Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN VARICELLA/CACAR AIR

DEPERTEMEN KEPERAWATAN ANAK

OLEH:
ROSLINCE UMBU PATI
2021611039

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini
dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama
Chickenpox.Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus
Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.
Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul
bintik-bintik merah yang kemudian mengandung cairan.
Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai
gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian
sentral tubuh. (Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000: 94)
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di
kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah infeksi
akut prime yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala
konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh,
disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita Selekta, 2000).
B. Klasifikasi
Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :
1. Varisela congenital
Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi
ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi
ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya
varisela congenital sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan trimester
pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang
sekali menyebabkan kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis
infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus
pada ibu dapat mencegah kelainan fetus.
2. Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum
sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan
menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster immune
globulin (VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun neonatus
dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita
varisela berat karena mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula
tertular dari anggota keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam
masa risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat
awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir. Varisela neonatal
biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi
varisela progresif (ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis, diatesis
pendarahan) harus diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang terpajan dengan
varisela maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi
klinis untuk memberikan antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir
profilaksis bila terpajan varisela maternal.
C. Anatomi Fisiologi
1. Epidermis (Kutilkula)
Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis
dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, antara lain
seperti berikut :
a. Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk. Letak lapisan ini
berada paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan epidermis ini disusun
oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami pengelupasansecara
perlahan-lahan, digantikan dengan sel telur yang baru.
b. Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan
rambut. Semakin banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini, maka warna
kulit akan menjadi semakin gelap.
c. Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut
melamin. Lapisan ini terdiri atas sel-sel hidup dan terletak pada bagian paling
bawah dari jaringan epidermis.
d. Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini
merupakan lapisan yang aktif membelah. Sel-selnya membelah ke arah luar
untuk membentuk sel-sel kulit teluar. Sel-sel yang baru terbentuk akan
mendorong sel-sel yang ada di atasnya selanjutnya sel ini juga akan didorong
dari bawah oleh sel yang lebih baru lagi. Pada saat yang sama sel-sel lapisan
paling luar mengelupas dan gugur.
2. Dermis
Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit dari pada epidermis,
yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu
sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya
lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk
sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring
dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua tekstur
kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis.
Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut.
a. Akar Rambut. Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut
(Musculus arektor pili), dan ujung saraf indera perasa nyeri. Udara dingin
akan membuat otot-otot ini berkontraksi dan mengakibatkan rambut akan
berdiri. Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa nyeri apabila rambut
dicabut.
b. Pembuluh Darah. Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut.
Melalui pembuluh darah ini akar-akar rambut mendapatkan makanan,
sehingga rambut dapat tumbuh.
c. Kelenjar Minyak (glandula sebasea) Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar
rambut. Adanya kelenjar minyak ini dapat menjaga agar rambut tidak kering.
d. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera). Kelenjar keringat dapat
menghasilkan keringat. Kelenjar keringat berbentuk botol dan bermuara di
dalam folikel rambut. Bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar keringat
adalah bagian kepala, muka, sekitar hidung, dan lain-lain. Kelenjar keringat
tidak terdapat dalam kulit tapak tangan dan telapak kaki.
e. Serabut Saraf. Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan
ujung akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera
perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya.
Jaringan dermis juga dapat menghasilkan zat feromon, yaitu suatu zat yang
memiliki bau khas pada seorang wanita maupun laki-laki. Feromon ini dapat
memikat lawan jenis.
D. Etiologi
Virus Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus. Menurut Richar E,
varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga virus varicella-
zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua
penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan bahwa
setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi varisela; kemudian setelah
penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk laten
(tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z diaktivasi oleh trauma
sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat ditemukan dalam cairan
vesikel dan dalam darah penderita verisela dapat dilihat dengan mikroskop electron
dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru
embrio manusia.
E. Manifestasi Klinis
1. Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh.
2. Pusing.
3. Demam dan kadang – kadang diiringi batuk.
4. Dalam 24 jam timbul bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi (mirip kulit
yang terangkat karena terbakar).
5. Terakhir menjadi benjolan – benjolan kecil berisi cairan.
Sebelum munculnya erupsi pada kulit, penderita biasanya mengeluhkan
adanya rasa tidak enak badan, lesu, tidak nafsu makan dan sakit kepala. Satu atau
dua hari kemudian, muncul erupsi kulit yang khas.
Munculnya erupsi pada kulit diawali dengan bintik-bintik berwarna
kemerahan (makula), yang kemudian berubah menjadi papula (penonjolan kecil
pada kulit), papula kemudian berubah menjadi vesikel (gelembung kecil berisi
cairan jernih) dan akhirnya cairan dalam gelembung tersebut menjadi keruh
(pustula). Bila tidak terjadi infeksi, biasanya pustel akan mengering tanpa
meninggalkan abses.
F. Patofisiologi
Menyebar Hematogen.Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di
sekitar Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini virus
bisa kembali menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster.
Sekitar 250 – 500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh,
tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata, termasuk
bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu kurang dari seminggu, lesi
teresebut akan mengering dan bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3
minggu bekas pada kulit yang mengering akan terlepas.
Virus Varicella Zoster penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu
orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin
penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang
terinfeksi. Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar
kebagian tubuh melalui kelenjar getah bening. Setelah melewati periode 14 hari
virus ini akan menyebar dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya
penyakit ini dialami pada masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab
seringkali orang tua membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini.
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak; dinegara-negara bermusin
empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak, pada
umumnya penyakit ini tidak begitu berat. Namun di negara-negara tropis, seperti di
Indonesia, lebih banyak remaja dan orang dewasa yang terserang Varisela. Lima
puluh persen kasus varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin
bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela semakin bertambah
berat.
WOC
G. Komplikasi
Komplikasi Tersering secara umum :
1. Pnemonia
2. Kelainan ginjal.
3. Ensefalitis.
4. Meningitis.
Komplikasi yang langka :
1. Radang sumsum tulang.
2. Kegagalan hati.
3. Hepatitis.
4. Sindrom Reye.
Komplikasi yang biasa terjadi pada anak-anak hanya berupa infeksi varisela
pada kulit, sedangkan pada orang dewasa kemungkinan terjadinya komplikasi
berupa radang paru-paru atau pnemonia 10 – 25 lebih tinggi dari pada anak-anak
H. Penatalaksanaan Medis
1. Antivirus dan Asiklovir
Biasanya diberikan pada kasus-kasus yang berat, misalnya pada penderita
leukemia atau     penyakit-penyakit lain yang melemahkan daya tahan tubuh.
2. Antipiretik dan untuk menurunkan demam
a. Parasetamol atau ibuprofen.
b. Jangan berikan aspirin pda anak anda, pemakaian aspirin pada infeksi virus
(termasuk virus       varisela) telah dihubungkan dengan sebuah komplikasi
fatal, yaitu Syndrom Reye.
3. Salep antibiotika = untuk mengobati ruam yang terinfeksi.
4. Antibiotika = bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri pada kulit.
5. Dapat diberikan bedak atau losio pengurang gatal (misalnya losio kalamin).

I. Pencegahan
1. Hindari kontak dengan penderita.
2. Tingkatkan daya tahan tubuh.
3. Imunoglobulin Varicella Zoster
a. Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan terjadinya cacar air. Bila
diberikan dalam waktu maksimal 96 jam sesudah terpapar.
b. Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar iar
beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Tanda : penurunan kekuatan tahanan
b. Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, kekuatan, kecacatan.
Tanda : ansietas, menangis, menyangkal, menarik diri, marah.
c. Makan/cairan
Tanda : anorexia, mual/muntah
d. Neuro sensori
Gejala : kesemutan area bebas
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku kejang (syok listrik), laserasi
corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, peruban suhu.
f. Keamanan
Tanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trambus mikrovaskuler pada kulit.
g. Data subjektif
Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit kepala.

h. Data Objektif :
1) Integumen : kulit hangat, pucat dan adanya bintik-bintik kemerahan pada
kulit yang berisi cairan jernih.
2) Metabolik : peningkatan suhu tubuh.
3) Psikologis : menarik diri.
4) GI : anoreksia.
5) Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.
K. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit b/d Perubahan status
nutrisi(kelebihan/kekurangan)
2. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit
3. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi
L. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
o Hasil
1 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit
b/d Perubahan status perawatan selama 1x 24
1 Tindakan
nutrisi(kelebihan/kekura jam kerusakan
ngan) D .0129 intregritas kulit membaik Observasi

Indicator : - Mengidentifikasi
penyebab gangguan
 Kemerahan integritas kulit(mis.
 Suhu kulit Perubahan sirkulasi,
peruhan status
nutrisi, penurunan
kelembababan, suhu
lingkungan ekstrem)
Terapeutik

- Ubah posisi tiap 2


jam tirah baring
- Hindari produk
berbahan dasar
alcohol pada kulit
kering
Edukasi

- Menganjurkan
menggunakan
pelembab
- Menganjurkan
minum air yang
cukup
- Menganjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Menganjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrem

2 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan Pengaturan posisi


b/d gejala penyakit perawatan selama 1x 24 Tindakan
jam gangguan rasa Terapeutik
nyaman berkurang
- Tempatkan pada
posisi terapeutik
Indicator :
- Tempatkan objek
yang sering
 gatal digunakan dalam
jangkauan
 Menangis - Atur posisi tidur
yangdisukai
 Pola tidur - Berikan bantal yang
tepat pada leher
- Hindari posisi yang
menimbulkan
ketegangan pada
luka
- Minimalkan tarikan
dan gesekan saat
mengubah posisi
Edukasi
- Informasikan saat
akan dilakukan
perubahan posisi
- Ajarkan cara
menggunakan postur
yang baik dan
mekanika tubuh
yang baik selama
melakukan
perubahan posisi
3 Hipertemi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
dengan proses infeksi perawatan selama 1x 24
Observasi
jam hipertermia
menurun  Identifkasi penyebab
hipertermi
Indicator :  Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
Suhu tubuh
 Monitor komplikasi
Kulit merah akibat hipertermia
Terapeutik
 Sediakan lingkungan
yang dingin
 Longgarkan atau
lepaskan pakaian
 Barikana cairn oral
 Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
 Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan
cairan dan elektrolit intravena
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3


jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Bulecheck, dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) sixth edition.USA:
Elseveir
Dwie, Rezty. 2013. Asuhan Keperawatan dengan Varisela. [online]. diakses pada 6 Juni
2015 dari http://reztydwiavianti2701.blogspot.com/2013/07/askep-varicella.html
Herdman, T.H & Kamitsuru, S.2014. NANDA International Nursing Diagnoses:
Definition and Classification 2015-2017.Oxford:Wiley Blackwell
Nurarif, Amin Huda dkk. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC 2013.
Mediaction:Yogyakarta
Moorhead, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth edition.
USA:Elseiver
Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Salemba Medika : Jakarta.
Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Salemba Medika : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai