Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS VARISELA

Disusun Oleh
Nama : Warsito
Nim : 12.IK.283

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN
2015
A. Pengertian
Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan istilah
cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chickenpox.
Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster,
ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.
Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah yang
kemudian mengandung cairan.
Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala
konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
(Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000: 94)
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan selaput
lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah infeksi akut prime yang
menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita
Selekta, 2000).

B. Klasifikasi
Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :
1. Varisela congenital
Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi ekstremitas,
serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga
menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital sangat
rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan trimester pertama ibu menderita varisela.
Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali menyebabkan kematian bayi pada
saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui apakah
pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat mencegah kelainan fetus.
2. Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum sampai 2
hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan menderita varisela
neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster immune globulin (VZIG), kematian
varisela neonatal sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau
dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena mendapat
antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga lainnya selain
ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG
pada saat lahir atau saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir.
Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila
terjadi varisela progresif (ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis, diatesis
pendarahan) harus diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang terpajan dengan
varisela maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis
untuk memberikan antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila
terpajan varisela maternal.

C. Anatomi Fisiologi

1. Epidermis (Kutilkula) Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki
struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, antara lain
seperti berikut :
a. Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk.
Letak lapisan ini berada paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan epidermis ini
disusun oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami pengelupasansecara
perlahan-lahan, digantikan dengan sel telur yang baru.
b. Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan
rambut. Semakin banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini, maka warna kulit
akan menjadi semakin gelap.
c. Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin.
Lapisan ini terdiri atas sel-sel hidup dan terletak pada bagian paling bawah dari
jaringan epidermis.
d. Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini
merupakan lapisan yang aktif membelah. Sel-selnya membelah ke arah luar untuk
membentuk sel-sel kulit teluar. Sel-sel yang baru terbentuk akan mendorong sel-sel
yang ada di atasnya selanjutnya sel ini juga akan didorong dari bawah oleh sel yang
lebih baru lagi. Pada saat yang sama sel-sel lapisan paling luar mengelupas dan
gugur.

2. Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit dari pada epidermis, yang terdiri atas
banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis
dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur, yang terdiri atas
kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari protein tubuh.
Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah
sebabnya seorang yang sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis
terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut.
a. Akar Rambut
Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut (Musculus arektor pili),
dan ujung saraf indera perasa nyeri. Udara dingin akan membuat otot-otot ini
berkontraksi dan mengakibatkan rambut akan berdiri. Adanya saraf-saraf perasa
mengakibatkan rasa nyeri apabila rambut dicabut.
b. Pembuluh Darah
Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut. Melalui pembuluh darah ini
akar-akar rambut mendapatkan makanan, sehingga rambut dapat tumbuh.
c. Kelenjar Minyak (glandula sebasea) Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar
rambut. Adanya kelenjar minyak ini dapat menjaga agar rambut tidak kering.
d. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat. Kelenjar keringat berbentuk botol
dan bermuara di dalam folikel rambut. Bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar
keringat adalah bagian kepala, muka, sekitar hidung, dan lain-lain. Kelenjar keringat
tidak terdapat dalam kulit tapak tangan dan telapak kaki.
e. Serabut Saraf
Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf
sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri,
dan sebagainya.
Jaringan dermis juga dapat menghasilkan zat feromon, yaitu suatu zat yang memiliki
bau khas pada seorang wanita maupun laki-laki. Feromon ini dapat memikat lawan jenis.
D. Etiologi
Virus Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus. Menurut Richar E, varisela
disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga virus varicella-zoster (virus V-Z).
Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai
manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z
akan terjadi varisela; kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus
itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z
diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat ditemukan
dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita verisela dapat dilihat dengan mikroskop
electron dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru
embrio manusia.

E. Manifestasi Klinis
1. Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh.
2. Pusing.
3. Demam dan kadang – kadang diiringi batuk.
4. Dalam 24 jam timbul bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi (mirip kulit yang
terangkat karena terbakar).
5. Terakhir menjadi benjolan – benjolan kecil berisi cairan.

Sebelum munculnya erupsi pada kulit, penderita biasanya mengeluhkan adanya rasa
tidak enak badan, lesu, tidak nafsu makan dan sakit kepala. Satu atau dua hari kemudian,
muncul erupsi kulit yang khas.
Munculnya erupsi pada kulit diawali dengan bintik-bintik berwarna kemerahan (makula),
yang kemudian berubah menjadi papula (penonjolan kecil pada kulit), papula kemudian
berubah menjadi vesikel (gelembung kecil berisi cairan jernih) dan akhirnya cairan dalam
gelembung tersebut menjadi keruh (pustula). Bila tidak terjadi infeksi, biasanya pustel
akan mengering tanpa meninggalkan abses.

F. Patofisiologi
Menyebar Hematogen.Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar Neuron
pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini virus bisa kembali
menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster.
Sekitar 250 – 500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh, tidak terkecuali
pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata, termasuk bagian tubuh yang paling
intim. Namun dalam waktu kurang dari seminggu, lesi teresebut akan mengering dan
bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada kulit yang
mengering akan terlepas.
Virus Varicella Zoster penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang
lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan diterbangkan
melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi.
Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar kebagian tubuh melalui
kelenjar getah bening.
Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar dengan pesatnya ke jaringan
kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami pada masa kanak-kanak dan pada kalau
sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua membiarkan anak-anaknya terkena cacar air
lebih dini.
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak; dinegara-negara bermusin empat, 90%
kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak, pada umumnya penyakit ini
tidak begitu berat.
Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan orang
dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus varisela terjadi diatas usia 15
tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala
varisela semakin bertambah berat.

G. Pathway
H. Komplikasi
Komplikasi Tersering secara umum :
1. Pnemonia
2. Kelainan ginjal.
3. Ensefalitis.
4. Meningitis.

Komplikasi yang langka :


1. Radang sumsum tulang.
2. Kegagalan hati.
3. Hepatitis.
4. Sindrom Reye.

Komplikasi yang biasa terjadi pada anak-anak hanya berupa infeksi varisela pada kulit,
sedangkan pada orang dewasa kemungkinan terjadinya komplikasi berupa radang paru-
paru atau pnemonia 10 – 25 lebih tinggi dari pada anak-anak

I. Penatalaksanaan Medis
1. Antivirus dan Asiklovir
Biasanya diberikan pada kasus-kasus yang berat, misalnya pada penderita leukemia
atau penyakit-penyakit lain yang melemahkan daya tahan tubuh.
2. Antipiretik dan untuk menurunkan demam
a. Parasetamol atau ibuprofen.
b. Jangan berikan aspirin pda anak anda, pemakaian aspirin pada infeksi virus
(termasuk virus varisela) telah dihubungkan dengan sebuah komplikasi fatal,
yaitu Syndrom Reye.
3. Salep antibiotika = untuk mengobati ruam yang terinfeksi.
4. Antibiotika = bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri pada kulit.
5. Dapat diberikan bedak atau losio pengurang gatal (misalnya losio kalamin).

J. Pencegahan
1. Hindari kontak dengan penderita.
2. Tingkatkan daya tahan tubuh.

3. Imunoglobulin Varicella Zoster


a. Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan terjadinya cacar air. Bila diberikan
dalam waktu maksimal 96 jam sesudah terpapar.
b. Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar iar beberapa saat
sebelum atau sesudah melahirkan

K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Tanda : penurunan kekuatan tahanan
b. Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, kekuatan, kecacatan.Tanda :
ansietas, menangis, menyangkal, menarik diri, marah.
c. Makan/cairan
Tanda : anorexia, mual/muntah
d. Neuro sensori
Gejala : kesemutan area bebas Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku
kejang (syok listrik), laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman
penglihatan
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, peruban suhu.
f. Keamanan
Tanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trambus mikrovaskuler pada kulit.
g. Data subjektif
Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit kepala.
h. Data Objektif :
1) Integumen : kulit hangat, pucat dan adanya bintik-bintik kemerahan pada
kulit yang berisi cairan jernih.
2) Metabolik : peningkatan suhu tubuh.
3) Psikologis : menarik diri.
4) GI : anoreksia.
5) Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.

2. Masalah yang lazim muncul pada klien


a. Kerusakan integritas kulit
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Nyeri akut
d. Hipertermi
e. Resiko infeksi

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Kerusakan integritas kulit NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure Management
Definisi : Perubahan pada Skin and Mucous  Anjurkan pasien untuk
epidermis dan dermis Membranes menggunakan pakaian
Kriteria Hasil : yang longgar
Batasan karakteristik :  Integritas kulit yang  Hindari kerutan padaa
 Gangguan pada bagian baik bisa tempat tidur
tubuh dipertahankan  Jaga kebersihan kulit agar
 Kerusakan lapisa kulit (sensasi, tetap bersih dan kering
(dermis) elastisitas,  Mobilisasi pasien (ubah
 Gangguan permukaan kulit temperatur, hidrasi, posisi pasien) setiap dua
(epidermis) pigmentasi) jam sekali
Faktor yang berhubungan :  Tidak ada luka/lesi  Monitor kulit akan adanya
Eksternal : pada kulit kemerahan
 Hipertermia atau hipotermia  Perfusi jaringan  Oleskan lotion atau
 Substansi kimia baik minyak/baby oil pada derah
 Kelembaban udara  Menunjukkan yang tertekan
pemahaman dalam  Monitor aktivitas dan
 Faktor mekanik (misalnya :
proses perbaikan mobilisasi pasien
alat yang dapat
kulit dan
menimbulkan luka, tekanan,  Monitor status nutrisi
mencegah
restraint) pasien
terjadinya sedera
 Immobilitas fisik  Memandikan pasien
berulang
 Radiasi dengan sabun dan air
 Mampu melindungi
 Usia yang ekstrim hangat
kulit dan
 Kelembaban kulit mempertahankan
 Obat-obatan kelembaban kulit
Internal : dan perawatan
 Perubahan status metabolik alami

 Tulang menonjol
 Defisit imunologi
 Faktor yang berhubungan
dengan perkembangan
 Perubahan sensasi
 Perubahan status nutrisi
(obesitas, kekurusan)
 Perubahan status cairan
 Perubahan pigmentasi
 Perubahan sirkulas
 Perubahan turgor (elastisitas
kulit)
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : Nutrition Management
dari kebutuhan tubuh  Nutritional Status : food  Kaji adanya alergi makanan
and Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup Kriteria Hasil : untuk menentukan jumlah
untuk keperluan metabolisme  Adanya peningkatan kalori dan nutrisi yang
tubuh. berat badan sesuai dibutuhkan pasien.
dengan tujuan  Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik :  Berat badan ideal meningkatkan intake Fe
 Berat badan 20 % atau lebih sesuai dengan tinggi  Anjurkan pasien untuk
di bawah ideal badan meningkatkan protein dan
 Dilaporkan adanya intake  Mampu vitamin C
makanan yang kurang dari mengidentifikasi  Berikan substansi gula
RDA (Recomended Daily kebutuhan nutrisi
 Yakinkan diet yang
Allowance)  Tidak ada tanda
dimakan mengandung
 Membran mukosa dan tanda malnutrisi tinggi serat untuk
konjungtiva pucat  Tidak terjadi mencegah konstipasi
 Kelemahan otot yang penurunan berat  Berikan makanan yang
digunakan untuk badan yang berarti terpilih (sudah
menelan/mengunyah
 Luka, inflamasi pada rongga dikonsultasikan dengan ahli
mulut gizi)
 Mudah merasa kenyang,  Ajarkan pasien bagaimana
sesaat setelah mengunyah membuat catatan makanan
makanan harian.
 Dilaporkan atau fakta  Monitor jumlah nutrisi dan
adanya kekurangan kandungan kalori
makanan  Berikan informasi tentang
 Dilaporkan adanya kebutuhan nutrisi
perubahan sensasi rasa  Kaji kemampuan pasien
 Perasaan ketidakmampuan untuk mendapatkan nutrisi
untuk mengunyah makanan yang dibutuhkan
 Miskonsepsi Nutrition Monitoring

 Kehilangan BB dengan  BB pasien dalam batas

makanan cukup normal

 Keengganan untuk makan  Monitor adanya penurunan


berat badan
 Kram pada abdomen
 Monitor tipe dan jumlah
 Tonus otot jelek
aktivitas yang biasa
 Nyeri abdominal dengan
dilakukan
atau tanpa patologi
 Monitor interaksi anak atau
 Kurang berminat terhadap
orangtua selama makan
makanan
 Monitor lingkungan selama
 Pembuluh darah kapiler
makan
mulai rapuh
 Jadwalkan pengobatan
 Diare dan atau steatorrhea
dan tindakan tidak selama
 Kehilangan rambut yang
jam makan
cukup banyak (rontok)
 Monitor kulit kering dan
 Suara usus hiperaktif
perubahan pigmentasi
 Kurangnya informasi,  Monitor turgor kulit
misinformasi
 Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Faktor-faktor yang berhubungan :
 Monitor mual dan muntah
Ketidakmampuan pemasukan  Monitor kadar albumin, total
atau mencerna makanan atau protein, Hb, dan kadar Ht
mengabsorpsi zat-zat gizi  Monitor makanan kesukaan
berhubungan dengan faktor  Monitor pertumbuhan dan
biologis, psikologis atau ekonomi.
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nuntrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

3 Nyeri akut NOC : Pain Management


 Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri
Definisi :  Pain control, secara komprehensif
Sensori yang tidak termasuk lokasi,
 Comfort level
menyenangkan dan pengalaman karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil :
emosional yang muncul secara frekuensi, kualitas dan
 Mampu mengontrol
aktual atau potensial kerusakan faktor presipitasi
nyeri (tahu
jaringan atau menggambarkan  Observasi reaksi nonverbal
penyebab nyeri,
adanya kerusakan (Asosiasi Studi dari ketidaknyamanan
mampu
Nyeri Internasional): serangan  Gunakan teknik
menggunakan
mendadak atau pelan komunikasi terapeutik
tehnik
intensitasnya dari ringan sampai untuk mengetahui
nonfarmakologi
berat yang dapat diantisipasi pengalaman nyeri pasien
untuk mengurangi
dengan akhir yang dapat
nyeri, mencari  Kaji kultur yang
diprediksi dan dengan durasi
bantuan) mempengaruhi respon
kurang dari 6 bulan.
 Melaporkan bahwa nyeri

nyeri berkurang  Evaluasi pengalaman nyeri


Batasan karakteristik :
 Laporan secara verbal atau dengan masa lampau
non verbal menggunakan  Evaluasi bersama pasien
 Fakta dari observasi manajemen nyeri dan tim kesehatan lain

 Posisi antalgic untuk  Mampu mengenali tentang ketidakefektifan

menghindari nyeri nyeri (skala, kontrol nyeri masa lampau

 Gerakan melindungi intensitas,  Bantu pasien dan keluarga


frekuensi dan untuk mencari dan
 Tingkah laku berhati-hati
tanda nyeri) menemukan dukungan
 Muka topeng
 Menyatakan rasa  Kontrol lingkungan yang
 Gangguan tidur (mata sayu,
nyaman setelah dapat mempengaruhi nyeri
tampak capek, sulit atau
nyeri berkurang seperti suhu ruangan,
gerakan kacau, menyeringai)
 Tanda vital dalam pencahayaan dan
 Terfokus pada diri sendiri
rentang normal kebisingan
 Fokus menyempit
 Kurangi faktor presipitasi
(penurunan persepsi waktu,
nyeri
kerusakan proses berpikir,
 Pilih dan lakukan
penurunan interaksi dengan
penanganan nyeri
orang dan lingkungan)
(farmakologi, non
 Tingkah laku distraksi,
farmakologi dan inter
contoh : jalan-jalan,
personal)
menemui orang lain dan/atau
 Kaji tipe dan sumber nyeri
aktivitas, aktivitas berulang-
untuk menentukan
ulang)
intervensi
 Respon autonom (seperti
 Ajarkan tentang teknik non
diaphoresis, perubahan
farmakologi
tekanan darah, perubahan
 Berikan analgetik untuk
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
mengurangi nyeri
 Perubahan autonomic dalam
 Evaluasi keefektifan
tonus otot (mungkin dalam
kontrol nyeri
rentang dari lemah ke kaku)
 Tingkatkan istirahat
 Tingkah laku ekspresif
 Kolaborasikan dengan
(contoh : gelisah, merintih,
dokter jika ada keluhan
menangis, waspada, iritabel,
dan tindakan nyeri tidak
nafas panjang/berkeluh
kesah) berhasil
 Perubahan dalam nafsu  Monitor penerimaan
makan dan minum pasien tentang manajemen
nyeri
Faktor yang berhubungan :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, Analgesic Administration
psikologis)  Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
 Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
4 Hipertermia NOC : NIC :
Thermoregulation Fever treatment
Definisi : suhu tubuh naik diatas Kriteria Hasil :  Monitor suhu sesering
rentang normal  Suhu tubuh dalam mungkin
rentang normal  Monitor IWL
Batasan Karakteristik:  Nadi dan RR dalam  Monitor warna dan suhu
 kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal kulit
rentang normal  Tidak ada  Monitor tekanan darah,
 serangan atau konvulsi perubahan warna nadi dan RR
(kejang) kulit dan tidak ada  Monitor penurunan tingkat
 kulit kemerahan pusing, merasa kesadaran
 pertambahan RR nyaman  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 takikardi  Monitor intake dan output
 saat disentuh tangan terasa  Berikan anti piretik
hangat  Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab
Faktor faktor yang berhubungan :
demam
 penyakit/ trauma
 Selimuti pasien
 peningkatan metabolisme
 Lakukan tapid sponge
 aktivitas yang berlebih
 Berikan cairan intravena
 pengaruh medikasi/anastesi
 Kompres pasien pada lipat
 ketidakmampuan/penurunan paha dan aksila
 kemampuan untuk  Tingkatkan sirkulasi udara
berkeringat  Berikan pengobatan untuk
 terpapar dilingkungan panas mencegah terjadinya
 dehidrasi menggigil
 pakaian yang tidak tepat
Temperature regulation
 Monitor suhu minimal tiap
2 jam
 Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
 Monitor TD, nadi, dan RR
 Monitor warna dan suhu
kulit
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
 Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
 Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika
perlu

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
5 Resiko Infeksi NOC : NIC :
 Immune Status Infection Control (Kontrol
Definisi : Peningkatan resiko Knowledge : infeksi)
masuknya organisme patogen Infection control  Bersihkan lingkungan
 Risk control setelah dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko : Kriteria Hasil :  Pertahankan teknik isolasi
 Prosedur Infasif  Klien bebas dari  Batasi pengunjung bila
 Ketidakcukupan tanda dan gejala perlu
pengetahuan untuk infeksi  Instruksikan pada
menghindari paparan  Mendeskripsikan pengunjung untuk mencuci
patogen proses penularan tangan saat berkunjung
 Trauma penyakit, factor yang dan setelah berkunjung
 Kerusakan jaringan dan mempengaruhi meninggalkan pasien
peningkatan paparan penularan serta  Gunakan sabun
lingkungan penatalaksanaannya antimikrobia untuk cuci
 Ruptur membran amnion  Menunjukkan tangan
 Agen farmasi kemampuan untuk  Cuci tangan setiap sebelum
(imunosupresan) mencegah timbulnya dan sesudah tindakan
 Malnutrisi infeksi kperawtan

 Peningkatan paparan  Jumlah leukosit  Gunakan baju, sarung

lingkungan patogen dalam batas normal tangan sebagai alat

 Imonusupresi  Menunjukkan pelindung


perilaku hidup sehat  Pertahankan lingkungan
 Ketidakadekuatan imum
aseptik selama
buatan
pemasangan alat
 Tidak adekuat pertahanan
 Ganti letak IV perifer dan
sekunder (penurunan Hb,
line central dan dressing
Leukopenia, penekanan
sesuai dengan petunjuk
respon inflamasi)
umum
 Tidak adekuat pertahanan
 Gunakan kateter intermiten
tubuh primer (kulit tidak utuh,
untuk menurunkan infeksi
trauma jaringan, penurunan
kandung kencing
kerja silia, cairan tubuh
 Tingktkan intake nutrisi
statis, perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik)  Berikan terapi antibiotik bila
 Penyakit kronik perlu

Infection Protection (proteksi


terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit,
WBC
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
 Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi
k/p
 Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas,
drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
 Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara menghindari
infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur positif
Daftar Pustaka

Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba
Medika : Jakarta.
Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Nurarif, Amin Huda dkk. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC 2013.
Mediaction:Yogyakarta
Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba
Medika : Jakarta.
Dwie, Rezty. 2013. Asuhan Keperawatan dengan Varisela. [online]. diakses pada 6 Juni 2015
dari http://reztydwiavianti2701.blogspot.com/2013/07/askep-varicella.html

Anda mungkin juga menyukai