minat atau partisipasi perubahan dan pengertian tentang
dalam aktivitas rehabilitasi peran indvidu masa mendatang.

Monitor ganguan tidur peningkatan Dapat mengindikasikan terjadinya


kesulitan konsentrasi, letargi, dan depresi yang umumnya terjadi
withdrawl dimana keadaan ini memerlukan
intervensi dan evaluasi lebih lanjut.

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan timbul gatal pada saat


penyembuhan
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ... x 24 jam
kebutuhan tidur pasien terpenuhi
Kriteria hasil : pasien dapt tidur 7-8 jam per hari.
Intervensi Rasional

Observasi TTV Untuk mengetahui


keadaan umum pasien

Ciptakan lingkungan yang Lingkungan yang nyaman


nyaman dan tenang dapat membuat
pasien untuk cepat tidur

Berikan HE tentang pentingnya Agar pasien mengerti


tidur tentang pentingnya tidur

Hindari tidur saat siang atau Agar pada malam hari


malam hari pasien bisa tidur dengan
nyenyak.
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber
informasi
Tujuan: dalam waktu ... x 24 jam pasien mampu melaksananakan apa yang
telah di informasikan
Kriteria evaluasi:
Pasien terlihat mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang
ditunjukkan oleh kegagalan kontak pasien

Intervensi Rasional

Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang Untuk mengetahui sebera


penyakitnya paham pasien terhadap
penyakitnya,

Berikan health education kepada pasien Agar pasien mengetahui


terhadap penyakit yang di deritanya tenyang penyakit yang di
deritanya.

Identifikasi orang lain yang beresiko, Orang yang terpajan ini perlu
contoh anggotan rumah, sahabat program terapi obat untuk
mencegah penyebaran infeksi.

Kaji tindakan. Kontrol infeksi Dapat membantu menurunkan


sementara, contoh kebersihan dari dan rasa terisolasi pasien dengan
kontrak langsung kulit. membuang stigma sosial
sehubungan dengan penyakit
menular.
DAFTAR PUSTAKA

Anne Waugh Allison Grant. (2017). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi (E.
Nurachmah (ed.); 12th ed.). Salemba Medika.

Arif, Mansjoer, dkk, (2018). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke- 3 , FKUI.,
Jakarta : Medica Aesculpalus

Harahap, M., 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta ; Hipokrates.

Nurhayati, R. H. (2020). Manajemen Varisela Neonatal. Cermin Dunia


Kedokteran, 46(11), 672-674.

Sadli, S. (2016). Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC 2015-2017- Defisiensi


Pengetahuan. Keperawatan.

Setiadi (2017). Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai