DISUSUN OLEH:
MURTIANA RADE LEDE
2021611014
MALANG
2022
A. Definisi Ca Serviks (Kanker Rahim)
Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan
pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk
menyerang jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel
ketempat yang jauh (metastasis) (Wuto, 2008 dalam Padila, 2012).
Kanker leher rahim sering juga disebut kanker mulut rahim merupakan
salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada wanita (Edianto,
2006 dalam Padila, 2012).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990, dalam Padila, 2012).
B. Etiologi Ca Serviks
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol antara lain:
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksusal semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda.
2. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma
serviks.
3. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks.
4. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV) atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
5. Soal Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan.
6. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum
hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks
(Padila, 2012).
8. Radioterapi dan Pap Smear
Karsinoma sel skuamosa adalah salah satu akibat tidak efektifnya
radioterapi sebagai pengobatan utama dalam kasus adenocarcinoma.
Meningkatnya penggunaan tes Pap untuk deteksi dini penyakit ini tapi
masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas kanker terkait di
negara-negara berkembang karena kurangnya program skrining (Rubina
Mukhtar, 2015).
C. KLASIFIKASI Ca Serviks
a. Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia
berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan
dengan karsinoma insitu.
2. Stadium Karsinoma Insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh di daerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel
cadangan endoserviks.
3. Stadium Karsinoma Mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan
sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi
pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya
tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium Karsinoma Invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol
besar dan bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir
posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan
formiks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk Kelainan Dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks
Pertumbuhan eksofilik: berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina
dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina,
bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik: biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambat laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus (Padila, 2012).
b. Makroskopik
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut
Tengah mengalami sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengerusakan dari jaringan serviks sehingga tampaknya seperti
ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah (Padila, 2012).
D. Patofisiologi Ca Serviks
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi
yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu
(KIS) berkisar antara 1-7 tahun sedangkan waktu yang diperlukan dari
karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3-20 tahun.
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat
trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7-10 tahun perkembangan
tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma
serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel
basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan
perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan
kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi
keganasan (Brunner & Sudart, 2010).
Akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam
nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah
sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi
tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang,
displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai
tingkat pra-kanker. (Sjamsuhidajat,1997 dalam Prawirohardjo,2010).
PATHWAY
Penggunaan
alat
Invasi
Jumlah Hubungan
kelahiran seksual (< 20 Efek anastesi
Infeksi HPV partus tahun)
Anastesi
Pertumbuhan sel abnormal Proses metaplasy
c
dilabia mayora dan minora
Histerekstomi
Motosisi sel eksoserviks total
dan endoserviks
Lemah
Metaplasia
Struma serviks
Menginvasi organ
Dinding pembuluh
Meluas kejaringan
terdesak Rektum
pembuka limfe dan vena
a. Keputihan
Makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh. Terkadang
bercampur darah
b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.
c. Perdarahan spontan
Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah dan semakin
lama semakin sering terjadi
d. Perdarahan pada wanita menopause
e. Anemia
f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang
menyebabkan obstruksi total
g. Nyeri
1. Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam
berkemih, nyeri di daerah di sekitar panggul.
2. Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan diberbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan
sebagainya.
F. Komplikasi Ca. Serviks
Komplikasinya mencakup infark miokardium, hemoragi, sepsis, obstruksi
perkemihan, pielonefritis, CVA, pembentukan fistula (Sylvia Anderson Price,
2005).
Nyeri pinggang mungkin merupakan gejala dari hidronefrosis, sering
dipersulit oleh pielonefritis. Nyeri siatik, kaki edema dan hidronefrosis hampir
selalu dikaitkan dengan keterlibatan dinding panggul luas oleh tumor. Pasien
dengan tumor yang sangat canggih mungkin memiliki heamaturia atau
inkontinensia dari fistula vesikovaginal yang disebabkan oleh perluasan
langsung dari tumor kandung kemih. Kompresi eksternal dari rektum oleh
tumor primer besar dapat menyebabkan sembelit (Rubina Mukhtar, 2015).
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan penunjang menurut Padila, 2012, antara lain:
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan: Murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan: Tidak dapat menentukan dengan tepat lokasinya.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat
mengikal yodium. Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang
normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak
berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu
dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan: Dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah
untuk melakukan biopsy.
Kelemahan: Hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak
terlihat.
4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
5. Biopsi
Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan
epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi
meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
H. Penatalaksanaan Ca. Serviks
a. Penatalaksanaan medis menurut (Novelia, 2017), antara lain:
1. Pembedahan atau operasi
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks
stadium I dan II
1. Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran
kelenjer getah bening Dada
2. Dada
a. Inspeksi: Simetris
b. Perkusi: Sonor seluruh lap paru
c. Palpasi: Vocal fremitus simetri kana dan kiri
d. Auskultasi: vesikuler, perubahan tekanan darah
3. Cardiac
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi : Ictus cordis teraba, Perubahan denyut nadi
c. Perkusi : Pekak
d. Auskultasi : Tidak ada bising
4. Abdomen
b. Inspeksi: Simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di
daerah abdomen.
c. Palapasi: Ada nyeri tekan
d. Perkusi: Tympani
e. Auskultasi: Bising usus normal
5. Genetalia
Inspeksi:
a. Ada lesi
b. Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk
c. Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar
d. Urine bercampur darah (hematuria)
Palpasi:
Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
6. Ekstremitas dan Kulit
Tidak oedema, Kelemahan pada pasien, Keringat dingin
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan kekurangan volume cairan
3. Intervensi
Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba
Medika.