A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Varicella atau chickenpox atau yang dikenal dengan cacar air
adalah infeksi primer virus varicella zoster (vzv) yang umumnya
menyerang anak dan merupakan penyakit sangat menular. Meskipun
gejala klinis varicella tidak berat namun pada anak, remaja, orang dewasa,
ibu hamil dan orang dengan status imunitas menurun dapat meningkatkan
angka kesakitan dan kematian (Harahap M, 2017).
Varicella Zooster Virus (VZV) menyebabkan dua penyakit dengan
klinis berbeda, yaitu varisela (cacar air) selama infeksi primer dan herpes
zoster (shingles) saat reaktivasi virus pada masa laten (Arif, 2018).
2. Anatomi Fisiologi
b. Pembuluh limfe
4. Patofisiologi
Cacar air (Varicella) dimulai pada saat varicella-zoster virus
(VZV) masuk ketubuh melalui mukosa saluran nafas atau orofaring. Pada
vase viremia pertama terjadi penyebaran virus dari lokasi masuknya virus
menuju ke pembuluh darah dan limfe. Selanjutnya VZV akan berkembang
biak di sel retikuloedotelial. Pada kebanyakan kasus, virus dapat
mengatasi mekanisme sistem imunitas tubuh non-spesifik seperti
interferon.
Fase viremia ke dua terjadi 14-16 hari kemudian ketika virus
kembali memasuki aliran darah. Pada saat ini akan muncul demam dan
malaise. Terjadi penyebaran virus ke seluruh tubuh, khususnya kulit dan
mukosa. Infeksi VZV pada lapisan Malphigi menghasilkan edema
intraseluler dan edema interseluler yang memberi gambaran khas pada
bentuk vesikel. Pada keadaan normal siklus ini akan berakhir setelah 3 hari
akibat berhasilnya sistem kekebalan humoral dan selular spesifik.
Timbulnya penyulit diakibatkan kegagalan respon imun tubuh mengatasi
replikasi dan penyebaran virus.
Paparan VZV pada individu dengan sistem imunitas yang baik
menghasilkan kekebaran tubuh berupa atibodi immunoglobulin G (IgG),
immunoglobulin M (IgM) dan immunoglobulin A (IgA) yang memberikan
efek proteksi seumur hidup. Pada umumnya individu hanya mengalami
satu kali infeksi varicella sepanjang hidupnya. Jika terjadi infeksi VZV
kembali mungkin berupa penyebaran ke kulit pada herpes zoster.
Setelah infeksi primer, VZV diduga bersembunyi dalam fase
latennya di ganglion dorsalis neuron sensoris. Reaktivasi virus VZV
menimbulkan sekumpulan gejala yang disebut herpes zoster atau ruam
saraf (Shingles), yaitu berupa : lesi vesikuler pada kulit yang terdistribusi
hanya pada dermatom neuron sensoris tertentu. Reaktivitas virus VZV
biasanya terjadi pada usia dewasa dan bertahun-tahun setelah infeksi
pertama cacar air. Penderita herpes zoster juga dapat menularkan cacar air
kepada orang lain, khususnya yang belum pernah menderita cacar air
(Prof.dr. Marwali Harahap, 2017).
5. Manifestasi Klinik
Menurut Prof.dr. Marwali Harahap (2017) Manifestasi Klinis Varicella
yaitu:
1. Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari.
2. Didahului stadium prodromal yang ditandai :
a. Demam
b. Malaise
c. Sakit kepala
d. Anoreksia
e. Sakit punggung
f. Batuk kering
g. Sore throat yang berlangsung 1-3 hari.
3. Stadium : erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula yang
khas, seperti tetesan embun (teardrops) vesikula akan berubah menjadi
pustule, kemudian pecah menjadi kusta, sementara proses ini
berlangsung, timbul lagi vesikel baru sehingga menimbulkan
gambaran polimorfi.
Virus bereplikasi
Varicella
MK : Defisiensi
pengetahuan
Reaksi inflamasi
Timbul papula
MK :
Vesikula
Hipertermi
Pasien malu
dengan
kondisinya Cairan vesikula mengeruh
menjadi pustula
MK :
Pustula pecah
Gangguan citra
tubuh
Pustula mengering
menjadi krusta
MK : Gangguan pola
tidur
7. Pemeriksaan Penunjang
Untuk pemeriksaan virus varicella zoster (VZV) dapat dilakukan beberapa
test yaitu :
a. Tzanck smear Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang
masih baru, kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-
eosin, Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue ataupun Papanicolaou’s
Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated
giant cells. Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%. Test ini tidak
dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes simpleks
virus.
b. Direct fluorescent assay (DFA)
1) Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah
berbentuk krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif. Hasil
pemeriksaan cepat.
2) Membutuhkan mikroskop fluorescence.
3) Test ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster.
4) Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes
simpleks virus.
c. Polymerase chain reaction (PCR)
1) Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif.
Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti
scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga
digunakan sebagai preparat,
2) CSF. Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%. Test ini dapat menemukan
nucleic acid dari virus varicella zoster
d. Biopsi kulit Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak vesikel
intraepidermal dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada
dermis bagian atas dijumpai adanya lymphocytic infiltrate. (Nurhayati
R, 2020).
8. Penatalaksanaan
Menurut Maharani, A. (2015) Penanganan awal yang dapat dilakukan pada
penderita varicella zoster (cacar air) adalah sebagai berikut :
1. Istirahat selain memperbaiki daya tahan tubuh, juga untuk mencegah
penularan penyakit.
2. Menjaga kebersihan diri - Mandi akan menbersihkan tubuh dari sel
kulit mati sehingga mencegah infeksi bakteri. - Air mandi bisa
ditambahkan larutan antiseptic seperti larutan PK atau gentian violet. -
Jangan memencet ruam berair ataupun melepas keropeng karena dapat
menimbulkan bekas dan infeksi.
3. Menjaga nutrisi yang cukup.
4. Kenakan pakaian yang ringan dan nyaman untuk menghindari
gesekan dengan ruam.
5. Obat untuk meringankan gejala : - Obat anti demam , bila demam
tinggi. - Obat untuk mengurangi rasa gatal, bisa berupa obat luar
seperti bedak salisil atau sejenisnya.
6. Obat anti-virus - Salep asiklovir, dioleskan pada ruam. - Asiklovir
tablet, asiklovir tablet akan mengurangi jumlah ruam yang muncul
dan memperpendek durasi sakit apabila di berikan paling tidak 24 jam
sebelum muncul ruam.
7. Antibiotika Diberikan bila ada infeksi bakteri.
Menurut (Widagdo, 2012) pencegahan penyakit cacar air) dapat
dilakukan dengan memberikan vaksinasi berupa vaksin varicella pada
anak bayi yang berumur antara 12 sampai 18 bulan. Sedangkan pada
orang dewasa yang belum pernah mengalami penyakit cacar air serta
mempunyai gangguan pada sistem kekebalan tubuh, bisa diberikan
immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella zoster.
8. Komplikasi
a. Infeksi sekunder pada kulit ang disebabkan oleh bakteri. Sering
dijumpai infeksi pada kulit dan timbul pada anak-anak yang berkisar
antara 5-10%.
b. Scar (Jaringan parut). Timbulnya scar yang berhubungan dengan infeksi
staphylococcus atau strepococcus yang berasal dari garukan.
c. Pneumonia. Dapat timbul pada anak-anak dan pada prang dewasa yang
dapat menimbulkan keadaan fatal.
d. Neurologic. Maifestasinya berupa tidak dapat mempertahankan posisi
berdiri sehingga tidak mampu untuk berdiri hingga tidak mampu untuk
berdiri dan tidak adanya koordinasi dan dysarthria.
e. Herpes zoster. Komplikasi yang lambat dari varicella yaitu timbulnya
herpes zoster, timbul beberapa bulan hingga tahun terjadinya infeksi
primer (Dumasari, 2000).
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi pada kulit
3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan saraf perifer
4. Gangguan citra tubuh berhubungan denagn timbulnya papula
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan timbul gatal pada saat
penyembuhan
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber
informasi
7. Intervensi
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Identifikasi orang lain yang beresiko, Orang yang terpajan ini perlu
contoh anggotan rumah, sahabat program terapi obat untuk
mencegah penyebaran infeksi.
Anne Waugh Allison Grant. (2017). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi (E.
Nurachmah (ed.); 12th ed.). Salemba Medika.
Arif, Mansjoer, dkk, (2018). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke- 3 , FKUI.,
Jakarta : Medica Aesculpalus